NIM :
MATA KULIAH :
DOSEN PENGAMPU :
َ ْس ِب َخي ِْر ُك ْم َمنْ َت َر َك ُد ْن َياهُ اِل خ َِر ِت ِه َوالَ اخ َِر َت ُه لِ ُد ْن َياهُ َح ّتى يُصِ يْبُ ِم ْن ُه َم
اج ِم ْيعًا َ َلي
)اس(رواه ابن عسا كرعن انس ِ َفاِنَّ ال َّد ْن َيا َباَل ٌغ ِا َلى ْاالخ َِر ِة َواَل َت ُك ْو ُن ْوا َك ًّل َع َلى ال َّن
Artinya:
“Bukankah orang yang paling baik diantara kamu orang yang meninggalkan kepentingan
dunia untuk mengejar akhirat atau meninggalkan akhirat untuk mengejar dunia sehingga
dapat memadukan keduanya. Sesungguhnya kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju
kehidupan akhirat. Janganlah kamu menjadi beban orang lain”.
Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa sikap tawazun atau sikap seimbangan
merupakan hal yang sangat penting bagi sesorang supaya dapat menjadi sarana menuju
kehidupan yang sejati. Tidak boleh hanya menekankan atau mementingan pada satu sisi saja
dan menihilkan sisi yang lain tetapi harus seimbang dalam segala aspek kehidupan.
Dapat disimpulkan bahwa sikap tawazun sangat diperlukan oleh seorang individu,
supaya ketika melakukan sesuatu hal berlebihan dan mengesampingkan hal-hal yang lain
yang memiliki haki untuk ditunaikan. Tawazun merupakan kemampuan manusia untuk
menyeimbangkan kehidupannya dalam berbagai dimensi, sehingga tercipta kondisi yang
stabil, sehat, aman, dan nyaman.
B. I’tidal
I’tidal merupakan sikap lurus tidak memihak dan tegas dalam menyikapi setiap kebaikan
dalam kehidupan. I’tidal berasal dari kata al-’adl yang berarti keadilan.
Perintah i’tidal atau adil terdapat dalam firman Allah dalam Q.S. Al-Ma’idah ayat 8 yang
berbunyi :
ْط َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَ ٰا ُن قَ ْو ٍم َع ٰلٓى اَاَّل
ِۖ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا ُك ْونُ ْوا قَ َّوا ِمي َْن هّٰلِل ِ ُشهَ َد ۤا َء بِ ْالقِس
٨ تَ ْع ِدلُ ْو ۗا اِ ْع ِدلُ ْو ۗا هُ َو اَ ْق َربُ لِلتَّ ْق ٰو ۖى َواتَّقُوا هّٰللا ۗ َ اِ َّن هّٰللا َ َخبِ ْي ۢ ٌر بِ َما تَ ْع َملُ ْو َن
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan)
saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada
semantakwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang
kamu kerjakan.
Tafsir Ringkas Al-Qur’anul Kariim Kementrian Agama Q.S. Al-Mai’dah ayat 8:
Ayat selanjutnya memberikan tuntunan agar umat Islam berlaku adil, tidak hanya kepada
sesama umat Islam, tetapi juga kepada siapa saja walaupun kepada orang-orang yang tidak
disukai. Wahai orangorang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan, yakni
orang yang selalu dan bersungguh-sungguh menegakkan kebenaran, karena Allah, ketika
kalian menjadi saksi maka bersaksilah dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap
suatu kaum, yakni kepada orang-orang kafir dan kepada siapa pun, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil terhadap mereka. Berlaku adillah kepada siapa pun, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah dengan mengerjakan perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-Nya, sungguh, Allah Mahateliti, Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan, baik yang kamu lahirkan maupun yang kamu sembunyikan.
Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa sikap i’tidal merupakan sikap yang memiliki
peranan yang sangat penting bagi seorang individu karena dengan bersikap i’tidal atau adil
seorang individu dapat menempatkan atau memposisikan sesuatu dengan sebagaimana
mestinya dan pada tempatnya tidak condong atau memihak dan dapat berlaku adil.
REFERENSI
Abdul Wahid, et. all. (2001). Militansi ASWAJA & Dinamika Pemikiran Islam.
(Malang:Aswaja Centre UNISMA, 2001), hlm. 18.
Abu Yasid (2014). Islam Moderat (Jakarta: Erlangga, 2014), hal 52
Tim Penyusun Kemenag RI (2016). Tafsir Ringkas Al-Qur’anul Karim. Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur′an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Tahun 2016.
Wahbah Az Zuhaili (2016). Tafsir Al-Munir (Aqidah, Syari’ah, Manhaj). Terj. Abdul Hayyie
al-Kattani, et.al, (Jakarta: Gema Insani, 2016), 428.