Anda di halaman 1dari 21

1

DAFTAR ISI

Cover__1
Daftar Isi__2
Peta Konsep__3
Membuka Relung Kalbu__4
Mengkritisi Lingkungan Sekitar__4
Memperkaya Hasanah__4
A. PERINTAH BERLAKU IHSAN__4
1. Q.S. al-Baqarah: 83 tentang Ihsan__5
2. Alpikasi Tajwid dalam Q.S. al-Baqarah: 83__5
3. Kosa Kata__6
4. Kajian Tafsir__6
5. Dasar Hukum Ihsan__7
B. RUANG LINGKUP IHSAN__9
1. Ihsan kepada Allah Swt__9
2. Ihsan kepada Sesama Makhluk__9
a. Kedua Orang Tua__10
b. Kerabat Dekat __11
c. Anak Yatim__11
d. Fakir Miskin__12
e. Tetangga__13
f. Tamu__14
g. Karyawan atau Pekerja__15
h. Sesama Manusia__15
i. Binatang__17
j. Alam Sekitar__18
C. HIKMAH BERLAKU IHSAN__18
Menerapkan Perilaku Mulia__19
Tugas Kelompok__19
Rangkuman__19
Evaluasi__20

2
Meraih Kasih Sayang Allah Swt
BAB
dengan Ihsan
6
6BA
Aspek al-Qur‟an
Peta Konsep

IHSAN

Membaca Q.S. Analisis Q.S.


al-Baqarah/2: 83 al-Baqarah/2: 83 Hikmah dan
dan Hadits dan Hadits manfaat Ihsan
tentang Ihsan tentang Ihsan

Menghapal Q.S. Memiliki sikap


al-Baqarah/2: 83 dan perilaku
Ihsan

Amati gambar berikut, apa pendapatmu jika dihubungkan dengan Ihsan !


Gambar 1: Shalat berjamaah Gambar 2: Khitan massal

Gambar 3: Memberi makan hewan Gambar 4: Menyirami tanaman

3
Membuka Relung Kalbu

Gambar 5: Jerih payah ibu


Hanya karena kebaikan atau ihsan (ٌ‫ )احسا‬Allah Swt kepada
manusia, Dia menciptakan alam dan segala isinya untuk manusia.
Lautan dengan aneka ragam ikannya, hutan dengan aneka
satwanya, dan semua yang mengitari kita dengan segenap flora dan
faunanya. Dan karena kedua orangtua, kita semua ada dan terlahir
ke dunia ini. Dengan kasih keduanya yang tiada batas kita dibelai.
Dengan segala daya yang dimiliki keduanya, kita diharapkan
tumbuh dan menjadi kuat. Tak ada kata lelah untuk memenuhi hajat
kita, meski harus kehabisan nafas mereka.1 Semua itu merupakan anugerah dan nikmat yang
besar dari Allah. Oleh Karena itu harus disadari eksistensi kita sebagai hamba Allah yang
harus mengabdi kepada-Nya secara tulus dan ikhlas.

Mengkritisi Lingkungan Sekitar

Realitas hidup sehari-hari kita temukan banyak saudara kita yang layak disantuni:
1. Anak yatim harus disantuni. Di sisi lain, ada orang yang meminta sumbangan dengan
mengatasnamakan anak yatim atau panti jompo.
2. Tanah air kita mendapat anugerah dari Allah berupa hutan dengan beragam pohon.
Ternyata banyak oknum tertentu yang menebangnya secara membati buta tanpa
mempedulikan keseimbangan lingkungan sekitar, lalu terjadi bencana alam seperti banjir,
longsor dan sejenisnya.
3. Demikian pula anugerah Allah berupa laut dengan berbagai jenis ikan. Akan tetapi
banyak orang yang mengeksploitasinya dengan cara mengambil ikan memakai pukat
harimau, atau mencuri ikan di luar wilayahnya.

Melalui pengamatan terhadap fenomena tersebut, apa pendapat kalian !

Memperkaya Hasanah

Secara etimologis, Ihsan berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar fi‟il madli atau kata
kerja bentuk lampau: Hasuna – Yahsunu – Husnan (‫حسنا‬-ٍ‫يحس‬-ٍ‫ )حس‬yang berarti baik, atau
terpuji. Lalu di-tashrif dengan wazan Af‟ala – Yuf‟ilu – If‟al (‫افعال‬-‫ يفعم‬-‫)افعم‬, menjadi Ahsana
– Yuhsinu – Ihsanan (ٌ‫احسا‬-ٍ‫يحس‬-ٍ‫ )احس‬yang berarti memperbaiki.
Sedangkan secara istilah, pengertian Ihsan merujuk pada sebuah hadits Nabi Saw
berikut: Telah mengabarkan kepada kami (Ishaq bin Ibrahim), dia berkata; telah menceritakan
kepada kami (an-Nadhr bin Syumail), dia berkata; telah memberitakan kepada kami (Kahmas

1
Buku PAI dan BP SMA Kelas XII, hal. 100.
4
bin al- Hasan), dia berkata; telah menceritakan kepada kami (Abdullah bin Buraidah) dari
(Yahya bin Ya'mar) bahwa (Abdullah bin Umar) berkata; telah menceritakan kepadaku (Umar
bin al- Khathab), dia berkata; …

‫ك تَ َراهُ فَِإ ْن ََلْ تَ ُك ْن تَ َراهُ فَِإنهوُ يََر َاك‬


َ ‫اَّللَ َكأَنه‬
‫ال أَ ْن تَ ْعبُ َد ه‬ ِ ‫اْلحس‬
َ َ‫ان ق‬ ِ ِ ِ ْ ‫فَأ‬
َ ْ ْ ‫َخ ِْبِن َع ْن‬
Artinya: …"Beritahukan kepadaku mengenai ihsan!" Beliau bersabda: "Ihsan adalah engkau
menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya dan apabila engkau tidak melihat-Nya
maka sesungguhnya Dia melihatmu."… (H.R. an-Nasa‟i: 4904).
Dengan demikian, pengertian Ihsan adalah menyembah kepada Allah seolah-olah kita
melihat-Nya, dan jika tidak mampu maka seolah-olah kita dilihat oleh-Nya. Jadi, Ihsan
dapat diartikan sebagai sikap beribadah kepada Allah, baik ibadah mahdlah (‫ )يحضة‬atau
pokok maupun ghair mahdlah (‫ )غيز يحضة‬bukan pokok secara tulus dan ikhlas karena Allah
demi meraih ridla-Nya.

1. Bacalah dengan tartil Q.S. al-Baqarah [2]: 83 berikut ini lengkap dengan
terjemahnya !
Banyak ayat dan hadits Nabi yang menjelaskan tentang Ihsan. Dan pada bagian ini kita
akan mengurai Ihsan yang merujuk pada Q.S. al-Baqarah [2]: 83 sebagai berikut:
‫اَن َوِذي الْ ُقْرَ َٰب‬ ً ‫اَّللَ َوِِبلْ َوالِ َديْ ِن إِ ْح َس‬
‫يل ََل تَ ْعبُ ُدو َن إِهَل ه‬
َ َ
ِ‫اق ب ِِن إِسرائ‬
ْ َ َ ‫يث‬
َ ‫م‬ِ ‫وإِ ْذ أَخ ْذ ََن‬
َ َ
‫ص ََل َة َوآتُوا الهزَكا َة ُثُه تَ َولهْي تُ ْم إِهَل‬ ‫يموا ال ه‬ ِ‫هاس حسنا وأَق‬ ِ ‫ن‬ ‫ل‬ِ‫ني وقُولُوا ل‬ ِ ِ‫والْي تَامى والْمساك‬
ُ َ ُْ ً َ ََ َ َٰ ََ
ِ ِ
ُ ‫قَل ًيَل مْن ُك ْم َوأَنْتُ ْم ُم ْع ِر‬
‫ضو َن‬
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu,
kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Q.S. al-Baqarah [2]:
83).

2. Aplikasi Tajwid dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 83;


Pelajari hukum Tajwid berikut ini !

