Anda di halaman 1dari 32

Psikoterapi spiritual

M. Faisal Idrus
Definisi

Psikoterapi berasal dari dua kata, yaitu psyche yang berarti jiwa dan
therapy yang berarti pengobatan. Jadi singkatnya psikoterapi berarti pengobatan
gangguan jiwa. dengan menggunakan aspek-aspek psikologis (pikiran, perasaan dan
perilaku). Secara umum psikoterapi diartikan sebagai proses formal interaksi antara dua
orang atau lebih, dimana seorang sebagai profesional penolong dan yang lain sebagai
petolong (orang yang ditolong) dengan catatan bahwa interaksi itu menuju kepada
perubahan dan penyembuhan. (Prawitasari, 2002)

2
Sedangkan Spiritualitas didefinisikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan
yang memiliki sifat spirit (roh). Sifat spirit (roh) adalah tidak berwujud. Kata "spirit
(roh)" dalam bahasa Inggris berasal dari kata 'spiritus' yang dalam bahasa Latin
yang berarti

'napas'. Hubungan

antara alam spiritual dengan realitas abadi

dirasakan berbeda dengan sifat utama manusia, yang bersifat sementara atau
duniawi. Spiritualitas melibatkan ajaran inti yang terhubung ke suatu kekuatan
yang lebih besar dari dirinya sendiri, yang mencakup pengalaman emosional
terhadap agama yang dikagumi dan dihormati. Oleh karena itu pengalaman
spiritualitas individu dan hubungannya dengan aspek fundamental, nonmateri
dari alam semesta yang dapat disebut dalam banyak cara, antara lain : Tuhan,
Dewa, Sang Maha Tertinggi, Sang Maha Kuasa. Misteri dan Transenden akan
membentuk suatu cara bagaimana seorang individu menemukan arti dan makna
yang berhubungan dengan kehidupan, alam semesta dan segalanya. Orang
awam mengartikan kata

spirit adalah semangat. Menurut Wayne W. Dyer

(2001) spirit adalah energi tak kasatmata dan tak berbentuk yang merupakan
sumber dan nutrisi kehidupan di Bumi. Dalam buku Theres a Spiritual Solution
to Every Problem yang ditulis Wayne W. Dyer, Santa Teresa menyatakan spirit
adalah jiwa Tuhan dalam diri manusia dan menurut Ramana Maharshi apapun
yang menarik pikiran ke dalam bersifat spiritual. Kunci pemahaman spiritualitas
adalah konsep tentang dunia lahir dan batin yang merupakan dua aspek unik
keberadaan manusia. Bila dianalogkan dunia fisik adalah bola lampu, sedangkan
dunia spirit adalah listrik.(Dyer, 2001)

3
Beberapa penulis di barat mendefinisikan spiritual sebagai sesuatu karakteristik
yang meliputi penyingkapan misteri, kekuatan dalam yang tersembunyi, keharmonisan
yang saling berhubungan (Barnum, 1996). Spiritualitas berhubungan dengan kekuatan
yang baik dan berhubungan dengan pengalaman jiwa yang tumbuh dan dengan
kekuatan yang lebih tinggi (Barnum,1996). Menurut OBrien (2003) spiritual adalah
suatu konsep pribadi yang melibatkan sikap dan keyakinan seseorang yang
berhubungan dengan Tuhan. Betty Neuman (2002) menggambarkan spiritualitas adalah
bagian dari struktur dasar yang dibawa sejak lahir yang tidak berkembang atau dikenal
dan dari suatu keadaan istirahat yang dibangkit oleh beberapa katalis lingkungan.
Menurut Neuman dan Fawcett (2002), suatu kewaspadaan diri seseorang berhubungan
dengan kesejahteraan yang optimal. Menurut Ellison (1983), kesejahteraan spiritual
adalah pernyataan kehidupan dalam berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri,
masyarakat, dan lingkungan pengasuhan secara keseluruhan. Ini adalah suatu
perasaan sejahtera yang berhubungan dengan Tuhan dan perasaan kehidupan yang
merujuk kepada agama yang tidak spesifik. Ellison membagi kesejahteraan spiritual
menjadi dua subkonsep, yaitu :
1)

Subkonsep kesejahteraan eksistensial (existential well-being), adalah demensi


kesejahteraan spiritual yang menghubungkan seseorang dengan orang lain dan
tujuan hidupnya.

2)

Subkonsep kesejahteraan keagamaan (religious well-being) adalah demensi


kesejahteraan
Tuhannya.

spiritual

yang

menghubungkan

antara

seseorang

dengan

4
Sedangkan di Indonesia spiritual dikait dari kata spirit yang berarti semangat,
jiwa, roh, atau energi batin. Menurut Suryani (2004), spirit adalah gabungan energi ibu,
bapak dan Tuhan yang terbentuk sejak terjadinya konsepsi, yang merupakan sumber
kehidupan, sumber pengetahuan dan sumber kemampuan manusia. Spirit merupakan
kekuatan konstan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan
mental manusia sejak manusia itu tercipta dan selama ia menjalani kehidupannya di
dunia. Spirit mampu memberikan kemudahan kepada kita dalam mempelajari dan
memahami kehidupan, mampu membantu kita dalam memaksimalkan fungsi mental
dan melahirkan ide-ide baru yang berguna bagi diri, manusia dan makhluk lainnya
didunia. (Suryani, 2004) Energi spirit ini dapat bekerja dengan baik bila ibu dan bapak
menyediakan situasi spiritual. Situasi ini tercipta dalam keadaan tenang, dalam suasana
dekat dengan Tuhan melalui pelaksanaan ajaran agama dan kepercayaan agama yang
dianut.(Suryani, 2004)
Dalam Mosby Medical Dictionary edisi ke 8 (2009) spiritual therapy adalah suatu
bentuk konseling atau psikoterapi yang melibatkan moral, spiritual dan agama yang
berpengaruh pada perilaku dan kesehatan fisik. Spiritual dan agama serta nilai-nilai
yang diyakini digunakan untuk memperkuat diri.
Jadi psikoterapi spiritual dapat diartikan sebagai suatu psikoterapi yang
menggunakan kekuatan spiritual yang berasal dari Tuhan melalui pelaksanaan ajaran
agama dan kepercayaan yang dianut.
Spirit dan Jiwa
Ketika berbicara tentang spirit atau ruh, Allah SWT berfirman : Dan mereka
bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah : Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan

