Anda di halaman 1dari 34

Kajian Surah Al-Qasas Ayat 77 :

“Aktualisasi Nilai Kemanusiaan dalam Islam


sebagai Upaya Menghadirkan Keselamatan dan
Kedamaian”
Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd.

Ahad, 22 Oktober 2023


Ahad, 07 Rabiul Tsani 1445 H
QS. Al-Qasas Ayat 77
‫َو اْب َت ْيَم ٓا ٰا ٰت ىَك الّٰل ُه الَّد اَر اٰاْل َر َة َو اَل َت ْن َس َن ْي َب َك َن الُّد ْن اَي‬
‫ِم‬ ‫ِص‬ ‫ْل‬ ‫اَل‬ ‫ِخ‬ ‫َل‬ ‫ِف‬ ‫ِغ‬
‫َو َا ْح ْن َم ٓا ْح َس َن ال ُه ْي َك َو َت ْب ا َف َس اَد ى ا ْر ۗ َّن‬
‫َاْل‬ ‫ّٰل‬ ‫َا‬ ‫َك‬
‫ِض ِا‬ ‫ِف‬ ‫ِغ‬ ‫ِا‬ ‫ِس‬
‫الّٰل َه اَل ُي ُّب اُمْلْف ْي َن‬
‫ِس ِد‬ ‫ِح‬
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu,
tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi.
Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qasas : 77)
Asbabun Nuzul
Asbabunnuzul ayat ini menurut Imam As-Suyuthi, berkenaan dengan seseorang dari kalangan Bani
Israil bernama Qarun. Ia sangat salih tapi secara materi sangat miskin.

Qarun kemudian menemui Nabi Musa untuk minta didoakan agar menjadi orang kaya. Setelah
didoakan Nabi Musa, nasib Qarun berubah karena kekayaannya berlimpah. Ia lantas tak hanya
kaya secara spiritual, tetapi juga materi.

Sayangnya, setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, kesalihan Qarun berkurang. Ia


meninggalkan ibadah dan berhenti peduli terhadap orang lain.
Harta telah menodai iman Qarun dan membuatnya menjadi orang yang durhaka. Pada akhirnya
Qarun terjerumus dalam kebinasaan.

Kisah Qarun inilah yang kemudian melatarbelakangi turunnya surah Al-Qasas ayat 77.
Sebagaimana disebutkan oleh Allah SWT “………..janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia
dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi."
Interpretasi
Para
Mufasir
1. Dalam Tafsir Al Azhar. Harta benda itu adalah anugerah dari Allah. Dengan adanya harta itu
janganlah engkau sampai lupa bahwa sesudah hidup ini engkau akan mati. Harta benda dunia
ini, sedikit ataupun banyak semata-mata hanya akan tinggal di dunia. Berbuat baiklah,
nafkahkanlah rezeki yang dianugerahkan Allah itu kepada jalan kebajikan. Niscaya jika
engkau mati kelak, bekas amalanmu untuk akhirat itu akan engkau dapati berlipat ganda di sisi
Allah.

2. Dalam Tafsir Al Misbah. Kata ( ‫ ( ِف ْيَم ا‬dipahami oleh Ibn ‘Asyur mengandung makna
terbanyak atau pada umumnya, sekaligus melukiskan tertancapnya ke dalam lubuk hati upaya
mencari kebahagiaan ukhrawi melalui apa yang di anugerahkan Allah dalam kehidupan dunia
ini.
‫َك‬ ‫َب‬ ‫ْي‬ ‫َو اَل َت ْن َس َن‬
Menurut Ibn ‘Asyur memahami kalimat ( ‫ِص‬ ) merupakan salah satu contoh
‫َك‬ ‫َب‬ ‫ْي‬ ‫َن‬
penggunaan redaksi larangan untuk makna mubah atau boleh. Dan kata ( adalah ( ‫ِص‬
bagian tertentu yang telah ditegakkan sehingga menjadi nyata dan jelas bahwa bagian itu
adalah hak dan miliknya atau itu tidak dapat dielakkan.
Selain itu, kalimat wala tansa nashibaka min
ad-dunya merupakan larangan melupakan
atau mengabaikan bagian seseorang dari
kenikmatan duniawi.
Larangan itu dipahami oleh sementara ulama
bukan dalam arti haram mengabaikannya,
tetapi dalam arti mubah (boleh untuk
mengambilnya).
3. Imam Thabathaba’i memahami penggalan ayat di atas dalam arti jangan sampai kita
mengabaikan apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu dari kenikmatan duniawi
dan pergunakanlah untuk kepentingan akhiratmu sebagai bekal untuk kehidupan
akhirat yang kekal.

