Qarun kemudian menemui Nabi Musa untuk minta didoakan agar menjadi orang kaya. Setelah
didoakan Nabi Musa, nasib Qarun berubah karena kekayaannya berlimpah. Ia lantas tak hanya
kaya secara spiritual, tetapi juga materi.
Kisah Qarun inilah yang kemudian melatarbelakangi turunnya surah Al-Qasas ayat 77.
Sebagaimana disebutkan oleh Allah SWT “………..janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia
dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi."
Interpretasi
Para
Mufasir
1. Dalam Tafsir Al Azhar. Harta benda itu adalah anugerah dari Allah. Dengan adanya harta itu
janganlah engkau sampai lupa bahwa sesudah hidup ini engkau akan mati. Harta benda dunia
ini, sedikit ataupun banyak semata-mata hanya akan tinggal di dunia. Berbuat baiklah,
nafkahkanlah rezeki yang dianugerahkan Allah itu kepada jalan kebajikan. Niscaya jika
engkau mati kelak, bekas amalanmu untuk akhirat itu akan engkau dapati berlipat ganda di sisi
Allah.
2. Dalam Tafsir Al Misbah. Kata ( ( ِف ْيَم اdipahami oleh Ibn ‘Asyur mengandung makna
terbanyak atau pada umumnya, sekaligus melukiskan tertancapnya ke dalam lubuk hati upaya
mencari kebahagiaan ukhrawi melalui apa yang di anugerahkan Allah dalam kehidupan dunia
ini.
َك َب ْي َو اَل َت ْن َس َن
Menurut Ibn ‘Asyur memahami kalimat ( ِص ) merupakan salah satu contoh
َك َب ْي َن
penggunaan redaksi larangan untuk makna mubah atau boleh. Dan kata ( adalah ( ِص
bagian tertentu yang telah ditegakkan sehingga menjadi nyata dan jelas bahwa bagian itu
adalah hak dan miliknya atau itu tidak dapat dielakkan.
Selain itu, kalimat wala tansa nashibaka min
ad-dunya merupakan larangan melupakan
atau mengabaikan bagian seseorang dari
kenikmatan duniawi.
Larangan itu dipahami oleh sementara ulama
bukan dalam arti haram mengabaikannya,
tetapi dalam arti mubah (boleh untuk
mengambilnya).
3. Imam Thabathaba’i memahami penggalan ayat di atas dalam arti jangan sampai kita
mengabaikan apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu dari kenikmatan duniawi
dan pergunakanlah untuk kepentingan akhiratmu sebagai bekal untuk kehidupan
akhirat yang kekal.
4. Ibn Katsir menafsirkan ayat di atas agar kita selalu menggunakan harta dan nikmat
sebagai bekal bentuk ketaatan dan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan
mengerjakan berbagai macam kebaikan agar mendapat pahala di dunia dan kebaikan di
akhirat.
5. Sayyid Qutub dalam tafsirnya menjelaskan mengenai keharusan umat Islam dalam
memandang dunia. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa dalam ayat ini, tercermin
keseimbangan Illahi yang lurus.
6. Kata ( بَ ) َنصِْيulama berpendapat bahwa nasib manusia dari kekayaan dunia
hanyalah: “apa yang dimakan dan habis termakan, apa yang dipakai dan punah tak
dapat dipakai lagi, serta apa yang disedekahkan kepada orang lain dan yang akan
diterima ganjarannya di akhirat nanti.” Pendapat yang lebih baik adalah yang
memahaminya dalam arti segala yang dihalalkan Allah.
Kata (نْ ِ ) أَحْسberarti baik. Kata yang digunakan ayat ini berbentuk perintah. Akan
tetapi, objeknya tidak disebut sehingga ia mencakup segala sesuatu yang dapat
disentuh oleh kebaikan, bermula terhadap lingkungan, harta benda, tumbuh-
tumbuhan, binatang, manusia, baik orang lain maupun diri sendiri. Bahkan terhadap
musuh pun dalam batas-batas yang dibenarkan.
Nilai-Nilai Pedagogis
01 02
Mengajarkan hambanya untuk Mendidik hambanya agar menjadikan dunia
menyeimbangkan kehidupan dunia dan sebagai jembatan meraih kehidupan akhirat
akhirat agar damai dan selamat. dengan memperhatikan nilai kemanusiaan.