Tabel 1: Aplikasi Tajwid


No Lafadh Hukum Bacaan Cara Membaca

‫يل‬ ِ‫إِسرائ‬ Mad Thabi‟i


َ َْ
1 Mad Wajid Muttashil
diikuti hamzah dalam satu kata

2 ‫َوِِبلْ َوالِ َديْ ِن‬ Mad Layyin Fathah diikuti huruf Ya‟ sukun

3
ً ‫إِ ْح َس‬
‫اَن‬ Mad Iwadh fathah Tanwin dibaca wakaf

4 ‫قَلِ ًيَل ِمْن ُك ْم‬ Idgham bi-Ghunnah, dan


Ikhfa‟
-Tanwin diikuti huruf mim
-Nun sukun diikuti huruf kaf

5
ُ ‫ُم ْع ِر‬
‫ضو َن‬ Mad Aridh lis-Sukun Mad Thabi‟i dibaca wakaf

5
3. Kosa Kata Baru
Baca dan hapalkan Q.S. al-Baqarah [2]: 2 beserta Kosa Kata berikut ini !
Tabel 2: Kosa Kata

ِ‫ب ِِن إِسرائ‬ َ َ‫ِميث‬


‫يل‬
َ َْ َ  ‫اق‬  َ ‫َوإِ ْذ أ‬
‫َخ ْذ ََن‬
Dan (ingatlah), ketika Kami
Bani Israil (yaitu): janji dari
mengambil

‫َوِِبلْ َوالِ َديْ ِن‬  ‫إِهَل ه‬


َ‫اَّلل‬
 ‫ََل تَ ْعبُ ُدو َن‬
ً ‫إِ ْح َس‬
‫اَن‬
dan berbuat
kebaikanlah selain Allah, Janganlah kamu menyembah
kepada ibu bapa,

ِ ‫َوقُولُوا لِلن‬
‫هاس‬ ِ ِ‫ والْي تَام ٰى والْمساك‬
‫ني‬
ََ َ َ ََ ‫َوِذي الْ ُقْرَ َٰب‬
‫ُح ْسنًا‬
serta ucapkanlah
anak-anak yatim, dan orang-
kata-kata yang baik kaum kerabat,
orang miskin,
kepada manusia,

‫ُثُه تَ َولهْي تُ ْم‬  ‫َوآتُوا الهزَكا َة‬  ‫ص ََل َة‬


‫يموا ال ه‬ِ‫وأَق‬
ُ َ
Kemudian kamu
tidak memenuhi dan tunaikanlah zakat. dirikanlah shalat
janji itu,

ُ ‫َوأَنْتُ ْم ُم ْع ِر‬
‫ضو َن‬  ‫إِهَل قَلِ ًيَل ِمْن ُك ْم‬
 dan kamu selalu kecuali sebahagian kecil
berpaling. daripada kamu,

4. Kajian Tafsir
Q.S. al-Baqarah [2]: 83 ini, asbabun nuzulnya adalah berkenaan dengan orang-orang
Yahudi di Madinah pada permulaan Hijrah. Yahudi Bani Quraizhah bersekutu dengan suku
Aus, dan Yahudi, Bani Nadhir bersekutu dengan orang-orang Khazraj. Antara suku Aus dan
suku Khazraj sebelum Islam biasa terjadi peperangan. Ketika orang-orang Yahudi menempati
Madinah, dimana mereka terdiri dari tiga suku, yaitu: Bani Quraizhah, Bani Nadhir dan Bani
Qainuqa'. Masing-masing mereka bersekutu dengan suku Aus atau Khazraj. Ketika suku Aus
dan Khazraj berperang, maka para sekutunya yang terdiri dari orang-orang Yahudi ikut
berperang.
Bani Quraizhah membantu suku Aus dan Bani Nadhir membantu suku Khazraj sampai
antara kedua suku Yahudi itupun terjadi peperangan dan tawan menawan, karena membantu
sekutunya. Tetapi ketika ada orang-orang Yahudi yang tertawan, maka kedua suku Yahudi itu
bersepakat untuk menebusnya, meskipun awalnya mereka saling berperang.
Ayat yang artinya, Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
(yaitu) menjelaskan bahwa melalui Nabi Muhammad Saw, Allah mengingatkan Bani Israil
6
mengenai beberapa perkara yang telah diperintahkan kepada mereka. Allah mengambil
janji/mitsaq ( َ‫)ييثَاق‬
ِ dari mereka untuk mengerjakan perintah tersebut. Namun mereka
berpaling dan mengingkari semua itu secara sengaja, sedang mereka mengetahui dan
mengingatnya. Ada beberapa janji Allah untuk Bani Israil agar ditunaikan.
Janji yang Pertama: Janganlah kamu menyembah selain Allah. Menurut az-
Zamakhsyari, firman Allah ini merupakan kabar dengan makna thalab (‫ )طهة‬atau tuntutan
dan hal itu lebih tegas dan lebih kuat. Ayat ini mengandung janji dan perintah untuk Bani
Israil agar hanya menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan dengan selain-Nya. Hal
tersebut merupakan hak yang paling tinggi dan paling mendasar, yaitu hak Allah Swt untuk
disembah, sehingga tiada sekutu bagi-Nya.
Yang kedua: dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak
yatim, dan orang-orang miskin. Ayat ini berisikan tentang memenuhi hak makhluk, dan yang
paling dikuatkan untuk ditunaikan adalah hak kedua orang tua, kemudian kaum kerabat, anak-
anak yatim, dan orang-orang miskin. Karena itu Allah Swt selalu membarengi hak kedua
orang tua dengan hak-Nya, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya. Dan Kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-
Kulah kembalimu (Q.S. Luqman: 14).
Yang ketiga: serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia. Janji berikutnya
adalah bertutur kata yang baik kepada sesama manusia. Tutur kata yang baik kepada sesama
manusia dalam arti luas berarti memberi nasehat dan pembelajaran, amar ma'ruf dan nahi
munkar, mau‟idhah hasanah, tausiyah, tadzkirah dan sejenisnya. Sebagaimana dikatakan oleh
Hasan al-Bashri mengenai firman Allah dalam ayat ini: “Termasuk ucapan yang baik adalah
menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar, bersabar, suka memberi maaf,
serta berkata kepada manusia dengan ucapan yang baik, sebagaimana yang difirmankan
Allah tersebut, yaitu setiap akhlak baik yang diridlai oleh Allah.” Imam Ahmad
meriwayatkan dari Abu Dzar, dari Nabi Saw, beliau bersabda, “Janganlah menyepelekan
kebaikan sedikitpun. Jika engkau tidak menemukannya [maka dengan cara] „Temuilah
saudaramu dengan wajah ceria‟.”
Janji yang keempat dan kelima: “dirikanlah shalat dan tunaikalah zakat”. Shalat
merupakan penjaga dan pemelihara hubungan antara hamba dan Allah Swt. Sementara, zakat
adalah penjaga dan pembangun hubungan antar sesama manusia, sebuah hubungan yang
serasi dan senantiasa menjaga solidaritas serta menjauhkan kesenjangan ekonomi dan sosial.
Perintah mendirikan shalat dan menunaikan zakat hampir selalu bersandingan dalam banyak
ayat dalam al-Quran.
Pada akhir ayat dijelaskan: Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. Fakta yang terjadi
menunjukkan bahwa satu demi satu janji itu dipungkiri. Perintah Allah dilanggar. Mereka
mempersekutukan Allah dengan yang lain, kadang-kadang dengan harta dan kekayaan,
pangkat dan kedudukan. Anak-anak telah banyak yang mendurhakai orang tua, kaum keluarga
dekat tidak dipedulikan sehingga silaturrahmi menjadi putus. Anak yatim dibiarkan terlantar,
fakir miskin dibiarkan kelaparan, nasihat menasihat diantara sesama manusia tidak mentradisi
lagi sehingga maksiat memuncak, sembahyang dilalaikan, zakat pun banyak yang enggan
membayar, mereka lebih suka menumpuk harta benda. Hanya sebagian kecil dari mereka
yang memegang teguh janji-janji itu. Sampai saat sekarang ini bangsa Israil terkenal
sebagai bangsa yang inkar terhadap al-Quran dan suka berbuat kerusakan di muka bumi.

5. Dasar Hukum Ihsan


Ihsan atau berbuat baik merupakan akhlak terpuji. Banyak ayat dalam al-Quran dan
Hadits Nabi Saw yang menjelaskan tentang Ihsan dalam semua aspek kehidupan.
a. Al-Quran
7
al-Qur`an mengurai tentang Ihsan dalam 166 (seratus enam puluh enam) ayat beserta
implementasinya. Dari sini dapat diambil sebuah makna, betapa mulia dan agungnya perilaku
dan sifat ini, hingga mendapat porsi yang sangat istimewa dalam al-Qur`an. Berikut ini
beberapa ayat yang menjadi landasan akan hal ini.

