Oleh
Kelompok 3 Kelas 1-07
Audya Putri Maharani : 2302190264
Ronggo Adji Pangestu : 4301190139
Tio Budi Santoso : 1302191253
i
DAFTAR ISI
Cover
…………………………………………………………………………....……….... i
I Pendahuluan ………………………………………………….…..........….…….….3
III.I Kesimpulan…………………………………………………….…….13
III.I Saran………………………………………………………………....13
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa selesaikan makalah Sumber
Utama Ajaran Islam: Al-Qur’an, Hadits ini.
Makalah ilmiah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut
berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah ilmiah sehingga menjadi makalah yang
baik dan benar.
Akhir kata kami meminta semoga makalah Sumber Utama Ajaran Islam: Al-Qur’an, Hadits
ini bisa memberi mafaat ataupun inpirasi pada pembaca.
2
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah kitab suci ummat Islam yang diwahyukan Allah kepada
Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril. Secara harfiah Qur’an berarti bacaan.
Namun walau terdengar merujuk ke sebuah buku/kitab, ummat Islam merujuk Al-
Qur’an sendiri lebih pada kata-kata atau kalimat di dalamnya, bukan pada bentuk
fisiknya sebagai hasil cetakan.
Al-Qur’an memiliki 114 surah , dan sejumlah 6.236 ayat (terdapat perbedaan
tergantung cara menghitung). Hampir semua Muslim menghafal setidaknya beberapa
bagian dari keseluruhan Al-Qur’an, mereka yang menghafal keseluruhan Al-Qur’an
dikenal sebagai hafiz (jamak:huffaz). Pencapaian ini bukanlah sesuatu yang jarang,
dipercayai bahwa saat ini terdapat jutaan penghapal Al-Qur’an diseluruh dunia. Di
Indonesia ada lomba Musabaqah Tilawatil Qur’an yaitu lomba membaca Al-Qur’an
dengan tartil atau baik dan benar. Yang membacakan disebut Qari (pria) atau Qariah
(wanita).
Muslim juga percaya bahwa Al-Qur’an hanya berbahasa Arab. Hasil terjemahan
dari Al-Qur’an ke berbagai bahasa tidak merupakan Al-Qur’an itu sendiri. Oleh
karena itu terjemahan hanya memiliki kedudukan sebagai komentar terhadap Al-
Qur’an ataupun hasil usaha mencari makna Al-Qur’an, tetapi bukan Al-Qur’an itu
sendiri.
Hadits (bahasa Arab: الحديث, ejaan KBBI: Hadis) adalah perkataan dan perbuatan dari
Nabi Muhammad. Hadits sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki
kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum di bawah Al-Qur’an. Hadits secara
3
harfiah berarti perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam istilah hadits
berarti melaporkan/ mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi
Muhammad. Namun pada saat ini kata hadits mengalami perluasan makna, sehingga
disinonimkan dengan sunnah, maka bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan,
ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan
ataupun hukum. Kata hadits itu sendiri adalah bukan kata infinitif, maka kata tersebut
adalah kata benda.
4
BAB II.
ISI
Para ulama dalam bidang ilmu al-qur’an telah mendefinisikan al-qur’an menurut
pemahaman mereka masing-masing baik secara etimologi maupun terminologi. Secara
etimologi para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan al-qur’an sebagai berikut :
a. Menurut Al-lihyany. kata Qur’an adalah bentuk masdar dari kata kerja
(fi’il) artinya membaca, dengan perubahan bentuk kata/ Kata tersebut selanjutnya
digunakan untuk kitab yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad.
b. Menurut Al-Asy’ari, kata Qur’an berasal dari lafaz " qur'anan" yang berarti
menggabungkan sesuatu dengan yang lain.
c. Menurut Asy-syafi’I, kata Al-qur’an adalah isim ‘alam, bukan kata bentukan dari kata
apapun dan sejak awal memang digunakan sebagai nama khusus bagi kitab suci yang
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagaimana halnya dengan nama-
nama kitab suci sebelumnya yang memang merupakan nama khusus yang diberikan oleh
Allah SWT.
