Anda di halaman 1dari 3

NASEHAT RASULULLOH

Dalam satu riwayat rasu“Abu Dzar al-Ghifari berasal dari perkampungan Ghifar, daerah yang
terletak antara Mekkah dan Madinah. Suku ini terkenal dengan kampung para begal/penyamun.
Beliau masuk Islam setelah terlebih dahulu mengutus saudaranya untuk menyelidiki seorang yang
ada di Mekkah yang kata sebagaian besar masyarakat membawa ajaran baru yang sesat. Dari hasil
penyelidikan saudaranya itu yang menyatakan tidak ada tanda-tanda kesesatan yang dibawa
Rasulullah SAW, akhirnya Abu Dzar tertarik dan langsung menemui Rasulullah SAW setelah
sekitar sebulan perjalanan baru bertemu Rasulullah SAW. Ketika bertemu dengan Rasulullah SAW,
Abu Dzar al-Ghifari mengucapkan salam kepada Rasul. Beliaulah orang yang pertama
mengucapkan salam kepada Raulullah SAW

lullah pernah menasehati abizar alghifari

Kata rasulullah

‫ َو َخ ِّفِف ْالِح ْم َل َف ِإَّن‬، ‫ َو ُخ ِذ الَّز اَد َك اِم ًال َف ِإَّن الَّس َفَر َبِع ْي ٌد‬، ‫ َج ِّد ِد الَّس ِفْي َن َة َف ِإَّن ْالَب ْح َر َع ِم ْي ٌق‬، ‫َي ا َأَب ا َذ ٍّر‬
‫ َو َأْخ ِلِص ْالَع َمَل َف ِإَّن الَن اَقَد َبِص ْير‬، ‫الَع َقَب ُة َك ُئْو ٌد‬
Wahai Abu Dzar, perbaharuilah kapalmu karena laut itu dalam; ambilah bekal yang cukup
karena perjalanannya jauh; ringankan beban bawaan karena lereng bukit sulit dilalui, dan
ikhlaslah beramal karena Allah Maha Teliti.

Pesan Rasulullah dalam hadits ini disampaikan dalam makna tersirat. Pengertian tersebunyi
dalam kata-kata kiasan di dalamnya. Nasihat sejatinya tak hanya ditujukan kepada Abu Dzar
melainkan juga kepada umat beliau secara umum dan sepanjang zaman

1. Perbaharuilah kapalmu karena laut itu dalam;

Didalam kitab Nashaihul 'Ibad, Karya Syekh Muhammad bin Umar Nawawi al-
Bantani (Imam Nawawi)
Perintah untuk memperharui perahu berarti menata niat.

Niat merupakan hal pokok dalam setiap perbuatan. Sebelum seseorang hendak
berlayar, ia harus memastikan kapal dalam kondisi siap dan aman; memeriksa mesin,
mempertimbangkan cuaca, dan lain-lain. Begitu pula dengan hubungan niat dan amal.
Artinya, seseorang yang ingin melakukan sesuatu hendaklah menertibkan rencana dan
tujuan yang bagus. Selain memantapkan langkah, niat juga membantu seseorang untuk
fokus pada arah yang digariskan, yakni untuk mencari ridha Allah subhanahu
wata’ala.

Niat adalah pekerjaan hati. Dalam fiqih menjadi bagian dari rukn qalbi atau rukun
hati. Karena itu, ia bersifat tersembunyi, tak ada orang lain yang bisa menyaksikannya
kecuali Allah dan dirinya sendiri. Bibir bisa saja berucap tujuan A, tapi siapa yang
tahu hati berkehendak untuk tujuan lain? Itulah sebabnya ibadah sebagus apa pun
apabila tak disertai dengan niat yang baik maka akan menjadi sia-sia belaka. Tetapi
perbuatan yang sekilas terlihat “remeh” dengan niat yang tertata dan baik maka akan
menjadi memiliki nilai ibadah disisi Allah SWT.

،‫كْم ِم ْن َعَم ٍل َي َت َص َّو ُر ِبُصْو َر ة أْع ماِل الّد ْن يَا َو َيِص ْيُر ِبُح ْس ِن الِنَّية ِمن َأْع َم اِل اآلِخَر ة‬
‫َك ْم ِم ْن َعَم ٍل َي َت َص َّو ُر ِبُصْو َر ة أْع ماِل األخرة ُثَّم َيِص ْير ِمن َأْع َم اِل الُّد ْن َي ا ِبُسْو ِء الِنَّية‬
Artinya: “Banyak perbuatan yang tampak sebagai perbuatan duniawi berubah menjadi
perbuatan ukhrawi lantaran niat yang bagus. Banyak pula perbuatan yang terlihat
sebagai perbuatan ukhrawi bergeser menjadi perbuatan duniawi lantaran niat yang
buruk.”

2. Ambilah bekal yang cukup karena perjalanannya jauh;

Rasulullah mengingatkan Abu Dzar dan kita semua tentang usaha untuk menumpuk
perbekalan sesempurna mungkin karena perjalanan akan panjang. Menurut Syekh
Nawawi, yang dimaksud di sini tentu adalah perjalanan akhirat yang penuh dengan
jerih payah melebihi perjalan dunia yang fana ini.