‫ني‬ِِ ُّ ‫اَّللَ ُُِي‬ ‫ه‬ ِ ِ ‫وأَح‬


َ ‫ب الْ ُم ْحسن‬ ّ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ا‬
ْ‫و‬ ‫ن‬
ُ ‫س‬
َ ْ َ
Artinya: “…Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berbuat baik. ” (Q.S. al-Baqarah: 195).
Dalam ayat lain dijelaskan: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan)
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran” (Q.S. an-Nahl: 90). Dalam Q.S. al-Qashah: 77: ”dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang
berbuat kerusakan”. Al-Baqarah [2]: 195: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan
Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. al-
Baqarah: 195). Dan masih banyak lagi.
b. Hadits Nabi Saw
Nabi Saw bersabda,

‫ك تَ َراهُ فَِإ ْن ََلْ تَ ُك ْن تَ َراهُ فَِإنهوُ يََر َاك‬


َ ‫اَّللَ َكأَنه‬
‫أَ ْن تَ ْعبُ َد ه‬
Artinya: "Ihsan adalah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya dan
apabila engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu."… (H.R. an-Nasa‟i:
4904).
Dalam hadits lain dijelaskan: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan pada
segala sesuatu, maka jika kamu membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika kamu
menyembelih, sembelihlah dengan baik… “ (H.R. Muslim).
c. Ijmak
Para ulama juga bersepakat (ijmak) bahwa ihsan dalam beribadah kepada Allah dan ihsan
dalam berperilaku kepada sesama itu merupakan perintah dari Allah dan Rasul-Nya, sehingga
barang siapa yang telah berbuat ihsan dalam amalannya maka ia telah melaksanakan perintah
Allah dan Rasul-Nya, demikian pula sebaliknya. Misalnya Sahabat Abu bakar as-Shiddiq
pernah berkata: ”Sesungguhnya aku telah mengatur urusan kamu, tetapi aku bukanlah
orang yang paling baik di kalangan kamu maka berilah pertolongan kepadaku. Kalau aku
bertindak lurus maka ikutilah aku, tetapi kalau aku menyeleweng maka betulkan aku!”
Sahabat Ali bin ABi Thalib pernah ditanya oleh sahabat yang bernama Zi‟lim al-
Yamani: Apakah Anda pernah melihat Tuhan? Beliau menjawab: Bagaimana saya
menyembah yang tidak pernah saya lihat? Bagaimana Anda melihat-Nya? Beliau
menjawab: Dia tidak dapat dilihat mata dengan pandangan manusia yang kasat. Tetapi
bisa dilihat oleh hati. Kesaksian sahabat Ali bin Abi Thalib bahwa Allah itu dapat dilihat
dengan jelas oleh mata hati itu termasuk bagian dari Ihsan.
Imam al-Ghazali, tokoh Ahlussunnah wal-Jamaah bidang akhlaq atau tasawuf dalam
kitabnya yang berjudul al-Munqid minad-Dholal (‫ )انًنقذ يٍ انضالل‬yang berarti pembangkit dari
kesesatan mengatakan bahwa tasawuf adalah mensucikan hati (dan pikiran) dari selain
Allah. Imam al-Ghazali kembali menjelaskan, ... Aku simpulkan bahwa kaum sufi adalah
para pencari di jalan Allah, dan perilaku mereka adalah perilaku yang terbaik, jalan mereka
adalah jalan yang terbaik, dan pola hidup mereka adalah pola hidup yang paling tersucikan.
Mereka telah membersihkan hati mereka dari berbagai hal selain Allah.

8
B

Allah memotivasi hamba-Nya agar senantiasa berbuat baik atau Ihsan kepada siapa saja.
Dilihat dari aspek objeknya, ihsan berorientasi pada ihsan kepada Allah Swt dan ihsan
kepada sesama makhluk. Allah berfirman,

﴾٩٦﴿ ‫ني‬ِِ ‫هه ْم ُسبُلَنَا َوإِ هن ه‬ ِ ِ ِ‫ه‬


َ ‫اَّللَ لَ َم َع الْ ُم ْحسن‬ ُ ‫اى ُدوا فينَا لَنَ ْهديَن‬
َ ‫ين َج‬
َ ‫َوالذ‬
Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan Sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. al-Ankabut: 69).
1. Ihsan kepada Allah Swt
Ihsan dalam beribadah kepada Allah Swt memiliki dua tingkatan:
a. Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, ini adalah ibadah
dari seseorang yang mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya. Nama lain dari perbuatan
ini disebut Maqam al-Musyahadah (‫)يقاو انًشاهدة‬. Dan keadaan ini merupakan tingkatan
ihsan yang paling tinggi, karena berangkat dari sikap membutuhkan, harapan dan
kerinduan (kepada Allah). Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya.
Sikap seperti ini membuat hatinya terang-benderang dengan cahaya iman dan
merefleksikan pengetahuan hati menjadi ilmu pengetahuan, sehingga yang abstrak
menjadi nyata. Golongan umat yang memiliki tingkatan ini biasanya dikenal dengan ahli
wujdan (ٌ‫انوجْ دا‬
ُ ‫ )اهم‬dan ahli kasab (‫ )اهم انكسة‬yang pada umumnya berasal dari kalangan
masyarakat Ahlussunnah wal-Jamaah yang menekuni dunia Tasawuf.2
b. Jika kamu tidak mampu beribadah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu, dan ini adalah ibadah seseorang yang lari dari adzab dan
siksanya. Tingkatan ibadah ini lebih rendah daripada tingkatan yang pertama, karena
sikap ihsannya didorong dari rasa diawasi, dan takut akan hukuman. Sehingga
ulama salaf berpendapat bahwa, barangsiapa yang beramal atas dasar melihat Allah Swt,
maka dia seorang yang arif (‫)عارف‬, sedangkan siapapun yang beramal karena merasa
diawasi Allah Swt, maka dia seorang yang ikhlas atau mukhlis (‫)يخهص‬."
Kedua macam ihsan tersebut sesuai dengan hadits. Nabi Saw bersabda,

‫ك تَ َراهُ فَِإ ْن ََلْ تَ ُك ْن تَ َراهُ فَِإنهوُ يََر َاك‬


َ ‫اَّللَ َكأَنه‬
‫أَ ْن تَ ْعبُ َد ه‬
Artinya: "Ihsan adalah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya dan
apabila engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu."… (H.R. an-Nasa‟i:
4904).
Dari uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa suatu ibadah dibangun atas dua hal ini,
puncak kecintaan dan kerendahan, maka pelakunya akan menjadi orang yang ikhlas kepada
Allah. Dengan ibadah yang seperti itu seseorang tidak akan bermaksud supaya dilihat orang
(riya'), didengar orang (sum'ah) maupun menginginkan pujian dari orang atas ibadahnya
tersebut. Tidak peduli ibadahnya itu nampak oleh orang maupun tidak diketahui orang, sama
saja kualitas kebagusan ibadahnya. Muhsinin (orang yang berbuat ihsan) akan selalu
membaguskan ibadahnya dalam setiap keadaan.
2. Ihsan kepada sesama makhluk
Ihsan kepada sesama makhluk berorientasi pada sikap dan perbuatan yang baik kepada
kedua orang tua, kerabat dekat, anak-anak yatim, fakir miskin, tetangga, tamu, karyawan atau
pekerja, sesama manusia, binatang, dan alam sekitar.
2
Lihat: KH Siradjuddin Abbas, 40 Masalah Agama, Jilid 3, Pustaka Tarbiyah, Jakarta, 2006, hal. 29-114.
9
a. Kedua Orang Tua
Semua anak manusia di muka bumi ini memiliki orang tua, yaitu ayah dan ibu. Telah
menjadi kewajiban bagi mereka untuk berbuat baik dan berbakti kepada keduanya sebagai
tanda rasa syukur kepada Allah Swt dan juga kepada keduanya. Ungkapan itu dapat
diejawantahkan dalam bentuk:
1) Bersikap dan berbuat yang baik dan terpuji kepada keduanya,3
2) Bertutur kata yang baik dan santun, tidak berkata ah atau hus atau membentak,4
3) Memberi sedekah untuk keduanya, baik dalam kondisi lapang dan terlebih ketika
membutuhkan,5
4) Mendoakan kebaikan selama masih hidup dan sampai meninggal dunia,6
5) Menyambung silaturrahmi kepada kerabat dekat orang tua dan teman karibnya ketika
masih hidup,7
6) Mempergauli kedua orang tua dengan pergaulan yang baik,8
7) Beramal shalih demi kesejahteraan kedua orang tua di akhirat,9
8) Bersedekah berupa ilmu, membangun masjid, menggali sumur, memberi mushaf, dan
sejenisnya dari amal jariyah yang akan sampai pahalanya kepada orang tua,10
9) Memintakan istighfar kepada Allah untuk kedua orang tua,11
10) Tawadlu, bersabar dan menahan amarah di hadapan orang tua,
11) Membantu dan meringankan pekerjaan orang tua,
12) Memanfaatkan hasil kerja orang tua secara maksimal dalam segala kebaikan,
13) Mentaati segala perintahnya yang baik, kecuali kemaksiatan kepada Allah,12
14) Menjaga nama baik orang tua dan keluarga,
15) Membayar hutang-hutangnya,13
16) Memenuhi wasiatnya yang tidak bertentangan dengan syariat,
17) Menjaga dan merawat orang tua di hari-hari tuanya.14
18) Merawat janazah orang tua, menshalati dan menguburkannya dengan sebaik-baiknya,
19) Berziarah dan mendoakan orang tua di tempat pemakamannya.
Masih banyak sikap dan perilaku yang dapat dilakukan untuk berbakti kepada kedua
orang tua. Birrul Walidain kepada keduanya membuahkan hikmah dan manfaat seperti;
mendapatkan ridla Allah dan terhindar dari murka-Nya, meraih amal shalih yang paling
utama,15 mendapatkan doa yang mustajab dari keduanya,16 melapangkan rizki dan
memperpanjang usia,17 menghilangkan rasa gelisah, dan takut,18 berkumpul di akhirat
bersama kedua orang tua dan seluruh anak dan cucunya yang shalih dan shalihah,19 dan
masuk surga berkat rahmat Allah Swt.20