5
Periode Makkah pertama selama 4 sampai dengan 5 tahun. Pada masa ini, dakwah
Islam masih terbatas pada ruang lingkup yang kecil, dan ayat yang diturunkan pun pada
umumnya membahas tentang pelajaran bagi Rasulullah untuk membentuk
kepribadiannya, pembahasan tentang dasar-dasar akhlak Islamiyah, pengetahuan tentang
sifat Allah serta bantahan mengenai pandangan hidup di masyarakat Jahiliyah kala itu.
Periode Makkah kedua selama 4 sampai dengan 9 tahun. Pada masa ini dakwah Islam
sudah mulaiterbuka. Masyarakat Makkah sudah mulai berfikir untuk menghalangi
dakwah. Ayat-ayat yang diturunkan pada masa ini umumnya tentang kewajiban sebagai
seorang muslim, pembaasan tentang ke esaan Allah, pembahasan tentang hari kiamat,
serta ancaman dan kecaman kepada orang musyrik yang mempunyai prilaku buruk.
Periode Madinah selama 10 tahun. Rasulullah mulai hijrah dari Makkah ke Madinah,
dan masyarakat sekitar mulai terbentuk keimanannya. Disana, masyarakat Yahudi dan
Islam hidup berdampingan, namun seiring berjalannya waktu, kaum Yahudi pun mulai
ikut menentang dakwah Nabi Muhammad SAW.
َّ ك
ۚ ُ ّللا َ اب ب ِ الْ َح قِ لِ ت َ ْح كُ َم ب َ يْ َن ال ن َّا ِس ب ِ َم ا أ َ َر ا
َ َ ك الْ ِك ت
َ ْإ ِ ن َّا أ َنْ زَ لْ ن َا إ ِ ل َ ي
ص ي ًم اِ َو ََل ت َكُ ْن لِ لْ َخ ا ئ ِ ن ِ ي َن َخ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran,
supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan
kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat”
Peran Al-Qur’an Al-Qur’an adalah petunjuk yang didesain sedemikian rupa sehingga
jelas bagi umat manusia dengan petunjuk itu manusia bisa membedakan mana yang hak
dan bathil. Inilah sesungguhnya peran Al-Qur’an, yaitu sebagai pedoman hidup umat
manusia. Karena itu bila Al-Qur’an dipelajari dengan benar dan sungguh-sungguh maka
isi kandungannya akan membantu Kita menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan
pedoman untuk menyelesaikan berbagai problem hidup.
6
1) Menantang siapapun yang meragukannya untuk menyusun semacam Al-Qur’an
secara keseluruhan.
2) Menantang mereka untuk menyusun sepuluh surat semacam AlQur’an.
3) Menantang mereka untuk menyusun satu surat saja semacam AlQur’an.
4) Menantang mereka untuk menyusun sesuatu seperti atau lebih kurang sama dengan
satu surah dari Al-Qur’an.
b. Menjadi petunjuk untuk seluruh umat manusia. Petunjuk yang dimaksud adalah
petunjuk agama atau yang biasa disebut dengan syariat. c. Sebagai mukjizat Nabi
Muhammad SAW untuk membuktikan kenabian dan kerasulannya dan Al-Qur’an adalah
ciptaan Allah bukan ciptaan nabi. Hal ini didukung dengan firman Allah SWT dalam
surat Al-Isra’ ayat 88 yang artinya: “Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk menciptakan yang serupa dengan qur‟an niscaya mereka tidak akan
dapat membuatnya sekalipun sebagian mereka membantu sebagian yang lain.”
d. Sebagai hidayat. Al-Qur’an diturunkan Allah kepada nabi Muhammad bukan sekedar
untuk dibaca tetapi untuk dipahami kemudian untuk diamalkan dan dijadikan sumber
hidayat dan pedoman bagi manusia untuk mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat.
Untuk itu kita dianjurkan untuk menjaga dan memeliharanya.
Pengertian Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan
persetujuandari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam
agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma
dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua
setelah Al-Qur'an.
Sejarah Hadits merupakan masa atau periode yang telah dilalui oleh hadits dari masa
lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan, penghayatan, dan pengamalan umat dari generasi
7
ke generasi. Dengan memerhatikan masa yang telah dilalui hadis sejak masa
timbulnya/lahirnya di zaman Nabi SAW meneliti dan membina hadis, serta segala hal
yang memengaruhi hadis tersebut. Para ulama Muhaditsin membagi sejarah hadis dalam
beberapa periode. Adapun para `ulama penulis sejarah hadis berbeda-beda dalam
membagi periode sejarah hadis. Ada yang membagi dalam tiga periode, lima periode, dan
tujuh periode.