5
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (QS. Al-Isra (17) : 85). Ketika
berbicara tentang jiwa, Allah SWT berfirman, Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati (QS. Al- Imran (3) : 185). Ini menunjukkan bahwa ruh adalah urusan Tuhan dan
sedikit sekali kita diberi pengetahuan, sedangkan jiwa sesuatu yang akan mati. (AlKahil, 2011)
Menurut Abdud Daim Al-Kahil (2011), Spirit atau Ruh adalah energi yang Allah
pancarkan kepada mahluk hidup yang ada di muka bumi, yang kemudian
menjadikannya bergerak, berkembang biak dan membuat sel membelah menjadi lebih
banyak. Ketika sel itu mati, maka energi penggerak ini telah habis. Ruh bisa
dibayangkan sebagai getaran yang tidak terlihat, tidak bisa diukur apalagi dikenali
dengan perangkat apapun. Namun kita bisa melihat hasil keberadaannya. Getaran ruh
inilah yang menggerakkan sel dan memicunya untuk membelah diri dan melanjutkan
kehidupannya.
Menurut Abdul Basith Muhammad as-Sayyid (2008), spirit atau ruh adalah
sesuatu yang berkaitan dengan kekuasaan yang Maha Tinggi dan Maha Pencipta. Ruh
manusia memiliki banyak keistimewaan, kekuatan kemampuan yang membuatnya bisa
berhubungan dengan ruh lainnya tanpa membutuhkan perantara. Sedangkan jiwa
menurut Abdul Basith Muhammad as-Sayyid adalah hasil pertemuan ruh dengan benda
materi atau perpaduan antara ruh dengan jasad. (As-Sayid, 2008)
Sedangkan Jiwa adalah aurora yang meliputi tubuh dan menempel serta tidak
akan meninggalkannya kecuali ketika tidur atau mati. Persepsi ini berkenaan dengan
firman Allah SWT Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan di waktu tidurnya.
Dia (Allah SWT) menahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia

6
(Allah SWT) melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya
yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir (QS.
Az-Zumar (39) : 42).
Jiwa cenderung memberi bisikan dan mendorong seseorang untuk berbuat
keburukan dan kejahatan. Allah SWT berfirman : Karena sesungguhnya nafsu (jiwa) itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhan-ku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Yusuf (12) :
53). Orang yang jauh dari Allah jiwanya cendrung membisikkan tentang keburukan atau
kejahatan, sedangkan bagi orang-orang yang beriman (mukmin) yang selalu
menyucikan jiwanya dan mengendalikannya sehingga menjadi tenang. Jiwa yang
tenang ini akan kembali kepada Allah SWT setelah meninggal. Firman : Hai jiwa yang
tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka
masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku(QS. AlFajr (89) ; 27-30).
Spiritual dan Agama
Spiritualitas adalah suatu konsep yang lebih luas dari pada agama (Plevak &
Rumman, 2001; Dubin & Seeman, 2003) dan mungkin berakar atau berhubungan
dengan agama (Miller & Thoresen, 2003). Spiritualitas merujuk kepada suatu
pertanyaan dalam kehidupan dimana kekudusan dan kesucian (Kliewer, 2004), suatu
yang luar biasa yang berhubungan dengan Tuhan atau suatu kekuatan yang lebih tinggi
(Kliewer, 2004), dan terpusat pada sesuatu yang tak berwujud (Miller & Thoresen,
2003). Disisi lain agama berpusat pada peraturan-peraturan kepercayaan atau
keyakinan, praktek, ritual dan faktor institusional sosial (Miller & Thoresen, 2003).

7
Spiritual melampaui batasan pribadi, batasan ilmiah (Reed, 1992) dan juga batasan
fisik, sedangkan agama didefinisikan dengan

batasan tersebut (Miller & Thoresen,

2003). Spiritualitas secara tipikal berhubungan dengan pengalaman dari keyakinan


atau kepercayaan. Bagi banyak orang spiritualitas erat kaitannya dengan agama yang
diyakininya. Sedangkan yang lain membedakan komponen hubungan antara manusia
dan komponen pengalaman terhadap agama. Martin Marty dan Paul Tillich menyatakan
bahwa jika agama dipandang sebagai aspek struktur atau organisasi. Spiritualitas tidak
dapat dipisahkan dari agama. Mereka berhubungan satu sama lainnya dan spiritualitas
mengalir dari agama. Mereka dapat dibedakan tapi tak bisa dipisahkan satu dengan
lainnya (Benson, 2000)
Spiritual dan Kesehatan
Ada sejumlah penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara spiritualitas dan
kesehatan (Simoni, Martone, Kerwin, 2002). Fryback (1999) menyatakan bahwa
spiritualitas adalah suatu faktor penting dalam kesehatan dan kesejahteraan. Menurut
Rabin (1999) praktek-praktek spiritual dan agama, seperti berdoa memberikan
pengaruh positif bagi kesehatan. Satu kemungkinan mekanisme keikut sertaan dalam
aktivitas-aktivitas agama dan spiritual memberikan pengaruh yang bermanfaat bagi
kesehatan berupa relaksasi dari sistem saraf simpatis dan peningkatan dari fungsi
imunitas (Rabin, 1999. Pasiak, 2009 ). Spiritualitas mungkin berhubungan dengan
fungsi sistem imunitas dan pengaruhnya terhadap kesehatan dengan peningkatan
kemampuan seseorang dalam menguasai stres, menghasilkan kesehatan yang lebih
baik, meningkatkan interaksi sosial, meningkatkan kepuasan dan kualitas hidup (Rabin,
1999). Penjelasan yang lain yang terkait dengan hubungan antara spiritual dan

8
kesehatan mental adalah kaitannya dengan respons placebo, dimana hanya dengan
keyakinan keefektifitasan dari suatu praktek sering kali memberikan suatu respon
bermanfaat yang tidak dapat diantisipasi. Persepsi manfaat kesehatan yang diperoleh
melalui sistem keyakinan spiritual mungkin dialami dengan terlibat dalam aktivitasaktivitas spiritual dan keagamaan (Rabin,1999).
Riset-riset yang mempelajari pola-pola spiritualitas pada wanita dengan HIV
menyatakan bahwa spirit mampu membentuk suatu persepsi yang lebih positif dan
interpretasi keadaan pikiran dan tubuh (Hall, 1998). Suatu hubungan yang kuat dari
dimensi spiritual dan kesehatan mental, penyesuaian psikologis, dan penguasaan telah
ditunjukkan oleh sejumlah orang dengan HIV/AIDS (Somlai, 1996). Selanjutnya para
peneliti juga telah mengidentifikasi suatu hubungan yang kuat antara spiritual dan
strategi penguasaan yang efektif, menghasilkan penurunan distres psikologis dan
memperbaiki penguasaan emosional diantara pasien-pasien dengan HIV/AIDS (Tuck,
Mc Cain & Elswick, 2001). Aktivitas-aktivitas spiritual mungkin mengurangi depresi
dengan meningkatkan perasaan bahagia dan peningkatan kepuasan dengan
kehidupan, yang menghasilkan beberapa stresor-stresor psikososial negatif (Rabin,
1999). Keyakinan kepada Tuhan mungkin memberikan jaminan emosional yang
menghasilkan respons-respons autonomik, mencakup penurunan stres yang diinduksi
oleh katekolamin (neurotransmitter) dan relaksasi mental (Rabin, 1999).
Spiritual dan Psikoneuroimunologi
Psikoneuroimunologi adalah nama yang diberikan oleh Dr. Robert Ader pada
tahun 1975. Ader percaya bahwa ada hubungan antara apa yang kita pikirkan (pikiran
kita) dan kesehatan kita dan kemampuan kita untuk menyembuhkan diri kita sendiri.

