Anda di halaman 1dari 7

RUANG TERBUKA HIJAU

Ruang Terbuka Hijau atau disingkat RTH merupakan suatu bentuk pemanfaatan lahan pada satu
kawasan yang diperuntukan untuk penghijauan tanaman. Ruang terbuka hijau yang ideal
adalah 40% dari luas wilayah, selain sebagai sarana lingkungan juga dapat berfungsi untuk
perlindungan habitat tertentu atau budidaya pertanian dan juga untuk meningkatkan kualitas
atmosfer serta menunjang kelestarian air dan tanah. Klasifikasi bentuk RTH umumnya antara
lain RTH Konservasi/Lindung dan RTH Binaan.

Ruang Terbuka Hijau


Secara historis pada awalnya istilah ruang terbuka hijau hanya terbatas untuk vegetasi berkayu
(pepohonan) yang merupakan bagian tak terpisahkan dari lingkungan kehidupan manusia.
Danoedjo (1990) dalam Anonimous (1993) menyatakan bahwa ruang terbuka hijau di wilayah
perkotaan adalah ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, dimana didominasi oleh
tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alami. Ruang terbuka hijau dapat dikelompokkan
berdasarkan letak dan fungsinya sebagai berikut :
1. ruang terbuka kawasan pantai (coastal open space);
2. ruang terbuka di pinggir sungai (river flood plain);
3. ruang terbuka pengaman jalan bebas hambatan (greenways);
4. ruang terbuka pengaman kawasan bahaya kecelakaan di ujung landasan Bandar Udara.

Berdasarkan fungsi dan luasan, ruang terbuka hijau dibedakan atas :


1. Ruang terbuka makro, mencakup daerah pertanian, perikanan, hutan lindung, hutan
kota, dan pengaman di ujung landasan Bandar Udara;
2. Ruang terbuka medium, mencakup pertamanan kota, lapangan olah raga, Tempat
Pemakaman Umum (TPU);
3. Ruang terbuka mikro, mencakup taman bermain (playground) dan taman lingkungan
(community park).

Ruang Terbuka Hijau ( RTH ) kota bermanfaat mengisi hijau tumbuhan dan
pemanfaatannya bagi kegiatan masyarakat. Berdasarkan tata letaknya, RTH kota
bisa berwujud ruang terbuka kawasan pantai ( coastal open space ), dataran
banjir sungai ( river flood plain ), ruang terbuka pengaman jalan bebas
hambatan ( greenways ) dan ruang terbuka pengaman kawasan bahaya
kecelakaan di ujung landasan bandar udara. Menurut Dinas Tata Kota, RTH kota
meliputi ;
 RTH makro, seperti kawasan pertanian, perikanan, hutan lindung, hutan
kota dan landasan pengaman bandar udara.
 RTH medium, seperti kawasan area pertamanan ( city park ), sarana
olahraga, pemakaman umum.
 RTH mikro, yaitu lahan terbuka yang ada di setiap kawasan permukiman
yang disediakan dalam fasilitas umum seperti taman bermain ( play
ground ), taman lingkungan ( community park ) dan lapangan olahraga.

Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut:


1. ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat;
2. proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20%
ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat;
3. apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki
total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi
tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
4. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem
kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun
sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang
diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.

Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan


mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per kapita
sesuai peraturan yang berlaku.

 250 jiwa : Taman RT, di tengah lingkungan RT


 2500 jiwa : Taman RW, di pusat kegiatan RW
 30.000 jiwa : Taman Kelurahan, dikelompokan dengan sekolah/ pusat kelurahan
 120.000 jiwa : Taman kecamatan, dikelompokan dengan sekolah/ pusat
kecamatan
 480.000 jiwa : Taman Kota di Pusat Kota, Hutan Kota (di dalam/kawasan
pinggiran), dan Pemakaman (tersebar)
Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) terdiri dari Ruang Terbuka Hijau Lindung
(RTHL) Dan Ruang Terbuka Hijau Binaan (RTH Binaan).

Ruang Terbuka Hijau Lindung (RTHL) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik
dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih
bersifat terbuka/ umum, di dominasi oleh tanaman yang tumbuh secara alami atau
tanaman budi daya.

Kawasan hijau lindung terdiri dari cagar alam di daratan dan kepulauan, hutan lindung,
hutan wisata, daerah pertanian, persawahan, hutan bakau, dsbnya.

Ruang Terbuka Hijau Binaan (RTHB) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik
dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih
bersifat terbuka/ umum, dengan permukaan tanah di dominasi oleh perkerasan buatan
dan sebagian kecil tanaman.

Kawasan/ruang hijau terbuka binaan sebagai upaya menciptakan keseimbangan


antara ruang terbangun dan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai paru-paru kota,
peresapan air, pencegahan polusi udara dan perlindungan terhadap flora

Tanaman meredam suara bising sampai 80 %

Penataan RTH yang tepat mampu meningkatkan kualitas atmosfer kota, penyegaran
udara, menurunkan suhu kota, menyapu debu permukaan kota, menurunkan kadar
polusi udara dan meredam kebisingan. Penelitian Embleton ( 1983 ) menyebutkan, 1
hektar RTH dapat meredam suara 7 desibel per 30 meter jarak dari sumber suara, pada
frekuensi kurang dari 1000 CPS. Versi Carpenter ( 1975 ) dapat meredam kebisingan
25-80 %.

