Anda di halaman 1dari 5

KHUTBAH MASJID AL-DARUS SALIKIN

19 MEI 2023
MERAIH BAHAGIA DUNIA AKHIRAT

َ ِ‫علَى ال ِ ِّدي ِْن ُك ِلِّ ِه َو َكفَا ِباهلل‬


.‫ش ِه ْيدًا‬ ْ ‫ق ِلي‬
َ ُ‫ُظ ِه َره‬ ِ ِّ ‫سولَهُ ِب ْال ُه َدى َو ِدي ِْن ْال َح‬ َ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ الَّذِى اَ ْر‬
ُ ‫س َل َر‬
‫س ِلِّ ْم‬ َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬.ُ‫سولُه‬
َ ‫ص ِِّل َو‬ َ ‫اَ ْش َه ُد اَ ْن الَاِلَهَ اِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَش َِري َْك لَهُ َواَ ْش َه ُد اَ َّن ُم َح َمدًا‬
ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬
‫وص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسى‬ ِ ُ ‫ فَيَا ِعبَا َدهللاُ ا‬: ‫ص َحا ِب ِه اَجْ َم ِعيْنَ اَ َّما بَ ْع ُد‬ ْ َ‫ع َلى اَ ِل ِه َوا‬َ ‫ع َلى ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫ِرك‬ْ ‫َوبَا‬
. َ‫وهللا َح َّق تُقَا ِت ِه َو َال تَ ُموت ُ َّن اِالَّ َواَ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُمون‬
َ ُ‫ِبتَ ْق َوهللا اِتَّق‬

Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Dalam kesempatan khutbah jum’at ini marilah kita panjatkan puji syukur kepada
Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada kita
sehingga kita dapat melaksanakan shalat jum’ah ini. Sebagai wujud rasa syukur itu
marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, dengan taqwa
yang sebenar-benarnya taqwa, agar kita mampu mewujudkan diri sebagai hamba
yang terpilih oleh Allah sebagai hamba yang mulia di Sisi-Nya.

Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Setiap manusia pasti ingin bahagia dan menikmati kebahagiaan —bahkan bila
perlu selamanya. Namun faktanya orang-orang yang tergolong paruh baya yang hidup
saat ini mengalami tekanan dan merasakan dampak stres tambahan. Orang paruh baya
saat ini lebih stres dibandingkan kondisi yang terjadi pada tahun 1990-an.
Bahagia ialah keadaan atau perasaan senang dan tenteram; bebas dari segala
hal yang menyusahkan. Bahagia menurut psikologi adalah kondisi psikologis yang
positif; ditandai oleh tingginya kepuasan terhadap masa lalu, tingginya tingkat emosi
positif, dan rendahnya tingkat emosi negatif. Bahagia adalah penilaian terhadap diri
sendiri dan kehidupannya, yang memuat emosi positif, seperti kenyamanan dan
kegembiraan yang meluap-luap, maupun aktivitas positif yang tidak memuat emosi
apa pun, seperti absorpsi dan keterlibatan.
Sayangnya, untuk mencapai kondisi bahagia itu, kita sering terjebak pada
makna “bahagia” yang cenderung hedonis-materialistik. Bahagia yang diukur dengan
1
banyaknya materi (uang, deposito, properti, investasi)—yang terletak pada Ujung-
Ujungnya Duit (UUD) alias Cuan. Bahagia yang diperoleh ketika telah mapan
ekonominya, tajir atau “the have”. Bahagia yang sebatas di dunia tetapi tidak sampai
di akhirat. Makna bahagia seperti ini tentu saja semu. Sebab, tajir atau “the have” yang
sakit-sakitan atau “pesakitan” pasti tidak bahagia. Begitu pula yang proyeknya gagal,
bisnisnya macet, atau koleganya berkhianat.