9
Secara khusus, ini dibuktikan Dengan penelitian yang dilakukannya yang menunjukkan
bahwa keadaan pikiran atau keadaan emosional mempengaruhi respon sistem imun
yang bertanggung jawab untuk menjaga tubuh manusia yang sehat (Wardhana , 2010) .
Bidang Psychoneuroimmunology (PNI) mengeksplorasi bagaimana pengaruh
spiritualitas atau agama terhadap aktivitas pikiran yang dapat memberikan dampak
pada tubuh dengan melibatkan berbagai sistem-sistem organobiologik antara lain otak
atau sistem saraf, sistem endokrin, dan sistem kekebalan tubuh, serta semua yang
terpengaruh oleh sistem ini seperti, sistem kardiovaskular, kanker, penyakit infeksi,
penyakit alergi, dll. Dampak positif dari pikiran atau keadaan emosional akan
meningkatkan aktivitas sistem kekebalan tubuh untuk memerangi penyakit

ketika

masuk ke dalam tubuh (Wardhana M, .2010).


Sistem kekebalan tubuh terdiri dari berbagai jalur, baik kekebalan, humoral dan
seluler, bawaan dan kekebalan adaptif. Konsep bahwa pikiran adalah penting untuk
mengatur sistem kekebalan tubuh sudah ada sejak tahun 1960. Interaksi pikiran dan
tubuh dikenal dengan nama populer 'Mind-Body Medicine' menjadi bidang yang secara
luas diteliti dalam dunia kedokteran. Spiritualitas atau komitmen agama memiliki peran
penting dalam interaksi pikiran-tubuh. Hubungan pikiran-tubuh dan spiritualitas adalah
cara ampuh langsung yang dapat mempengaruhi kesehatan mental, emosional, faktor
perilaku dan sosial (Wardhana M, .2010).
Psikoneuroimunologi

menjembatani Otak dan Sistem Imun. Bidang PNI

mempelajari interaksi antara proses psikologis dan fisiologis. Bukti lebih lanjut muncul
ketika diketahui bahwa sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, limfosit, memiliki reseptor
untuk banyak bahan kimia yang disintesis dalam sistem saraf. seperti hormon

10
pertumbuhan, adrenalin dan noradrenalin, prolaktin, asetilkolin, zat P, endorfin, dan
enkephalin. Limfosit juga dapat mensintesis beberapa zat yang sama yang dibuat oleh
sistem saraf, seperti cortico-tropin dan endorfin. Sebaliknya, astrosit, sel-sel di otak,
dapat menghasilkan interleukin-l, efektor reaktivitas imun pernah dianggap hanya dibuat
oleh sel-sel kekebalan. Tidak hanya ada hubungan anatomi antara kedua sistem tubuh
tsb, tetapi mereka juga berbagi banyak fungsi biokimia yang sama.
Bukti ilmiah pengaruh pikiran terhadap tubuh berasal dari tiga bidang penelitian:

Penelitian Fisiologis yang menyelidiki hubungan biologis dan biokimia antara otak
dan tubuh.

Penelitian

epidemiologi yang menunjukkan korelasi antara psikologis, faktor

psikososial, dan penyakit-penyakit tertentu dalam populasi pada umumnya.

Penelitian klinis menguji efektivitas pendekatan pikiran-tubuh dalam mencegah,


mengurangi, atau mengobati penyakit tertentu. Hal ini terkait perjalanan penyakit
pasien dan seberapa efektif pendekatan pikiran-tubuh dapat mempengaruhi
kesehatan dan penyembuhan suatu penyakit..
Dalam sebuah studi pada orang dengan HIV, orang-orang yang memiliki iman

kepada Allah, kasih sayang terhadap orang lain, rasa kedamaian batin, agama memiliki
kesempatan lebih baik untuk bertahan hidup untuk waktu yang lama dengan kekebalan
yang diperoleh dibandingkan mereka yang tidak beragama. Penelitian menunjukkan
bahwa kualitas keimanan, pengharapan, pengampunan, dukungan sosial serta doa
memiliki efek yang nyata pada kesehatan dan penyembuhan (Wardhana, 2010).

11
Dewasa ini pemisahan antara ilmu pengetahuan (khususnya psikiatri, psikologi,
dan kesehatan jiwa) dan agama atau spiritual tidak lagi dianut. Hal ini sesuai dengan
pernyataan para pakar antara lain : (Hawari, 2005)
a) Albert Einstein (1950) mengatakan bahwa, "adalah Ilmu tanpa agama lumpuh,
agama tanpa ilmu pengetahuan adalah buta."
b)

Larson (1992) menyatakan bahwa dalam memandu kesehatan manusia yang


serba kompleks dengan segala keterkaitannya, komitmen agama merupakan
kekuatan yang tak dapat diabaikan.

c) Snyderman (1996) menyatakan bahwa terapi medis saja tanpa agama (doa
dan dzikir) tidak lengkap, sedangkan agama (doa dan dzikir) saja tanpa terapi
medis tidak efektif (Hawari, 2002).
Komitmen agama dikaitkan dengan pemulihan secara signifikan lebih cepat pada
penyakit depresi dan penyakit fisik lainnya. Setiap kenaikan satu

titik pada skala

religiusitas meningkatkan kecepatan pemulihan sebesar 70%. Berbagai ulasan di jurnal


psikiatri telah secara konsisten menegaskan bahwa sebagian besar studi menunjukkan
korelasi positif antara agama dan kesehatan mental. Data lain menunjukkan religiusitas
yang melindungi terhadap penyalahgunaan obat dan alkohol, dikaitkan dengan
penurunan empat kali lipat risiko bunuh diri bagi remaja, dan juga untuk orang tua.
Mengurangi risiko hipertensi, penyakit jantung, kanker dan kondisi medis lainnya juga
telah ditemukan. Efek perlindungan dari perilaku keagamaan dengan kaitannya dengan
HIV / AIDS telah disebutkan (Wardhana, .2010).
Agama, Spiritual dan Psikiatri.

12
Agama adalah konstituen penting dari budaya atau cara hidup suatu masyarakat.
Para imam dan dokter sering kali merupakan individu yang sama dalam peradaban
yang berbeda (Bhugra 1996). Selama beberapa tahun terakhir ini semakin banyak
terlihat dalam literatur penelitian psikologis dan psikiatrik yang mengaitkan antara
spiritual, agama dengan kesehatan mental (Dein et al, 1998) Menurut satu survei
psikolog klinis, 60% dari klien sering mengekspresikan diri dalam bahasa agama
(Shafranske & Malony, 1990)
Komite Trainee dari Royal College of Psychiatrists menekankan pentingnya
memperhatikan aspek fisik, mental dan spiritual dalam penyembuhan pasien mereka
(Kehoe et al, 1992). Beberapa survei menunjukkan bahwa profesional kesehatan
mental, terutama psikolog, kurang terlibat dalam praktik keagamaan tradisional
daripada klien yang mereka layani (Ragan et al, 1980: Shafranske & Gorsuch, 1984).
Survei yang lebih mutahir menunjukkan bahwa ' kesenjangan religiusitas ' antara
terapis dan klien dapat dipersempit (Bergin dan Jensen, 1990; Shafranske dan Malony,
1990).
Speck (1997) berpendapat bahwa kita perlu membedakan antara spiritualitas
dan religiusitas. Spiritualitas mengacu pada pengalaman kontak dengan kekuatan yang
lebih tinggi, sedangkan religiusitas mengacu kepada kerangka luar untuk pengalaman
religious.
Menurut Sims (1994) ada lima aspek spiritual yang harus dipertimbangkan oleh
seorang psikiater, yaitu :
1)
2)
3)
4)

