Anda di halaman 1dari 1

kisah teladan dari seorang demokrat sejati!

Salah satu tokoh demokrat sejati islam yaitu Rasulullah SAW. Sejarah mencatat bahwa di luar
otoritas keagamaan yang menjadi tugas utamanya, Nabi Muhammad SAW merupakan tokoh
yang demokratis dalam berbagai hal. Bahkan ketika terjadi kasus-kasus yang tidak mempunyai
sandaran keagamaan (wahyu) beliau bersikap demokratis dengan mengadopsi pendapat para
sahabatnya, hingga memperoleh arahan ketetapan dari Allah.
Sikap demokratis Nabi Muhammad SAW ini barangkali merupakan sikap demokratis pertama di
Semenanjung Arabia, di tengah-tengah masyarakat padang pasir yang paternalistik, masih
menjunjung tinggi status-status sosial klan, dan non-egaliter.
Beberapa contoh yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW merupakan seorang demokrat sejati
adalah:
~ Ketika Rasulullah SAW diminta suku-suku Arab menjadi penguasa sipil (non-agama) di luar
status beliau sebagai pemegang otoritas agama, beliau mengambil pernyataan setia orang-orang
yang ingin tunduk dalam kekuasaan beliau sebagai tekhnik memperoleh legitimasi kekuasaan.
Pernyataan setia ini dikenal dalam sejarah Islam sebagai “Bai’at Aqabah I & II”. Dari titik ini
para ulama Islam sejak dulu menegaskan bahwa kekuasaan pada asalnya di tangan rakyat, karena
itu kekuasaan tidak boleh dipaksakan tanpa ada kerelaan dari hati rakyat. Pernyataan kerelaan itu
dinyatakan dalam bentuk “pernyataan setia” atau bai’at.
~ Setelah Rasulullah SAW bermigrasi ke Madinah, beliau mengangkat budak kulit hitam
Ethiopia yang bernama Bilal menjadi pengumandang panggilan shalat (azan). Posisi ini
merupakan sebuah kedudukan prestisius bagi seorang budak kulit hitam dalam belantara kabilah-
kabilah Arab yang terhormat.
~ Ketika beliau membentuk negara pertama kali dalam Islam, yaitu negara Madinah yang multi
agama. Beliau tidak menggunakan Al Quran sebagai konstitusi negara Madinah. Karena Al
Quran hanya berlaku bagi orang-orang yang mempercayainya, yaitu kaum muslimin. Beliau
menyusun “Piagam Madinah” berdasarkan kesepakatan dengan orang-orang Yahudi sebagai
konstitusi negara Madinah. Pada masa negara Madinah ini pula beliau mengenalkan konsep
“bangsa” (al ummah) sebagai satu kesatuan warga negara Madinah tanpa membedakan asal-usul
suku.
~ Rasulullah SAW mendirikan negara Madinah ini berdasarkan kontrak sosial (al ‘aqd al
ijtima’i) antara kaum muslimin dengan kaum Yahudi, Kristen, dan kaum Arab pagan yang
berdiam di Madinah. Piagam Madinah berisi prinsip-prinsip interaksi yang baik antarpemeluk
agama; saling membantu menghadapi musuh yang menyerang negara Madinah, menegakkan
keadilan dan membela orang yang teraniaya, saling menasehati, dan menghormati kebebasan
beragama.

Anda mungkin juga menyukai