Alquran menyebut fenomena bahagia tersebut sebagai kenikmatan dunia yang


sedikit (mataa‘un qaliil) atau bahagia yang semu (sementara), bukan kenikmatan
hakiki yang abadi. Tentang kenikmatan duniawi, Allah Swt. befirman,

َّ ‫ب َو ْال ِف‬
‫ض ِة‬ ِ ‫ط َرةِ ِمنَ الذَّ َه‬ ِ ‫س ۤا ِء َو ْالبَنِيْنَ َو ْالقَن‬
َ ‫َاطي ِْر ْال ُمقَ ْن‬ َ ِّ‫ت ِمنَ ال ِن‬ ِ ‫ش َه ٰو‬ َّ ‫اس حُبُّ ال‬ ِ َّ‫ُز ِيِّنَ ِللن‬
‫ب‬ ‫ث ۗ ٰذ ِل َك َمتَاعُ ْال َح ٰيوةِ ال ُّد ْن َيا َۗو ه‬
ِ ‫ّٰللاُ ِع ْن َد ٗه ُحس ُْن ْال َم ٰا‬ ِ ‫س َّو َم ِة َو ْاالَ ْن َع ِام َو ْال َح ْر‬
َ ‫َو ْال َخ ْي ِل ْال ُم‬
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada hal-hal yang
diingini (nafsu), yaitu wanita-wanita, anak-anak, dan harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
(QS Ali Imran [3]: 14).
Kecintaan pada materi dunaiwi acap kali membuat orang buta tentang makna
kebahagiaan yang esensi. Kecintaan duniawi membuat seseorang mudah terpesona
dan terpukau oleh keindahan dunia dan gemerlapnya, sehingga melupakan tujuan
hidup yang sebenarnya, yaitu meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Karena sibuk
mengurus harta, tahta, dan wanita, kita lupa untuk berbagi senyum kepada saudara
kita sesama muslim, lalu dalam hati kita tumbuh sifat-sifat iri, dengki, ria, hasud, bakhil,
bangga diri, hingga sombong. Padahal, sifat-sifat ini pertanda hati kita sakit,
sedangkan orang yang hatinya sakit niscaya tidak bahagia hidupnya.

Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Islam mengajari kita untuk bersuci (wudu, tayamum, mandi), mengerjakan


salat, membaca Alquran, mengingat Allah, dan melakukan amal saleh lainnya,
semata agar kita mampu meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Namun, para
ulama menilai bahwa kunci kebahagiaan adalah hati yang bersih (qalbun saliim).
Ketika hati kita bersih (suci), jiwa kita akan terbebas dari segala hal yang

2
menyusahkan, menyedihkan, dan membuat kita menderita. Pada titik ini, rasa marah,
tegang, kesal, dengki, ria, hasud, bakhil, bangga diri, dan sombong akan berkurang,
sedangkan emosi yang positif, seperti kasih sayang, kecintaan, dan kedamaian, akan
tumbuh dan meningkat.
Hati yang bersih (suci), merupakan sumber berbagai perilaku positif atau
akhlak terpuji. Hati yang bersih menjadi lokomotif dari semua gerakan positif tangan,
kaki, mata, telinga, otak, hingga jiwa. Dari hati yang bersih, segala macam kebaikan
terpancar. Inilah hati yang menerima dan memantulkan cahaya Ilahi; ilmu-Nya dan
taufik-Nya. Inilah hati yang selalu mengajak kita pada kebenaran dan kebajikan,
sekaligus menolak kebatilan dan kemungkaran. Inilah hati yang berbahagia.

Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Sebagian pakar psikologi islam menyebutkan bahwa terdapat beberapa cara


untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat, yaitu:
Pertama, mencari rezeki yang halal. Mencari rezeki yang halal akan mengantarkan
kita pada keberkahan, dan keberkahan akan membawa kita pada kebahagiaan di
dunia dan di akhirat. Di dunia, rezeki halal jelas bersihnya dari kecurangan dan
kezaliman kepada pihak lain sehingga di akhirat pun akan selamat, tidak dihisab
(diperiksa) secara ketat. Rezeki halal yang dikonsumsi oleh tubuh kita juga akan
membentuk darah, tulang, dan daging yang baik dan berkah sehingga memproduksi
energi dan emosi yang positif.

Kedua, bersikap qanaah. Qanaah artinya menerima apa pun pemberian Allah,
baik terkait kondisi tubuh dan paras kita (ganteng/cantik, biasa, jelek) maupun
ketentuan Allah Swt. tentang umur, jodoh, rezeki, pasangan hidup, dan keturunan kita.
Sikap qanaah akan membawa kita pada rasa nyaman, puas, dan bahagia.
Sebaliknya, sikap tidak qanaah akan membawa kita pada perasaan tidak puas, rakus,
dan serakah. Akibatnya, nuansa batin akan mudah gelisah dan ingin menuntut yang
lebih.