Mencari Makna Hidup,


Solidaritas Manusia, rasa persaudaraan dan kebersamaan,
Keutuhan Manusia: menjadi pikiran, tubuh dan jiwa,
Aspek Moral: membedakan antara yang baik dengan yang buruk

13
5) Kesadaran akan hubungannya dengan Tuhan.
Agama bisa menjadi sumber utama dukungan ego. Agama, membentuk sebuah
komunitas keyakinan bersama, menawarkan dukungan dan struktur untuk mengatasi
peristiwa yang tak terelakkan seperti stres. Selama setengah abad terakhir, terutama
dua puluh tahun terakhir, ada sejumlah studi yang telah dirancang dengan baik untuk
meneliti hubungan antara kesehatan mental dan komitmen keyakinan, agama atau
praktek keagamaan.
Beberapa penelitian yang mengaitkan antara agama, spiritual dan aspek psikiatri,
antara lain :
1) Agama / spiritual mengatasi stres dan gangguan penyesuaian.
Beberapa studi (Bergin 1983, Koenig 1988, 1994, 1996,) menyimpulkan
bahwa agama (iman kepada Allah, doa, membaca Alkitab, atau menghadiri gereja,
masjid atau sinagog) merupakan faktor penting yang memungkinkan mereka untuk
mengatasi keadaan hidup sulit atau stres. Koenig dan rekan-rekannya di Duke
University Medical Centre di North Carolina (1992) menguji hubungan antara
penggunaan agama sebagai perilaku coping dan depresi pada sampel hampir
1.000 pria di rumah sakit. Menyatakan bahwa orang yang menggunakan agama
sebagai perilaku koping untuk mengatasi depresi secara signifikan menjadi lebih
rendah tingkat depresinya dibandingkan dengan mereka yang mengatasinya
dengan cara lain (seperti :tetap sibuk, mengunjungi teman atau keluarga, dan
sebagainya).
2) Depresi:
Komitmen agama yang taat (khususnya religiositas intrinsik) dikaitkan
dengan tingkat depresi yang lebih rendah, dan pemulihan lebih cepat (Nelson 1989,
Koenig 1995, O'Conner et al 1990).

14
Levin (1996) juga melaporkan hasil dari penelitian terhadap 624 orang
Amerika Meksiko dari Texas yang telah diikuti selama lebih dari satu dekade.
Peneliti menemukan bahwa religiusitas meramalkan depresi yang lebih rendah dan
sikap yang lebih positif terhadap kehidupan setelah 11 tahun kemudian. Pada tahun
1980, Koenig dan rekan-rekannya melakukan penelitian pada 4.000 orang di North
Carolina tengah untuk menentukan apakah mereka yang lebih aktif beragama akan
lebih tinggi atau lebih rendah tingkat depresi dibanding mereka yang tidak
beragama. Orang yang lebih terlibat dalam kegiatan keagamaan hanya sekitar satu
setengah lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi dibandingkan mereka
yang kurang beragama.
3) Kecemasan
Koenig dkk, (1993) meneliti hubungan antara kecemasan dan kegiatan
keagamaan pada sampel hampir 3000 orang, menemukan bahwa orang dengan
komitmen agama mengalami gangguan tingkat kecemasan secara signifikan lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak komitmen dengan agama.
Peneliti lain telah melaporkan hasil yang sama (tingkat kecemasan lebih rendah
pada yang taat beragama) pada sampel subyek sehat dan sakit secara medis
(Thorson et al 1990,).
Propst dan rekan-rekannya (1992) membandingkan efektivitas dua jenis
psikoterapi perilaku - kognitif dalam pengobatan pasien depresi. Satu versi adalah
sebuah protokol pengobatan standar (CBT-NR), versi lain yang termasuk konten
agama berdasarkan praktek konseling yang digunakan oleh pendeta Protestan dan
Katolik (CBT-R). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok CBT agama (CBTR) berespons lebih cepat secara signifikan daripada kelompok CBT sekuler (CBTNR).

15
Azhart dan rekan-rekannya (1994) menilai efektivitas intervensi agama
dalam pengobatan pasien Muslim dengan gangguan kecemasan. Kedua kelompok
menerima pengobatan dan psikoterapi suportif untuk kecemasan. satu kelompok
menerima intervensi agama mirip dengan CBT agama (CBT-R). Setelah tiga bulan,
kelompok intervensi agama memiliki skor pada tes kecemasan yang lebih rendah
daripada kelompok tanpa pengobatan agama. dalam penelitian sebelumnya, telah
menyimpulkan

bahwa

konseling agama tampaknya

lebih

efektif daripada

pendekatan standar dalam bekerja dengan klien agama (Propst 1980)


Cara Mengakses Pengarahan Spiritual
Menurut Wayne W. Dyer ada tiga langkah untuk mengakses pengarahan spiritual,
yaitu :
1.

Pengenalan : mengenali keberadaan kekuatan kasatmata yang bisa digunakan


dalam memecahkan masalah (penyembuhan).

2.

Penyadaran : menyadari kehadiran kekuatan spiritual dengan memvisualisasikan


kehadirannya

3.

Penghormatan : menghormati jati diri kita secara keseluruhan sebagai bagian dari
Tuhan. Melalui hening kita berinteraksi dengan spirit kita sendiriTuhan.

Mekanisme Penyembuhan Melalui Spiritual / Agama


Menurut Dale A. Mathew ada beberapa kemungkinan yang mempercepat
penyembuhan, antara lain :
1.

Tubuh memberi respon positif pada agama


Menurut Matthews dengan memiliki agama atau kepercayaan dan keteraturan
dalam beribadah :

16

2.

a)

tekanan darah dan denyut jantung menjadi lebih rendah

b)

konsumsi oksigen akan lebih baik

c)

pola gelombang otak melambat

d)

fungsi imunitas meningkat

Agama membawa kedamaian pikiran.


a)

Adanya agama atau kepercayaan akan menimbulkan rasa damai dan


meningkatkan kemampuan kita dalam mencari pemecahan masalah yang
sedang kita hadapi.

b)
3.

Agama mengurangi stres

Agama memelihara kebersihan dan kesehatan.


Menurut Matthews orang yang beragama dan rajin beribadah :

4.

a)

Tidak akan terjebak dengan minuman keras

b)

Senantiasa menjaga kebersihan diri

c)

Mengutamakan keselamatan.

Agama membentuk komunitas penyembuhan.


