dan Hadis
2.3. Menunjukkan sikap kritis dan demokratis sebagai implementasi dari pemahaman Q.S.
Ali Imran (3) : 190-191 dan 159, serta hadits terkait.
2.3.1 Bersikap kritis dan demokratis sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Ali Imran (3)
: 190-191 dan 159, serta hadits terkait.
2.3.2. Bentuk-bentuk nilai pendidikanyang mencerminkanberfikir kritis dan demokratis
C. Materi Pembelajaran
a. Membaca, identifikasi, asbabun nuzul, dan isi kandungan QS. Ali Imran (3): 190-191, QS. Al
Imran (3): 159 tentang berfikir kritis dan demokratis
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "ya Tuhan Kami,
Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah
kami dari siksa neraka. (Q.S. Āli Imrān/3:190-191).
Artinya: Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) dilangit dan di bumi yang
mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya Dan sebagian besar dari
mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan
Allah (dengan sembahan-sembahan lain).
1. Penjelasan Hadis
Telah diriwayatkan dalam Al-Hasan r.a., bahwa Allah Swt. sebenarnya telah mengetahui
bahwa Nabi saw.sendiri tidak membutuhkan mereka (para sahabat, dalam masalah ini).
Tetapi, beliau bermaksud membuat suatu sunnah untuk orang-orang sesudah beliau.
Diriwayatkan dari Nabi saw., bahwa beliau pernah bersabda:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., “Aku belum pernah melihat seseorang melakukan
musyawarah selain Nabi saw.”
ِ فَِإذَا عزمت َفَتو َّكل علَى
اهلل َ ْ َ َ ْ ََ
©2018 ( 73.AYHS ),MGMP PAI SMA SWASTA KAB. JOMBANG
RPP PAI KELAS XII KURIKULUM 2013
“Apabila hatimu telah bulat dalam melakukan sesuatu, setelah hal itu dimusyawarahkan,
serta dipertanggung jawabkan kebenarannya, maka bertawakkallah kepada Allah.”
Serahkanlah sesuatu kepada-Nya, setelah mempersiapkan diri dan memiliki sarana
untuk meniti sebab-sebab yang telah dijadikan Allah Swt. untuk bisa mencapainya,
didalam hadits ini, terkandung isyarat yang menunjukkan wajibnya melaksanakan tekat
apabila syarat-syaratnya telah terpenuhi dan di antaranya melalui musyawarah dalam
mengambil suatu keputusan.
Rahasia yang terkandung dalam hal ini adalah, bahwa meralat hal-hal yang sudah
diputuskan merupakan kelemahan jiwa seseorang. Juga sebagai kelemahan di dalam
tabiatnya yang menjadikan yang bersangkutan itu tidak bisa dipercayai lagi, perkataan
maupun perbuatannya. Terlebih lagi, jika ia seorang pemimpin pemerintahan, pemimpin
organisasi pendidikan dan atau panglima perang.
Oleh sebab itu, Nabi saw.tidak mendengarkan pendapat orang yang meralat
pendapat/keputusan pertamanya, sewaktu beliau sedang bermusyawarah mengenai
perang Uhud. Pendapat/keputusan itu mengatakan, bahwa kaum Muslimin harus keluar
ke Uhud, begitu mereka telah mengenakan baju besi. Beliau berpandangan, bahwa
sesudah bulat keputusan suatu musyawarah, maka tahap selanjutnya adalah tahap
pelaksanaan, jadi tidak boleh diralat lagi.
Dengan demikian, berarti Nabi saw.mengajari mereka, bahwa dalam setiap
pekerjaan ada waktunya masing-masing yang terbatas. Dan waktu bermusyawarah itu,
apabila talah selesai, tinggalah tahap pengamalannya. Seorang manajer (pemimpin),
apabila telah bersiap melaksanakan suatu pekerjaan sebagai realisasi dari hasil
musyawarah dan lahir sebuah keputusan, maka tidak boleh ia mencabut keputusan atau
tekadnya, sekalipun ia melihat adanya kesalahan pendapat dari orang-orang yang ikut
bermusyawarah, seperti yang terjadi dalam perang Uhud.
