Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
yang dibina oleh Ibu Muniatul Fuadiyah
yang dipresentasikan tanggal 6 November 2019
Oleh :
Kelompok 5 Kelas 1-07
Aulia Ramadhani (08/1302190577)
Gilang Prayoga (19/2302190408)
Yuanita Rakhma Wardhani (38/1302191238)
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari makalah ini antara lain :
1) Mengetahui pengertian ibadah
2) Mengetahui penjelasan tentang ibadah ritual dan tata caranya
3) Mengetahui karakteristik ahli ibadah
4) Mengetahui hikmah ibadah
BAB II
ISI
Ibadat atau Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Arab ‘Ibadah
()عبادة. Dalam terminologi bahasa Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ini memiliki arti:
1. Perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh
peraturan agama.
2. Segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus dituruti
pemeluknya.
3. Upacara yang berhubungan dengan agama
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan.
Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantun
gan), raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang
berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji dan jihad adalah
ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi
macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
َّ ﴾ ِإ َّن٥٧﴿ ون
َّللاَ ه َُو ْ ق َو َما أ ُ ِريد ُ أ َ ْن ي
ِ ُط ِع ُم ٍ ﴾ َما أ ُ ِريد ُ ِم ْن ُه ْم ِم ْن ِر ْز٥٦﴿ ُون
ِ س ِإ ََّّل ِل َي ْع ُبد ِ ْ َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو
َ اْل ْن
اق ذُو ْالقُ َّوةِ ْال َمتِين
ُ الر َّز
َّ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah
Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.
[Adz-Dazariyat/51 : 56-58]
Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua macam ketaatan yang nampak
pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil dan
membaca Al-Qur’an ; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi mungkar,
berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil . Begitu pula
cinta kepada Allah dan RasulNya, khasyyatullah (takut kepada Allah), inabah
(kembali) kepadaNya, ikhlas kepadaNya, sabar terhadap hukumNya, ridha dengan
qadha’Nya, tawakkal, mengharap nikmatNya dan takut dari siksaNya.
Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar sentral, yaitu: hubb (cinta),
khauf (takut) dan raja’ (harapan).Rasa cinta harus dibarengi dengan sikap rasa
rendah diri, sedangkan khauf harus dibarengi dengan raja’ . Dalam setiap ibadah
harus terkumpul unsur-unsur ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang sifat hamba-hambaNya yang
mukmin:
َ ََوالَّذِينَ آ َمنُوا أ
شدُّ ُحبًّا ِل َّل
Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah [Al-Baqarah/2: 165]
َّللاُ َع ِّز ا
يزا َح ِّكي اما س ِّل ۚ َو َكانَ ا ُّ ََّللاِّ ُح اجةٌ بَ ْعد
ُ الر ِّ س اًل ُمبَش ِِّّرينَ َو ُم ْنذ ِِّّرينَ ِّلئ اًَل َي ُكونَ ِّللنا
اس َعلَى ا ُ ُر
“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah
diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
Sebagian Salaf berkata , “Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa cinta
saja, maka ia adalah zindiq , siapa yang beribadah kepada-Nya dengan raja’ saja,
maka ia adalah murji’. Dan siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan khauf,
maka ia adalah haruriy . Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan hubb,
khauf, dan raja’, maka ia adalah mukmin muwahhid.”
Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang
disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak
disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana sabda
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut
tertolak.”
Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa
dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat:
a. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
b. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2.1.4 Keutamaan Ibadah
Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan
diridhai-Nya. Karenanyalah Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul
dan menurunkan Kitab-Kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan
yang enggan melaksanakannya dicela.
َ َوقَا َل َربُّ ُك ُم ادْعُونِي أ َ ْست َِجبْ لَ ُك ْم ۚ إِ َّن الَّذِينَ يَ ْست َ ْكبِ ُرونَ َع ْن ِعبَادَتِي
ِ َسيَدْ ُخلُونَ َج َهنَّ َم د
َاخ ِرين
“Dan Rabb-mu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku
perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau
beribadah kepada-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’”
[Al-Mu’min: 60]
Ibadah ritual, adalah ibadah yang terukur, hukum asal ibadah ini adalah
tauqifiyah (dilaksanakan jika ada dalil yang menganjurkan), jenis ibadah seperti
ini misalnya, sholat,puasa, zikir, zakat, perayaan, haji dan lain sebagainya. Semua
ibadah tersebut terukur dan terikat, baik pada tata caranya, sebabnya, waktunya,
jumlahnya maupun tempatnya. Ibadah ritual adalah ibadah yang berhubungan
langsung antara individu dengan Allah. Berbeda dengan ibadah sosial yang
berrhubungan dengan orang lain yang bersifat fleksibel tanpa ada tata cara rinci.