3
Q.S. Luqman: 14-15, H.R. Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, H.R. Abu Dawud No. 5139 dan Tirmidzi
1897, Hakim 3/642 dan 4/150.
4
Q.S. al-Isra‟: 23-24.
5
Q.S. al-Baqarah: 215.
6
Q.S. al-Isra‟: 24, Maryam: 41-47.
7
H.R. Muslim No. 12, 13, 2552. Ibnu Hibban: 2/175.
8
H.R. Muslim: 2549.
9
H.R. at-Tirmidzi: 1358, Ibnu Majah: 2290 dan Ahmad: 6/162.
10
H.R. al-Bukhari: 2605 dan Muslim: 1004.
11
H.R. Ibnu Majah: 3638, Shahih al-Jami‟: 1618.
12
Q.S. Luqman: 15.
13
H.R. Ahmad. Lihat pula: Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi ad-Damsyiqi, Jilid 2, hal. 251-252.
14
H.R. Muslim 2551, Ahmad 2: 254, 346.
15
H.R. al-Bukhari I/134, dan al-Muslim: 85.
16
H.R. Ibnu Majah: 3862
17
H.R. al-Bukhari 7/72, al-Muslim: 2557, dan Abu Dawud: 1693.
18
H.R. al-Bukhari (Fathul Bari 4/449: 2272), al-Muslim: 247.
19
Q.S. ath-Thuur [52]: 21.
20
Lihat kisah Uwais al-Qarni.
10
b. Kerabat dekat
Secara Bahasa, kerabat (‫ )قزتة‬berasal dari bahasa Arab dengan akar kata qoruba (‫)قزب‬
yang artinya yang dekat (pertalian keluarga); sedarah sedaging. Atau berarti keluarga, sanak
saudara, atau keturunan dari induk yang sama yang dihasilkan dari gamet yang berbeda;21
seperti kedua orang tua, kakek dan nenek, saudara ayah dan ibu, saudara sekandung, saudara
sepupu, cucu dan seterusnya.
Islam menganjurkan agar kita membina hubungan yang baik dan terpuji kepada mereka.
Ihsan kepada kerabat dekat merupakan tugas dan sekaligus tanggung jawab yang harus
ditunaikan dengan sebaik-baiknya, seperti:
1) Menjalin tali silaturrahmi diantara mereka,22
2) Mempergaulinya dengan baik,23
3) Memberikan nafkah sesuai dengan kemampuan,24
4) Memberikan pendidikan agama yang cukup,25
5) Menjaga keluarga dari siksa api neraka,26
6) Mendamaikan antara keluarga yang berseteru,27
7) Memberi sedekah,28
8) Saling memaafkan,29
9) Menjaga nama baik keluarga. Dan masih banyak lagi.
Hikmah yang dapat dipetik dari ihsan terhadap kerabat dekat seperti; mempererat tali
persaudaraan, memperluas rizki dan usia yang berkah,30 saling menjaga antara kerabat dekat
dari siksaan api neraka,31 saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran, saling tolong
menolong dalam mengerjakan kebaikan dan menghindari kemunkaran,32 dan masih banyak
lagi.
c. Anak yatim
Secara bahasa, kata yatim berasal dari bahasa arab dengan kata dasar fi‟il madli “yatama”
(‫ )يتى‬dan mudlori‟ “yaitamu” (‫ )ييتى‬dan mashdar ”yatman” (‫ )يتًا‬yang berarti sedih atau sendiri.
Sedangkan menurut istilah syara‟, anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh
ayahnya sebelum dia baligh. Batas seorang anak disebut yatim adalah ketika anak tersebut
telah baligh dan dewasa, berdasarkan sebuah hadits riwayat Imam Muslim yang menceritakan
bahwa Ibnu Abbas r.a. pernah menerima surat dari Najdah bin Amir yang berisi beberapa
pertanyaan, salah satunya tentang batasan seorang disebut yatim, Ibnu Abbas menjawab: Dan
kamu bertanya kepada saya tentang anak yatim, kapan terputus predikat yatim itu,
sesungguhnya predikat itu putus bila ia sudah baligh dan menjadi dewasa.
Sedangkan kata piatu bukan berasal dari bahasa Arab, kata tersebut dalam bahasa
Indonesia dinisbatkan kepada anak yang ditinggal mati oleh ibunya, dan anak yatim-piatu
berarti anak yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya sebelum keduanya menginjak usia
baligh.
Dalam ajaran Islam, mereka semua mendapat perhatian khusus melebihi anak-anak yang
wajar yang masih memiliki kedua orang tua. Islam memerintahkan kaum muslimin untuk
senantiasa memperhatikan nasib mereka, berbuat baik kepada mereka, mengurus dan