Lain halnya jika suatu keputusan belum ditetapkan walaupun sudah disepakati
(ketok palu) oleh seorang pemimpin organisasi dan masih ada pendapat, usul, masukan
dan tawaran lain dalam musyawarahnya (sebuah keputusan yang hampir final), pemimpin
tidak berhak memutuskan secara sepihak dan masih ada hak bagi orang lain atau anggota
musyawarah untuk berpendapat. Tidak ada dasar untuk menuntut orang lain yang
mempertahankan diri.
a. Isi kandungan
1. Berfikir kritis
2. Berfikir demokratis
b. Kesimpulan
Salah satu cara mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan membaca
dan merenungkan ayat-ayat-Nya yang terbentang di alam semesta. Dalam ayat ini, Allah
menyuruh manusia untuk merenungkan alam, langit dan bumi. Langit baik yang ada di langit
maupun di bumi.
Orang yang melihat dan memikirkan hal itu, akan meninjau menurut bakat pikirannya
masing-masing. Apakah dia seorang ahli ilmu alam, ahli ilmu bintang, ahli ilmu tanaman, ahli
ilmu pertambangan, seorang filosofis, ataupun penyair dan seniman. Semuanya akan
terpesona oleh susunan tabir alam yang luar biasa. Terasa kecil diri di hadapan kebesaran
alam, terasa kecil alam di hadapan kebesaran penciptanya. Akhirnya tak ada arti diri, tak ada
arti alam, yang ada hanyalah Dia, Yang Maha Pencipta. Di akhir ayat 190, manusia yang
mampu melihat alam sebagai tanda-tanda kebesaran dan keagungan-Nya, Allah sebut sebagai
Ulil Albab (orang-orang yang berpikir).
Dalam QS. Ali Imran ayat 191, diterangkan karakteristik Ulil Albab, yaitu selalu
melakukan aktivitas dzikir dan fikir sebagai metode memahami alam, baik yang ghaib maupun
yang nyata.
Dzikir, secara bahasa berasal dari kata dzakara , tadzakkara, yang artinya menyebut,
menjaga, mengingat-ingat. Secara istilah dzikir artinya tidak pernah melepaskan Allah dari
ingatannya ketika beraktifitas. Baik ketika duduk, berdiri, maupun berbaring. Ketiga hal itu
mewakili aktifitas manusia dalam hidupnya. Jadi,dzikir merupakan aktivitas yang harus selalu
dilakukan dalam kehidupan. Dzikir dapat dilkukan dengan hati,lisan, maupun perbuatan. Dzikir
dengan hati artinya kalbu manusia harus selalu bertaubat kepada Allah, disebabkan adanya
cinta, takut, dan harap kepada-Nya yang berhimpun di hati (Qolbudz Dzakir). Dari sini tumbuh
keimanan yang kokoh, kuat dan mengakar di hati. Dzikir dengan lisan berarti menyebut nama
Allah dengan lisan. Misalnya saat mendapatkan nikmat mengucapkan hamdalah. Ketika
memulai suatu pekerjaan mengucapkan basmalah. Ketika takjub mengucapkan tasbih. Dzikir
dengan perbuatan berarti memfungsikan seluruh anggota badan dalam kegiatan yang sesuai
dengan aturan Allah.
Fikir, secara bahasa adalah fakara, tafakkara yang artinya memikirkan, mengingatkan,
teringat. Dalam hal ini berpikir berarti memikirkan proses kejadian alam semesta dan berbagai
fenomena yang ada di dalamnya sehingga mendapatkan manfaat daripadanya dan teringat
atau mengingatkan kita kepada sang Pencipta alam, Allah Swt.
Dengan dzikir manusia akan memahami secara jelas petunjuk Ilahiyah yang tersirat
maupun yang tersurat dalam al-Qur’an maupun as-sunnah sebagai minhajul hayah (pedoman
hidup). Dengan fikir, manusia mampu menggali berbagai potensi yang terhampar dan
terkandung pada alam semesta. Aktivitas dzikir dan fikir tersebut harus dilakukan secara
seimbang dan sinergis (saling berkaitan dan mengisi). Sebab jika hanya melakukan aktivitas
fikir, hidup manusia akan tenggelam dalam kesesatan. Jika hanya melakukan aktivitas dzikir,
manusia akan terjerumus dalam hidup jumud (tidak berkembang, statis). Sedangkan, jika
melakukan aktivitas dzikir dan fikir tetapi masing-masing terpisah, dikhawatirkan manusia
akan menjadi sekuler.