Adanya kesamaan kepercayaan/agama dan tujuan hidup akan membuat suatu

hubungan / ikatan yang kuat diantara mereka yang tak mudah terpisahkan, sehingga
terbentuk suatu komunitas yang saling membantu, saling menjaga, dan memperbaiki
diantara mereka. Ketiadaan salah seorang diantara mereka akan mempengaruhi yang
lainnya.
Mekanisme Potensial Spiritual Mengarah Kepada Kesehatan fisik

17
Menurut Fetzer (2003) ada banyak cara religiusitas dan spiritualitas yang
berhubungan dengan kesehatan, antara lain melalui mekanisme perilaku, sosial,
psikologik dan fisiologik.
a. Mekanisme Perilaku
Spiritualitas / keagamaan mungkin melindungi tubuh dari berbagai penyakit
secara tidak langsung dihubungkan melalui gaya hidup sehat. Pada sekte agama
tertentu mendukung diet sehat dan menasihatkan anggota kelompoknya menghindari
tembakau (Cochran, Begley and Buck, 1988, Fetzer, 2003). Tak dapat dipungkiri orang
yang tinggi tingkat keagamaan / spiritualitasnya secara konsisten tidak menyukai
alkohol dan obat-obatan dibandingkan dengan dengan mereka yang kurang
keagamaannya. Keterlibatan dalam organisasi keagamaan akan memudahkan mereka
mendapatkan informasi perawatan kesehatan dan membuat mereka berespon lebih
cepat terhadap krisis-krisis kesehatan yang akut. Hampir semua agama dan tradisi
spiritual meyakini pentingnya pemeliharaan kesehatan pikiran, badan dan jiwa.
b. Mekanisme Sosial
Kelompok-kelompok agama dan spiritual akan memberikan dukungan sosial bagi
anggota kelompok mereka. Anggota kelompok keagamaan dianggap sebagai suatu
bagian dari ikatan sosial yang besar bersama keluarga, teman dan kelompok sosial
yang lain. Dalam penelitian epidemiologi ikatan yang demikian antara anggota
kelompok keagamaan akan menurunkan angka kematian seiring dengan sejumlah
peningkatan ikatan. Tawaran dukungan oleh kelompok ikatan sosial ini seringkali
dikonsepsualisasikan sebagai salah satu tawaran emosional (berbagi perasaan simpati,

18
pemberian semangat) atau sebagai pertolongan (tawaran untuk membantu dalam
tugas, material atau uang). Perhimpunan keagamaan merupakan sumber dukungan
potensial dari berbagai dukungan diantara anggota yang saling mengenal ataupun yang
tak mengenal. Kunjungan ke pelayanan keagamaan akan memperluas jaringan sosial.
(Fetzer, 2003)
c. Mekanisme Psikologik
Kelompok keagamaan / spiritual menawarkan kepada para anggotanya suatu
rangkaian kompleks keyakinan mengenai Tuhan, etika, hubungan antar manusia, hidup
dan mati, serta keyakinan yang secara langsung berhubungan dengan kesehatan.
Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa pengaruh keikut sertaan dalam pelayanan
keagamaan, berdoa, dan membaca kitab suci akan memperkuat sistem keyakinan
beragama. Individu yang menggambarkan diri mereka mempunyai kepercayaan kepada
Tuhan yang kuat dilaporkan lebih berbahagia dan lebih puas dengan kehidupan
mereka. (Fetzer, 2003)
Agama juga memberi efek perlindungan yang bermakna bagi kesehatan
emosional dan fisik dari individu-individu yang berada dalam krisis. Pengalaman
kedamaian yang mendalam dari dunia dalam (batin atau ruhani) yang seringkali
dihubungkan dengan meditasi dan doa mungkin menandai suatu peralihan dari
bangkitan simpatis ke relaksasi parasimpatis yang akan mengurangi reaksi-reaksi
fisiologik (Fetzer, 2003).
d. Mekanisme fisiologik.

19
Spiritualitas menjadi mungkin dapat bantalan terhadap stresor mulai dari yang
ringan sampai yang berat secara langsung secara fisologik melalui penghantaran
neuroendokrin seperti katekolamine, serotonin dan kortisol. Emosi-emosi negatif
berhubungan dengan mekanisme kunci patogenik dari penyakit-panyakit seperti
Ischemia myocardial, arrythmia, supresi respons imunitas (kekebalan). Praktek-praktek
keagamaan

penggabungan

spiritual

tertentu

reaksi

fisiologik

akan

merangsang

yang

respons

berlawanan

dengan

relaksasi

suatu

respon

stres.

Perangsangan berulang-ulang dari respons relaksasi ini menghasilkan pengurangan


ketegangan

otot,

berkurangnya

aktivitas

simpatis

dari

sistem

saraf otonom,

berkurangnya aktivitas aksis hipofise anterior adrenal, rendahnya tekanan darah,


denyut jantung yang lebih rendah. (Fetzer, 2003)
Kekuatan Penyembuhan Spiritual
Seseorang pernah berkata : "Kesehatan tubuh yang baik, sebenarnya sebagian
besar bergantung pada pikiran". Dalam bahasa arab : "Al aqlus salim fi jismis salim"
atau dalam bahasa latin "Mens sana in corpore sano" (Satire, X. 356) (A healthy mind
in a healthy body) didalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai " Jiwa yang sehat
berada dalam tubuh yang sehat". (Sherman, 2008)
Ilmu pengetahuan masa kini telah menemukan bahwa ungkapan tersebut benar.
Pikiran mempengaruhi setiap sel dalam tubuh, sehingga membuat sebagian berpikir
bahwa untuk menyembuhkan seorang pasien, mereka juga harus mengobati pikirannya
bersama-sama dengan tubuhnya. Beberapa peneliti mengemukakan hasil penelitiannya
menyatakan bahwa : "Dokter sekarang ini terlalu banyak tahu soal penyakit. Tetapi
terlalu sedikit tahu tentang manusia serta apa yang membuat mereka para dokter

20
kerap gagal memenuhi kebutuhan emosiomal pasien dengan memperlakukan hanya
sebagai pasien, dan bukan sebagai manusia". (Sherman, 2008)
Dr. Lauren T. Guy dalam sebuah laporan yang ditujukan kepada Medical Society
of New York, menyebutkan bahwa "kecemasan dan ketegangan dapat menyebabkan
kebutaan dan glaucoma". Selanjutnya dia menambahkan "Suatu analisis yang
dilakukan oleh pasien terhadap masalah pribadinya dapat meringankan penyakit fisik,
berdampak baik pada mata, jantung, tekanan darah, dan penyakit yang menyerang
organ tubuh lainnya". (Sherman, 2008)
Sherman (2008) menyatakan bahwa "Banyak penyakit disebabkan oleh cara
berpikir, emosi, dukacita, rasa terhina, dan semua itu dapat meracuni tubuh manusia".
Selain itu Sherman juga menyatakan bahwa "Kebutaan dan kesulitan yang sering
dialami oleh laki-laki dan perempuan bisa dikarenakan mereka tidak mau menghadapi
sesuatu dalam hidup ini, mereka tidak mau melihat atau mendengar seseorang atau
sesuatu". Jadi penyakit itu tidak hanya disebabkan oleh faktor fisik semata, tetapi oleh
pikiran dan emosi. Maka untuk mengatasinya kita perlu memutuskan ikatan dengan
pikiran dan emosi yang mengganggu tersebut. (Sherman, 2008)
Untuk mencapai kesembuhan yang optimal, seseorang harus memiliki keyakinan
dan kepercayaan yang penuh kepada sumber kekuatan (Tuhan) yang mendatangkan
kesembuhan sesuai yang diharapkan. Kita harus memanfaatkan semua kekuatan, baik
dari luar maupun dari dalam diri kita demi kesehatan fisik dan mental kita. (Sherman,
2008)
Ingatlah, Tuhan bekerja melalui pikiran manusia. Harus ada keyakinan bahwa apa
yang kita lakukan saat itu akan berpengaruh positif dan memungkinkan kesembuhan.