Periode Kedua, Periode ini dimulai sekitar pertengahan abad kedua Hijriah. Selama
periode ini, sejumlah besar tabi’in menghimpun karya mereka dalam bentuk buku.
Beberapa penghimpun hadis pada periode ini adalah Muhammad bin Syihabaz-Zuhri (ia
dianggap sebagai ulama hadis terbesar di zamannya), Abdul Malik bin Juraij, Mu’ammar
bin Rasyid, Imam Sufyan ats-Tsauri, Imam Hammad bin Salamah, Abdullah bin al-
Mubarak, dan Malik bin Anas (w. 179 H). Di antara karya tulis pada periode ini adalah
Al- Muwaththa’ karya Imam Malik.
PeriodeKetiga, Dimulai pada abad ke-2 H hingga akhir abad ke-4 H, ketika hadis-
hadis Nabi, atsarsahabat, dan aqwal (ucapan) tabi’in dikategorisasikan, dipisahkan, dan
dibedakan. Selain itu, riwayat-riwayat yang maqbulah (diterima) dihimpun secara
terpisah dan buku-buku dari periode kedua diperiksa kembali untuk diautentifikasi. Salah
satu penyusun hadis yang berasal dari periode ini adalah Imam Ahmad bin Hanbal (164-
241 H). Ia menyusun kitab Musnad Ahmad yang berisi 30 ribu hadis dalam 24 juz.
PeriodeKeempat, Periode ini dimulai pada abad kelima hingga hari ini. Karya-karya
yang dihasilkan dalam periode ini, antara lain penjelasan (syarh), catatan kaki (hasyiah),
dan penerjemahan buku-buku hadis kedalam berbagai bahasa. Pada periode ini pula, para
ulama menyusun kitab hadis dengan mencuplik dari kitab-kitab yang pernah ditulis dan
disusun pada abad ketiga. Ulama hadis selanjutnya lalu menyusun syarh atau penjelasan
dari buku-buku penjelasan hadis di atas. Misalnya, Muhammad Ismail ash- Shon’ani
(wafat 1182 H) menulis kitab Subulus Salam Syarh Bulughul Maram yang berisi
penjelasan kitab karya Ibnu Hajar al-Asqolaniitu.
8
Kedudukan Hadist sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, hadist mempunyai
kedudukan sebagai sumber hukum islam kedua. Di dalam Al Quran juga telah dijelaskan
berulang kali perintah untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW, sebagaimana yang
terangkum firman Allah SWT di surat An-Nisa’ ayat 80:
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan
barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka.”(QS.An-Nisa: 80)
Selain itu, Allah SWT menekankan kembali dalam surat Al-Asyrayat 7:
…..…س ْولُفَ ُخذ ُ ْوه َُو َمانَ َها ُك ْمعَ ْن ُهفَا ْنت َ ُه ْوا َّ ……و َمااَت َا ُك ْم
ُ الر َ
“Apa yang diperintahkan Rasul, makalaksanakanlah, dan apa yang dilarang Rasul
makahentikanlah” (QS.Al-Hasyr:7)
PeranHadits Hadits memiliki peran yang sangat penting dan tinggi bagi umat Islam
sebagai sumber hukum atau penjelasan dari sumber hukum yang ada di Al-Qur’an.
Peranan hadits terhadap Al-Qur’an dalam melahirkan hukum syariat Islam tidak bisa di
kesampingkan lagi, karena tidak mungkin umat Islam memahami ajaran Islam dengan
benar jika hanya merujuk pada Al-Qur’an saja, melainkan harus diimbangi dengan hadits.
