Anda di halaman 1dari 7

AKHLAK TERCELA KEPADA ALLAH SWT

( RIYA’ DAN NIFAQ )

A. Riya’
1. Pengertian Riya’
Riya‟ merupakan penyakit yang sangat berbahaya, penyakit yang sangat
berbahaya ini, mengakibatkan hancurnya amalan dan menjadikannya seperti debu yang
berterbangan tak bernilai.Betapa banyak amalan yang seseorang lakukan dan yang
mereka kumpulkan namun semua itu hilang karna niat riya‟ yang mereka
kerjakan.Seseorang melakukan kebaikan bukan karna mengharapkan ridha Allah
semata melainkan agar mereka mendapat pujian dihadapan manusia.
Riya’ dalam bahasa Arab artinya memperlihatkan atau memamerkan, secara
istilah riya’yaitu memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik barang maupun
perbuatan baik yang dilakukan, dengan maksud agar orang lain dapat melihatnya dan
akhirnya memujinya. Hal yang sepadan dengan riya’ adalah sum’ah yaitu berbuat
kebaikan agar kebaikan itu didengar orang lain dan dipujinya, walaupun kebaikan itu
berupa amal ibadah kepada Allah Swt. Orang yang sum’ah dengan perbuatan baiknya,
berarti ingin mendengar pujian orang lain terhadap kebaikan yang ia lakukan. Dengan
adanya pujian tersebut, akhirnya masyhurlah nama baiknya di lingkungan masyarakat.
Menurut Al-Ghazali Riya’ berasal dari kata ru’yah yang artinya melihat, riya’
asalnya mencari kedudukan di hati manusia dengan cara mempertontomkan kepada
manusia kebajikan yang mereka lakukan sehingga orang-orang menontonnya dan
memujinya. hanya saja pangkat dan kedudukan di hati manusia itu kadang-kadang di
cari dengan amalan selain ibadah, dan kadangkadang di cari dengan amalan ibadah.
Dalam sebagian diriwayatkan bahwasanya riya’ termasuk sesuatu yang sangat
dikhawatirkan oleh Rasulullah karena termasuk syirik kecil, seperti halnya hadits
dibawah ini:

‫ “ِإَّن َأْخ َو َف َم ا َأَخ اُف‬:‫ َقاَل َرُسْو ُل الَّلِه صلى اهلل عليه وسلم‬: ‫َو َعْن ْحَمُمْو ِد ْبِن َلِبْيٍد رضي اهلل عنه َقاَل‬
‫ِهلل‬
‫ َالِّر َياُء‬: ‫ َو َم ا الِّش ْر ُك اَألْص َغُر َيا َرُسْو ُل ا ؟” َقاَل‬:‫ َقاُلْو ا‬. ‫َعَلْيُك ْم الِّش ْر ُك اَألْص َغُر‬
Artinya, “Dari sahabat Mahmud bin Labid radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda, “Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan menimpa kalian
adalah syirik kecil.” Kemudian para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, Wahai
Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Riya’.
2. Macam-Macam Riya’
Adapun macam-macam Riya’ ada dua, yaitu
Pertama, Riya’ Jali, yaitu ibadah atau kebaikan yang sengaja dilakukan di depan
orang lain dengan tujuan tidak untuk mengagungkan Allah Swt, melainkan demi
mencari pujian orang lain, untuk kebanggaan , atau tujuan selain Allah Swt.
Kedua, Riya’ Khafi, yaitu melakukan ibadah atau kebaikan secara tidak terang-
terangan, tapi dengan maksud agar ia dihormati dan dimuliakan oleh masyarakat. Riya’
Khafi merupakan penyakit hati yang sangat halus dan samar, yang ujungnya sama
dengan riya’ jali, yaitu mengharap pujian dan sanjungan dari orang lain.
Ada juga yang menyebutkan riya’ ada lima macamnya, diantaranya ialah:
Pertama, Riya‟ yang berasal dari badan, seperti memperlihatkan bentuk tubuhnya
yang kurus dan pucat agar mereka bisa melihat bahwa dia telah melakukan ibadah
dengan sedemikian rupa atau dia memperlihatkan rambutnya yang acak-acakan, agar
orang mengira dia terlalu sibuk dalam urusan agama, sehingga merapikan rambut pun
tidak sempat atau tidak ada waktu.
Kedua, Riya‟ yang berasal dari perhiasan, seprti yang berjalan dengan suara
keras, membiarkan bekas sujud di Wajah, pakaian yang tebal dan indah, mengenakan
kain wol, memendekkan lengan baju dll.
Ketiga, Riya‟ dengan perkataan, riya‟ nya para pemeluk agama adalah dengan
nasihat, peringatan, menjaga pengabaran dan atsar, dengan maksud untuk berdebat,
memperlihatkan kedalaman imannya dan perhatiannya terhadap orang-orang salaf,
menggerakkan bibir untuk berzikir di hadapan orang banyak, memeperlihatkan amarah
saat melihat kemungkaran di hadapan orang banyak membaca Al-Quran dengan suara
pelan-pelan, sedangkan di dalam hati tersimpan maksud agar dirinya dikira takut
kepada Allah.
Keempat, Riya‟ dengan perbuatan, seperti riya‟nya orang yang memanjang kan
bacaan saat berdiri, memanjangkan ruku, dan sujud menampaakkan kehusukan dan
lainnya.
Kelima, Riya‟ dengan teman dan orang-orang yang berkunjung kepadanya.
Seperti memamerkan kedatangan ulama‟ atau ahli ibadah kerumahnya, agar dikatakan,
“dia telah dikunjungi pulan”, agar orang-orang datang kerumahnya dan meminta
berkahnya
3. Dampak Negatif Perbuatan Riya’
Pertama, Menghapus pahala amal baik, seperti dijelaskan di dalam QS. Al-Baqarah
ayat 264 berikut :
‫َٰٓيَأُّي ا ٱَّلِذ ي ا ُنو۟ا اَل ِط ُلو۟ا َد َٰقِتُك م ِبٱْل ِّن ٱَأْلَذٰى َك ٱَّلِذى نِف اَل ۥ ِر َئٓا ٱلَّناِس اَل ْؤ ِم ِبٱلَّلِه‬
‫َو ُي ُن‬ ‫ُي ُق َم ُه َء‬ ‫َم َو‬ ‫ُتْب َص‬ ‫َه َن َء َم‬
‫َو ٱْلَيْو ِم ٱْل َءاِخ ِر ۖ َفَمَثُل ۥُه َك َم َثِل َص ْف َو اٍن َعَلْيِه ُتَر اٌب َفَأَص اَبۥُه َو اِبٌل َفَتَر َك ۥُه َص ْلًد اۖ اَّل َيْق ِد ُر وَن َعَلٰى َش ْى ٍء َّمِّما‬
‫َٰك ِف‬ ‫ِد‬ ‫۟ا‬
‫َك َس ُبو ۗ َو ٱلَّلُه اَل َيْه ى ٱْلَق ْو َم ٱْل ِر يَن‬
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti
orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang
di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia
bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

