19 MEI 2023
MERAIH BAHAGIA DUNIA AKHIRAT
Dalam kesempatan khutbah jum’at ini marilah kita panjatkan puji syukur kepada
Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada kita
sehingga kita dapat melaksanakan shalat jum’ah ini. Sebagai wujud rasa syukur itu
marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, dengan taqwa
yang sebenar-benarnya taqwa, agar kita mampu mewujudkan diri sebagai hamba
yang terpilih oleh Allah sebagai hamba yang mulia di Sisi-Nya.
Setiap manusia pasti ingin bahagia dan menikmati kebahagiaan —bahkan bila
perlu selamanya. Namun faktanya orang-orang yang tergolong paruh baya yang hidup
saat ini mengalami tekanan dan merasakan dampak stres tambahan. Orang paruh baya
saat ini lebih stres dibandingkan kondisi yang terjadi pada tahun 1990-an.
Bahagia ialah keadaan atau perasaan senang dan tenteram; bebas dari segala
hal yang menyusahkan. Bahagia menurut psikologi adalah kondisi psikologis yang
positif; ditandai oleh tingginya kepuasan terhadap masa lalu, tingginya tingkat emosi
positif, dan rendahnya tingkat emosi negatif. Bahagia adalah penilaian terhadap diri
sendiri dan kehidupannya, yang memuat emosi positif, seperti kenyamanan dan
kegembiraan yang meluap-luap, maupun aktivitas positif yang tidak memuat emosi
apa pun, seperti absorpsi dan keterlibatan.
Sayangnya, untuk mencapai kondisi bahagia itu, kita sering terjebak pada
makna “bahagia” yang cenderung hedonis-materialistik. Bahagia yang diukur dengan
1
banyaknya materi (uang, deposito, properti, investasi)—yang terletak pada Ujung-
Ujungnya Duit (UUD) alias Cuan. Bahagia yang diperoleh ketika telah mapan
ekonominya, tajir atau “the have”. Bahagia yang sebatas di dunia tetapi tidak sampai
di akhirat. Makna bahagia seperti ini tentu saja semu. Sebab, tajir atau “the have” yang
sakit-sakitan atau “pesakitan” pasti tidak bahagia. Begitu pula yang proyeknya gagal,
bisnisnya macet, atau koleganya berkhianat.
َّ ب َو ْال ِف
ض ِة ِ ط َرةِ ِمنَ الذَّ َه ِ س ۤا ِء َو ْالبَنِيْنَ َو ْالقَن
َ َاطي ِْر ْال ُمقَ ْن َ ِّت ِمنَ ال ِن ِ ش َه ٰو َّ اس حُبُّ ال ِ َُّز ِيِّنَ ِللن
ب ث ۗ ٰذ ِل َك َمتَاعُ ْال َح ٰيوةِ ال ُّد ْن َيا َۗو ه
ِ ّٰللاُ ِع ْن َد ٗه ُحس ُْن ْال َم ٰا ِ س َّو َم ِة َو ْاالَ ْن َع ِام َو ْال َح ْر
َ َو ْال َخ ْي ِل ْال ُم
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada hal-hal yang
diingini (nafsu), yaitu wanita-wanita, anak-anak, dan harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
(QS Ali Imran [3]: 14).
Kecintaan pada materi dunaiwi acap kali membuat orang buta tentang makna
kebahagiaan yang esensi. Kecintaan duniawi membuat seseorang mudah terpesona
dan terpukau oleh keindahan dunia dan gemerlapnya, sehingga melupakan tujuan
hidup yang sebenarnya, yaitu meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Karena sibuk
mengurus harta, tahta, dan wanita, kita lupa untuk berbagi senyum kepada saudara
kita sesama muslim, lalu dalam hati kita tumbuh sifat-sifat iri, dengki, ria, hasud, bakhil,
bangga diri, hingga sombong. Padahal, sifat-sifat ini pertanda hati kita sakit,
sedangkan orang yang hatinya sakit niscaya tidak bahagia hidupnya.
2
menyusahkan, menyedihkan, dan membuat kita menderita. Pada titik ini, rasa marah,
tegang, kesal, dengki, ria, hasud, bakhil, bangga diri, dan sombong akan berkurang,
sedangkan emosi yang positif, seperti kasih sayang, kecintaan, dan kedamaian, akan
tumbuh dan meningkat.
Hati yang bersih (suci), merupakan sumber berbagai perilaku positif atau
akhlak terpuji. Hati yang bersih menjadi lokomotif dari semua gerakan positif tangan,
kaki, mata, telinga, otak, hingga jiwa. Dari hati yang bersih, segala macam kebaikan
terpancar. Inilah hati yang menerima dan memantulkan cahaya Ilahi; ilmu-Nya dan
taufik-Nya. Inilah hati yang selalu mengajak kita pada kebenaran dan kebajikan,
sekaligus menolak kebatilan dan kemungkaran. Inilah hati yang berbahagia.
Kedua, bersikap qanaah. Qanaah artinya menerima apa pun pemberian Allah,
baik terkait kondisi tubuh dan paras kita (ganteng/cantik, biasa, jelek) maupun
ketentuan Allah Swt. tentang umur, jodoh, rezeki, pasangan hidup, dan keturunan kita.
Sikap qanaah akan membawa kita pada rasa nyaman, puas, dan bahagia.