21
http://kbbi.web.id/kerabat, 07 Februari 2017, 08.10 WIB. Lihat pula: https://translate.google.co.id, 08.13 WIB.
22
Q.S. Muhammad: 22, an-Nisa‟: 1, H.R. al-Bukhari: 5986, al-Muslim: 2557.
23
Q.S. an-Nisa‟: 19.
24
H.R. al-Bukhari: 1491, al-Muslim: 1069.
25
Q.S. Thaha: 132, H.R. Abu Dawud: 495.
26
Q.S. at-Tahrim: 6.
27
Q.S. al-Isra‟: 114.
28
Q.S. al-Isra‟: 26-27.
29
Q.S. an-Nur: 22.
30
H.R. al-Bukhari dan al-Muslim.
31
H.R. at-Tahrim: 6.
32
Q.S. al-Ma‟idah: 2.
11
mengasuh mereka sampai dewasa. Islam juga memberi nilai yang sangat istimewa bagi
orang-orang yang benar-benar menjalankan perintah ini.
Perilaku ihsan yang dapat diaplikasikan kepada yatim piatu antara lain: Berbuat baik
kepada anak yatim,33 Menyayangi,34 memberi makan,35 bertutur kata yang lembut,36 menjaga
hartanya dengan baik dan adil,37 memuliakan,38 melindungi,39 memberikan harta bendanya
sesuai haknya,40 mengurus anak yatim dengan baik dan adil,41 memanggilnya dengan atau
menyertakan nama orang tuanya,42 dan masih banyak lagi.
Hikmah yang dapat diambil dari berbuat baik kepada yatim piatu seperti; menjadi ahli
surga yang sangat dekat dengan surga Nabi Saw dengan hanya terpaut antara renggangnya
dua jari tangan,43 melalui kasih sayang kepada yatim piatu hati menjadi lembut dan damai,44
rumah tempat menyantuni anak yatim menjadi berkah dan manfaat, ……
d. Fakir Miskin
Kata fakir dan miskin dalam konteks kebahasaan selalu disebutkan secara berdampingan
akan tetapi memiliki konotasi yang berbeda. Secara etimologis, kata fakir (‫ )فقيز‬berasal dari
kata faqr (‫ )فقز‬yang pada mulanya berarti tulang punggung. Faqir adalah orang yang
patah tulang punggungnya, dalam arti bahwa beban yang dipikulnya sedemikian berat
sehingga mematahkan tulang punggungnya. Imam Syafii dan Imam Malik mengatakan
bahwa fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dan usaha, atau mempunyai harta dan
usaha tetapi kurang dari setengah kebutuhan hidupnya (kebutuhan pokok) dan tidak ada orang
yang berkewajiban menanggung biaya hidupnya.
Sedangkan kata miskin (ٍ‫ )يسكي‬terambil dari kata sakana (ٍ‫ )سك‬yang berarti tenang atau
diam. Sedangkan kata masakin (ٍ‫ )يساك‬adalah bentuk jamak dari kata miskin yang berarti
orang-orang miskin. Dikatakan miskin karena tidak mampu bergerak atau beraktifitas akibat
dari lemah fisik atau sikap yang sabar dan qanaah.45 Miskin adalah orang yang hanya dapat
mencukupi separuh atau lebih dari separuh kebutuhannya, namun tidak bisa memenuhi
seluruhnya.46 Kondisi kemampuan ekonomi seorang fakir lebih rendah dari miskin. Dalam
hal ini, jika disebut kata fakir, maka di dalamnya termasuk juga miskin, demikian pula
sebaliknya. Oleh karena itu penyebutan keduanya selalu berdampingan (fakir dan msikin).
Setiap muslim hendaknya berbuat baik (ihsan) kepada kedua fakir dan miskin. Cara-cara
yang dapat dilakukan seperti: Memberi makan,47 menyalurkan zakat untuknya,48 memberi
sedekah,49 mencintai dan mendekatinya,50 tetap bersikap tawadlu di hadapan mereka,51
mengundangnya untuk diberi makan atau mengikuti kenduri,52 dan masih banyak lagi.

33
Q.S. an-Nisa‟: 36, al-Baqarah: 83.
34
H.R. al-Bukhari: 5304.
35
Q.S. al-Insan: 8.
36
Q.S. al-Ma‟un: 2.
37
Q.S. al-Kahfi: 28. an-Nisa‟: 10, al-An‟am: 152, H.R. Abu Dawud: 3067.
38
Q.S. al-Fajr: 17.
39
Q.S. ad-Dhuha: 6.
40
Q.S. an-Nisa‟: 2, an-Nisa‟: 10.
41
Q.S. an-Nisa‟: 127. ad-Dhuha: 9, al-Baqarah: 220.
42
Q.S. al-Ahzab: 5.
43
H.R. al-Bukhari: 5304.
44
H.R. Thabrani.
45
Sidi Gazalba, Ilmu Islam 2: Asas Agama Islam, cet. 2, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1985, hlm. 134.
46
Lihat: al-Mausu‟ah al-Fiqhiyah, 23: 313.
47
Q.S. al-Maidah: 95.
48
Q.S. at-Taubah: 60.
49
Q.S. al-An‟am: 141.
50
H.R. Imam Ahmad dalam Musnad-nya: V/159, ath-Thabrani dalam al-Mu‟jamul-Kabîr: II/156: 1649, Ibnu
Hibban: 2041 dalam al-Mawârid, Abu Nu‟aim dalam Hilyatul Auliyâ: I/214: 521, dan al-Baihaqi dalam as-
Sunanul Kubra: X/91.
51
H.R. Ibnu Majah: 3126.
52
H.R. al-Bukhari: 5177, al-Muslim: 1432.
12
Orang-orang fakir dan miskin bukan sekedar orang yang suka meminta minta kepada
orang lain. Karena saat sekarang ini terdapat banyak peminta bukan karena fakir atau
miskin, melainkan karena malas bekerja, menjadikannya sebagai lahan pekerjaan, atau kerja
sama dengan oknum tertentu untuk mendapatkan keuntungan materi semata. Sikap dan
perbuatan ini sangat tercela sebab berarti menistakan usaha dan kerja keras. Islam
mengharamkan pemeluknya meminta-minta kecuali karena keadaan sangat terpaksa,
mendesak, atau darurat. Nabi Saw bersabda: "Orang miskin itu bukanlah mereka yang
berkeliling meminta-minta kepada orang lain agar diberikan sesuap dan dua suap makanan
dan satu-dua butir kurma.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, (kalau begitu) siapa
yang dimaksud orang miskin itu?” Beliau menjawab,"Mereka ialah orang yang hidupnya
tidak berkecukupan, dan dia tidak mempunyai kepandaian untuk itu, lalu dia diberi shadaqah
(zakat), dan mereka tidak mau meminta-minta sesuatu pun kepada orang lain.”53
Hikmah yang dapat diambil dari ber-ihsan kepada fakir miskin adalah; mendapat
bantuan dan pertolongan secara timbal balik dari fakir miskin,54 doa yang mustajab dari
mereka,55 memotivasi diri sendiri agar seperti fakir miskin yang dapat menjadi ahli surga
lebih cepat 500 tahun sebelum orang-orang kaya,56 menghilangkan kesusahan duniawi dan
ukhrawi berkat menolong dan mengasihi fakir miskin,57 mendapatkan keutamaan amal shalih
setara dengan jihad di jalan Allah, mendapatkan keutamaan shalat malam tanpa letih dan
puasa tanpa berbuka, 58 imbalan surga Allah dan terhindar dari neraka-Nya,59 dan masih
banyak lagi.
Rasulullah Saw bersabda,

‫ض َع َفائِ ُك ْم‬
ُ ِ‫صُرْو َن َوتُْرَزقُ ْو َن إَِله ب‬
َ ‫َى ْل تُْن‬
Artinya: “Kalian hanyalah mendapat pertolongan dan rezeki dengan sebab adanya orang-
orang lemah dari kalangan kalian” (H.R. al-Bukhari: 2896).
e. Tetangga
Tetangga, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan al-Jar (‫ )انجار‬atau al-Jiran (ٌ‫)انجيزا‬
adalah orang yang rumahnya berdekatan atau sebelah menyebelah, atau orang yang tempat
tinggalnya (rumahnya) berdekatan.60 Allah menganjurkan kita agar berbuat baik kepada
tetangga sebagaimana termaktub dalam firman-Nya, Q.S. an-Nisa‟: 36: Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua
orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.
Sikap dan perilaku terpuji yang harus diterapkan kepada tetangga seperti: menghormati
dan memuliakan,61 tidak mengganggu bangunan tetangga,62 tidak mengganggu ketenangan
tetangga,63 memberi nasehat (terutama jika diminta),64 memberi sedekah,65 menahan amarah