Fungsi Hadits
1. Bayan Al- Taqrir (memperjelas isi Al Quran) Fungsi Hadist sebagai bayan al-
taqrir berarti memperkuat isi dari Al-Quran. Sebagai contoh hadist yang diriwayatkan
oleh H.R Bukhari dan Muslim terkait perintah berwudhu, yakni:
“Rasulullah SAW bersabda, tidak diterima shalat seseorang yang berhadats sampai
ia berwudhu” (HR.Bukhori dan Abu Hurairah)
Hadits diatas mentaqrir dari surat Al-Maidahayat 6 yang berbunyi:
صلَو ِةفَا ْغ ِسلُ ْو ُاو ُج ْو َه ُك ْم َوأَي ْ َس ُح ْوا ِب ُر ُء ْو ِس ُك ْم َوا َ ْر ُجلَ ُك ْم ِال
ّ ىال َك ْع َبي ِْنْْ َيااَيُّ َهاالَّ ِذ ْينَا َ َمنُ ْوااِذَاقُ ْمت ُ ْم ِالَىال ْ َِد َي ُك ْم ِال
َ ىال َم َرافِ ِق َوا ْم
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah muka dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki” (QS.Al-Maidah:6)
9
2. Bayan At-Tafsir (menafsirkanisi Al Quran) fungsi hadist sebagai bayan at-tafsir
berarti memberikan tafsiran (perincian) terhadap isi al-quran yang masih bersifat
umum (mujmal) serta memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-ayat yang
bersifat mutlak (taqyid). Contoh hadist sebagai bayan At tafsir adalah penjelasan nabi
Muhammad SAW mengenai hukum pencurian.
ِ ّ ص ِِل ْلك
َف َ طعَيَدَه ُِم ْن ِم ْف
َ َارقِفَق
ِ سَ ِأَت َىب
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah” (QS.Al-Maidah:38)
Dalam Al-Quran, Allah memerintahkan hukuman bagi seorang pencuri dengan
memotong tangannya. Ayat ini masih bersifat umum, kemudian Nabi SAW
memberikan batasan bahwa yang dipotong dari pergelangan tangan.
3. Bayan at-Tasyri’ (member kepastian hukum islam yang tidak ada di Al Quran)
Hadist sebagai bayan Attasyri’ ialah sebagai pemberi kepastian hukum atau ajaran-
ajaran islam yang tidak dijelaskan dalam Al-Quran. Biasanya Al Quran hanya
menerangkan pokok-pokoknya saja. Sebagaimana contohnya hadist mengenai zakat
fitrah, dibawah ini:
ش ِعي ٍْر َعلَى ُك ِلّ ُح ّر
َ ًام ْن َ ًام ْنتَ َم ٍرا َ ْو
ِ صا ع َ ضا َنعَلَىالنَّا ِس
ِ صا ع ْ ضزَ كَاة َال ِف
َ ط ِر ِم ْن َر َم َ سلَّ َمفَ َر
َ صلَّىالل ُهعَلَ ْي ِه َو
َ س ْو ُاللل ِه ُ ٍْاِنَّ َر
ِ َ ا َ ْو َع ْب ٍدذَك ٍَرأ َ ْوأ ُ ْنث
َىمنَاْل ُم ْس ِل ِميْن
“Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan Ramadhan
satu sha’ kurma atau gandum untuk setiap orang, beik merdeka atau hamba, laki-laki
atau perempuan”(HR. Muslim).
10
ketentuan yang terdahulu, sebab ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan
lingkungannya dan lebih luas. Salah satu contohnya yakni:
ٍ صيَّةَ ِل َو ِار
ث ِ الَ َو
َصيَّةُ ِل ْل َوا ِلدَ ْينِ َواْأل َ ْق َربِ ْي َنبِ ْال َم ْع ُر ْوفِ َحقًّا َعلَىال ُمتَّ ِقيْن َ ُكتِ َبعَلَ ْي ُك ْم ِاذَا َح
َ ض َراَ َحدَ ُك ْمال َم ْوت ُ ِا ْنت ََر َك َخي َْر
ِ الو
II.III Kedudukan Akal dan Peranan Ijtihad dalan Pengembangan Hukum Islam
Arti dan Kedudukan Ijtihad. Ijtihad diambil dari kata jahada (berusaha sungguh-
sungguh). Ijtihad merupakan pekerjaan akal dalam memahami masalah dan
menilainya berdasarkan isyarat-isyarat Al-Quran dan As-Sunnah kemudian
menetapkan kesimpulan mengenai hukum tersebut. Obyek Ijtihad adalah perbuatan
yang secara eksplisit tidak terdapat dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Hal ini dapat
diartikan bahwa suatu perbuatan yang hukumnya telah ditetapkan secara jelas oleh
ayat-ayat Al-Quran dan As-Sunnah maka tidak dikategorikan sebagi obyek Ijtihad.