03 04
Menanamkan akhlak terpuji dan menjauhi Mendidik hambanya agar senantiasa bersyukur
akhlak tercela dengan tidak dengan limpahan nikmat dan menjauhi
mencampuradukkan kebaikan dan keserakahan dan permusuhan di dunia.
keburukan serta saling mengingatkan.
Makna Aktualisasi
Aktualisasi adalah konsep psikologis yang
mengacu pada pengembangan potensi diri
individu.
Manusia pada hakikatnya memiliki nilai
kebaikan yang melekat pada dirinya. Nilai
tersebutlah yang menjadi peluang setiap orang
untuk mengembangkan potensi dirinya.
Kemampuan individu untuk mencapai
aktualisasi diri mempengaruhi perkembangan
dirinya secara psikologis.
Nilai Kemanusian
Berdasarkan Al-Qur’an
Allah SWT berfirman,
1. Keadilan (‘adl)
2. Kemanusiaan (insaniyah)
3. Kebaikan (ihsan)
4. Keterbukaan (shafqah)
5. Keteraturan (nizam)
6. Kebebasan (hurriyah)
7. Kepedulian (syamal)
8. Keseimbangan (tawazun)
9. Kejujuran (sidq)
SLIDESMAN
Menurut Imam Al-Ghazali ada tiga untuk mengobati sifat rakus dan tamak serta obat meraih
kanaah. Yaitu sabar, ilmu dan amal.
Pertama, mengamalkan kesabaran dalam artian bersikap sederhana dalam hidup dan ramah
dalam berinfak.
Kedua, adalah memperpendek harapan sehingga tidak kacau akibat kebutuhan pada waktu
selanjutnya.
Ketiga, adalah mengetahui bahwa di dalam sifat kanaah terdapat kemuliaan dan
ketenangan batin dari meminta-minta serta mengetahui kehinaan sifat tamak.
(QS. Al-Ma'idah : 2)
9. Berbuat Baik dan Berlaku Adil
Allah berfirman :
Namun setelah ia memaksa Nabi dan empat orang laki-laki lain juga
sudah bersaksi atas apa yang ia lakukan, akhirnya Nabi pun
memerintahkan para sahabat untuk merajamnya. Kedua kisah ini
terdapat dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim dan berderajat
sahih. Itulah dua kasus rajam yang pernah dilakukan langsung pada
masa Nabi Muhammad Saw masih hidup.
Selain itu, selama mengikuti perperangan, Rasulullah tidak pernah menghilangkan
nyawa seseorang secara langsung dengan tangan beliau kecuali hanya satu orang
saja, yaitu Ubay ibn Khalaf pada perperangan Uhud di tahun ke-3 Hijriah. Itu pun
beliau lakukan untuk mempertahankan diri agar tidak dibunuh duluan oleh yang
bersangkutan.
Begitu juga ketika mendengar sebagian sahabat yang tetap membunuh musuh yang
telah menyerah kalah, beliau marah besar dan mewajibkan kepada sahabat tersebut
untuk membayar setengah diat. Sebuah kebijakan yang sangat menghargai
kemanusiaan dan nyawa manusia. Meskipun para sahabat beralasan kalau orang-
orang musyrik tersebut hanya berpura-pura menyerah dan khawatirnya ketika para
sahabat mempercayainya, mereka akan menyerang dan membunuhnya. Tapi tetap
saja Nabi tidak menerima alasan tersebut.
Terakhir, terkait dengan aturan perang, Nabi melarang para sahabat
membunuh perempuan, anak-anak dan orangtua. Tidak itu saja,
bahkan beliau melarang para sahabat agar tidak merusak lingkungan
dan tumbuh-tumbuhan ketika berperang. Isyarat itu kembali beliau
realisasikan dalam peristiwa Fathu Makkah di mana beliau
membebaskan semua nonmuslim yang tidak memusuhi umat Islam
dan tidak setetespun darah yang mengalir dalam peristiwa
bersejarah tersebut.
DOA
َر َّب َن ٓا َا ْف ْغ َع َل ْي َن ا َص ْب ًر ا َّو َث ْت َا ْق َد اَم اَن
َو ْن َن ِرَع َل ْل َق ْل ٰك َن ِّب
ْي ْو
ۗ ا ا ى ا ِم ا ِف ِر ْر ُص
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami,
kukuhkanlah langkah kami dan tolonglah kami
menghadapi orang-orang kafir.”
شكرا جزيال