Sebaliknya, sikap tidak qanaah akan membawa kita pada perasaan tidak puas, rakus,
dan serakah. Akibatnya, nuansa batin akan mudah gelisah dan ingin menuntut yang
lebih.
Ketiga, bersikap ikhlas. Ikhlas artinya sikap tulus (murni) ketika berurusan
dengan pihak lain. Nabi Saw. pernah menyebut seorang sahabat yang diprediksi
sebagai ahli surga. Setelah diselidiki selama tiga hari tiga malam, sahabat itu ternyata
minim amalan salat malam dan puasa sunnah. Namun, ia memiliki hati yang
3
sangat ikhlas. Sebelum tidur, ia selalu ikhlaskan apa saja perlakuan orang lain kepada
dirinya, hingga ia tak pernah menyimpan dendam (kenangan pahit). Dari sini,
keikhlasan membawa kebahagian di dunia dan di akhirat.
Ketujuh, selalu berzikir. Orang yang selalu berzikir akan mencapai kedamaian
batiniah dan kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat. Seperti dinyatakan
dalam QS Ar-Ra’d: 28, hanya dengan berzikir kepada Allah, hati kita akan mencapai
ketenangan (kebahagiaan). Ketika hati selalu berzikir, ia akan menuju kondisi aktif
dan pasif. Aktif, artinya: hati kita akan mendekati Allah. Pasif, artinya: hati kita akan
4
didekati oleh cahaya (ilmu) Allah. Dalam sebuah riwayat dikatakan: “Orang
yang bahagia (as-sa‘iid) ialah yang hatinya selalu mendekati Allah, sedangkan orang
)yang paling bahagia (al-as‘ad) ialah orang yang hatinya selalu didekati oleh (cahaya
”Allah.
اَ ْل َح ْم ُد هللِ الَّذِى َج َعلَنَا َواِيَّ ُك ْم ِعبَا ِد ِه ْال ُمت َّ ِقيْنَ َواَ َّدبَنَا ِب ْالقُ ْراَ ِن ْال َك ِري ِْم .اَ ْش َه ُد اَ ْن الَ الَهَ اِالَّ هللاُ
ع َلىعلَى ُم َح َّم ٍد َو َ س ِلِّ ْم َ سولُهَُ .اللَّ ُه َّم َ
ص ِِّل َو َ ع ْب ُدهُ َو َر َُوحْ َدهُ الَ ش َِري َْك لَهَُ .واَ ْش َه ُد اَ َّن ُم َح َّمدًا َ
هللا َح َّق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموت ُ َّن اِالَّ َواَ ْنت ُ ْم
س اتَّقُوا َ صحْ بِ ِه اَجْ َم ِعيْنَ اَ َّما بَ ْع ُد :فَيَا اَيُّ َها النَّا ُ
اَ ِل ِه َو َ
ع َل ْي ِهصلُّوا َ علَى النَّ ِبي يَااَيُّ َها الَّ ِذيْنَ اَ َمنُوا َ
صلُّونَ َ ُم ْس ِل ُمونَ َ .وقَا َل تَ َعالَى ا َِّن َ
هللا َو َمالَ ِء َكتَهُ يُ َ
س ِلِّ ُموا تَ ْس ِل ْي ًما
َو َ
عنَّا َم َع ُه ْم
ضى َ ار َص َحا ِب ِه اَجْ َم ِعيْنَ َ ,و ْ ع َلى اَ ِل ِه َواَ ْ علَى ُم َح َّم ٍد َو َ ار ْك َ س ِلِّ ْم َو َب ِ اَللَّ ُه َّم َ
ص ِِّل َو َ
ت ت َو ْال ُمو ْء ِمنِيْنَ َوا ْل ُمو ْء ِمنَا ِ
اح ِميْنَ اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم ْس ِل ِميْنَ َو ْال ُم ْس ِل َما ِ بِ َرحْ َمتِ َك يَا اَ ْر َح َم َّ
الر ِ
غ قُلُوبَنَا بَ ْع َد ِا ْذ َه َد ْيتَنَا
ْب ال َّدع َْواتَِ .ربَّنَا الَ ت ُ ِز ْ
ْب ُم ِجي ُ اء ِم ْن ُه ْم َواْالَ ْم َوا ِ
ت ِانَّ َك َ
س ِم ْي ٌع قَ ِري ٌ اَالَحْ يَ ِ
ي َوا ْر َح ْم ُه َما َك َمات ْال َو َّهابَ .ر ِبِّى ا ْغ ِف ْر ِلى َو ِل َوا ِل َد َّ َوهَبْ لَنَا ِم ْن لَ ُد ْن َك َرحْ َمةً ِانَّ َك اَ ْن َ
س ْب َحانَ
ارُ . عذَ َ
اب النَّ ِ سنَةً َوقِنَا َ سنَةً َوفِى اْالَ ِخ َرةِ َح َ ص ِغي ًْراَ .ربَّنَا اَتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َ
َربَّيَانِى َ
َو ْال َح ْم ُد ِهللِ َر ِّ ِ
ب علَى ْال ُم ْر َ
س ِليْنَ صفُون َوال َّ
سالَ ُم َ َربِ َِّك َربِّى اْل ِع َّزةِ َ
ع َّما يَ ِ
ْال َعا َل ِميْنَ
5