Anda di halaman 1dari 15

PERILAKU RIYA

DISUSUN OLEH :
ANUGRAH HIDAYATI
ANDI RIFKI AULIAYA
MUH. YUHARDIKA DARMAN
A. Pengertian dan Penjelasan Perilaku Riya

Kata riya berasal dari kata ruyah, yang artinya


menampakkan. Dikatakan arar-rajulu, berarti
seseorang menampakkan amal shalih agar dilihat
oleh manusia.
Makna ini sejalan dengan firman Allah SWT:

() )(

Orang-orang yang berbuat riya dan enggan
menolong dengan barang berguna. (QS. Al-
Maauun : 6-7)



Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-


orang yang keluar dari kampungnya dengan
rasa angkuh dan dengan maksud riya
kepada manusia serta menghalangi [orang]
dari jalan Allah. Dan [ilmu] Allah meliputi apa
yang mereka kerjakan. (QS. Al-Anfal : 47)
B. Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Riya
Hal penting yang perlu kita ketahui dalam masalah riya adalah sebab-
sebab yang bisa menjatuhkan diri kita dalam penyakit ini. Di antara sebab-
sebabnya adalah sebagai berikut.
1. Lingkungan keluarga.
Keluarga merupakan tempat di mana anggota-anggotanya
berinteraksi secara intens sehingga yang terjadi adalah saling
mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Apabila seseorang hidup
dalam sebuah keluarga yang kental dengan tampilan-tampilan riya, maka
sulit untuk tidak jatuh pada penyakit ini, terlebih anak-anak yang punya
kecenderungan untuk mengikuti orang tua. Maka, langkah strategis yang
harus dilakukan orang tua adalah memperdalam ajaran Islam sehingga
sang anak akan mampu membentengi dan memproteksi dirinya dari riya.
2. Pengaruh teman.
Sebagaimana keluarga mempunyai pengaruh yang kuat dalam
mempengaruhi putih hitamnya perilaku kita, teman pun demikian,
sehingga Allah SWT senantiasa menganjurkan kepada kita agar kita
mencari dan menjadikan orang-orang yang saleh sebagai mitra kita atau
teman dalam bergaul kita. Allah telah menggambarkan sebuah
penyesalan hambanya yang salah dalam berinteraksi. Allah SWT
berfirman, Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak
menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). (al-Furqaan (25) : 28)

3. Tidak mengenal Allah SWT dengan baik.


Ketidaktahuan seseorang akan kedudukan keagungan Allah SWT
dan kebesaran-Nya akan menghantarkan pada tampilan sikap dalam
beribadah kepada Allah SWT. Maka, mengenal Allah merupakan hal
yang urgen sekali oleh karena dengan cara itulah kita akan terjaga dari
kesalahan-kesalahan dalam beribadah kepada Allah, termasuk
munculnya penyakit riya.
4. Kekaguman yang berlebihan dari orang lain.
Kekaguman yang berlebihan dari orang lain manakala tidak dikelola
dengan baik bisa menjadikan orang yang dikagumi membusungkan
dadanya dan lupa kepada Allah SWT sehingga timbullah sikap riya.
Penyebabnya, ia akan senantiasa mencari celah agar sikap, perilaku,
dan ibadahnya senantiasa mendapat sanjungan orang lain.
C. Macam-macam Perilaku Riya
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa riya ada 2 macam,
sebagaimana ulama menguraikannya:
:

,


riya dibagi kedalam dua tingkatan: riya kholish yaitu
melakukan ibadah semata-mata hanya untuk mendapatkan
pujian dari manusia, riya syirik yaitu melakukan perbuatan
karena niat menjalankan perintah Allah, dan juga karena untuk
mendapatkan pujian dari manusia, dan keduanya bercampur.
Maka hal ini sesuai dengan perkataan ulama ahli sufi, bahwa kita kadang
tidak bisa membedakan antara riya jali (terang) dan khafi (samar),
kecuali orang-orang yang benar-benar selalu mensucikan dalam hatinya
hanyalah beribadah kepada Allah semata. Karena dengan kedekatan
pada-Nya, dalam hatinya sudah dibersihkan daripada penyakit-penyakit
yang buruk (madzmumah):

Allah berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 110:

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu yang


diwahyukan kepadaku, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan yang Esa, Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya.
Ayat diatas menerangkan kepada kita, sekiranya beramal tapi masih
mengharapkan pujian daripada selain Allah, maka sifat riya sudah masuk
dalam diri kita, dan itu sangat berbahaya karena kita beramal untuk
menuai hasilnya nanti di akhirat.

