إن الُم سِلِم ين َو اْلُم ْس ِلَم ِت َو اْلُم ْؤ ِم ِنيَن والمؤمنت والفين والفنات والصدقين والصدقت
والصبرين والصبرِت َو اْلُحِش ِع يَن والخشعت والتصدقين والمتصنفت والصايمين
والضيفت والحفظين فزوجهم والحفظت والذاكرين هللا كثيرا والذاكرت َأَع َّد ُهللا َلُه ْم ُم ْغ ِف َرًة
) 35 ( َو َأْجًرا َع ِظ يًم ا
Salah satu ayat yang mengajarkan untuk ikhlas adalah Q.S. Az-Zumar/39:2 berikut :
)2( ِاَّنٓا َاْنَزْلَنٓا ِاَلْي َك اْلِكٰت َب ِباْلَحِّق َف اْع ُبِد َهّٰللا ُم ْخِلًص ا َّلُه الِّدْيَۗن
Artinya:Sesungghunya Kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad) al- Kitab (al Qur’an)
dengan benar, maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan (ibadah) kepadanya. (Q.S. Az-
Zumar/39: 2)
Ali Abdul Halim (2010) mengatakan bahwa ikhlas dapat
dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu :
a) Orangawam (umum).
Tujuannya mencari dan menghitung keuntungan dunia dan akhirat.
Contohnya: seseorang melakukan ibadah shalat atau memberishadaqah
kepada anak yatim dengan tujuan ingin agar badannya sehat,hartanya
banyak, mendapat bidadari dan nanti di akhirat masuk surga.
b) Orang khawash (khusus).
Seseorang beribadahnya untuk mencari keuntungan akhirat bukan lagi
pada keuntungan dunia.
c) Orang khawashul khawas (excellent ).
Apabila ia beribadah tidak ada motivasi apa pun, kecuali mengharap ridha
dari Allah Swt.
Tujuannya mencari dan menghitung keuntungan dunia dan akhirat. Contohnya:
seseorang melakukan ibadah shalat atau memberishadaqah kepada anak yatim dengan
tujuan ingin agar badannya sehat,hartanya banyak, mendapat bidadari dan nanti di
akhirat masuk surga.
Menurutnya ada tiga ciri seseorang yang ikhlas dalam beramal:
1. Tidak lagi mengharap/menghiraukan pujian dan hinaan orang lain
2. Tidak lagi melihat kepada manfaat dan bahaya perbuatan, tetapi padahakikat perbuatan, misalnya bahwa amal
yang kita lakukan adalahperintah Allah.
3. Tidak mengingat pahala dari perbuatan yang dilakukan.
Manfaatnya mempunyai sifat ikhlas terhindar dari tipu daya setan/iblis.
3. Malu
Malu dalam bahasa Arab disebut kata Al haya. Disebutkan oleh Nabi SAW sebagai cabang
dari iman karena dengan sifat malu seseorang dapat bergerak melakukan kebaikan dan
menghindari keburukan. Jika ada seseorang yang tidak berani melakukan kebaikan maka
sebabnya bukanlah sifat malu yang dimilikinya tetapi itu disebabkan sifat penakut dan
kelemahan yang dimiliki seseorang tersebut.
Menurut Ibnu Hajar penulis kitab Fath al-Bari, malu dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Malu naluri ( gharizah ) yakni sifat malu yang Allah ciptakan pada diri hamba sehingga
mengantarkan hamba tersebut melakukan kebaikan dan menghindari keburukan serta
memotivasi untuk berbuat yang indah.
2. Malu yang dicari/dilatih ( muktasab ) sifat malu ini ada kalanya bagian dari iman, seperti rasa
malu sebagai hamba dihadapan Allah pada hari kiamat, sehingga menjadikannya
mempersiapkan bekal untuk menemui Allah di akhirat nanti. Adakalanya juga malu ini bagian
dari Ihsan, seperti malunya hamba karena adanya rasa taqarrub atau merasa selalu dalam
pengawasan Allah.
4. Zuhub
zuhub secara bahasa berarti sesuatu yang sedikit tidak tertarik terhadap sesuatu dan
meninggalkannya. jadi, zuhud berarti meninggalkan dari kesenangan dunia untuk lebih
mementingkan ibadah. orang yang melakukan zuhud disebut dengan zahid.
dalam kaitannya dunia, zuhud diartikan meninggalkan dunia Dan menganggap dunia adalah
hal yang hina. meskipun demikian perilaku zuhud bukan berarti tidak memperhatikan
urusan dunia atau bukan berarti tidak memiliki harta dan mengasihkan diri dari dunia. para
ulama menjelaskan bahwa hal tersebut bukanlah maksud dari zuhud.
menurut abu Sulaiman aldarani, zuhub adalah meninggalkan sesuatu yang dapat
menimbulkan diri kita sehingga melalaikan Allah. dengan kata lain zuhud adalah
mengeluarkan kemuliaan harta dalam hati kita maksudnya harta yang dimiliki tidak menjadi
hati ini jauh dan lalai dari Allah . bahkan ulama lain menambahkan bahwa harta yang kita
miliki harusnya dapat menjadi sarana atau alat mendekatkan diri kepada Allah.
sehingga akhirnya dapat menyebabkan manusia terjerumus ke sikap berlebihan
sebagaimana penjelasan sebelumnya
َق اَل َرُس وُل ِهللا َص ىَّل ُهللا َع َلْي ِه َوَس َّلَم ُيوصك األمم َأْن َتَداَع ى َع َلْي ُكْم َك َم ا َتَداَع ى اَأْلَك َلُة ِإىَل َق ْص َع ِت َه ا: َع ن َتْو َباَن َق اَل.