53
H.R. al-Bukhari: 1476, al-Muslim: 1039, 101, Abu Dawud: 1631, dan an-Nasâ`i: V/85, dari Abu Hurairah r.a.
54
H.R. al-Bukhari: 2896,
55
H.R. an-Nasai: 3178.
56
H.R. Ibnu Majah: 4122, 4123.
57
H.R. al-Muslim: 2699, Ahmad: II/252, 325, Abu Dawud: 3643, at-Tirmidzi: 2646, Ibnu Majah: 225, dan Ibnu
Hibban: 78 dalam al-Mawârid; dari Abu Hurairah r.a.
58
H.R. al-Bukhari: 5353, 6006, 6007, dan al-Muslim: 2982; dari Abu Hurairah r.a.
59
H.R. al-Muslim: 2630.
60
http://kbbi.web.id/tetangga
61
H.R. al-Bukhari: 6014.
62
H.R. al-Bukhari: 1609, al-Muslim: 2463, Ahmad: 7236, at-Tirmidzi: 1353, Abu Dawud: 3634, Ibnu Majah:
2335, dan Malik: 1462.
63
H.R. Bukhari: 6016.
64
H.R. Muslim: 55, Ahmad: 16493, an-Nasa‟i: 4197, dan Abu Dawud: 4944.
65
H.R. Muslim.
13
dan memaafkan atas kesalahannya,66 tidak menyakiti mereka,67 toleransi,68 tidak meremehkan
pemberian tetangga (walaupun sedikit atau murah),69 mengutamakan tetangga yang lebih
dekat,70 bersabar atas gangguan tetangga,71 menutup aib tetangga,72 dan masih banyak lagi.
Hikmah yang dapat diambil dari ihsan kepada tetangga adalah: mendapatkan rahmat
Allah Swt,73 meningkatkan tali silaturrahmi,74 menciptakan kerukunan, mendapatkan
kebaikan yang setimpal,75 dilapangkan rizkinya dan usia yang berkah,76 dan masih banyak
lagi.
f. Tamu
Dalam kamus KBBI dijelaskan bahwa tamu adalah orang yang datang berkunjung
(melawat dan sebagainya) ke tempat orang lain.77 Islam mengajarkan kepada umatnya agar
memuliakan setiap tamu yang datang dan berkunjung ke rumah. Menerima dan menghormati
tamu termasuk bagian dari akhlak yang terpuji. Dalam Islam, istilah tamu lazim disebut
dengan dhaif (‫)ضيف‬, dan jamaknya adalah dhuyuf (‫)ضيوف‬.
Tata cara ihsan kepada tamu dapat dilakukan seperti: Mengucapkan selamat datang atas
kehadirannya,78 menghormati tamu,79 menerima tamu dengan senang hati dan muka yang
cerah, mempersilakan masuk dan duduk di ruang tamu,80 menghidangkan makanan atau
menjamu tamu sesuai kemampuan, mendekatkan jamuan di hadapan tamu,81 mengantar tamu
yang akan pulang sampai di depan rumah,82 bertutur kata yang baik dan santun, dan
melayaninya dengan baik,83 melayani tamu seperlunya,84 dan masih banyak lagi.85 Nabi Saw
bersabda,
‫ َم ْن َكا َن يُ ْؤِم ُن‬:‫ال‬
َ َ‫صلهى هللاُ َعلَْي ِو َو َسله َم ق‬ ِ ِ
َ ‫َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة َرض َي هللاُ َعْنوُ أَ هن َر ُس ْوَل هللا‬
ِ ‫هلل واْلي وِم‬
‫اخآخ ِر‬ ِ ‫اخآخ ِر فَ ْلي ُقل خْاً أًو لِيصمْ ومن َكا َن ي ؤِمن ِِب‬
ْ ِ ‫هلل والْي وِم‬ ِ ‫ِِب‬
َْ َ ُ ُ ْ
ْ ََ ُ ْ َ ْ َْ ْ َ َْ َ
ِ ِ ِ ِ
َ ‫فَ ْليُ ْك ِرْم َج َارهُ َوَم ْن َكا َن يُ ْؤم ُن ِِبهلل َوالْيَ ْوم اخآخ ِر فَ ْليُ ْك ِرْم‬
ُ‫ضْي َفو‬
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah
shallallahu`alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya” (H.R. Bukhari dan Muslim).86

66
Q.S. Ali Imran: 134.
67
H.R. al-Bukhari: 6475, dan al-Muslim: 47, 74.
68
H.R. al-Bukhari: 2463, dan al-Muslim: 1600.
69
H.R. al-Bukhari: 6017, dan al-Muslim: 1030.
70
H.R. al-Bukhari: 6020.
71
H.R. Ahmad: 5/151, Ibnu Nashr dalam Qiyamul Lail, hal. 177, Ibnu al-Mubarak dalam al-Jihad: 47, dan Ibnu
Abi „Ashim dalam al-Jihad: 127.
72
H.R. al-Bukhari: 2442 dan al-Muslim: 2580, 2699.
73
Q.S. al-A‟raf: 56.
74
H.R. al-Bukhari: 5983.
75
H.R. al-Bukhari: 5991.
76
H.R. al-Bukhari: 5985 dan al-Muslim: 2557.
77
http://kbbi.web.id/tamu.
78
Q.S. ad-Dzariyat: 24. H.R. al-Bukhari: 6176, al-Muslim: 17.
79
H.R. al-Bukhari: 6018, al-Muslim: 47.
80
H.R. Ahmad: 16544.
81
Q.S. ad-Dzariyat: 26-27. H.R. al-Bukhari: 6135, al-Muslim: 1726, Abu Daud: 3259. Lihat pula: Tafsir Ibnu
Katsîr, 7/420
82
al-Adab as-Syar‟iyah: 3/227.
83
H.R. al-Muslim: 3257.
84
Q.S. al-Ahzab: 53.
85
Istri tidak boleh menerima tamu (terutama laki-laki yang bukan muhrim) tanpa seizin suami, atau ketika suami
tidak berada di rumah. Lihat: H.R. al-Bukhari: 4899, Tirmidzi: 1163, al-Muslim: 1218, 1026.
86
H.R. al-Bukhari: 6018 dan al-Muslim: 47.
14
Hikmah dari berbuat baik kepada tamu adalah: Mendapatkan rahmat dari Allah,87
mendapatkan ridla dan kasih sayang Allah,88 mendapatkan surga Allah,89 menghapus dosa
pemilik rumah, ibarat mendapatkan pahala setara ibadah haji, saling mencintai karena Allah,90
kedatangan tamu membawa rizki dan kembalinya membawa ampunan, dan masih banyak
lagi.
g. Karyawan atau Pekerja
Buruh, pekerja, worker, laborer (Inggris), tenaga kerja atau karyawan, atau dalam bahasa
Arab: al-„Amil (‫ )العامل‬pada dasarnya adalah orang yang menggunakan tenaga dan
kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun
bentuk lainya kepada pemberi kerja atau pengusaha atau majikan.91 Dengan kata lain, pekerja
adalah orang yang bekerja atau orang yang menerima upah atas hasil kerjanya.92 Islam
sangat menghargai orang yang bekerja untuk mendapatkan rizki yang baik dan halal. Oleh
karena itu kita harus memiliki sikap dan perilaku yang terpuji terhadap para pekerja.
Ihsan kepada pekerja dapat dilakukan dengan cara; memberinya pekerjaan sesuai
keahliannya,93 memberi pengawasan dan petunjuk kerja,94 memberi upah segera setelah
menyelesaikan pekerjaan,95 menyediakan media dan fasilitas kerja,96 memberinya
kepercayaan dalam melakukan pekerjaan,97 memberinya maaf atas kesalahannya. Hadits Nabi
Saw: Abdullah bin Umar meriwayatkan, "Seorang lelaki menghadap kepada baginda Nabi
Saw kemudian berkata: Wahai Rasulullah, berapa kali aku harus memaafkan pembantuku?
Rasulullah Saw terdiam. Lelaki itu kemudian bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama.
Maka Rasulullah Saw menjawab: Tujuh puluh kali setiap hari." (H.R. Tirmidzi), dan lain
sebagainya.
Hikmah yang dapat diambil dari sikap dan perilaku ihsan kepada pekerja adalah:
Meringankan beban pekerjaan, berbagi rizki dengan pekerja, memperbanyak hubungan
silaturrahmi, dan masih banyak lagi.
h. Sesama manusia
Manusia adalah makhluk indvidu dan juga sebagai makhluk sosial. Individu berasal dari
bahasa latin dengan kata individuum artinya yang tidak terbagi. Kata individu bukan berarti
manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi lagi, melainkan sebagai kesatuan
yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Sebagai makhluk individu, manusia
dituntut untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Sedangkan manusia sebagai makhluk sosial artinya, manusia adalah makhluk yang selalu
berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan
dirinya sendiri, kecuali melibatkan manusia atau orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Dan
Sebagai makhluk individu maupun sosial, kita seyogyanya berbuat baik kepada sesama
seperti,
1) Berkata yang baik dan santun. Nabi bersabda,