Persiapkanlah amal kebajikan yang banyak karna memang perjalanan kita sangat jauh,
dua alam lagi sedang menanti kita, 1 Alam barzah Siapa yang bisa tau
Raudhatammirriadhil jannah atau hufrotammin huffarinnirran, kita tidak ada yang tau,
Dari alam barzah kita akan di bangkit, akan merasakan alam hasar Kebangkitan,
Perjalanan, kemana kita akan berjalan yaitu ke Mahsyar alam mahsyar dalam alam
mahsyar ada hisab, setelah hisab kita akan melewati siratol mustaqim, baru pada
akhirnya kita menunggu syurga kah atau neraka kah...?? itupun belum ada yang tau,
masih sangat jauh perjalanan kita, makanya kata rasulullah ya abazar Persiapkanlah
bekal mu yang cukup,

3. Ringankan beban bawaan karena lereng bukit sulit dilalui;

Apa itu beban, beban yang pernah kita tanggung selama hidup di dunia itulah beban
bawaan kita kelak, Semakin tinggi pangkat dan jabatan yang kita sandang, maka
semakin berat beban yang kita tanggung, semakin banyak harta yang kita miliki maka
semakin besar pula beban yang akan kita pertanggung jawabkan, kapan mulai terasa
beban, diawali dengan sakratul maut, itu kita sudah mulai terbeban, andai kata yang di
Nampak kan oleh allah tatkala sakratul maut di layar tancap itu merupakan amal
kebajikan, mgkn senang, bahagia kita, Tapi kalau sebalik nya tatkala kita menhadapi
sakratul maut yang di nampakan yang dinampakan oleh Allah kepada kita merupakan
amal keburukan, susah sulit dan sebagainya, maka semakin tinggi pangkat dan jabatan
yang kita sandang semakin besar beban kita di akhirat nanti, semakin banyak harta
yang kita miliki semakin berat beban yang kita tanggung, pertanggung jawaban Harta
dua pertanyaan, Dari mana engkau dapatkan dan yang kedua Allah akan menanyakan
kemana engkau pergunakan, Maka dari itu salah satu untuk meringan kan beban harta
ini adalah banyak2 sedeqah, infaq, zakat, banyak membantu orang lain,

Pangkat … sama, karna pangkat itu adalah penghasil dari pada harta, bagaimana
engkau dapatkan dan bagaimana engkau mempergunakan nya . Secara Halal, atau
secara Zolim,
Kalau seandainya pangkat itu kita dapatkan secara Halal, maka pertanyaan kedua
bagaimana kau mempergfunakan pangkat tersebut, apalagi kita mendapatkan pangkat
tersebut dengan cara yang zalim maka hasil dari pada pangkat itu semuanya adalah
haram, Jangan sampai kita mendapatkan pangkat tersebut dengan cara menyogok,
karna Rasyi walmurtasyi adalah haram di sisi Allah SWT.

Karena negeri akhirat adalah tempat menghisab segala yang dimiliki, termasuk hal-hal yang
bersangkut paut hak sesama manusia (haqq adamî), seperti berbuat kesalahan terhadap
orang lain yang belum termaafkan,

4. Ikhlaslah beramal karena Allah Maha Teliti.

Murnikanlah berbuat hanya untuk tujuan mencari ridha Allah. Jika kita belajar fiqih,
ikhlas memang tak menjadi salah satu rukun yang mesti dilakukan. Tapi ikhlas adalah
“ruh” yang menentukan apakah suatu amal memiliki harga di sisi Allah subhanahu
wata’ala

Kata Ikhlas dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai: hati yang bersih
(kejujuran); tulus hati (ketulusan hati) dan kerelaan.

Sedangkan dalam bahasa Arab kata ikhlas berasal dari kata khalasha yang mempunyai
pengertian tanqiyah asy-syai wa tahdzibuhu (mengosongkan sesuatu dan
membersihkannya).

Arti ikhlas adalah mengerjakan segala sesuatu yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-
Nya (ibadah) dengan penuh ketulusan semata-mata hanya untuk mendapat keridhaan-Nya,
baik di dunia maupun di akhirat.

‫ ِاَّن اللَه َال َي ْن ُظ ُر ِالَى َاْج َس اِم ُك ْم‬: ‫ َق اَل َر ُسْو ُل اللِه ص‬: ‫َع ْن َاِبى ُه َر ْي َر َة رض َق اَل‬
‫َو َال ِالَى ُص َو ِر ُك ْم َو ٰل ِك ْن َي ْن ُظ ُر ِالَى ُقُلْو ِبُك ْم‬.
Artinya: Dari Abu Hurairah RA, ia berkata Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai
kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu.” (HR Muslim)

‫ِإَّن َم ا اَأْلْع َم اُل ِبالِّن َّيِة َو ِإَّن َم ا ِلُك ِّل اْم ِر ٍئ َم ا َن َو ى‬


Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan
mendapatkan apa yang diniatkannya." (HR Bukhari dan Muslim).

Anda mungkin juga menyukai