Ketiga, bersikap ikhlas. Ikhlas artinya sikap tulus (murni) ketika berurusan
dengan pihak lain. Nabi Saw. pernah menyebut seorang sahabat yang diprediksi
sebagai ahli surga. Setelah diselidiki selama tiga hari tiga malam, sahabat itu ternyata
minim amalan salat malam dan puasa sunnah. Namun, ia memiliki hati yang
3
sangat ikhlas. Sebelum tidur, ia selalu ikhlaskan apa saja perlakuan orang lain kepada
dirinya, hingga ia tak pernah menyimpan dendam (kenangan pahit). Dari sini,
keikhlasan membawa kebahagian di dunia dan di akhirat.

Keempat, menguatkan takwa. Takwa adalah kunci surga. Orang yang


bertakwa akan diberi kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Bila ia menghadapi masalah
pelik, Allah Swt. pasti akan memberinya solusi. Bila ia kesulitan ekonomi, Allah pasti
akan memberi rezeki yang datang secara tidak terduga. Dalam QS Al-Thalaq: 2-3
disebutkan.

ُ ‫ّٰللا َي ْج َع ْل لَّهٗ َم ْخ َر ًجا َو َي ْر ُز ْقهُ مِ ْن َحي‬


ُ‫ْث َال َي ْحتَسِب‬ َ‫ق ه‬ ِ َّ‫َو َم ْن يَّت‬
Kelima, selalu bersabar. Orang yang selalu bersabar akan memperoleh
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. ketika bersabar menghadapi ujian (musibah), kita
akan diberi 100 derajat kemuliaan. Ketika bersabar melaksanakan ketaatan, kita akan
ditambah lagi 100 derajat. Ketika bersabar meninggalkan kemungkaran, kita akan
ditambah lagi 100 derajat. Yang pasti, Allah Swt. bersama (menolong) orang-orang
yang bersabar. Jadi, orang yang sabar pasti bahagia. QS Al-Anfal: 46 menyebutkan :

َ‫ص ِب ِريْن‬ َ ‫ص ِب ُر ْو ۗا ا َِّن ه‬


‫ّٰللا َم َع ال ه‬ َ ‫شلُ ْوا َوتَ ْذه‬
ْ ‫َب ِر ْي ُح ُك ْم َوا‬ َ ‫ع ْوا فَتَ ْف‬
ُ َ‫س ْولَهٗ َو َال تَنَاز‬ َ ‫َوا َ ِط ْيعُوا ه‬
ُ ‫ّٰللا َو َر‬

Keenam, selalu bersyukur. Orang yang selalu bersyukur niscaya hidupnya


akan berkah dan bahagia. Syukur, artinya: berterima kasih kepada Allah Swt. atas
limpahan nikmat dan karunia-Nya. Sikap terimakasih ini tentunya didasari bahwa yang
diterima selama ini banyak mengandung kenikmatan dan sebaliknya, jauh dari hal-hal
yang menyengsarakan. Bersyukur dapat dilakukan dengan meningkatkan ibadah
wajib atau ibadah sunah, seperti bersedekah, menyantuni anak yatim, dan membantu
fakir miskin. Bersyukur akan membawa hidup semakin berkah dan bahagia, baik di
dunia maupun di akhirat.

Ketujuh, selalu berzikir. Orang yang selalu berzikir akan mencapai kedamaian
batiniah dan kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat. Seperti dinyatakan
dalam QS Ar-Ra’d: 28, hanya dengan berzikir kepada Allah, hati kita akan mencapai
ketenangan (kebahagiaan). Ketika hati selalu berzikir, ia akan menuju kondisi aktif
dan pasif. Aktif, artinya: hati kita akan mendekati Allah. Pasif, artinya: hati kita akan

4
‫‪didekati oleh cahaya (ilmu) Allah. Dalam sebuah riwayat dikatakan: “Orang‬‬
‫‪yang bahagia (as-sa‘iid) ialah yang hatinya selalu mendekati Allah, sedangkan orang‬‬
‫)‪yang paling bahagia (al-as‘ad) ialah orang yang hatinya selalu didekati oleh (cahaya‬‬
‫”‪Allah.‬‬