Apapun jenis ibadah yang kita lakukan, hendaklah dengan satu tujuan
menghadap kepada sang Ilaah, seperti sholat yang kita kerjakan setiap
hari lakukanlah hanya untuk Allah, baik ketika sholat sendiri atau pun ada
orang di sekitarnya, beribadahlah hanya untuk Allah yang Maha Mulia.
Allah berfirman dalam surat al-Maauun ayat 4-7:

,

,
,




Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang
lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong
dengan) barang berguna.
Beberapa Diantaranya yaitu :
1. Seorang hamba dalam beribadah menginginkan selain Allah. Dia
senang orang lain tahu/melihat apa yang diperbuatnya. Dia tidak
menunjukkan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah dan ini
termasuk jenis nifaq.
2. Seorang hamba beribadah dengan tujuan dan keinginannya ikhlas
karena Allah, namun ketika manusia melihat ibadahnya maka ia
bertambah giat dalam beribadah serta membaguskan ibadahnya. Ini
termasuk perbuatan syirik tersembunyi.
3. Seorang hamba beribadah pada awalnya ikhlas karena Allah dan
sampai selesai keadaannya masih demikian, namun pada akhir
ibadahnya dipuji oleh manusia dan ia merasa bangga dengan pujian
manusia tersebut serta ia mendapatkan apa yang diinginkannya
(dunia, missal: dengan memperoleh kedudukan di masyarakat dll).
4. Riya badaniyah, yaitu perbuatan riya dengan menampakkan
badan/jasadnya kurus karena banyaknya ibadah sehingga ia disebut
sebagai orang ABID (Ahli Ibadah).
5. Riya dari sisi penampilan atau model. Seperti orang yang
berpenampilan compang-camping agar ia dilihat seperti orang yang
berlaku/berbuat zuhud 1).
6. Riya pada ucapan, misal orang yang memberat-beratkan suaranya.
7. Riya dengan mencela dirinya dihadapan manusia.
8. Riya dengan teman dan orang-orang yang mengunjunginya. Misal:
Teman-teman/orang-orang yang mengunjunginya adalah para
ustadz/ulama, maka ia menjadi bangga dan mengharap pujian dari
hal tersebut.
9. Seorang beramal dengan amal ketaatan dan tidak seorangpun
mengetahuinya, ia tidak ingin tenar. Akan tetapi jika ia dilihat
manusia, ia menginginkan diawali/dihormati dengan pengucapan
salam.
10. Menjadikan perbuatan ikhlasnya itu sebagai wasilah terhadap apa
yang dia inginkan.
D. Ciri-ciri Perilaku Riya
Pengetahuan kita tentang ciri-ciri orang yang mempunyai sifat riya
merupakan hal penting oleh karena kita akan melakukan penyikapan-
penyikapan yang jelas terhadap mereka yang terkena penyakit ini.
Minimal ada tiga ciri dasar dari orang yang mempunyai sifat riya:
1. Munculnya keseriusan dan giat dalam bekerja manakala mendapat
pujian dan sanjungan, dan akan malas manakala tidak ada pujian,
bahkan meninggalkan pekerjaannya manakala dicela oleh orang lain
2. Tampilnya profesionalisme kerja manakala dia bekerja secara
kolektif, dan apabila bekerja secara individu yang muncul adalah
kemalasan yang sangat
3. Konsisten di dalam menjaga batasan-batasan Allah SWT apabila
bersama orang lain, dan melakukan pelanggaran-pelanggaran
manakala dia sendirian.
E. Dampak Perilaku Riya
Karena sifat riya merupakan penyakit hati, sudah barang tentu dia
mempunyai efek negatif dalam kehidupan kaum Muslimin, baik secara
pribadi maupun dalam bentuk amal islami. Berikut ini adalah dampak negatif
dari sifat riya.
1. Dampak riya terhadap pelakunya :
1. Terhalangi dari petunjuk dan taufik Allah SWT.
2. Menimbulkan keguncangan jiwa dan kesempitan hidup.
3. Hilangnya karismatika dirinya pada orang lain.
4. Hilangnya profesionalisme dalam bekerja.
5. Terjerumus pada sikap ujub, terperdaya, dan sombong.
6. Batalnya amal ibadah yang dilakukan.
7. Akan mendapat azab pada hari akhir.
2. Dampak riya terhadap amal islami

Efek negatif riya yang paling dominan dalam amal islami adalah
tertundanya banyak pekerjaan dan terjadinya akumulasi biaya
pekerjaan yang besar. Maka, manakala kita mengetahui dampak
negatifnya yang begitu besar, baik secara individu maupun kolektif,
menjadi sebuah kewajiban bagi kita untuk menghilangkan dan
memusnahkan sifat ini dari diri kita.

Contoh Perilaku Riya :


1. Seseorang yang telah bersedekah kepada yayasan,dan
meminta ketua yayasan supaya orang yang bersedekah tadi
disebutkan/di umumkan kepada orang lain,ahwa dirinya telah
bersedekah.
2. Seseorang yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dan
memamerkannya/menonjolkannya kepada semua orang.
3. Orang yang telah menunaikan ibadah haji di tahun kemarin dan
akan menunaikan ibadah haji lagi di tahun ini.Dengan maksud
agar mendapat gelar haji da di puji oleh orang lain.Dan masih
bayak lagi contoh-contoh yang lainnya .
F. Cara Mencegah Perilaku Riya
Diantara solusi agar kita terhindar dari perbuatan riya adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui jenis-jenis amalan yang diperuntukkan untuk
dunia dan mengetahui jenis-jenis riya serta factor-faktor
pendorong perbuatan riya
2. Mengetahui keagungan Allah Azza wa Jalla.
3. Mengenal/mengetahui apa yang telah Allah persiapkan untuk
akhir kehidupan.
4. Takut dari beramal untuk kepentingan dunia.

Anda mungkin juga menyukai