A. Sholat
Shalat, menurut bahasa shalat artinyadoa, (Munawir, 1984:847)yang
berasal dari akar kata salla-yusalliyang artinya
mendoakan(Abdurrahman, 1992:1).Kemudian shalat merupakan
fardhu‘ainbagi tiap-tiap muslim yang telah baligh. Kewajiban shalat ini
dengan tegasdiperintahkan oleh Allah dalam surat
an-Nisa ayat 103
اط َمأْنَ ْنت ُ ْم فَأَقِّي ُموا ال ا
ص ًَلةَ ۚ إِّ ان ْ َّللاَ قِّيَا اما َوقُعُوداا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِّ ُك ْم ۚ فَإِّذَا
ص ًَلة َ فَاذْ ُك ُروا ا ض ْيت ُ ُم ال ا
َ َفَإِّذَا ق
َت َعلَى ْال ُمؤْ ِّمنِّينَ ِّكت َاباا َم ْوقُوتاا
ْ ص ًَلةَ كَان ال ا
Selain shalat wajib lima waktu, ada juga shalat lain yang wajib
diketahui, yaitu:
(a) Shalat sunnah rawatib, yaitu shalat yang dilakukan sebelumatau
sesudah shalat fardhu yang dilakukan sendiri atau munfarid, antara
laindua rakaat sebelum subuh, dua atau empat rakaat sebelum dan atau
sesudah dhuhur, dua rakaat sesudah maghrib, dan dua rakaat sesudah
isya.
(b) Shalatullail, yaitu shalat diwaktu malam, yang terdiri dari shalat
tahajud, shalat tarawih pada bulan Ramadhan dan shalat witir.
(c) Shalat sunnah yang lain seperti shalat hajat, shalat dhuha, shalat
istikharah, shalat istisqa, dan lain-lain.
Di antara ibadah ritual itu, shalat mempunyai posisi penting karena dua hal.
Pertama, merupakan ciri khusus orang beriman. Kedua dapat mencegah
perbuatan keji dan munkar, dengan menyempatkan diri melakukan hubungan
langsung dengan penciptanya lima kali sehari yang dengannya memperbarui
janjinya dengan Allah dan terus menerus meminta petunjuknya.”Hanya kepada
engkau kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami ke jalan yang lurus.”
Sebenarnya, shalat merupakan perwujudan nyata yang pertama dari iman dan
juga syarat pokok pertama untuk keberhasilan orang beriman.
َ الاذِّينَ ُه ْم فِّي
َص ًَلتِّ ِّه ْم خَا ِّشعُون
1. Beragama Islam.
2. Baligh dan berakal.
4. Menutup aurat. Aurat laki-laki antara pusar sampai lutut, sedangkan wanita
adalah seluruh anggota badan kecuali muka dan kedua telapak tangan.
6. Menghadap kiblat.
Sebelum melakukan sholat wajib, berikut ini adalah niat sholat yang harus
dibaca:
Sholat Subuh
Sholat Dzuhur
Sholat Ashar
Sholat Maghrib
Sholat Isya
2. Takbiratul Ihram
Takbiratul Ihram dilakukan setelah membaca niat yaitu dengan mengangkat
kedua tangan sejajar dengan telinga untuk laki-laki, dan sejajar dengan dada
untuk perempuan, sambil membaca:
“Allaahu akbar”
Kemudian kedua tangan disedekapkan pada dada dan membaca do’a iftitah:
Dilanjutkan dengan membaca salah satu surah pendek atau ayat-ayat dalam
Al-Qur’an.