87
H.R. al-Muslim: 3830.
88
H.R. al-Muslim: Juz 3, hal. 1624
89
H.R. Thabrani dalam al-Ausath dengan sanad jayyid, dalam Targhib wat-Tarhib juz 3, hal. 373.
90
H.R. al-Muslim: Juz 4, hal. 1988.
91
Oxford Dictionaries. Retrieved 8 May 2014.
92
http://kbbi.web.id/kerja.
93
H.R. al-Bukhari no. 438.
94
Q.S. Hud: 37. Lihat pula: al-Anbiya‟: 80.
95
Q.S. Ath-Thalaq: 6, H.R. al-Bukhari: 2400, al-Muslim: 1564.
96
Q.S. Thaha: 18. Disebutkan dalam sebuah riwayat yang datang dari Abu Dzar, Rasulullah Saw bersabda: "Ada
saudara-saudara kalian yang dijadikan oleh Allah Swt sebagai pembantu yang berada di bawah kekuasaan
kalian. Barang siapa yang saudaranya berada di bawah kekuasaannya, maka hendaklah dia memberinya
makanan dari makanannya, memberinya pakaian dari pakaiannya, dan janganlah kalian membebaninya
dengan sesuatu yang tidak sanggup ia kerjakan. Jika ia membebaninya dengan sesuatu yang tidak sanggup
dikerjakan, maka hendaklah ia membantunya." (H.R. Bukhari dan Muslim)
97
Sirah Ibnu Hisyam: 2/5-6.
15
‫ص ََل َة َوآتُوا الهزَكا َة‬
‫يموا ال ه‬ِ ِ ‫َوقُولُوا لِلن‬
ُ ‫هاس ُح ْسنًا َوأَق‬
Artinya: Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakan salat dan
tunaikanlah zakat.” (Q.S. al-Baqarah: 83).
2) Mengajak kebaikan dan menghindari kemunkaran,

ِِ َ‫احْلَ َسن‬
ْ ََِِ‫ك ِِب ْحْلِ ْك َم ِِ َوالْ َم ْو ِع‬
َ ِّ‫ْادعُ إِ ََل َسبِْي ِل َرب‬
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik.” (Q.S. an-Nahl: 125).
3) Saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran,
ِ ‫اْلنسا َن لَِفي خس ٍر ﴿ٕ﴾ إِهَل اله ِذين آمنوا وع ِملُوا ال ه‬
ِ ‫احْل‬ ِ ِ ِ ْ ‫َوالْ َع‬
‫ات‬َ ‫ص‬ َ َ َُ َ ُْ َ ْ ‫صر ﴿ٔ﴾ إ هن‬
‫اص ْوا ِِبل ه‬
﴾ٖ﴿ ‫ص ِِْب‬ َ ‫اص ْوا ِِب ْحْلَ ِّق َوتَ َو‬
َ ‫َوتَ َو‬
Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S.
al-Asyr: 1-3).
4) Saling menolong dalam kebaikan dan taqwa,
Allah Swt berfirman:

‫اَّلل‬ ‫اْل ُِْث َوالْعُ ْد َو ِان ۚ َواته ُقوا ه‬


‫اَّللَ ۖ إِ هن َه‬ ِْ ‫وتَ َعاونُوا َعلَى الِْ ِِب والته ْقو ٰى ۖ وََل تَ َعاونُوا َعلَى‬
َ َ َ َّ َ َ
ِ ‫يد الْعِ َق‬
‫اب‬ ِ
ُ ‫َشد‬
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (Q.S. al-Maidah: 2).
5) Menunjukkan jalan kebenaran,
Berlaku baik dalam berdakwah. Allah Swt berfirman,

ِِ َ‫احْلَ َسن‬
ْ ََِِ‫ك ِِب ْحْلِ ْك َم ِِ َوالْ َم ْو ِع‬
َ ِّ‫اُْدعُ إِ ََل َسبِْي ِل َرب‬
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik. (Q.S. an-Nahl: 125).
6) Mengajarkan ilmu yang bermanfaat,
Allah Swt berfirman dalam Q.S. al-Ma‟idah: 110 (artinya): (Ingatlah), ketika Allah
mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu
di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan
manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku
mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil.
7) Memberi nasehat,
Allah berfirman dalam Q.S. al-A‟raf: 79 (artinya): … "Hai kaumku sesungguhnya
aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasehat
kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat."98
8) Saling mengenal,
98
Lihat pula: Q.S. al-Qashas: 20, al-A‟raf: 21, 62, 68,93, Hud: 34, dll.
16
Allah Swt berfirman (artinya): Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. al-Hujurat: 13).
9) Bertukar pikiran dengan cara yang baik, dan masih banyak lagi.
Allah Swt berfirman,
ِ ِ
ْ ‫َو َجاد ْْلُْم ِِبلهِِت ى َي أ‬
‫َح َس ُن‬
Artinya: Dan berdiskusilah dengan mereka dengan cara yang baik. (Q.S. an-Nahl: 125).
Dan masih banyak lagi.
i. Binatang
Hal-hal yang dapat dilakukan terhadap binatang sebagai upaya ihsan kepadanya adalah,
1) Memberi makan dengan baik,
‫ب‬ ‫ك‬
‫ر‬
َ ‫ي‬ ‫ي‬ ِ ‫اَّلل … وعلَى اله‬
‫ذ‬ ِ‫ول ه‬ ُ ‫س‬‫ر‬ ‫ال‬
َ َ‫ق‬ ‫ال‬
َ َ‫ق‬ ‫و‬ ‫ن‬
ْ ‫ع‬ ‫اَّلل‬
‫ه‬ ‫ي‬ ِ ‫عن أَِِب ىري رَة ر‬
‫ض‬
ُ َْ َ َ َُ ُ ُ َ َ َ َْ ُ َْ
ُِ‫ب النه َف َق‬
ُ ‫َويَ ْشَر‬
Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: ...“Orang yang
menunggangi dan meminum (susunya) wajib memberinya makanan”. (H.R. Bukhari).
Dalam hadits yang lain, Nabi Saw bersabda: Pada setiap sedekah terhadap mahluk
yang memiliki hati (jantung) yang basah (hidup) akan dapatkan pahala kebaikan.
Seorang muslim yang menanam tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang kemudian
dimakan oleh burung-burung, manusia, atau binatang, maka baginya sebagai sedekah”
(H.R. Bukhori dan Muslim).
2) Menolong,99
Nabi Saw bersabda: “Seorang wanita pelacur melihat seekor anjing di atas sumur
dan hampir mati karena kehausan. Lalu wanita itu melepas sepatunya, diikatnya dengan
kerudungnya dan diambilnya air dari sumur (lalu diminumkan ke anjing itu). Dengan
perbuatannya itu dosanya diampuni”. (H.R. Bukhari)
3) Memelihara dengan baik,
Nabi Saw bersabda: Barang siapa yang memelihara kuda (binatang) di jalan Allah
dengan penuh keimanan pada Allah dan yakin akan janji kebaikan-Nya, maka
sesungguhnya makanan terhadap kudanya yang dikenyangkan, pemberian minuman
kepada kudanya hingga puas, bahkan kotoran dan kencing (kuda) nya kelak akan
ditimbang (sebagai kebaikan) pada hari kiamat”. (H.R. Bukhari).
4) Memanfaatkan kebaikan dari binatang,
Allah berfirman dalam Q.S. an-Nahl: 66: Dan sesungguhnya pada binatang ternak
itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa
yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang
mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.100 Dan masih banyak lagi.

99 Dari Abu Hurairah, berkata; Rasulullah Saw bersabda: “suatu ketika seorang laki-laki tengah berjalan di
suatu jalanan, tiba-tiba terasa olehnya kehausan yang amat sangat, maka turunlah ia ke dalam suatu sumur
lalu minum. Sesudah itu ia keluar dari sumur tiba-tiba ia melihat seekor anjing yang dalam keadaan haus
pula sedang menjilat tanah, ketika itu orang tersebut berkata kepada dirinya, demi Allah, anjing ini telah
menderita seperti apa yang ia alami. Kemudian ia pun turun ke dalam sumur kemudian mengisikan air ke
dalam sepatunya, sepatu itu digigitnya. Setelah ia naik ke atas, ia pun segera memberi minum kepada anjing
yang tengah dalam kehausan iu. Lantaran demikian, Tuhan mensyukuri dan mengampuni dosanya. Setelah
Nabi Saw, menjelaskan hal ini, para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apakah kami memperoleh pahala
dalam memberikan makanan dan minuman kepada hewan-hewan kami ?”. Nabi menjawab : “tiap-tiap
manfaat yang diberikan kepada hewan hidup, Tuhan memberi pahala”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
100
Lihat pula: An-Nahl: 5, 69, 80, Yasin: 72, dan sebagainya.
17
Dengan demikian, terhadap binatang kita tidak boleh mengganggu, membunuh
(kecuali yang diperbolehkan dengan alasan tertentu), menyiksa, dan sejensinya.
j. Alam sekitar
Alam semesta beserta isinya diciptakan untuk kepentingan manusia. Oleh karena manusia
harus bersikap dan berperilaku ihsan terhadap alam, seperti,
1) Memaksimalkan SDA (Sumber Daya Alam) dengan baik,
Allah Swt berfirman (artinya): ...Maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai
macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati,
mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya
tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya
tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi
orang-orang yang bersyukur.” (Q.S. al-A‟raf: 56-58).
2) Tidak membuat kerusakan di muka bumi,
Allah berfirman (artinya),“Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan
perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: Adakanlah
perjalanandimuka bumi dan perlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
dulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
(Q.S. ar-Rum: 41-42).101
3) Melakukan penelitian ilmiah terhadap fenomena alam,
Allah Swt berfirman (artinya): Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu
lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah
orang-orang yang mempersekutukan (Allah). (Q.S. ar-Rum: 42).
4) Menjadikan alam sebagai tanda-tanda kebesaran Allah,
Allah Swt berfirman (artinya), Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan
air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu
segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan. (Q.S. al-Baqarah: 164). Dan masih banyak lagi.