Bagi Ulil Albab, kedua aktivitas itu akan berakhir pada beberapa kesimpulan, yaitu: (1)
Allah dengan segala kebesaran dan keagungan-Nya adalah Pencipta alam semesta termasuk
manusia. (2) Tiada yang sia-sia dalam penciptaan alam.Semua mengandung nilai-nilai dan
manfaat, yakni: (a) mensucikan Allah dengan bertasbih dan bertahmid memuji-Nya. (b)
menumbuhkan ketundukan dan rasa takut kepada Allah dan hari Akhir.
c. Nilai Pendidikan dan Ibrah yang dapat diambil dari Q.S. Āli-Imrān/3: 190-191
Pada ayat tersebut bahwa orang yang berakal (Ulu al-Bāb) adalah orang yang melakukan
dua hal yaitu tazakkur yakni mengingat (Allah), dan tafakkur, memikirkan (ciptaan Allah).
Sementara Imam Abi al-Fida mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Ulu al-Abāb adalah
al-‘uqul al-tamm al-zakiyah al-latiy tudrak al-asy-ya ‘ala jalyatiha wa laisa ka al-shamm al-
bukm al-ladzina laa ya’qilun yaitu orang-orang yang akalnya sempurna dan bersih yang
dengannya dapat ditemukan berbagai keistimewaan dan keagungan mengenai sesuatu, tidak
seperti orang yang buta dan gagu yang tidak bisa berfikir.
Dengan adanya fenomena yang ada di dunia ini akan membawa orang-orang yang berakal
yang memikirkannya akan menyadari keagungan Allah Swt. Melalui upaya inilah manusia
dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan hidup.
Selanjutnya melalui pemahaman yang dilakukan para mufassir terhadap ayat tersebut di
atas akan dapat dijumpai peran dan fungsi akal tersebut secara lebih luas lagi. Semua itu
menjadi obyek atau sasaran di mana akal memikirkan dan mengingatnya. Tegasnya bahwa di
dalam penciptaan langit dan bumi serta keindahan ketentuan dan keistimewaan
penciptaannya, serta adanya pergantian siang dan malam serta berjalannya waktu detik per-
detik sepanjang tahun, yang pengaruhnya tampak pada perubahan fisik dan kecerdasan yang
disebabkan pengaruh panasnya matahari dan dinginnya malam, serta pengaruhnya pada
binatang dan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya adalah menunjukkan bukti keesaan Allah dan
kesempurnaan ilmu dan kekuasaan-Nya.
Nilai-nilai pendidikan yang dapat diaplikasikan, di antaranya:
1) Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
2) Akal manusia hendaknya digunakan untuk memikirkan, menganalisa, dan menafsirkan
©2018 ( 73.AYHS ),MGMP PAI SMA SWASTA KAB. JOMBANG
RPP PAI KELAS XII KURIKULUM 2013
E. Langkah-langkah pembelajaran
Pertemuan ke-1
No Kegiatan Menit
1. Kegiatan pendahuluan 15
Mengamati
Peserta didik membaca, mengidentifikasi bacaan tajwid, makna mufradat, asbabun
LITERASI
nuzul dan isi kandungan QS. Ali Imran (3): 190-191, QS. Al Imran (3):
159serta hadits terkait
Menanya
CRITICAL THINKING; Peserta didik dalam kelompok mengajukan pertanyaan tentang cara membaca,
CREATIVITY; mengidentifikasi bacaan tajwid, makna mufradat, asbabun nuzul dan isi
COMUNICATION kandungan QS. Ali Imran (3): 190-191, QS. Al Imran (3): 159 serta hadits
terkait
Eksplorasi
Peserta didik mencari jawaban dari semua pertanyaan yang diajukan dengan
bimbingan guru terhadap hal-hal yang berkaitan tentang cara membaca,
mengidentifikasi bacaan tajwid, makna mufradat, asbabun nuzul dan isi
kandungan QS. Ali Imran (3): 190-191, QS. Al Imran (3): 159 serta hadits
terkait
Asosiasi
I Penilaian
No Ranah Teknik penilaian Bentuk Penilaian Instrumen penilaian
peniaian
1 KI.4 Tes Keterampilan membaca Soal bacaan tentang ayat-
ayat , kunci jawaban dan
pedoman skor
Instrumen Penilaian
No Ranah Soal Kunci Jawaban Kreteria penilaian