3. Ruku’
Setelah selesai membaca surat Al-Fatihah dan surat pendek, tata cara sholat
wajib selanjutnya adalah ruku’. Kedua tangan diangkat setinggi telinga dan
membaca Allaahu akbar, kemudian badan dibungkukkan, kedua tangan
memegang lutut dan ditekankan. Usahakan antara punggung dan kepala
supaya rata. Setelah sempurna, kemudian membaca do’a berikut sebanyak
tiga kali:
4. I'tidal
Selesai I’tidal lalu sujud dengan meletakkan dahi di alas shalat. Ketika turun,
yaitu dari berdiri i’tidal ke sujud sambil membaca “Allahuu akbar”. Dan saat
sujud membaca tasbih sebanyak tiga kali:
6. Sujud Kedua
Sujud kedua, ketiga, dan keempat dikerjakan seperti sujud pertama baik cara
maupun bacaannya. Setelah sujud kedua, berdiri dan melakukan raka’at
kedua dengan tata cara sama seperti raka’at pertama namun tanpa membaca
do’a Iftitah. Sesudahnya, membaca surat Al-Fatihah, surat pendek, melakukan
ruku’, I’tidal dan kemudian sujud untuk raka’at kedua.
7. Tasyahud Awal
Tasyahud Awal dilakukan pada raka’at kedua (kecuali shalat Subuh) setelah
sujud yang kedua yaitu dengan duduk membentuk tasyahud awal dengan
sikap kaki kanan tegak dan kaki kiri diduduki sambil membaca tasyahud awal:
8. Tahiyatul Akhir
9. Salam
Selesai Tahiyatul Akhir, lakukan salam dengan menengok ke kanan dan ke kiri
bergantian sambil membaca:
Terdapat ketentuan sholat apabila kita sedang dalam perjalanan jauh, maka
sholat kita dapat dilaksanakan dengan dijamak atau diqasar. Berikut tata cara
sholat jamak dan qasar :
Ada dua jenis sholat jamak dan qashar. Untuk sholat jamak yakni jamak
taqdim dan jamak takhir, begitu juga sholat qashar.
1. Jamak Taqdim
2. Jamak Takhir
Artinya: Aku sengaja sholat fardu dzuhur 4 rakaat yang dijamak dengan ashar,
fardu karena Allah Ta'aala.
Setelah selesai sholat dzuhur, langsung dilanjut sholat ashar dengan bacaan niat:
Artinya: Aku berniat sholat ashar 4 rakaat dijama' dengan dzuhur, fardhu
karena Allah Ta'aala.
Artinya: Aku sengaja sholat fardu maghrib 3 rakaat yang dijamak dengan isya,
dengan jama' taqdim, fardu karena Allah Ta'aala.
Setelah selesai sholat maghrib, langsung dilanjut sholat isya dengan bacaan
niat:
Artinya: Aku berniat sholat isya empat rakaat dijamak dengan magrib, dengan
jamak taqdim, fardhu karena Allah Ta'aala.
Artinya: Aku sengaja sholat fardu dhuhur 4 rakaat yang dijama' dengan Ashar,
fardu karena Allah Ta'aala.
Setelah selesai sholat dzuhur, langsung dilanjut sholat ashar dengan bacaan niat:
Artinya: "Aku sengaja sholat fardu Ashar 4 rakaat yang dijama' dengan dhuhur,
fardu karena Allah Ta'aala"
Artinya: Aku sengaja sholat fardu maghrib 3 rakaat yang dijama' dengan isyak,
dengan jama' takhir, fardu karena Allah Ta'aala.
Setelah selesai sholat maghrib, dilanjutkan sholat isya dengan bacaan niat:
Artinya: Aku berniat sholat isya' empat rakaat yang dijama' dengan magrib,
dengan jama' takhir, fardhu karena Allah Ta'aala.
Sholat Qashar
Sholat qashar berbeda dengan sholat jamak. Sholat qashar artinya meringkas.
Rukhsah sholat qashar ialah meringkas 4 rakaat menjadi 2 rakaat.
Contoh, sholat dzuhur dikerjakan 2 rakaat, begitupun sholat ashar dan isya.
Namun hanya sholat dengan jumlah 4 rakaat yang boleh di-qashar. Sholat
subuh dan maghrib tidak boleh di-qashar.
Artinya: "Aku berniat sholat fardhu zhuhur 2 rakaat, qashar, dengan menjamak
ashar kepadanya, karena Allah ta'ala."
Ushallii fardhal 'ashri rak'ataini qashran majmuu'an ilazh zhuhri adaa'an lillaahi
ta'aalaa.
B. PUASA
Pengertian
Jika di lihat menurut dari bahasa Puasa memiliki arti menahan, namun
jika di lihat dari segi Syariat Islam Puasa adalah sebuah bentuk keiatan
ibadah kepada Allah Ta’ala dengan melakukan menahan diri dari nafsu,
makan dan minum serta hal lainnya yang dapat memabatalkan puasa
tersebut dari terbitnya matahari (Subuh) hingga terbenam matahari
(Maghrib) yang di awali dengan Niat terlebih dahulu.