21
Sumber dasar dari penyembuhan selamanya adalah Kekuatan Tuhan. Orang-orang
yang sembuh dari kanker, tumor, dll. melihat diri mereka sembuh dalam pikiran mereka
disertai dengan keyakinan kepada Tuhan

Sang Pencipta, sehingga kekuatan

Penciptaan yang diberikan Tuhan kepada mereka telah diaktifkan dan akan
memberikan energi kepada setiap sel dan bagian tubuh. (Sherman, 2008)
Penyebab kesembuhan adalah Kekuatan Tuhan yang bekerja dalam diri kita yang
harus kita aktifkan melalui pikiran yang bersih. Menurut Santa Anna Kekuatan Tuhan
yang bekerja dalam diri kita inilah yang disebut sebagai Kekuatan Spiritual. (Sherman,
2008)
Dalai Lama menyatakan bahwa efektifitas pengobatan Buddha bergantung pada :
1.

Kepercayaan dan keyakinan pasien

2.

kepercayaan dan keyakinan dokter

3.

Karma (Kekuatan spiritual yang dibangkitkan oleh rasa saling percaya) dokter dan
pasien.
Maka jika pasien dan dokter sama-sama berangkat pada kepercayaan pada

kekuatan nonfisik atau spiritual yang sama, hal-hal yang luar biasa mungkin bisa terjadi.
Jadi seorang dokter yang mendapatkan kepercayaan dankeyakinan pasien memiliki
peluang lebih besar untuk berhasil mengobati penyakit daripada yang tidak
mendapatkannya. (Benson, 2000).
Singkatnya, interaksi kepercayaan dan keyakinan antara dokter dan pasien
mampu mengubah fisiologi pasien dan mempengaruhi kesembuhan atau meringankan
penyakit fisik.(Benson, 2000)

22
Dr. Joan Z. Borysenko dari RS.Beth Israel Boston dan Fakultas Kedokteran
Harvard mengungkapkan bahwa para peneliti yang meneliti pasien-pasien kanker
menemukan pasien yang hidup lebih lama memiliki sejumlah persamaan, antara lain :
1. Mereka yang hidup lebih lama adalah mereka mempunyai "keyakinan dan percaya
diri".
2. Mereka memiliki "semangat juang", mereka ingin sembuh dan merencanakan untuk
sembuh, mereka berjuang semampu mereka memerangi penyakitnya. (Benson,
2000)
Dr. Borysenko menyatakan bahwa "terapi perilaku bedasarkan pembangkitan
respon relaksasi merupakan upaya mempermudah mengatasi masalah". Singkatnya,
meditasi terutama yang berakar pada keyakinan yang mendalam dapat menjadi alat
yang sangat baik untuk membantu pasien tetap bersemangat tinggi dan dapat bertahan
hidup

lebih

lama.

Cara

terpenting

untuk

mengaktifkan

kepercayaan

yang

mendatangkan kesehatan dalam hidup Anda adalah belajar bekerjasama dengan


dokter dalam hubungan dokter-pasien yang akrab. (Benson, 2000)
Metode Terapi Spiritual Islam (Sayyid, 2008)
Menurut Abdul Basith Muhammad as-Sayyid metode pengobatan spiritual Islam
melalui lima cara, yaitu :
1.

Membaca doa pada makanan

2.

Membaca doa pada udara

3.

Membacakan doa pada orang yang sakit

4.

Sentuhan tangan

5.

Membacakan doa pada air

23

1. Membaca doa pada makanan


Membaca bismillahirrahmanirrahim merupakan kewajiban bagi setiap orang
Islam sebelum makan, lebih-lebih bagi orang yang sedang sakit, agar makanan yang
masuk kedalam perutnya terhindar dari gangguan jin. Dengan melakukan hal tersebut
berulang-ulang kali pagi, siang sore dan malam hari, maka jin tidak lagi mempunyai
tempat bernaung. Makanan yang dibacakan doa dapat menyerap cahaya Allah dengan
kuat yang dapat dilihat oleh jin.
2. Membaca doa pada udara
Caranya dengan membaca bismillahi rahmanirrahim sambil menghembuskan
udara di kedua telapak tangan yang terbuka, kemudian mulut ditutup dan hiruplah
udara dari telapak tangan yang telah dibacakan doa tsb. Hal ini dilakukan berulangulang kali. Minimal 15 menit
Nabi Muhammad s.a.w bersabda : Apabila kamu bangun dari tidur maka
berwudhulah, hiruplah air tiga kali, karena setan menginap di lubang hidung. Setan
merasa nyaman dengan adanya aliran nafas dan bau yang keluar masuk dari lubang
hidung.

3. Membacakan doa pada orang yang sakit


Penyembuhan dilakukan dengan membacakan surat Al-fatihah, Ayat kursi, al
Ikhlas dan surat al-muawwidhathain kepada pasien. Allah SWT berfirman : Dan kami
turunkan al-Quran menjadi pengobat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan
AlQuran itu tidaklah menambah kepada orang yang zalim kecuali kerugian.

24

4. Sentuhan tangan
Caranya adalah dengan meletakkan tangan kanan

pada pasien. Hal ini

didasarkan pada riwayat Masruq dari Aisyah berkata : Ketika Rasulullah menjenguk
orang sakit, beliau mengusapkan tangan kanannya sambil berdoa, hilangkan lah sakit
wahai Tuhan manusia, sembuhkanlah karena Engkaulah yang memberi kesembuhan
yang tidak meninggakan rasa sakit lagi.
Dengan mengusapkan tangan kanan yang disertai doa, menyebabkan terjadi
hubungan antara doa dengan pasien-mengantarkan doa itu kepada Allah dengan
harapan akan disembuhkan oleh-Nya. Hubungan ini akan mengalirkan kekuatan
spiritual menuju tubuh pasien dan mengembalikan keseimbangan yang ada dalam
tubuhnya. Dari hubungan itulah aliran kekuatan spiritual (spiritual power) berjalan
menuju ke tubuh pasien dan mengembalikan keseimbangan yang ada dalam tubuh.
Melalui sentuhan tangan kanan dan ucapan (doa) menjadi penghubung antara
kekuatan orang yang sehat (terapis) dengan orang yang sakit (pasien), yang akan
mengembalikan keseimbangan kekuatan dalam tubuh pasien sehingga ia menjadi
sembuh. Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki kesamaan energi.
Pengobatan dengan sentuhan berfungsi melawan ketidak teraturan, menciptakan
keseimbangan dan keharmonisan yang ada dalam tubuh. Pengobatan dengan
sentuhan mengaktifkan kembali respon relaksasi yang terbukti efektif menghilangkan
rasa sakit.
Mengapa dengan menyentuhkan tangan ke bagian kepala pasien sambil
membacakan doa atau salawat dapat memberikan ketenangan ? Karena sel-sel otak

25
manusia bekerja sebagai pengirim getaran elektromagnetik keseluruh tubuh dengan
harmonis.

