DISUSUN OLEH :
ANUGRAH HIDAYATI
ANDI RIFKI AULIAYA
MUH. YUHARDIKA DARMAN
A. Pengertian dan Penjelasan Perilaku Riya
Apapun jenis ibadah yang kita lakukan, hendaklah dengan satu tujuan
menghadap kepada sang Ilaah, seperti sholat yang kita kerjakan setiap
hari lakukanlah hanya untuk Allah, baik ketika sholat sendiri atau pun ada
orang di sekitarnya, beribadahlah hanya untuk Allah yang Maha Mulia.
Allah berfirman dalam surat al-Maauun ayat 4-7:
,
,
,
Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang
lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong
dengan) barang berguna.
Beberapa Diantaranya yaitu :
1. Seorang hamba dalam beribadah menginginkan selain Allah. Dia
senang orang lain tahu/melihat apa yang diperbuatnya. Dia tidak
menunjukkan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah dan ini
termasuk jenis nifaq.
2. Seorang hamba beribadah dengan tujuan dan keinginannya ikhlas
karena Allah, namun ketika manusia melihat ibadahnya maka ia
bertambah giat dalam beribadah serta membaguskan ibadahnya. Ini
termasuk perbuatan syirik tersembunyi.
3. Seorang hamba beribadah pada awalnya ikhlas karena Allah dan
sampai selesai keadaannya masih demikian, namun pada akhir
ibadahnya dipuji oleh manusia dan ia merasa bangga dengan pujian
manusia tersebut serta ia mendapatkan apa yang diinginkannya
(dunia, missal: dengan memperoleh kedudukan di masyarakat dll).
4. Riya badaniyah, yaitu perbuatan riya dengan menampakkan
badan/jasadnya kurus karena banyaknya ibadah sehingga ia disebut
sebagai orang ABID (Ahli Ibadah).
5. Riya dari sisi penampilan atau model. Seperti orang yang
berpenampilan compang-camping agar ia dilihat seperti orang yang
berlaku/berbuat zuhud 1).
6. Riya pada ucapan, misal orang yang memberat-beratkan suaranya.
7. Riya dengan mencela dirinya dihadapan manusia.
8. Riya dengan teman dan orang-orang yang mengunjunginya. Misal:
Teman-teman/orang-orang yang mengunjunginya adalah para
ustadz/ulama, maka ia menjadi bangga dan mengharap pujian dari
hal tersebut.
9. Seorang beramal dengan amal ketaatan dan tidak seorangpun
mengetahuinya, ia tidak ingin tenar. Akan tetapi jika ia dilihat
manusia, ia menginginkan diawali/dihormati dengan pengucapan
salam.
10. Menjadikan perbuatan ikhlasnya itu sebagai wasilah terhadap apa
yang dia inginkan.
D. Ciri-ciri Perilaku Riya
Pengetahuan kita tentang ciri-ciri orang yang mempunyai sifat riya
merupakan hal penting oleh karena kita akan melakukan penyikapan-
penyikapan yang jelas terhadap mereka yang terkena penyakit ini.
Minimal ada tiga ciri dasar dari orang yang mempunyai sifat riya:
1. Munculnya keseriusan dan giat dalam bekerja manakala mendapat
pujian dan sanjungan, dan akan malas manakala tidak ada pujian,
bahkan meninggalkan pekerjaannya manakala dicela oleh orang lain
2. Tampilnya profesionalisme kerja manakala dia bekerja secara
kolektif, dan apabila bekerja secara individu yang muncul adalah
kemalasan yang sangat
3. Konsisten di dalam menjaga batasan-batasan Allah SWT apabila
bersama orang lain, dan melakukan pelanggaran-pelanggaran
manakala dia sendirian.
E. Dampak Perilaku Riya
Karena sifat riya merupakan penyakit hati, sudah barang tentu dia
mempunyai efek negatif dalam kehidupan kaum Muslimin, baik secara
pribadi maupun dalam bentuk amal islami. Berikut ini adalah dampak negatif
dari sifat riya.
1. Dampak riya terhadap pelakunya :
1. Terhalangi dari petunjuk dan taufik Allah SWT.
2. Menimbulkan keguncangan jiwa dan kesempitan hidup.
3. Hilangnya karismatika dirinya pada orang lain.
4. Hilangnya profesionalisme dalam bekerja.
5. Terjerumus pada sikap ujub, terperdaya, dan sombong.
6. Batalnya amal ibadah yang dilakukan.
7. Akan mendapat azab pada hari akhir.
2. Dampak riya terhadap amal islami
Efek negatif riya yang paling dominan dalam amal islami adalah
tertundanya banyak pekerjaan dan terjadinya akumulasi biaya
pekerjaan yang besar. Maka, manakala kita mengetahui dampak
negatifnya yang begitu besar, baik secara individu maupun kolektif,
menjadi sebuah kewajiban bagi kita untuk menghilangkan dan
memusnahkan sifat ini dari diri kita.