1 KI.4 1. Bacalah secara fasih dan tartil QS. QS. Ali Imran (3): A (4): Bacaan lancar dan
Ali Imran (3): 190-191, QS. Al 190-191, QS. Al benar mahraj serta
Imran (3): 159serta hadits terkait Imran (3): 159 serta tajwidnya secara
hadits terkait sempurna
B (3): Bacaan lancar, ada
kesalahan mahraj
dan tajwid 1-2
C (2): Bacaan kurang
lancar, ada
kesalahan mahraj
dan tajwid lebih
dari 3
D (1): Tidak dapat
membaca, ada
kesalahan mahraj
dan tajwid lebih
dari 4
ِ َق
e. اضيًا َب ْع ُد
2. Jelaskan makna mufradat pada a. Dan berfikirlah
potongan QS. Ali Imran (3): kalian
190-191, QS. Al Imran (3):
159serta hadits terkait; b. Meminta
a. ويتفكرون keputusan
b. ك
ِ
َ اضى الَْي
َ َت َق padamu
c. Maka
ِ
c. علَى اهللَ َفَت َو َّك ْل bertaqwalah
kpda Allah
d. في خلق d. Pada ciptaan
Pertemuan ke-2
No Kegiatan Menit
1. Kegiatan pendahuluan 15
Guru membuka proses pembelajaran dengan memberi salam dan berdoa
Guru menyapa peserta didik untuk menciptakan keakraban
Guru mengecek kesiapan kelas (absensi, tempat duduk, dan perlengkapan lainnya),
Guru mengajak peserta didik untuk tadarus Al Quran antara 5-10 menit (membaca/
hafalan al-Qur’an atau surah pendek pilihan atau ayat-ayat Al Quran yang ada
pada standar isi),
Guru menyampaikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil dengan memilih seorang
peserta didik sebagai ketua kelompoknya,
Guru melakukan appersepsi,
Guru melaksanakan tes awal untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap
materi yang belum disampaikan.
Guru menyampaikantahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, menanya,
eksplorasi, mengomunikasikan serta menyimpulkan.
2. Kegiatan inti 110
Mengamati
Peserta didik mengamati model dalam menghafal QS. Ali Imran (3): 190-191,
QS. Al Imran (3): 159serta hadits terkait
Menanya
Peserta didik menanya cara mudah untuk menghafal QS. Ali Imran (3): 190-
191, QS. Al Imran (3): 159serta hadits terkait
Eksplorasi
Peserta didik mencari dan menemukan cara mudah untuk menghafal QS. Ali
Imran (3): 190-191, QS. Al Imran (3): 159serta hadits terkait
Asosiasi
Peserta didik menyimpukan cara mudah untuk menghafalQS. Ali Imran (3):
190-191, QS. Al Imran (3): 159serta hadits terkait
Komunikasi
Peserta didik menghafalkanQS. Ali Imran (3): 190-191, QS. Al Imran (3):
159serta hadits terkait
3. Penutup 10
Melaksanakan penilaian dan refleksi serta penguatan terhadap hasil diskusi, sebagai
bahan masukan untuk perbaikan langkah selanjutnya
Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas baik cara individu
maupun kelompok
Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
Guru menutup proses pembelajaran dengan berdoa dan salam
I Penilaian
No Ranah Teknik penilaian Bentuk Penilaian Instrumen penilaian
peniaian
1 KI.3 Tes Tertulis Essay secara lisan, butir soal
kunci jawaban dan
pedoman skor
2 KI.1 dan Non tes Observasi Rubrik
KI.2
Instrumen Penilaian
No Ranah Soal Kunci Jawaban Kreteria penilaian
1 KI.4 1. Bacalah secara fasih dan tartil QS. Ali Imran (3): A (4): Bacaan lancar dan
QS. Ali Imran (3): 190-191, QS. 190-191, QS. Al benar mahraj
Al Imran (3): 159serta hadits Imran (3): 159 serta serta tajwidnya
terkait hadits terkait secara sempurna
B (3): Bacaan lancar, ada
kesalahan mahraj
dan tajwid 1-2
C (2): Bacaan kurang
lancar, ada
kesalahan mahraj
dan tajwid lebih
dari 3
D (1): Tidak dapat
membaca, ada
kesalahan mahraj
©2018 ( 73.AYHS ),MGMP PAI SMA SWASTA KAB. JOMBANG
RPP PAI KELAS XII KURIKULUM 2013
pemimpin organisasi
pendidikan dan atau
panglima perang.
