Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAM ISLAM


“ISLAM DALAM KEBAHAGIAAN DUNIA DAN AKHIRAT DALAM KONTEKS
KEHIDUPAN MODERN.”

Dosen Pengampu :
Agus Kurnia, S.S, M.Ag.

Oleh Kelompok 2

Al Arif Budiman : L1B02310066


Rafif Mardiyanto : L1B02310051
Ahmad Damar Hidayat : L1B02310100

UNIVERSITAS NEGERI MATARAM


FAKULTAS HUKUM
PRODI ILMU KOMUNIKASI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang “Islam Dalam
Kebahagiaan Dunia Dan Akhirat Dalam Konteks Kehidupan Modern”.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Mataram. 27 Agustus 2023


DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
A. Bagaimana definisi kebahagiaan dunia akhirat itu...................................................6
1. Kebahagian dunia......................................................................................................6
2. Kebahagiaan akhirat.................................................................................................6
B. Makna Kebahagiaan Berdasarkan Kondisi Masa Kini............................................7
C. Bagaimana Agama Dapat Membahagikan Manusia.................................................8
1. Definisi Agama...........................................................................................................8
2. Tujuan Agama...........................................................................................................8
3. Peran Agama dalam Meraih Kebahagiaan.............................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................9
A. Kesimpulan....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti ingin bahagia dan menikmati kebahagiaan-bahkan bila perlu
selamanya. Bahagia ialah keadaan atau perasaan senang dan tenteram; bebas dari segala
hal yang menyusahkan (KBBI).
Pakar psikologi menyebutnya dengan kondisi psikologis yang positif; ditandai oleh
tingginya kepuasan terhadap masa lalu, tingginya tingkat emosi positif, dan rendahnya
tingkat emosi negatif. Bahagia adalah penilaian terhadap diri sendiri dan kehidupannya,
yang memuat emosi positif, seperti kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap,
maupun aktivitas positif yang tidak memuat emosi apa pun, seperti absorpsi dan
keterlibatan (Seligman, 2005).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi kebahagiaan dunia akhirat itu?
2. Makna Kebahagiaan Berdasarkan Kondisi Masa Kini.?
3. Bagaimana Agama Dapat Membahagikan Manusia.?

C. Tujuan
Agar mengetahui pandangan islam dalam kebahagiaan dunia dan akhirat dalam
konteks kehidupan modern.”
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bagaimana Definisi Kebahagiaan Dunia Akhirat Dalam Islam .


1. Kebahagian dunia
Alquran menyebut fenomena bahagia tersebut sebagai kenikmatan dunia yang
sedikit (mataa‘un qaliil) atau bahagia yang semu (sementara), bukan kenikmatan
hakiki yang abadi. Tentang kenikmatan duniawi, (QS Ali Imran [3]: 14).

‫ َّو َم ِة‬F ‫ـي ِل ۡال ُم َس‬


ۡ َ‫ ِة َو ۡالخ‬F ‫ض‬
َّ ِ‫ب َو ۡالف‬
ِ َ‫ َّذه‬F ‫ َر ِة ِمنَ ال‬F َ‫اط ۡي ِر ۡال ُمقَ ۡنط‬F
ِ Fَ‫ٓا ِء َو ۡالبَـنِ ۡينَ َو ۡالقَن‬F ‫ت ِمنَ النِّ َس‬ َّ ُّ‫اس حُب‬
ِ ‫هَ ٰو‬F ‫الش‬ ِ َّ‫ُزيِّنَ لِلن‬
ٰ ۡ ‫هّٰللا‬ ۡ ٰ ۡ
‫ب‬ ُ‫ن‬ ۡ ۡ ۡ ُّ
ِ ‫ك َمتَاع ال َحيو ِة الدنيَا ‌ۚ َو ُ ِعند َٗه حُس ال َما‬ ٰ ُ ِ ‫َوااۡل َ ۡن َع ِام َوال َحـر‬
َ ِ‫ث‌ؕ ذ ل‬ ۡ
Allah Swt. befirman, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada
hal-hal yang diingini (nafsu), yaitu wanita-wanita, anak-anak, dan harta yang banyak
dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).”