5. Membacakan doa pada air


Metode ini dilakukan dengan memasukkan cairan kedalam tubuh pasien disertai
dengan doa tertentu sehingga pasien mempunyai kekuatan untuk mengembalikan
energy spiritual yang telah terputus dari bagian lain.
Dari uraian diatas,tampak jelas bahwa psikoterapi spiritual dalam agama Islam
berupa "dzikir dan doa". Dzikir dan doa ini berisi pujian dan permohonan kepada Allah
SWT dengan menyebutkan nama-nama-Nya. Dzikir yang digunakan disini berupa
kalimat tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), tahlil (La ilaha ilallah) takbir
(Allahu Akbar), dan hauqalah (La haula wala quwwata illa billahil aliyyil azhim)..
Jumhur Ulama mengatakan, bahwa maksud kalimat tersebut adalah; sekumpulan
kalimat yang keutamaannya tidak diragukan lagi, yaitu kalimat tasbih (subhanallah),
tahmid (Alhamdulillah), tahlil (la ilaha ilallah) takbir (Allahuakbar), dan hauqalah (la
haula wala quwwata illa billahil aliyyil azhim).
Rasulullah bersabda,
Perbanyaklah kalian dengan amalan-amalan yang kekal lagi saleh; membaca tasbih,
tahmid, tahlil, takbir dan hauqalah. (HR Imam Ahmad dari Abu Said, Imam As-Suyuthi
juga menyebutkan hadist ini dalam kitabnya Al-Jami At-Kabir).
Makna dari kalimat-kalimat tersebut adalah sebagai berikut :

26
1) Yang dimaksud bacaan tasbih (subhanallah = Maha Suci Allah) adalah menyucikan
Allah dari segala kekurangan yang tidak layak bagi-Nya.
2) Yang dimaksud bacaan tahmid (alhamdulillah = segala puji bagi Allah) adalah
menetapkan kesempurnaan pada Allah dalam nama, shifat dan perbuatan-Nya
yang mulia.
3) Yang dimaksud bacaan tahlil (laa ilaha illallah = tidak ada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah) adalah berbuat ikhlas dan mentauhidkan Allah serta
berlepas diri dari kesyirikan.
4) Yang dimaksud bacaan takbir (Allahu akbar = Allah Maha Besar) adalah
menetapkan keagungan atau kebesaran pada Allah Taala dan tidak ada yang
melebihi kebesarannya.
5) Yang dimaksud dengan bacaan hauqalah (La haula wa quwwata illa billah) adalah
menyerahkan diri kita kepada Allah dan menyatakan bahwa kita tidak mempunyai
kemampuan untuk menolak suatu kejahatan (kemudaratan) dan tidak pula
mempunyai daya kekuatan untuk mendatangkan kebaikan kepada diri kita
melainkan dengan kudrat iradat (kehendak) Allah SWT.
Dzikir merupakan aktivitas pikiran bawah sadar yang bermakna "mengingat" dan
"merasakan" (Mustofa A, 2012). Dzikir adalah pembersih dan pengasah hati serta
obatnya jika hati sakit. Selagi orang yang berdzikir semakin tenggelam dalam dzikirnya,
maka cinta dan kerinduannya semakin terpupuk terhadap Dzat yang diingat (Allah
SWT). Dzikir memberikan kedamaian, ketentraman serta ketenangan hati (jiwa) kepada
yang melakukannya sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur'an :"Orang-orang

27
yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Rad : 28)
Makna dzikrullah adalah membangkitkan kembali ingatan kita tentang Allah. Ini tak
bisa dipikirkan dan dianalisa, cukup dirasakan dalam kondisi yang khusyuk, maka "Dia"
akan hadir dalam kesadaran kita.
Saat berdzikir kita berada pada gelombang "alfa-theta" atau bahkan pada
gelombang "theta-delta". Pada saat itu kita menuju kepada gelombang-gelombang
imajinatif berdasarkan rasa dan sangat fokus. Bahkan lebih dalam lagi kita berada di
gelombang "alam semesta" di fase delta. Gelombang "berserah diri" kepada Sang
Penguasa Jagad Raya.
Jika komposisi semua gelombang itu bisa kita hadirkan dalam fase sadar, maka
kita dapat berdzikir setiap saat secara efektif. Hal ini disebut dalam Al-Qur'an sebagai
orang yang selalu bedzikir dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an (QS, 3 : 191) :



[:]



Artinya : "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka". (QS, Al-Imran : 191)

28

Langkah Langkah Terapi Spiritual Herbert Benson


Langkah-langkah terapi spiritual ini dilakukan dengan memadukan respon
relaksasi dengan keyakinan agama.
Terapi spiritual initerdiri dari 8 langkah, yaitu :
1. Pilihsatu kata atau frase singkat yang mencerminkan keyakinan
Anda.
2. Aturposisi yang nyaman.
3. Pejamkan mata.
4. Lemaskan otot-otot.

5. Perhatikan nafas dan mulailah menggunakan kata yang berakar


pada keyakinan Anda.
6. Pertahankan sikap pasif.
7. Lanjutkan untuk jangka waktu tertentu.
8. Praktekkan tehnik ini dua kali sehari
1.

Pilih satu kata atau frase singkat yang mencerminkan keyakinan Anda.
Dengan menggunakan kata-kata atau frase dengan makna khusus, Anda
akan mengaktifkan keyakinan Anda, yang juga akan mendorong efek placebo
yang sehat. Sebagai contoh respon relaksasi mampu meredakan kecemasan
dan merupakan pengobatan efektif untuk sejumlah penyakit. Semakin kuat
keyakinan Anda berpadu dengan respons relaksasi, semakin besar peluang
Anda memanfaatkan factor keyakinan ini.
Contoh kata-kata fokus yang digunakan berbagai agama di dunia.
Agama Katholik Roma atau Kristen lainnya dapat menggunakan :
Sebuah variasi doa Yesus yang terkenal:Tuhan Yesus

Kristus,

kasihanilah kami.
Sebaris kalimat dari Bapa Kami atau doa Tuhan : Bapa Kami yang di

surga atau Dikuduskanlah nama-Mu


Sebaris kalimat dari Salam Maria : Salam Maria, yang penuh rahmat,

yang penuh rahmat


Sebaris kalimat dari Syahadat Para Rasul : Aku percaya akan Roh Kudus

Pemeluk Protestan dapat menggunakan frase-frase


pribadi seperti dibawah ini :

sesuai dengan keyakinan

29

Kata-kata dari Mazmur 23 : Tuhan adalah gembalaku


Ajaran atau sabda Yesus, seperti : Damai sejahtera-Ku, Kuberikan
kepadamu, Kuberikan

kepadamu (Yoh. 14 : 27) atau Akulah

jalan,

kebenaran dan hidup (Yoh 14 : 6).