‫ت َوال ِذِّ ْك ِراْل َح ِكي ِْم‬


‫ار َك هللا ُ ِلى َولَ ُك ْم فِي اْلقُ ْراَ ِن اْل َع ِظ ِيم َونَفَ َعنِى َواِيَّا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه ِمنَ اْالَ َيا ِ‬ ‫َب َ‬
‫س ِم ْي ُع اْلعَ ِلي ِْم‬
‫َوتَقَبَّ َل هللا ُِمنَّا َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ اِنَهُ ُه َوال َّ‬
‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ الَّذِى َج َعلَنَا َواِيَّ ُك ْم ِعبَا ِد ِه ْال ُمت َّ ِقيْنَ َواَ َّدبَنَا ِب ْالقُ ْراَ ِن ْال َك ِري ِْم‪ .‬اَ ْش َه ُد اَ ْن الَ الَهَ اِالَّ هللاُ‬
‫ع َلى‬‫علَى ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫س ِلِّ ْم َ‬ ‫سولُهُ‪َ .‬اللَّ ُه َّم َ‬
‫ص ِِّل َو َ‬ ‫ع ْب ُدهُ َو َر ُ‬‫َوحْ َدهُ الَ ش َِري َْك لَهُ‪َ .‬واَ ْش َه ُد اَ َّن ُم َح َّمدًا َ‬
‫هللا َح َّق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموت ُ َّن اِالَّ َواَ ْنت ُ ْم‬
‫س اتَّقُوا َ‬ ‫صحْ بِ ِه اَجْ َم ِعيْنَ اَ َّما بَ ْع ُد ‪ :‬فَيَا اَيُّ َها النَّا ُ‬
‫اَ ِل ِه َو َ‬
‫ع َل ْي ِه‬‫صلُّوا َ‬ ‫علَى النَّ ِبي يَااَيُّ َها الَّ ِذيْنَ اَ َمنُوا َ‬
‫صلُّونَ َ‬ ‫ُم ْس ِل ُمونَ ‪َ .‬وقَا َل تَ َعالَى ا َِّن َ‬
‫هللا َو َمالَ ِء َكتَهُ يُ َ‬
‫س ِلِّ ُموا تَ ْس ِل ْي ًما‬
‫َو َ‬

‫عنَّا َم َع ُه ْم‬
‫ضى َ‬ ‫ار َ‬‫ص َحا ِب ِه اَجْ َم ِعيْنَ ‪َ ,‬و ْ‬ ‫ع َلى اَ ِل ِه َواَ ْ‬ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫ار ْك َ‬ ‫س ِلِّ ْم َو َب ِ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫ص ِِّل َو َ‬
‫ت‬ ‫ت َو ْال ُمو ْء ِمنِيْنَ َوا ْل ُمو ْء ِمنَا ِ‬
‫اح ِميْنَ اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم ْس ِل ِميْنَ َو ْال ُم ْس ِل َما ِ‬ ‫بِ َرحْ َمتِ َك يَا اَ ْر َح َم َّ‬
‫الر ِ‬
‫غ قُلُوبَنَا بَ ْع َد ِا ْذ َه َد ْيتَنَا‬
‫ْب ال َّدع َْواتِ‪َ .‬ربَّنَا الَ ت ُ ِز ْ‬
‫ْب ُم ِجي ُ‬ ‫اء ِم ْن ُه ْم َواْالَ ْم َوا ِ‬
‫ت ِانَّ َك َ‬
‫س ِم ْي ٌع قَ ِري ٌ‬ ‫اَالَحْ يَ ِ‬
‫ي َوا ْر َح ْم ُه َما َك َما‬‫ت ْال َو َّهاب‪َ .‬ر ِبِّى ا ْغ ِف ْر ِلى َو ِل َوا ِل َد َّ‬ ‫َوهَبْ لَنَا ِم ْن لَ ُد ْن َك َرحْ َمةً ِانَّ َك اَ ْن َ‬
‫س ْب َحانَ‬
‫ار‪ُ .‬‬ ‫عذَ َ‬
‫اب النَّ ِ‬ ‫سنَةً َوقِنَا َ‬ ‫سنَةً َوفِى اْالَ ِخ َرةِ َح َ‬ ‫ص ِغي ًْرا‪َ .‬ربَّنَا اَتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َ‬
‫َربَّيَانِى َ‬
‫َو ْال َح ْم ُد ِهللِ َر ِّ ِ‬
‫ب‬ ‫علَى ْال ُم ْر َ‬
‫س ِليْنَ‬ ‫صفُون َوال َّ‬
‫سالَ ُم َ‬ ‫َربِ َِّك َربِّى اْل ِع َّزةِ َ‬
‫ع َّما يَ ِ‬
‫ْال َعا َل ِميْنَ‬

‫‪5‬‬

Anda mungkin juga menyukai