2. Kebahagiaan akhirat
merupakan kebahagiaan abadi yang sifatnya kekal, menjadi balasan atas segala
perbuatan, amal ibadah setiap hamba selama hidup di dunia. Allah berfirman dalam
surah An- Nahl/16:30,
۞ ‫ ٌر ۚ َولَنِ ْع َم‬F‫ َر ِة خَ ْي‬F‫دَا ُر اآْل ِخ‬Fَ‫َوقِي َل لِلَّ ِذينَ اتَّقَوْ ا َما َذا َأ ْن َز َل َربُّ ُك ْم ۚ قَالُوا خَ ْيرًا ۗ لِلَّ ِذينَ َأحْ َسنُوا فِي ٰهَ ِذ ِه ال ُّد ْنيَا َح َسنَةٌ ۚ َول‬
َ‫دَا ُر ْال ُمتَّقِين‬

"Dan kemudian dikatakan kepada orang yang bertaqwa, “Apakah yang telah
diturunkan oleh Tuhanmu? “ mereka menjawab, “Kebaikan”. Bagi orang yang
berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya
kampung akhirat adalah lebih baik. Dan sesungguhnya negeri akhirat pasti lebih
baik. Dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa."

Makna kebahagiaan di dunia dan akhirat yang dijelaskan dalam Al-quran


merupakan penjelasan yang memberi makna bahwa bagaimana kesuksesan dapat
menjadi suatu kenikmatan, yakni ketika seseorang memperoleh surga (mendapat
keridhaan Allah) dan ketika kesuksesan itu berasal dari ketenangan jiwa dan keadilan
antara manusia. Mereka yang berbahagia adalah hamba Allah SWT yang paling banyak
timbangan kebaikannya ketika datang hari perhitungan (yaum al-
hisab). Allah berfirman dalam surah Al - A’raf/7:8
ٰۤ ُ
َ‫ك هُ ُم ۡال ُم ۡفلِح ُۡون‬
َ ‫ول ِٕٮ‬ ‌ُّ ‫َو ۡال َو ۡزنُ يَ ۡو َم ِٕٮ ِذ ۨا ۡل َحـ‬
ِ ‫ق ۚ فَ َم ۡن ثَقُلَ ۡت َم َو‬
‫از ۡينُهٗ فَا‬
“Timbangan pada hari itu (menjadi ukuran) kebenaran. Maka barang siapa berat
timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”

Dengan definisi apapun, ternyata kebahagiaan hanya berarti satu. Kebahagiaan


adalah karena Allah, bersama Allah, dekat dengan Allah, mengenal- Nya dan merasa
memiliki-Nya dalam jiwa dan keseharian kita. Maka berbahagialah, wahai manusia
yang senantiasa melekatkan hatinya, mensandarkan harapannnya hanya kepada Allah
dan tidak mengkhianatinya walaupun dia tengah sendiri. Berbahagialah wahai jiwa-
jiwa yang damai yang tahu bagaimana cara mensyukuri sebuah kebahagiaan dan pandai
berterimakasih selalu kepada sang pemberinya.
B. Makna Kebahagiaan Berdasarkan Kondisi Masa Kini.
Bahagia merupakan suatu kebutuhan, karena bahagia itu dibutuhkan maka
manusia akan mencari bahagia itu dengan sungguh-sunggguh untuk merasakan nilai
kebahagiaan di dalam hidupnya. Dalam kesungguh-sungguhannya untuk meraih
kebahagiaan, manusia akan terjebak di dalam pilihan-pilihan yang ekstrim di dalam
pekerjaannya, karena pandangan seseorang dalam mendefinisikan bahagia tentunya
berbeda-beda bergantung bagaimana pendapat masing-masing individu. Ada orang
yang melihat bahagia secara empiris, artinya bahagia dirasakan seseorang hanya
semata-mata dilihat dari sisi kehidupan nyata berdasar fakta fisik, materi dan kekayaan
yang dimiliki seseorang. Banyak orang yang tidak mampu melihat indahnya kehidupan
ini dan hanya terfokus pada harta benda. Seperti pada era kehidupan modern ini telah
menunjukkan bahwa manusia telah dihantui dengan nilai-nilai materialistik dan budaya
konsumtif dalam pemenuhan hidup bahagia. Dengan kata lain ini merupakan budaya
hedonisme.