Kaum Yahudi dengan tradisi apapun dapat menggunakan frase-frase berikut :

Kata-kata dari bahasa Yahudi yang berarti damai : Shalom


Kutipan dari Perjanjian Lama, seperti : Kasihanilah sesama manusia (Im
19:18) atau Berfirmanlah Allah, Jadilah terang (Kej 1:3)

Kaum Muslim biasa mengulang-ulangi kata-kata atau frase berikut :

Kata untuk Tuhan, Allah atau nama-nama-Nya dalam Asmaul Husna ;


kalimat-kalimat dzikir, seperti ; kalimat-kalimat dzikir, seperti Alhamdulillah,
Subhanallah, Allahu Akbar.

Dan Mereka dari tradisi Hindu dan Budha akan menemukan banyak frase
yang saat ini digunakan dalam tehnik meditasi kepercayaan mereka sebagai
contoh :

Bhagawad Gita, Kitab Suci Hindu, mengatakan, Kebahagian ada di dalam

hati
Mahatma Gandhi mengatakan, Sorotilah batinmu
Bagian dari kutipan popular pendeta-pendeta Hindu, Engkau

ada

mana-mana, dan Engkau adalah tanpa bentuk,


Literature Budha mengandung frase seperti : Hidup

adalah

sebuah

perjalanan, dan Aku

pasrahkan

pasrahkan

diri

sedan

Aku

di

diri

sepenuhnya.
Prosedur pemilihan kata atau frase yang sesuai :
Pertama, kata yang dipilih mudah diucapkan dan diingat.
Kedua, kata tersebut cukup pendek untuk diucapkan dalam hati pada saat
menghembuskan nafas.
Yang penting diingat adalah kemampuan untuk menggabungkan respon
relaksasi dengan keyakinan pribadi.
2.

Atur posisi yang nyaman.

30

Duduk dalam posisi Bunga Teratai, duduk bersila dengan tangan berada di
lutut dan berdoa, Namun respons relaksasi dapat dibangkitkan dengan sikap
duduk apapun selama tidak mengganggu pikiran.
3.

Pejamkan mata.
Hindari

memicingkan

atau

menutup

mata

kuat-kuat. Tindakan

ini

semestinya tak memerlukan tenaga.


4.

Lemaskan otot-otot
Mulailah dari kaki, lalu ke betis, paha, dan perut, kendurkan semua
kelompok otot pada tubuh Anda.
Lemaskan kepala, leher, dan pundak Anda dengan memutar kepaladan
mengangkat

pundak

perlahan-lahan. Untuk

lengan

dan

tangan,

ulurkan,

kemudian kendurkan dan biarkan terkulai dengan wajar di pangkuan. Jangan


memegang lutut atau mengaitkan kedua tangan erat-erat.
5.

Perhatikan nafas dan mulailah menggunakan kata yang berakar pada


keyakinan Anda.
Bernafaslah perlahan-lahan dan wajar tanpa memaksakan. Pada saat
itu, mulailah mengulang-ulangi dalam hati kata atau frase pilihan Anda
sambil menghembuskan nafas.
Sebagai contoh, jika Anda menggunakan kata-kata Allah, tarik nafas
perlahan, lalu

keluarkan. Pada

saat mengeluarkan

nafas, ucapkan

Allah

dalam hati. Jika Anda memilih frase seperti Allahu Akbar ulangi dalam hati
sambil mengembuskan. Dengan kata lain, tariklah nafas tanpa berkata apaapa. Lalu saat menghembuskan nafas, ucapkan frase tersebut dalam hati.
Jika Anda tidak dapat menemukan kata atau frase yang sesuai dengan
keyakinan

Anda, Anda

dapat

membangkitkan

respons

relaksasi

tanpa

mengucapkan kata apapun. Pada saat Anda menarik nafas, pusatkan kesadaran
Anda pada pengembangan perut, lalu pada pengempisan

perut pada saat

Anda menghembuskan nafas. Bayangkanlah perut Anda sebuah balon yang

31
mengembang perlahan-lahan, lalu

mengempis perlahan pula- mengembang

dan mengempis, mengembang dan mengempis.


Akan tetapi, ingatlah, semakin Anda menyesuaikan tehnik relaksasi dengan
keyakinan Anda semakin besar kemungkinan Anda menggunakannya secara
teratur dan mendapatkan manfaat sepenuhnya dari factor keyakinan.

6.

Pertahankan sikap pasif.


Selain pengulangan
adalah

aspek penting

Anda duduk

kata, bunyi,
lain

frase, doa atau pikiran, sikap pasif

untuk membangkitkan respons relaksasi. Saat

dengan tenang, mengulang-ulang frase atau doa dalam hati,

tak pelak lagi berbagai macam pikiran akan mulai membombardir benak
Anda. Anda bahkan mungkin melihat citra atau pola-pola mental yang
mengalihkan Anda dari atau frase focus.
Akan tetapi, ingatlah ini tidak menjadi masalah. Peralihan perhatian ini
alamiah dan terjadi pada semua orang yang mempraktekkan tehnik respons
relaksasi. Kunci untuk

mengatasi

mempedulikannya. Jangan mencoba

gangguan
memaksa

ini
atau

adalah

dengan

tidak

berkonsentrasi

untuk

mengenyahkan gangguan ini dari benak Anda.


Jika muncul pikiran atau citra yang mengganggu, atau terdengar sirine
atau kebisingan lain yang mengalihkan sementara perhatian Anda atau nyeri
akibat penyakit Anda mulai terasa bersikap pasif saja. Dengan kata lain Anda
tidak perlu melawannya.
7.

Lanjutkan untuk jangka waktu tertentu.


Praktikkan tehnik ini selama sepuluh atau dua puluh menit saja. Akan
tetapi, jangan mengukur sesi Anda dengan pengukuran waktu (timer) di
dapur, arloji alarm, atau alarm jenis lain. Alat-alat ini akan mengejutkan Anda
atau membuat Anda mengantisipasi bunyinya- dan pengaruh semacam itu
akan membuyarkan sikap pasif Anda.

8.

Praktekkan tehnik ini dua kali sehari.

32
Sebaiknya

praktekkan

ini

dua

kali

sehari. Sebagian

besar

orang

melakukannya sebelum makan pagi dan sebelum makan malam. Waktu


tepatnya terserah anda, tetapi , metode ini tampaknya paling berhasil ketika
perut dalam kosong.
Salah satu
membangkitkan

alasannya

adalah

bahwa

selama

meditasi

untuk

respons relaksasi, aliran darah dialirkan ke kulit, dan

mungkin pula ke otak, menjauhi

daerah perut, sehingga efeknya bersaing

dengan proses pencernaan makanan. Jadi dengan menggunakan tehnik ini


segera setelah makan, anda tidak akan mencapai hasil yang maksimal.
Waktu yang baik untuk mempraktekkan metode ini adalah sebelum makan
atau beberapa jam sesudah makan.

Anda mungkin juga menyukai