Keputusan Ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah.
Peranan Ijtihad. Ijtihad dipandang sebagai aktivitas penelitian ilmiah karena itu
bersifat relatif. Pintu Ijtihad selalu terbuka, termasuk membuka kembali fiqh-fiqh
yang merupakan produk ijtihad lama. Dalam kaitan dengan obyek Ijtihad, Yusuf
Qordawi menyatakan bahwa terdapat dua agenda besar Ijtihad yang dituntut oleh
peradaban modern dewasa ini, yakni ijtihad di bidang keuangan dan ekonomi serta
bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran. Satu hal yang disepakati para ulama bahwa
Ijtihad tidak boleh merambah ibadah mahdhah (sholat, puasa, haji). Artinya, Ijtihad
tidak berlaku bagi perumusan hukum ibadah formal yang diperintahkan oleh Allah
dan dicontohkan oleh Rasulullah.
Metode Ijtihad. Metode Ijtihad yang dinilai secara valid antara lain :
1. Qiyas, yaitu menerapkan hukum perbuatan tertentu kepada perbuatan lain yang
memiliki kesamaan, contohnya Al-Quran melarang jual beli ketika hari Jumat (Al-
Jumu`ah) dan hukum perbuatan selain dagang juga dilarang, karena sama-sama
mengganggu salat jumat.
11
2. Istihsan, yaitu menetapkan hukum suatu perbuatan berdasarkan prinsip-prinsip
umum ajaran islam, seperti prinsip keadilan dan kasih sayang. Misalnya, seseorang
mesti memilih satu dari dua alternatif perbuatan yang sama-sama buruk. Maka, ia
harus memilihsalah satu yang diyakini paling ringan keburukannya.
Dari Amr bin Ash bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Ketika seorang hakim
hendak memutuskan hukum, lalu berijtihad, kemudian benar, ia mendapatkan dua pahala.
Jika ia hendak memutuskan hukum, lalu berijtihad kemudian ternyata salah, ia dapat satu
pahala.” (HR. Muslim)
12
BAB III
PENUTUP
III.I Simpulan
III.II Saran
Sungguh luar biasa mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw,
dimana dengan mukjizat tersebut terdapat segala solusi dari setiap permasalahan
didunia ini, Dan tak aka nada sedikit pun keraguan mengenai keotentikan Al-Qur’an,
karena Allah senantiasa menjaga kemurnian Al-Qur’an. Sudah saatnya manusia hidup
dengan aturan Allah dengan petunjuk yang telah Allah sediakan yaitu Al-Qur’an dan
As-sunnah. InsyaAllah, jika kita menyerahkan segala urusan kepada Allah dan sesuai
dengan petunjuk Allah, hidup kita akan senantiasa tenang dan tidak ada kekacauan
yang lebih.
13
DAFTAR PUSTAKA
[1] Wawan Djunaedi, Fikih untuk Madrasah Aliyah kelas XII (Bandung: LISTAFARISKA
PUTRA, 2008) h.25
[3] https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-105
[5] Prof. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Mizan, Bandung, 2000, h.13
[6] http://www.sarjanaku.com/2011/09/pengertian-hadits.html
[7] https://belajargiat.id/hadits/
[8] https://knowledgeisfreee.blogspot.com/2015/11/makalah-sejarah-perkembangan-
hadist.html
[9] https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/18/01/23/p3039u313-4-
periode-pengumpulan-hadis
[10] https://dalamislam.com/landasan-agama/hadist/fungsi-hadist-dalam-islam
[11] https://image.slidesharecdn.com/makalahkelompokmukhlis-
181015201009/95/kedudukan-hadits-dalam-syariat-islam-dan-fungsi-hadits-terhadap-
alquran-4-638.jpg?cb=1539634301
[12] Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Dirjend Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam, Buku Teks Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta, Bulan
Bintang, 2013
[13] https://islami.co/tiga-dalil-bolehnya-manusia-membuat-hukum/
14