Kebaikan akan berbalas kebaikan, adalah janji Allah dalam al-Quran. Berbuat Ihsan
adalah tuntutan kehidupan kolektif. Karena tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri, maka
Allah menjadikan saling berbuat baik sebagai sebuah keniscayaan. Berbuat baik (Ihsan)
kepada siapa pun, akan menjadi stimulus terjadinya balasan dari kebaikan yang dilakukan.
Demikianlah, Allah Swt membuat sunah (aturan) bagi alam ini, ada jasa ada balas. Semua
manusia diberi nurani untuk berterima kasih dan keinginan untuk membalas budi baik.
Peristiwa di samping hanya sedikit dari percikan hikmah Ihsan. Simak dan renungkanlah!
Allah berfirman,

﴾٩ٓ﴿ ‫اْل ْح َسا ُن‬ ِ ‫اْلحس‬


ِْ ‫ان إِهَل‬ ِ
Artinya: Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).
َ ْ ْ ‫َى ْل َجَزاء‬
Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, seorang ahli tafsir dari Suriah dalam kitab Tafsir Al-Wajiz
mengatakan bahwa tidaklah Dia (Allah) membalas amalan dengan sebaik-baik balasan akan

101
Lihat pula: Q.S. al-Qashas: 77.
18
amalan tauhid dan ikhlas dalam beribadah, kecuali kebaikan sebagai balasannya, dengan
masuk surga dan kekal dalam kenikmatan dan tempat tinggalnya.

Menerapkan Perilaku Mulia

Sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terait dengan Ihsan ialah semua
perbuatan baik kepada Allah Swt. dan kepada sesama makhluk ciptaan-Nya. Secara ringkas
perilaku tersebut ialah:
1. Melakukan ibadah ritual (shalat, dzikir, dan sebagainya) dengan penuh kekhusyukan dan
keikhlasan;
2. Birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orangtua), dengan mengikuti semua
keinginannya jika memungkinkan, dengan syarat tidak bertentangan dengan aturan Allah
Swt.;
3. Menjalin hubungan baik dengan kerabat;
4. Menyantuni anak yatim dan fakir miskin;
5. Berbuat baik kepada tetangga;
6. Berbuat baik kepada teman sejawat;
7. Berbuat baik kepada tamu dengan memberikan jamuan dan penginapan sebatas
kemampuan;
8. Berbuat baik kepada karyawan/pembantu dengan membayarkan upah sesuai perjanjian;
9. Membalas semua kebaikan dengan yang lebih baik;
10. Membalas kejahatan dengan kebaikan, bukan dengan kejahatan serupa;
11. Berlaku baik kepada binatang, dengan memelihara atau memperlakukannya dengan baik.
Jika menyembelih ataupun membunuh, lakukan dengan adab yang baik dan tidak ada
unsur penganiayaan;
12. Menjaga kelestarian lingkungan, baik daratan maupun lautan dan tidak melakukan
tindakan yang merusak.

Tugas Kelompok

1. Carilah kisah teladan tentang seorang dai yang berdakwah dengan santun dan menghargai
perbedaan!
2. Lakukan analisis terhadap kisah tersebut untuk mendapatkan nilai-nilai keteladanannya!
3. Presentasikan hasil temuanmu di depan kelas kalian!

Rangkuman

1. Dalam Q.S. al-Baqarah/2:83 Allah Swt. memerintahkan Bani Israil agar menyembah
Allah Swt, berbuat baik (Ihsan) kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, dan
orang-oang miskin. Dan agar bertuturkata yang baik kepada manusia, tetapi mereka tetap
membangkang.
2. Rasulullah menegaskan bahwa Allah Swt menyuruh kita berlaku Ihsan dalam segala hal
dan kepada semua makhluk Allah Swt.
3. Ihsan adalah berbuat baik dengan penuh keikhlasan, yang digambarkan dalam hadis
seakan-akan kita melihat Allah Swt., atau setidaknya merasa dilihat oleh Allah Swt.

19
4. Ihsan mencakup ibadah ritual kepada Allah Swt. dan berbuat baik kepada semua
makhluk hidup dengan ikhlas;
5. Perbuatan Ihsan pasti akan mendapat balasan Ihsan juga, karena itu adalah janji Allah
Swt. yang tidak mungkin diingkari;
6. Berbuat baik (Ihsan) kepada siapapun, akan menjadi sebab terjadinya “balasan” dari
kebaikan yang dilakukan, karena demikianlah Allah Swt menjadikan aturan bagi
makhluk-Nya (Sunnatullah), bahwa kebaikan akan dibalas kebaikan juga.

Evaluasi

A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e yang dianggap sebagai jawaban
yang paling tepat!

‫يل‬ِ‫ )إِسرائ‬terdapat hukum bacaan Mad . . . .


1. Pada lafal (
َ َْ
a. Thabi‟i
b. „Iwad
c. Wajib Muttasil
d. Jaiz Munfásil
e. Arid lis-Sukun
2. Perhatikan potongan ayat berikut,

‫ص ََل َة َوآتُوا الهزَكا َة‬


‫يموا ال ه‬ِ‫هاس حسنا وأَق‬
ِ ‫ن‬ ‫ل‬ِ‫)وقُولُوا ل‬
(
ُ َ ُْ ً َ
Potongan ayat di atas mengandung perintah … .
a. menyantuni anak yatim
b. berbicara sopan kepada guru
c. bersedekah kepada fakir miskin
d. berlaku sopan terhadap orangtua
e. berbicara santun dengan sesama manusia
3. Kata “Ihsan” dari sisi bahasa artinya . . . .
a. baik
b. indah
c. kebaikan
d. berbuat baik
e. berkata sopan
4. Berikut ini yang tidak termasuk bentuk perilaku Ihsan kepada tetangga ialah . . . .
a. menjenguk tetangga yang sakit.
b. membayar hutang setelah ditagih .
c. menyapa dengan senyum yang ramah.
d. berbagi oleh-oleh setelah pulang kampung.
e. mengembalikan piring dalam keadaan bersih.
5. Berikut ini yang merupakan perilaku Ihsan kepada alam ialah . . .
a. menebang pohon dan menjualnya.
b. memelihara kucing untuk menangkap tikus.
c. menebang pohon dan menanam benih yang baru.
d. menjaring ikan dengan produk teknologi canggih.
e. menyelamatkan gajah untuk dimanfaatkan gadingnya.

20
B. Jawablah pertanyaan berikut dengan baik dan benar!
1. Sebutkan pengertian Ihsan!
2. Jelaskan cara berlaku Ihsan kepada Allah Swt!
3. Jelaskan cara berlaku Ihsan kepada binatang yang boleh dimakan!
4. Sebutkan 5 (lima) contoh perilaku manusia yang bertentangan dengan prinsip Ihsan
terhadap alam!
5. Berikan contoh-contoh Ihsan yang terkandung dalam ayat 83 surat al-Baqarah!
6. Apakah yang dimaksud dengan tasawuf dan sufi?
7. Jelaskan perbedaan antara Arif dan Mukhlis!
8. Jelaskan tingkatan tertinggi dari Ihsan!
9. Jelaskan, apakah Allah Swt dapat dilihat oleh manusia?
10. Coba jelaskan contoh sikap dan perilaku ihsan kamu di lingkungan sekolah, rumah
dan masyarakat!

21

Anda mungkin juga menyukai