RTH umumnya didominasi tanaman dan tumbuhan yang banyak berpengaruh pada
kualitas udara kota. Tanaman dapat menciptakan iklim mikro, yaitu penurunan suhu
sekitar, kelembaban yang cukup, kadar oksigen yang bertambah karena adanya proses
asimilasi dan evapotranspirasi dari tanaman. Tanaman juga menyerap ( mengurangi )
karbondioksida di udara hasil kegiatan industri, kendaraan bermotor, dsb. Menurut riset
Gerakis, 1 hektar RTH dapat menghasilkan 0,6 ton oksigen untuk konsumsi 1500 orang
per hari. Kota yang baik seyogyanya membuat warga kota sehat dengan kenyamanan
dan kualitas lingkungan yang dimilikinya.

Peranan RTH kota terhadap kelestarian lingkungan :


Menunjang tata guna dan pelestarian alam. Kualitas air menurun dan kian keringnya
sumber2 air bawah tanah dapat diperbaiki dengan pengembangan sistem RTH yang
terencana, seperti ; recharging basin, recharging sink hole, mengeleminir banjir,
perbaikan daerah aliran sungai ( DAS ) dan perluasan area peresapan air.

Menunjang tata guna dan pelestarian tanah. Penetapan peruntukan yang kurang
bijaksana menyebabkan ekosistem terganggu. Pola RTH dalam sistem tata ruang kota
dapat digunakan sebagai alat pengendali tata guna tanah secara luas dan dinamis.
Pengembangan RTH dapat memperbaiki kondisi tanah itu sendiri secara alamiah,
sehingga perlu diadakan program2 perbaikan tanah kritis, pencegahan erosi,
peningkatan kualitas lingkungan ( permukiman, industri, jalur transportasi, dsb ).

Menunjang pelestarian plasma nutfah. Dengan mengembangkan RTH maka program


penghijauan pada ruang2 terbuka kota. Berbagai jenis tanaman yang diterapkan
memberi keanekaragaman hayati, sekaligus mengundang satwa liar, terutama burung.
Selama ini, mereka jarang ditemui di lingkungan perkotaan. RTH dapat melestarikan
keanekaragaman flora, fauna, dalam upaya pelestarian plasma nutfah.

Elemen-elemen dalam taman kota:

Menurut Buku Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap karya Rustam Hakim


(2004). Keberadaan taman kota tidak dapat terlepas dari elemen-elemen
pembentuknya. Elemen-elemen dalam taman kota tersebut dapat dibagi menjadi 2
bagian utama yaitu elemen keras dan elemen lunak.Kedua elemen tersebut juga dapat
dipisahkan menjadi elemen alami danelemen buatan. Elemen-elemen tersebut dalam
penggunaanya dapatdigabungkan atau dikombinasikan sehingga menjadi lebih menarik
dan indah.Elemen keras (hard material) dalam taman kota dapat berupa
bangunanpendukung, perkerasan, street furniture, dan lain sebagainya. Elemen
inidisebut elemen keras karena penggunaan material. Material keras berupamaterial
yang mati (tidak tumbuh maupun berkembang). Material keras dapat diabagi menjadi
material keras alami dan material keras buatan.
HASIL SURVEI

Lokasi survei berada di pusat kota makassar yang berada berada pada koordinat
119°24’17’38” Bujur Timur dan 5°8’6’19.. Lokasi ruang terbuka hijau yang
pertama yaitu lapangan Karebosi yang berada di Jln. R.A Kartini dan lokasi ruang
terbuka hijau yang kedua adalah taman macan yang berada di Jln.Sultan
Hasanuddin.
Kondisi
1. Ruang terbuka hijau : Lapangan karebosi
Luas Lapangan Karebosi termasuk sisi jalur pedestrian pada keempat sisinya, yaitu:
seluas 11,29 ha, (luas lapangan sepakbola 7,29ha).

Fasilitas lapangan karebosi

1. Fasilitas yang ada di lapangan karebosi terbagi 2, yaiut soft material dan hard
material
 Soft Material :
1. Pepohonan
2. Rumput
3. Semak
 Hard material :
1. Batuan
2. Jalan setapak
3. Lampu taman
4. Bak Sampah
5. Bangku Taman
6. Tiang pull up
7. Pagar
8. WC
2) Ruang terbuka hijau : Taman Macan

Taman macan berada di Jln.Sultan Hasanuddin yang luasnya 11.000m2 ini merupakan
salah satu taman yang cukup luas dan sering digunakan masyarakt sebagai tempat berolah raga atau
sekedar refreshing.

Fasilitas yang ada di taman macan

1. Fasilitas yang ada di taman macan terbagi 2, yaiut soft material dan hard material
 Soft material :
1. Pepohonan
2. Rumput
3. Air
4. Semak
5. Tanaman hias
 Hard material :
1. Kolam
2. Tempat duduk
3. Lampu taman
4. Jalan setapak
5. WC
6. Batuan
7. Bak sampah
8. Patung

Anda mungkin juga menyukai