Macam-macam Puasa
(2) Menetap, tidak dalam keadaan bersafar. Dalil kedua syarat ini adalah
firman Allah Ta’ala,
Kedua syarat ini termasuk dalam syarat wajib penunaian puasa dan
bukan syarat sahnya puasa dan bukan syarat wajibnya qodho’ puasa.
Karena syarat wajib penunaian puasa di sini gugur pada orang yang
sakit dan orang yang bersafar. Ketika mereka tidak berpuasa saat itu,
barulah mereka qodho’ berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun
jika mereka tetap berpuasa dalam keadaan demikian, puasa mereka tetap
sah.
(3) Suci dari haidh dan nifas. Dalilnya adalah hadits dari Mu’adzah, ia
pernah bertanya pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Hadits tersebut
adalah,
تْ صًلَةَ فَقَا َلضى ال ا ِّ ص ْو َم َوالَ تَ ْق ضى ال ا ِّ ِّشةَ فَقُ ْلتُ َما بَا ُل ْال َحائ
ِّ ض ت َ ْق َ ِّسأ َ ْلتُ َعائ َ ت ْ ََع ْن ُمعَاذَة َ قَال
َور اي ٍة َولَ ِّكنِّى أ َ ْسأ ُل َ
ِّ ت قلتُ ل ْستُ بِّ َح ُر ْ ُ ْ َ ٌ
ِّ ورياة أن َ
ِّ أ َح ُر. ص ْو ِّم اء ال ا ِّ ض َ ُ َ َ
َ ُصيبُنَا ذلِّكَ فنؤْ َم ُر بِّق ِّ ت َكانَ ي ْ َقَال
صًلَ ِّة اء ال ا َ َ َوالَ نُؤْ َم ُر ِّبق.
ِّ ض
(1) Dalam keadaan suci dari haidh dan nifas. Syarat ini adalah syarat
terkena kewajiban puasa dan sekaligus syarat sahnya puasa.
(2) Berniat. Niat merupakan syarat sah puasa karena puasa adalah
ibadah sedangkan ibadah tidaklah sah kecuali dengan niat sebagaimana
ibadah yang lain. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam
Rukun Puasa :
1. Niat
ْ ُّط الن
ٍط ُق بًِّلَ ِّخ ًَلف ُ ص ْو َم إِّ اال بِّالنِّيا ِّة َو َم َحلُّ َها ال َق ْلبُ َو َال يُ ْشت ََر ِّ ََال ي
ص ُّح ال ا
“Tidaklah sah puasa seseorang kecuali dengan niat. Letak niat adalah
dalam hati, tidak disyaratkan untuk diucapkan. Masalah ini tidak
terdapat perselisihan di antara para ulama.”
C. Zakat
Salah satu rukun Islam yang harus diamalkan seorang muslim, ialah
menunaikan zakat. Keyakinan ini didasari perintah Allah Subhanahu wa
Ta’ala dalam Al Quran dan Sunnah. Bahkan hal ini sudah menjadi
konsensus (ijma’) yang tidak boleh dilanggar.
َ ُ صدَقَةا ت
ط ِّه ُر ُه ْم َوتُزَ ِّكي ِّه ْم ِّب َها َ ُخذْ ِّم ْن أ َ ْم َوا ِّل ِّه ْم
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu, kamu
membersihkan dan mensucikan mereka”. [At Taubah :103].
Dan firmanNya:
َوأَقِّي ُموا ال ا
صًلَة َ َو َءاتُوا ا
َ الزكَاة
Kewajiban ini, tentunya memiliki syarat dan cara yang harus diperhatikan
kaum muslimin, sehingga dapat menunaikan kewajibannya membayar
zakat dengan benar dan tepat.
1. Islam.
Islam menjadi syarat kewajiban mengeluarkan zakat dengan dalil hadits
Ibnu Abbas di atas. Hadits ini mengemukakan kewajiban zakat, setelah
mereka menerima dua kalimat syahadat dan kewajiban shalat. Hal ini
tentunya menunjukkan, bahwa orang yang belum menerima Islam tidak
berkewajiban mengeluarkan zakat [4]
2. Merdeka.
Tidak diwajibkan zakat pada budak sahaya (orang yang tidak merdeka)
atas harta yang dimilikinya, karena kepemilikannya tidak sempurna.