4. Ibn Katsir menafsirkan ayat di atas agar kita selalu menggunakan harta dan nikmat
sebagai bekal bentuk ketaatan dan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan
mengerjakan berbagai macam kebaikan agar mendapat pahala di dunia dan kebaikan di
akhirat.

5. Sayyid Qutub dalam tafsirnya menjelaskan mengenai keharusan umat Islam dalam
memandang dunia. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa dalam ayat ini, tercermin
keseimbangan Illahi yang lurus.
6. Kata ( ‫ب‬َ ‫ ) َنصِْي‬ulama berpendapat bahwa nasib manusia dari kekayaan dunia
hanyalah: “apa yang dimakan dan habis termakan, apa yang dipakai dan punah tak
dapat dipakai lagi, serta apa yang disedekahkan kepada orang lain dan yang akan
diterima ganjarannya di akhirat nanti.” Pendapat yang lebih baik adalah yang
memahaminya dalam arti segala yang dihalalkan Allah.

Kata (‫ن‬ْ ِ‫ ) أَحْس‬berarti baik. Kata yang digunakan ayat ini berbentuk perintah. Akan
tetapi, objeknya tidak disebut sehingga ia mencakup segala sesuatu yang dapat
disentuh oleh kebaikan, bermula terhadap lingkungan, harta benda, tumbuh-
tumbuhan, binatang, manusia, baik orang lain maupun diri sendiri. Bahkan terhadap
musuh pun dalam batas-batas yang dibenarkan.
Nilai-Nilai Pedagogis
01 02
Mengajarkan hambanya untuk Mendidik hambanya agar menjadikan dunia
menyeimbangkan kehidupan dunia dan sebagai jembatan meraih kehidupan akhirat
akhirat agar damai dan selamat. dengan memperhatikan nilai kemanusiaan.

03 04
Menanamkan akhlak terpuji dan menjauhi Mendidik hambanya agar senantiasa bersyukur
akhlak tercela dengan tidak dengan limpahan nikmat dan menjauhi
mencampuradukkan kebaikan dan keserakahan dan permusuhan di dunia.
keburukan serta saling mengingatkan.
Makna Aktualisasi
 Aktualisasi adalah konsep psikologis yang
mengacu pada pengembangan potensi diri
individu.
 Manusia pada hakikatnya memiliki nilai
kebaikan yang melekat pada dirinya. Nilai
tersebutlah yang menjadi peluang setiap orang
untuk mengembangkan potensi dirinya.
Kemampuan individu untuk mencapai
aktualisasi diri mempengaruhi perkembangan
dirinya secara psikologis.
Nilai Kemanusian
Berdasarkan Al-Qur’an
Allah SWT berfirman,

‫ٰٓي َا ُّي َه ا الَّن اُس ِا َّن ا َخ َل ْق ٰن ُك ْم ْن َذ َك َّو ُا ْن ٰث ى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُش ُعْو اًب‬


‫ٍر‬ ‫ِّم‬
‫َّو َق َب ۤا ِٕى َل ِل َت َع اَر ُف ْو اۚ ِا َّن َا ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد الّٰل ِه َا ْت ٰق ىُك ْم ۗ ِا َّن الّٰل َه َع ِل ْي ٌم‬
‫َخ ْي ٌر‬
13. Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
‫ِب‬
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
SLIDESMAN

(QS. Al-Hujurat : 13)


Menuai Berkah dengan Se
Islam memerintahkan kepada kita untuk mewujudkan qimah
insaniyyah (nilai kemanusiaan) dalam setiap interaksi kita
dengan manusia lain. Setiap muslim diperintahkan berbuat
baik kepada manusia lain dan membantu manusia lain yang
mengalami musibah, tanpa memandang suku, ras, warna kulit,
atau agamanya.