Pertemuan ke-3
No Kegiatan Menit
1. Kegiatan pendahuluan 15
I Penilaian
No Ranah Teknik penilaian Bentuk Penilaian Instrumen penilaian
peniaian
1 KI.3 Tes Tertulis Essay secara lisan, butir
soal, kunci jawaban dan
pedoman skor
2 KI.1 dan Non tes Observasi Rubrik
KI.2
Instrumen Penilaian
No Ranah Soal Kunci Jawaban Kreteria penilaian
1 KI.4 1. Bacalah secara fasih dan tartil QS. QS. Ali Imran (3): 190- A (4): Bacaan lancar
Ali Imran (3): 190-191, QS. Al 191, QS. Al Imran (3): dan benar
Imran (3): 159serta hadits terkait 159 serta hadits terkait mahraj serta
tajwidnya secara
sempurna
B (3): Bacaan lancar,
ada kesalahan
mahraj dan
tajwid 1-2
C (2): Bacaan kurang
lancar, ada
kesalahan
mahraj dan
tajwid lebih dari
3
D (1): Tidak dapat
membaca, ada
kesalahan
mahraj dan
tajwid lebih dari
4
2 KI.3 2. Bacaan apakah potongan ayat a. Setiap item dengan
berikut; a. Mad Thabi’i skor: 2,00, sehingga
i. apabila benar
b. Tarqiq semua skor 10
ِ علَى
j. اهلل َ c. Idzhar
b. Skor total:
Skor diperolehx 4,contoh:
k. ُه ْد ًوا إِىَل Skor maksimal
a. اضيًا ب ْعد ِ
َ َق
1. Jelaskan makna mufradat pada
potongan QS. Ali Imran (3): a. Dan berfikirlah
190-191, QS. Al Imran (3): kalian
159serta hadits terkait; c. Meminta keputusan
i. ويتفكرون padamu
©2018 ( 73.AYHS ),MGMP PAI SMA SWASTA KAB. JOMBANG
RPP PAI KELAS XII KURIKULUM 2013
ك ِ تق
َ اضى الَْي
d. Maka bertaqwalah
j. َ ََ kpda Allah
ِ َفَتو َّكل علَى
اهلل
k. َ ْ َ e. Pada ciptaan
l. في خلق
1. Jelaskan asbabun nuzul QS. Al Sebab–sebab turunya Q.S.
Imran (3): 159 Āli-Imrān /3: 159adalah
sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas. Ibnu Abbas ra
menjelaskan bahwasanya
setelah terjadinya perang
Badar, Rasulullah
mengadakan musyawarah
dengan Abu Bakar ra dan
Umar bin Khaththab ra
untuk meminta pendapat
meraka tentang para
tawanan perang, Abu Bakar
ra berpendapat, meraka
sebaiknya dikembalikan
kepada keluargannya dan
keluargannya membayar
tebusan. Namun, Umar ra
berpendapat mereka
sebaiknya dibunuh. Yang
diperintah membunuh
adalah keluarganya.
Rasulullah mesulitan dalam
memutuskan. Kemudian
turunlah ayat ini sebagai
dukungan atas Abu Bakar
(H.R. Kalabi).