Kedua, Mendapat dosa besar karena riya’ termasuk perbuatan syirik kecil. Seperti yang
di sabdakan oleh Rasulullah SAW.

‫ “ِإَّن َأْخ َو َف َم ا َأَخ اُف‬:‫ َقاَل َرُسْو ُل الَّلِه صلى اهلل عليه وسلم‬: ‫َو َعْن ْحَمُمْو ِد ْبِن َلِبْيٍد رضي اهلل عنه َقاَل‬
‫ِهلل‬
‫ َالِّر َياُء‬: ‫ َو َم ا الِّش ْر ُك اَألْص َغُر َيا َرُسْو ُل ا ؟” َقاَل‬:‫ َقاُلْو ا‬. ‫َعَلْيُك ْم الِّش ْر ُك اَألْص َغُر‬
Artinya, “Dari sahabat Mahmud bin Labid radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda, “Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan menimpa kalian
adalah syirik kecil.” Kemudian para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, Wahai
Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Riya’.

Ketiga, Tidak selamat dari bahaya kekafiran karena riya’ sangat dekat hubungannya
dengan sikap kafir. (QS. Al-Baqarah ayat 264).

4. Upaya Untuk Menghindari Perilaku Riya’


Pertama, Memandang semua makhluk itu tunduk di bawah kekuasaan Allah Swt
sehingga makhluk itu dapat mendatangkan kesenangan dan dapat pula menimbulkan
bencana, karena kita tidakmembutuhkan pujian dan sanjungan mereka.
Kedua, Melatih diri untuk beramal secara ikhlas, walaupun sebesar apa pun yang
dilakukan.
Ketiga, Berusaha menyembunyikan dan merahasiakan ibadah dari orang lain dan
ridha terhadap semua amal untuk Allah Swt. semata, cukup Allah Swt sajalah yang
mengetahui dan memuji amal ibadahnya.
Keempat, Mengendalikan diri agar tidak merasa bangga apabila ada orang lain
memuji amal baik yang dilakukan.
Kelima, Mengendalikan diri agar tidak emosi apabila ada orang lain yang
meremehkan kebaikan yang dilakukan.
Keenam, Tidak senang memuji kebaikan orang lain secara berlebih-lebihan
karena hal itu dapat mendorong pelakunya menjadi riya’ atas kebaikannya.