Menuai Berkah dengan Se


Bahkan dalam peperangan sekalipun, Islam menunjukkan kemuliaan
ajarannya, dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Misalnya, saat
kaum Kafir Quraisy kalah dalam Perang Badar, kaum Muslim telah
dengan tulus memakamkan kaum Kafir yang terbunuh, sebagaimana
mereka memakamkan kaum Muslim. Sementara yang terluka diberi
perawatan dan pengobatan, sebagaimana mereka merawat dan
mengobati tentara kaum Muslim yang terluka. Subhanallah. Inilah nilai
kemanusiaan yang luar biasa, yang diajarkan oleh Islam kepada
ummatnya

Menuai Berkah dengan Se


Nilai-nilai kemanusiaan dalam Islam menjadi dasar moral dan etika
bagi umat muslim dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Beberapa
nilai kemanusiaan dalam Islam antara lain:

1. Keadilan (‘adl)
2. Kemanusiaan (insaniyah)
3. Kebaikan (ihsan)
4. Keterbukaan (shafqah)
5. Keteraturan (nizam)
6. Kebebasan (hurriyah)
7. Kepedulian (syamal)
8. Keseimbangan (tawazun)
9. Kejujuran (sidq)
SLIDESMAN

Menuai Berkah dengan Se


Bagaimana Aktualisasi Nilai Kemanusiaan dalam Islam
sebagai Upaya Menghadirkan Keselamatan dan
Kedamaian ??

Menuai Berkah dengan Se


1. Milikilah Rasa Kanaah
Rasulullah Saw. bersabda,
‫َع ْن َأ ُه َر ْي َر َة َق َل َق َل َر ُس ُل َّل‬
‫صلى هللا‬- ‫و ال ِه‬ ‫ا ا‬ ‫ِب ى‬
‫ « َل ْي َس اْل ِغ َن ى َع ْن َك ْث َر ِة اْل َع َر‬-‫عليه وسلم‬
‫ِض‬ ‫ْف‬ ‫َّن‬ ‫َن‬ ‫َن‬ ‫َو َل َّن ْل‬
» ‫ِك ا ِغ ى ِغ ى ال ِس‬
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda, ”Yang namanya kaya bukanlah
dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya
kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari
no. 6446)

Menuai Berkah dengan Se


2. Jauhilah Keserakahan
Allah berfirman,

‫َاْل ٰه ُك ُم َّت َك ُث ُۙر‬


١ - ‫ى ال ا‬
‫َۗر‬ ‫َح ّٰت ُز ْر ُت ُم َمْلَق‬
٢ - ‫ا اِب‬ ‫ى‬
‫َك اَّل َس ْو َف َت ْع َل ُم ْو َۙن‬
٣-
(1) Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
(2) sampai kamu masuk ke dalam kubur.
(3) Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
(QS. At-Takatsur : 1-3)
SLIDESMANIA
Imam Al-Ghazali mengingatkan dalam kitab Ihya Ulumuddin bahwa setiap orang memutus
urat kerakusannya terhadap kepemilikan orang lain itu tidak bisa dicapai kecuali dengan
berkanaah sesuai kadar kebutuhan primer, baik makanan, minuman maupun pakaian.

Menurut Imam Al-Ghazali ada tiga untuk mengobati sifat rakus dan tamak serta obat meraih
kanaah. Yaitu sabar, ilmu dan amal.
 Pertama, mengamalkan kesabaran dalam artian bersikap sederhana dalam hidup dan ramah
dalam berinfak.
 Kedua, adalah memperpendek harapan sehingga tidak kacau akibat kebutuhan pada waktu
selanjutnya.
 Ketiga, adalah mengetahui bahwa di dalam sifat kanaah terdapat kemuliaan dan
ketenangan batin dari meminta-minta serta mengetahui kehinaan sifat tamak.