Demikian juga budak yang sedang dalam perjanjian pembebasan (al
mukatib), tidak diwajibkan menunaikan zakat dari hartanya, karena
berhubungan dengan kebutuhan membebaskan dirinya dari perbudakan.
Kebutuhannya ini lebih mendesak dari orang merdeka yang bangkrut
(gharim), sehingga sangat pantas sekali tidak diwajibkan [5].
4. Memiliki Nishab.
Makna nishab disini, ialah ukuran atau batas terendah yang telah
ditetapkan oleh syar’i (agama) untuk menjadi pedoman menentukan
batas kewajiban mengeluarkan zakat bagi yang memilikinya, jika telah
sampai pada ukuran tersebut [7]. Orang yang memiliki harta dan telah
mencapai nishab atau lebih, diwajibkan mengeluarkan zakat dengan
dasar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
ت َلعَلا ُك ْم تَتَ َف اك ُرونَ َويَ ْسئَلُونَكَ َماذَا يُن ِّفقُونَ قُ ِّل ْالعَ ْف َو َكذَلِّكَ يُبَيِّنُ هللاُ لَ ُك ُم
ِّ اْألَيَا
Makna al afwu adalah harta yang telah melebihi kebutuhan. Oleh karena
itu, Islam menetapkan nishab sebagai ukuran kekayaan seseorang. [8]
SYARAT-SYARAT NISHAB
Adapun syarat-syarat nishab ialah sebagai berikut:
2. Harta yang akan dizakati telah berjalan selama satu tahun (haul)
terhitung dari hari kepemilikan nishab [9] dengan dalil hadits Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Tidak ada zakat atas harta, kecuali yang telah melampaui satu haul (satu
tahun)” [10].
Dikecualikan dari hal ini, yaitu zakat pertanian dan buah-buahan. Karena
zakat pertanian dan buah-buahan diambil ketika panen. Demikian juga
zakat harta karun, yang diambil ketika menemukannya.
Dalil nishab ini ialah hadits Ali bin Abi Thalib, beliau berkata:
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Tidak ada kewajiban atas kamu sesuatupun – yaitu dalam emas- sampai
memiliki 20 dinar. Jika telah memiliki 20 dinar dan telah berlalu satu haul,
maka terdapat padanya (zakat) 1/2 dinar. Selebihnya dihitung sesuai
dengan hal itu, dan tidak ada di harta zakat, kecuali setelah satu haul”
[14].
Kemudian dari nishab tersebut diambil 2,5 % atau 1/40. Dan kalau lebih
dari nishab dan belum sampai pada ukuran kelipatannya, maka diambil
dan diikutkan dengan nishab yang awal. Demikian menurut pendapat
yang rajih (kuat).
Misalnya : seseorang memiliki 87 gram emas yang disimpan maka jika
telah sampai haulnya maka wajib atasnya untuk mengeluarkan zakatnya
87/40 = 2,175 gram atau uang seharga tersebut.
ٌ َت أ َ ْر َبعِّينَ إِّلَى ِّع ْش ِّرينَ َو ِّمائ َ ٍة شَاة َ صدَقَ ِّة ْالغَن َِّم فِّي
ْ سائِّ َمتِّ َها إِّذَا كَان َ … َوفِّي..
Keterangan :
1. Bintu makhad ialah onta yang telah berusia satu tahun.
2. Bintu labun ialah onta yang berusia dua tahun.
3. Hiqqah ialah onta yang telah berusia tiga tahun.
4. Jadzah ialah onta yang berusia empat tahun.
2. SAPI.
Nishab sapi ialah 30 ekor. Apabila kurang dari 30 ekor, maka tidak ada
zakatnya. Cara penghitungan sebagai berikut.
Keterangan
1. Tabi’ dan tabi’ah ialah sapi jantan dan betina yang berusia setahun.
2. Musinnah ialah sapi betina yang berusia dua tahun.
3. Setiap 30 ekor sapi zakatnya ialah satu ekor tabi’ dan setiap 40 ekor
sapi, zakatnya ialah satu ekor musinnah.
3. KAMBING
Nishab kambing ialah 40 ekor. Perhitungannya sebagai berikut:
ٌصدَقَة
َ ق ُ س ِّة أ َ ْو
ِّ س َ لَي
َ ْس فِّ ْي َما د ُْونَ َخ ْم
Satu wasaq setara dengan 60 sha’ . Sedangkan satu sha’ setara dengan
2,175 kg atau 3 kg.