B. Nifaq
1. Pengertian Nifaq
Secara bahasa nifaq berasal dari kata nafiqa yang artinya salah satu lubang tempat
keluarnya yarbu ( hewan sejenis tikus ) dari sarangnya.Nifaq juga berasal dari kata
Nafaq, yaitu lubang tempat bersembunyi.
Pengertian Nifaq secara Bahasa Munāfiq atau Munafik (kata benda, dari bahasa
Arab ‫منافق‬, plural Munāfiqūn) adalah terminologi dalam Islam untuk merujuk pada
mereka yang berpura-pura mengikuti ajaran agama namun sebenarnya tidak mengakui
dalam hatinya. Munafik (‫ )المنافك‬artinya adalah orang yang nifaq (‫)النفاق‬. Nifaq secara
bahasa berarti ketidaksamaan antara lahir dan batin.
Kata An-Nifaq secara istilah syara‟ berarti menutup kekufuran dan
memperlihatkan keimanan. Dengan kata lain, orang munafik itu ucapannya berbeda
dengan perbuatannya, lahirnya tidak sama dengan batinnya, yang Nampak darinya
bertentangan dengan apa yang disembunyikannya dalam hati. Dinamakan demikian
karena dia masuk pada syara‟ dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain
Nifaq juga berarti bermuka dua, pura-pura pada agamanya, Lubang tikus di
padang pasir yang susah di tebak tembusannya. Menurut istilah , nifaq yaitu sikap yang
tidak menentu, tidak sesuai antara ucapan dengan perbuatannya. Perilaku seperti ini
pada hakikatnya adalah ketidaksesuaian antara keyakinan, perkataan, dan perbuatan.
Atau dengan kata lain, tindakan yang selalu dilakukan adalah kebohongan, baik
terhadap hati nuraninya, terhadap Allah Swt maupun sesama manusia. Orang yang
melakukan perbuatan nifaq di sebut munafik.
Nifaq adalah perbuatan menyembunyikan kekafiran dalam hatinya dan
menampakkan keimanannya dengan ucapan dan tindakan. Perilaku seperti ini pada
hakikatnya adalah ketidaksesuaian antara keyakinan, perkataan, dan perbuatan. Firman
Allah Swt.
‫َو ِإَذا َلُقو۟ا ٱَّلِذ يَن َءاَم ُنو۟ا َقاُلٓو ۟ا َءاَم َّنا َو ِإَذا َخ َلْو ۟ا ِإٰىَل َش َٰي ِط يِنِه ْم َقاُلٓو ۟ا ِإَّنا َمَعُك ْم ِإَمَّنا ْحَنُن ُمْس َتْه ِز ُءوَن‬
Artinya: “Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada syaitan-setan
mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami
hanyalah berolok-olok”. (Q.S. 2 Al Baqarah 14)

2. Macam-Macam Nifaq
Adapun jenis Nifaq itu ada dua
Pertama, Nifaq I’tiqadi (Keyakinan), Nifaq i’tiqadi adalah suatu bentuk
perbuatan yang menyatakan dirinya beriman kepada AllahSwt, sedangkan dalam
hatinya tidak ada keimanan sama sekali. Dia shalat, bersedekah. Dan beramal shaleh
lainnya, namun tindakannya itu tanpa didasari keimanan dalam hatinya. Firman Allah
SWT:

‫ِإَّن ٱْلُم َٰن ِفِق َني َٰخُيِدُعوَن ٱلَّلَه َو ُه َو َٰخ ِد ُعُه ْم َو ِإَذا َقاُمٓو ۟ا ِإىَل ٱلَّص َلٰو ِة َقاُمو۟ا ُك َس اٰىَل ُيَر ٓاُءوَن ٱلَّناَس َو اَل‬
‫َّل ِإاَّل ِل‬
‫َيْذ ُك ُر وَن ٱل َه َق يًل‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri
dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan
tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.