Menuai Berkah dengan Se


3. Janganlah iri hati terhadap orang lain
Allah berfirman :

‫ِّم َّم ا‬ ‫الّٰل ُه ٖه َب ْع َض ُك ْم َع ٰل ى َب ْع ۗ ِل ل َج ا َن ِص ْي ٌب‬ ‫َو اَل َت َت َم َّن ْو ا َم ا َف َّض َل‬


‫َك اَن‬ ‫ِل‬ ‫ِّر‬ ‫ٍض‬ ‫َٔـ‬ ‫ِب‬
‫ْي ٌب َّم ا اْك َت َس ْب َن ۗ َو ْس ُل وا الّٰل َه ْن َف ْض ۗ َّن الّٰل َه‬ ‫ْك َت َس ُبْو َو َس ۤا َن‬
‫ِل ٖه ِا‬ ‫ِم‬ ‫ِّم‬ ‫اۗ ِل لِّن ِء ِص‬ ‫ُك‬
‫ا‬
‫ًم‬ ‫ْي‬ ‫َع‬ ‫ْي‬
‫ِب ِّل ٍء ِل ا‬ ‫َش‬
32. Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia
yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu
atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada
bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi
perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka
usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu. (QS. An-Nisa’ : 32)

Menuai Berkah dengan Se


4. Larangan Melakukan Kedzaliman
Allah berfirman :
‫َف َق ْد َك َّذ ُبْو ُك ْم َم َت ُق ْو ُل ْو َۙن َف َم َت ْس َت ْي ُعْو َن َص ْر ًف َّو اَل َن ْص ًر ۚا‬
‫ا‬ ‫َذ اَك ِط‬ ‫ِب ا‬
‫َو َم ْن َّي ْظ ِل ْم ِّم ْن ُك ْم ُن ِذ ْق ُه َع اًب ا ْي اًر‬
‫ِب‬
19. Maka sungguh, mereka (yang disembah itu) telah mengingkari apa yang
kamu katakan, maka kamu tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak dapat
(pula) menolong (dirimu), dan barangsiapa di antara kamu berbuat zalim,
niscaya Kami timpakan kepadanya rasa azab yang besar.
(QS. Al-Furqan : 19)
5. Memberikan Kebebasan
Allah berfirman :
‫ٓاَل ِا ْك َر اَه ى ال ِّد ْي ِۗن َق ْد َّت َب َّي َن الُّر ْش ُد ِم َن اْل َغ ۚ َف َم ْن َّي ْك ُف ْر‬
‫َّط ُغ ْو ِف َو ُي ْؤ ْۢن ّٰل َف َق ْس َت ْم َس َك ْل ُعِّيْر َو ْل ُو ْث ٰق اَل‬
‫ِب ا ِة ا ى‬ ‫ِم ِب ال ِه ِد ا‬ ‫ِت‬‫َل‬ ‫ا‬ ‫ال‬ ‫ِب‬
‫ّٰل‬
‫ا ِف َص اَم َه اۗ َو ال ُه َس ْيٌع َع ِل ْي ٌم‬ ‫ْن‬
‫ِم‬
256. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar
kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang
(teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar,
Maha Mengetahui.
(QS. Al-Baqarah : 256)
6. Menganjurkan Toleransi
Allah berfirman,

‫َو اَل َت ْس َت ى اْل َح َس َن ُة َو اَل الَّس َئ ُة ۗ ِا ْد َف ْع اَّل ْي‬


‫َن ِّي َن ِب ٌةِت‬ ‫ِو‬
‫َي َا ْح َس ُن َف ِا َذ ا اَّل ْي َب ْي َك َو َب ْي ٗه َع َد اَو‬
‫ِذ‬ ‫َك َاِه‬
‫َّنٗه َو ٌّي َح ْي ٌم‬
‫ِل ِم‬
34. Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan.
Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik,
sehingga orang yang ada rasa permusuhan an-tara kamu
dan dia akan seperti teman yang setia. (QS. Fussilat :
34)
7. Meningkatkan Solidaritas Sosial
Allah SWT berfirman,