“Pada yang disirami oleh sungai dan hujan, maka sepersepuluh (1/10);
dan yang disirami dengan pengairan (irigasi), maka seperduapuluh
(1/20)”.
Misalnya nishab tercapai pada bulan Muharram 1423 H, lalu bulan Rajab
pada tahun itu, ternyata hartanya berkurang dari nishabnya. Maka
terhapuslah perhitungan nishabnya. Kemudian pada bulan Ramadhan
(pada tahun itu juga), hartanya bertambah hingga mencapai nishab.
Maka dimulai lagi perhitungan pertama dari bulan Ramadhan tersebut.
Demikian seterusnya sampai mencapai satu tahun sempurna, lalu
dikeluarkanlah zakatnya.
D.Haji
Haji adalah daatang untuk meengunjungi Baitullah (Ka’bah) di Mekah
untuk melakukan amal ibadah tertentu dengan Syarat dan Rukun
tertentu.ibadah haji ini diwajibkan atas seluruh umat muslim baik laki –
laki maupun perempuan yang mampu.pelaksanaan ibadah haji dilakukan
satu tahun sekali.ibadah haji dilaksanakkan pada bulan Dzulhijah.
Perintah haji termaktub dalam QS:Ali Imron ayat 97 yang berbunyi:
يم ۖ َو َم ْن د َ َخ ل َه ُ كَ ا َن آ ِّم ن ا ا ۗ َو ِّ اّلِل ِّ عَل َ ى َ ت َم ق َ امُ إ ِّب َْر ا ِّه ٌ ت ب َي ِّن َا
ٌ ف ِّ ي ِّه آي َ ا
يًل ۚ َو َم ْن كَف َ َر ف َإ ِّ ان س ت َطَ اعَ إ ِّل َيْ ِّه سَب ِّ ا
ْ ت َم ِّن ا ِّ ْاس ِّح ُّج الْب َي ِّ الن ا
ي عَ ِّن الْع َ ال َ ِّم ي َن ا
ٌّ ِّ َّللا َ غَن
Artinya :”Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya)
maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi
amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.
3. Tawaf
Tawaf adalah berjalan mengelilingi Ka’bah tujuh kali, dari Hajar Aswad
dengan posisi Ka’bah di sebelah kiri orang yang mealksanakkan tawaf
dengan arah mengelilingi berlawanan dengan arah gerak jarum jam. Orang
yang tawaf harus dalam keadaan suci dari hadas dan najis.
Macam-Macam Tawaf
a) Tawaf qudum, dilaksanakkan pada saat baru sampai di Mekah
b) Tawaf ifadah, dilaksanakkan pada saat melaksanakan rukun haji
c) Tawaf nazar, dilaksanakkan karena memiliki nazar
d) Tawaf sunah,
e) Tawaf wadak, dilaksanakkan pada saat akan meninggalkan mekah
4. Sa’i
Sai adalah berlari-lari kecil dari Bukit Safa dan Marwah. Sai dimulai dari
Bukit Safa dan berakhir di Bukit Marwah sebanyak tujuh kali. Dan
dikerjakan setelah tawaf
5.Tahalul atau Mencukur Rambut
Rukun tahalul atau mencukur rambut dilaksanakkan setelah melempar
Jamrah Aqabah pada hari Nahar. Apabila mempunyai kurban, mencukur
dilakukan setelah penyembelihan hewan kurban. Mencukur rambut
minimal tiga helai rambut.
6. Tertib
3. Wajib Haji
Setelah mengetahui syarat dan rukun haji, dalam tata cara haji maka
pengetahuan seputar haji selanjutnya yang harus kita ketahui adalah
seputar wajib haji. Wajib haji adalah rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan dalam ibadah haji sebagai pelengkap Rukun Haji, jika salah satu
dari wajib haji ini ditinggalkan, maka hajinya tetap sah, namun harus
membayar dam (denda).
Niat Ihram, untuk haji atau umrah dari Miqat Makani, dilakukan setelah
berpakaian ihram.
Mabit (bermalam) di Muzdalifah, pada tanggal 9 Zulhijah (dalam
perjalanan dari Arafah ke Mina).