Nifaq I’ tiqadi yaitu nifaq besar, dimana pelakunya menampakan keislaman tetapi
menyembunyikan kekufuran. Jenis nifaq ini menjadikan keluar dari agama dan
pelakunya berada di dalam kerak Neraka. Allah menyifati para pelaku nifaq ini dengan
berbagai kejahatan seperti kekufuran ketiadaan iman, mengolok-olok Agama dan
pemeluknya serta kecenderungan kepada musuh-musuh untuk bergabung dengan
mereka untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam. Orang-orang munafik
jenis ini senantiasa ada pada setiap zaman. Lebih lebih ketika tampak kekuatan Islam
dan mereka tidak mampu membendung secara lahiriyah
Dalam keadaan seperti itu, mereka masuk dalam agama Islam untuk melakukan
tipu daya terhadap Agama dan pemeluknya secara sembunyisembunyi juga agar
mereka bisa hidup bersama umat Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan harta
benda mereka. Karena itu, seorang munafik menampakan keimanannya kepada Allah
Swt, Malaikat-Nya, Kitab-Nya dan hari Akhir, tetapi dalam hatinya mereka berpura-
pura dari semua itu dan mendustakannya. Nifaq jenis ini ada empat macam, yaitu
Mendustakan Rasulullah Saw. atau mendustakan sebagian dari pada apa yang Beliau
bawa, Membenci Rasulullah Saw. Atau membenci sebagian apa yang Beliau bawa,
Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam, Tidak senang dengan kemenangan
Islam.
Kedua Nifaq ‘Amali (Perbuatan)
Nifaq ‘Amali yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orangorang
munafik tetapi masih tetap ada Iman di dalam hatinya. Nifaq jenis ini tidak
mengeluarkan dari Agama, tetapi merupakan wasilah (pelantara) kepada yang
demikian. Pelakunya berada dalam Iman dan nifaq. Lalu, jika perbuatan nifaqnya
banyak, maka akan bisa menjadi sebab terjerumusnya dia kedalam nifaq sesungguhnya,
berdasarkan sabda Nabi SAW. Yang artinya Artinya: “Dari Abdullah ibn „Amr bahwa
Nabi Saw bersabda: “Empat sifat yang barang siapa mengerjakannya, maka ia menjadi
munafik tulen, dan barang siapa yang melakukan salah satu dari empat sifat itu, maka
di dalam dirinya terdapat sifat nifaq sehingga ia meninggalkannya, yaitu: (1) apabila
dipercaya, ia berkhianat, (2) apabila berbicara, ia dusta, (3) apabila berjanji, ia tidak
menepati, dan (4) apabila bertengkar, ia curang (mau menang sendiri). (H.R. Bukhari,
Muslim).

3. Bentuk dan Contoh Perbuatan Nifaq


a. Hanya berfikir jangka pendek yaitu kekayaan duniawi semata.
b. Tidak mampu ber-amar ma’ruf nahyi munkar.
c. Sering kali dalam pembicaraannya menyindir dan menyakiti Nabi atau Islam.
d. Ragu terhadap kebenaran Islam.
e. Enggan melakukan shalat, kalaupun ia melakukan shalat pasti karena paksaan
orang lain.
f. Tidak punya kepastian dalam berpikir dan bertindak.
g. Terbiasa dengan kebohongan, ingkar janji, dan khianat.
h. Suka membual mengenai keindahan duniawi dan melupakan kehidupan akhirat.

4. Akibat Buruk Sifat Nifaq


Sebagaimana akhlak tercela yang lain, Nifaq pun berakibat buruk bagi diri sendiri
dan orang lain. Adapun akibat sifat Nifaq, antara lain sebagai berikut.
Pertama, bagi diri sendiri
a. Tercela dalam pandangan Allah Swt. dan sesama manusia sehingga dapat
menjatuhkan nama baiknya sendiri.
b. Hilangnya kepercayaan dari orang lain atas dirinya.
c. Tidak disenangi dalam pergaulan hidup sehari-hari.
d. Mempersempit jalan untuk memperoleh rezeki karena orang lain tidak
mempercayai lagi.
e. Mendapat siksa yang amat pedih kelak di hari akhir.
Kedua, bagi rang lain
a. menimbulkan kekecewaan hati sehingga dapat merusak hubungan
persahabatan yang telah terjalin baik. Apabila kekecewaan cukup berat bisa
menimbulkan anarkhis.
b. Membuka peluang munculnya fitnah karena ucapan atau perbuatannya yang
tidak menentu.
c. Mencemarkan nama baik keluarga dan masyarakat sekitarnya sehingga
merasa malu karenanya.
5. Upaya Menghindari Sifat Nifaq
Adapun upaya untuk menghindari diri dari sifat Nifaq antara lain selalu
menyadari bahwa :
Pertama, Nifaq merupakan larangan agama yang harus dijauhi dalam kehidupan
seharihari.
Kedua, Nifaq akan merugikan diri sendiri dan orang lain sehingga dibenci dalam
kehidupan masyarakat.
Ketiga, Nifaq tidak sesuai dengan hati nurani manusia (termasuk hati munafik
sendiri).
Keempat, Kejujuran menenteramkan hati dan senantiasa disukai dalam pergaulan.

Anda mungkin juga menyukai