‫َا ْم َو ا ْم َص َد َق ًة ُت َط ُر ُه ْم َو ُت َز ْي ْم َه ا َو َص َع َل ْي ْۗم َّن‬ ‫ُخ ْذ ْن‬


‫ِّل ِه ِا‬ ‫ِّك ِه ِب‬ ‫َك ِل ِه َّل ْۗم ّٰل ُه ِّه‬ ‫ٰل ِم‬
‫َس ٌن ُه َو ال َس ْيٌع َع ِل ْي ٌم‬ ‫َص وَت َك‬
‫ِم‬
103. Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan
mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
(QS. At-Taubah : 103)
SLIDESMAN
8. Hidup Rukun dan Saling Tolong Menolong
Allah berfirman :
‫َو َت َع َو ُن ْو َع َل ْل َو َّت ْق ٰو ۖى َو اَل َت َع َو ُن ْو َع َل‬
‫ا ا ى‬ ‫ا ا ى ا ِبِّر ال‬
‫ا ْث َو اْل ُع ْد َو ا ۖ َو اَّتُق وا الّٰل َه ۗ َّن الّٰل َه َش ْي ُد‬
‫ِد‬ ‫ِا‬ ‫ِن‬ ‫ْلِاْل َقِم‬
‫ِب‬‫ا ِع ا‬
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah
sangat berat siksaan-Nya.

(QS. Al-Ma'idah : 2)
9. Berbuat Baik dan Berlaku Adil
Allah berfirman :

‫اَل َي ْن ٰه ىُك ُم الّٰل ُه َع اَّل ِذ ْي َن َل ْم ُي َق اِت ُل ْو ُك ْم ى ال ِّد ْي َو َل ْم‬


‫ِن‬ ‫َل‬ ‫ِف‬ ‫ِن‬
‫ُي ْخ ُج ْو ُك ْم ْن َي ا ُك ْم َا ْن َت َب ُّر ْو ُه ْم َو ُت ْق ُط ْٓو ا ْي ْۗم َّن الّٰل َه‬
‫ِا ِه ِا‬ ‫ِس‬ ‫ِر ُمْلْق ِّم َن ِد ِر‬
‫ْي‬ ‫ُّب‬ ‫ُي‬
‫ِح ا ِس ِط‬
8. Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung
halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
(QS. Al-Mumtahanah : 8)
10. Saling Mencintai Sesama Manusia
Rasulullah Saw. bersabda :

‫َع ْن َأ ْي َح ْم َز ة َأ َن ْب َم ا َر َي ُهللا َت َع اَل ى َع ْن ُه َخ ا الَّن‬


‫َّل ِدَقِم ِب َالِّي‬ ‫َل‬ ‫ِض‬ ‫ٍك‬ ‫ِل‬ ‫ِن‬ ‫ِس‬ ‫َل‬ ‫ِب‬
‫َل‬ ‫َم‬ ‫َس‬ ‫َو‬ ‫ْي‬ ‫َع‬ ‫ُهللا‬ ‫َّل‬ ‫َص‬ ‫َّن‬ ‫ْن‬ ‫َع‬ ‫َم‬ ‫َّل‬ ‫َس‬ ‫َو‬ ‫ْي‬ ‫َع‬ ‫ُهللا‬ ‫َص َّل‬
(: ‫ا‬ ‫ِه‬ ‫ال ِب ِّي ى‬ ‫ِه‬ ‫َأ‬ ‫ى‬
‫َنْف‬ ‫ُّب‬ ‫ُي‬ ‫َم‬ ‫ْي‬ ‫َأل‬ ‫َّب‬ ‫ُي‬ ‫َّت‬ ‫َح‬ ‫ْم‬ ‫ُك‬ ‫ُد‬ ‫َح‬ ‫ُن‬ ‫ُي ْؤ‬
) ‫ى ِح ِخ ِه ا ِح ِل ِس ِه‬ ‫ِم‬
Dari Abu Hamzah –Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu– pembantu Rasulullah, dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: ”Tidaklah salah seorang di antara kalian
beriman (dengan keimanan yang sempurna) sampai dia mencintai untuk saudaranya apa
yang ia cintai untuk dirinya sendiri.”