َل َل َأ
ُك َد
ُص ِر َو ْمَع ُدو ْن ِم ُهَّللا َّن َع َز ْن َّس ْي ِل َو َيال اِء َت َكَف اُء َت ُغ ْمُك َّن ِك ُر َوِثي َك ِئٍذ َف َق اَل َق اِئُل َو ِم ْن ِق َلٍة َنْحُن َيْو َم ِئٍذ َق اَل َبْل ْم َيْو َم
ُتن
اْلَم َه اَبَة ِم ْن ُكْم َو َلَي ْق ِد َف َّن ُهَّللا ِفي ُقُلوِبُكُم اْلَو ْه َن َف َق اَل َق اِئٌل َيا َرُس ْو َل ِهللا َو َم ا اْلَو ْه ُن َق اَل ُحُّب الُّد ْنَي ا َو َك َراِه َي ُة اْلَم ْو ِت
)(رواه ابو داود
Artinya : "Dari Tsauban, ia berkata, "Rasulullah saw bersabda: "Hampir hampir bangsa-
bangsa memperebutkan kalian (umat Islam), layaknya memperebutkan makanan yang
berada di mangkuk. "Seorang laki-laki berkata, "Apakah kami waktu itu berjumlah
sedikit?" beliau menjawab: "tidak, bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak,
namun kalian seperti buih di genangan air. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut
kepada kalian, dan akan menanamkan ke dalam hati kalian al-wahn. Seseorang lalu
berkata, "Wahai Rasulullah, apa itu al-wahn?" beliau menjawab: "Cinta dunia dan takut
mati." (HR. Abu Dawud)
Dalam Islam cinta dunia bukan berarti meninggalkan harta duniawi. Imam Ghazali
dalam kitab Ihya' Ulumuddin menjelaskan bahwa zuhud bukan berarti meninggalkan
harta duniawi. perilaku zuhud adalah seorang mampu mendapatkan atau menikmati
dunia tanpa menjadikan dirinya hina, tanpa menjadikan nama baik buruk tanpa
mengalahkan kebutuhan rohani dan tanpa menjadikan jauh dari Allah.
Dalam hadis Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Abu Dzar al-
Ghifari disebutkan :
َع ْن َأِبي َد َر َع ِن الَّنِبِّي َص ىَّل ُهللا َع َلْي ِه َوَس َّلَم َق اَل الَّزَهاَدُه ِفي الُّد ْنَي ا َلْي َس ْت ِبَت ْحِريِم اْلَحاَل ِل َو اَل ِإَض اَع ِة اْلَم اِل َو َلِكَّن الَّزَهاَد َة ِفي
الُّد ْنَي ا َأْن اَل َتُكوَن ِبَم ا ِفي َيَد ْيَك َأْو َثَق ِم َّم ا ِفي َيِد ِهَّللا َو َأْن َتُكوَن ِفي َثَو اِب اْلُم ِص ْيَبِة ِإَذ ا َأنَت
)أِص ْب َت ِبَه ا َأْر َغ َب ِفيَه ا َلْو َأنها أبقيت لك (رواه الترمذي
Artinya: "Dari Abu Dzar al-Ghifari dari Nabi saw bersabda: zuhud terhadap dunia bukan berarti
mengharamkan yang halal dan menyia-nyiakan harta. Tetapi zuhud terhadap dunia adalah engkau
lebih yakin terhadap kekuasaan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Zuhud juga berarti ketika
engkau tertimpa musibah, engkau lebih mengharap mendapat pahala dari musibah itu daripada
dikembalikannya harta itu kepadamu." (HR. Al-Tirmidzi).
Dengan demikian wujud bukan dilihat dari pakaian atau harta apa yang dimiliki seseorang. tetapi
terkait cara memperoleh harta dunia dan menyikapi harta tersebut sesuai tuntutan agama, seperti
mencari harta secara halal harta yang dimiliki tidak menjadi seseorang sombong dan jauh dari
Allah. Zuhud juga bukan duduk bersantai-santai di rumah menunggu sedekah karena
Sesungguhnya amal, usaha, dan mencari nafkah yang halal adalah ibadah yang akan mendekatkan
seorang hamba kepada Allah. Sehingga harta tidak mempermudahkan dirinya.
Kesimpulan
1. Diantara cabang Iman adalah 4 Malu (haya) ialah seseorang yang
menjaga kehormatan, ikhlas, mampu menahan dan menutup diri
malu, dan zuhud dari hal-hal yang akan dapat
mendatangkan aib atau keburukan
pada dirinya. Sifat malu sebagai
cabang iman seseorang dapat
2. Menjaga kehormatan adalah tergerak melakukan kebaikan dan
proses penjagaan tingkah laku menghindari keburukan.
seseorang
agar sejalan dengan ajaran agama,
menghiasi diri dengan akhlak terpuji
dan menjauhi segala bentuk 5. Zuhud meninggalkan dari
keburukan. kesenangan dunia untuk lebih
mementingkan ibadah. Dengan kata
lain zuhud adalah cara kita
menyikapi harta dunia yang kita
3. Ikhlas adalah beribadah karena miliki tidak menjadikan kita lalai dan
Allah bukan karena selainnya jauh dari ajaran agama Islam.
Terima Kasih