Melontar Jumrah Aqabah, pada tanggal 10 Zulhijah yaitu dengan cara
melontarkan tujuh butir kerikil berturut-turut dengan mengangkat tangan
pada setiap melempar kerikil sambil berucap, Allahu Akbar, Allahummaj
a?alhu hajjan mabruran wa zanban magfura(n). Setiap kerikil harus
mengenai ke dalam jumrah jurang besar tempat jumrah.
Mabit di Mina, pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah).
Melontar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah, pada hari Tasyrik (tanggal
11, 12 dan 13 Zulhijah).
Tawaf Wadaa, yaitu melakukan tawaf perpisahan sebelum meninggalkan
kota Mekah.
Meninggalkan perbuatan yang dilarang saat ihram/haji.
4. Sunah Haji
Selanjutnya pengetahuan yang harus diketahui oleh para calon haji sesuain
tata cara haji Rasulullah adalah sunah haji. Sunah haji adalah segala
perbuatan atau perkara yang menambah amal ibadah haji apabila
dikerjakan dan tentu saja bernilai pahala. Sehingga segala perbuatan atau
perkara itu sangat dianjurkan untuk dikerjakan.
Selain rukun, syarat, wajib dan sunah haji, pengetahuan seputar haji yang
wajib diketahui oleh para calon haji adalah larang-larangan saat
melakukan ibadah haji. Hal ini penting karena apabila calon haji
melakukan larangan-larangan bisa jadi akan berakibat tidak syahnya haji
atau terkena dam atau denda yang jumlahnya juga tidak sedikit. Sehingga
calon haji harus tetap bersikap waspada dan hati-hati dalam melaksanakan
ibadah haji. Ada beberapa larangan yang dikategorikan;
Memakai wangi-wangian.
Mencukur rambut atau bulu badan.
Bercampur suami istri.
Berburu atau membunuh binatang.
2.3 Karakteristik orang yang ahli ibadah
1. Tidak Syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa
beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk
syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Allah lebih besar dari
segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.
2. Memiliki ketakwaan. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang
dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT.
Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk
beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul
karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan
sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban
adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari
pelanggaran karena tidak menjalankankewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat
sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini
hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah
baju yang harus selaludipakai dimanapun manusia berada.
4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan
keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari
ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia
merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan.
Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang lain.
5. Tidak kikir. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi
milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi
karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia
lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT,
senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa
miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya
semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan
hartauntuk keperluan umat.
2.4.1 Hikmah Ibadah Mahdhah
Ibadah Mahdah penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara
hamba dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah,
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal)
BAB III
Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Subhanahu wa Ta’ala , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun
yang batin
Ibadah ritual, adalah ibadah yang terukur, hukum asal ibadah ini adalah
tauqifiyah (dilaksanakan jika ada dalil yang menganjurkan), jenis ibadah seperti
ini misalnya, sholat,puasa, zikir, zakat, perayaan, haji dan lain sebagainya.
Ibadah ritual memiliki tata caranya masing -masing yang sudah teratur dalam
Al-Qur’an dan hadits
Orang yang ahli ibadah memiliki karakteristik yang cinta terhadap Allah dan
Rasulnya yang dibuktikan dengan taat beribadah
Ibadah memiliki hikmah yang dapat kita ambil dalam kehidupan kita. Hikmah
tersebut adalah bukti kecintaan Allah terhadap makhluknya yang taat dalam
beribadah
Sebagai seorang umat muslim, kita harus menjalankan ibadah terutama ibadah
wajib sebagai bentuk ketaatan kita terhadap Allah SWT.
https://almanhaj.or.id/2267-pengertian-ibadah-dalam-islam.html
https://almanhaj.or.id/10952-ibadah-pengertian-macam-dan-keluasan-cakupannya.h
tml
https://www.ruangguru.co.id/pengertian-puasa-dan-macam-macam-puasa-beserta-p
enjelasannya-lengkap/
https://bincangsyariah.com/ubudiyah/dalil-kewajiban-puasa-ramadhan-di-dalam-al-
quran-dan-hadis/
https://muslim.or.id/4097-syarat-dan-rukun-puasa.html
https://rumaysho.com/20530-safinatun-najah-syarat-wajib-dan-rukun-puasa.html
https://almanhaj.or.id/2805-syarat-wajib-dan-cara-mengeluarkan-zakat.html
https://media.ihram.asia/2018/07/18/tata-cara-haji-yang-benar/