(HR. Bukhari dan Muslim)


Kisah
Teladan
 Pernah suatu ketika Nabi Muhammad Saw sedang duduk-duduk
bersama beberapa orang sahabat. Tibatiba beberapa orang dari
orang-orang Yahudi tengah membawa jenazah salah seorang dari
saudara mereka yang baru saja meninggal dunia.

 Melihat hal itu, Rasulullah memerintahkan kepada para sahabat


untuk berdiri demi menghormati Yahudi tersebut. Salah seorang
sahabat lantas berujar, “itu jenazahnya Yahudi wahai Rasul”. Lalu
dengan tegas Rasul menjawab, “bukankah dia manusia?” Jika
kalian melihat manusia yang diarak seperti itu maka berdirilah!”.
 Hal serupa juga terjadi dengan Maiz ibn Malik al-Aslami ketika
mengakui kalau dirinya telah berzina. Ketika itu Rasul juga tidak
langsung merajamnya, tetapi beliau berpaling dari Maiz seakanakan
enggan untuk menerapkan hukuman rajam kepadanya.

 Namun setelah ia memaksa Nabi dan empat orang laki-laki lain juga
sudah bersaksi atas apa yang ia lakukan, akhirnya Nabi pun
memerintahkan para sahabat untuk merajamnya. Kedua kisah ini
terdapat dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim dan berderajat
sahih. Itulah dua kasus rajam yang pernah dilakukan langsung pada
masa Nabi Muhammad Saw masih hidup.
 Selain itu, selama mengikuti perperangan, Rasulullah tidak pernah menghilangkan
nyawa seseorang secara langsung dengan tangan beliau kecuali hanya satu orang
saja, yaitu Ubay ibn Khalaf pada perperangan Uhud di tahun ke-3 Hijriah. Itu pun
beliau lakukan untuk mempertahankan diri agar tidak dibunuh duluan oleh yang
bersangkutan.
 Begitu juga ketika mendengar sebagian sahabat yang tetap membunuh musuh yang
telah menyerah kalah, beliau marah besar dan mewajibkan kepada sahabat tersebut
untuk membayar setengah diat. Sebuah kebijakan yang sangat menghargai
kemanusiaan dan nyawa manusia. Meskipun para sahabat beralasan kalau orang-
orang musyrik tersebut hanya berpura-pura menyerah dan khawatirnya ketika para
sahabat mempercayainya, mereka akan menyerang dan membunuhnya. Tapi tetap
saja Nabi tidak menerima alasan tersebut.
 Terakhir, terkait dengan aturan perang, Nabi melarang para sahabat
membunuh perempuan, anak-anak dan orangtua. Tidak itu saja,
bahkan beliau melarang para sahabat agar tidak merusak lingkungan
dan tumbuh-tumbuhan ketika berperang. Isyarat itu kembali beliau
realisasikan dalam peristiwa Fathu Makkah di mana beliau
membebaskan semua nonmuslim yang tidak memusuhi umat Islam
dan tidak setetespun darah yang mengalir dalam peristiwa
bersejarah tersebut.
DOA
‫َر َّب َن ٓا َا ْف ْغ َع َل ْي َن ا َص ْب ًر ا َّو َث ْت َا ْق َد اَم اَن‬
‫َو ْن َن ِرَع َل ْل َق ْل ٰك َن ِّب‬
‫ْي‬ ‫ْو‬
ۗ ‫ا ا ى ا ِم ا ِف ِر‬ ‫ْر‬ ‫ُص‬
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami,
kukuhkanlah langkah kami dan tolonglah kami
menghadapi orang-orang kafir.”

(QS. Al-Baqarah : 250)


‫‪Thank You‬‬

‫شكرا جزيال‬

Anda mungkin juga menyukai