Dimana uang menjadi sarana dalam membangun suatu kebahagiaan. Namun


sayangnya mereka justru membalikkan semuannya. Mereka menjual kebahagiaan
hidupnya hanya demi mendapatkan uang dan bukan bagaimana membeli kebahagiaan
hidup dengan uang. Misalnya , memiliki mobil mewah dua kali lipat lebih banyak,
makan keluar lebih sering. Memang menurutnya kegiatan tersebut dapat membuatnya
bahagia, tetapi justru menimbulkan masalah lain yaitu hutang kartu kredit semakin
membengkak dan barang yang dibeli semakin menumpuk. Bukan mendapatkan
kebahagiaan yang diharapkannya tetapi malah menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan
bimbang. Pemikiran seseorang yang seperti itu hanya akan mendapatkan kenikmatan
sesaat di dunia, sehingga apa yang diusahakannya hanya seputar masalah tersebut.
Itulah yang banyak terjadi mengenai cerminan masyarakat saat ini. Dampaknya,
materialisme dapat merampas kesejahteraan, ketenangan dan kualitas hidup kita.
Hiduplah dengan cara sederhana, dan jauhi semua bentuk foya-foya dan pemborosan.
Sebab setiap kali bada diajak berfoya- foya, maka jiwa akan semakin
terhimpit.Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah surah Al-Hajj/22:11,
ۗ ٖ F‫ب ع َٰلى َوجْ ِه‬
‫ ُّد ْنيَا‬F‫ َر ال‬F‫ه خَ ِس‬F َ َ‫ةُ ِۨا ْنقَل‬Fَ‫ابَ ْتهُ فِ ْتن‬F‫ص‬ ْ ‫صابَهٗ َخ ْي ُر‬
َ َ‫ه َواِ ْن ا‬Fۚ ٖ Fِ‫ِۨاط َمَٔـ َّن ب‬ َ َ‫ف فَا ِ ْن ا‬ٍ ۚ ْ‫د هّٰللا َ ع َٰلى َحر‬Fُ ُ‫اس َم ْن يَّ ْعب‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
ْ ُ ْ ٰ ۗ
ُ‫َوا ِخ َرةَ ذلِكَ هُ َو الخ ْس َرانُ ال ُمبِيْن‬ ٰ ‫اْل‬
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi;
maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia
ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di
akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.”
Jadi untuk mencapai suatu kebahagiaan perlu adanya tahapan atau proses
berupa usaha. Kebahagiaan tidak datang secara tiba-tiba, kebanyakan mereka
memperolehnya setelah adanya penderitaan. Mereka mengubah kondisi penderitaan
yang dialaminya dengan penghayatan terhadap kenyataan hidup yang tidak bermakna,
sehingga mereka mampu menemukan hikmah dari penderitaan. Setiap melihat
kesulitan, mereka menjadikannya sebagai pemacu diri untuk mengalahkan kesulitan
tersebut. Berbeda dengan manusia yang selalu risau, setiap kali menjumpai kesulitan
maka ia akan meninggalkannya dan melihatnya sebagai sesuatu yang memberatkan
dirinya. Penyair Inggris, Milton, berata, “Fungsi dan sifat akal itu bisa membuat surga
menjadi neraka dan neraka menjadi surga
C. Bagaimana Agama Dapat Membahagikan Manusia.
1. Definisi Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem yang mengatur
tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia dan manusia dengan
lingkungannya. Agama (Ad-din) diartikan secara bahasa sebagai agama. Adapun arti
sesungguhnya adalah menyembah, menundukkan diri atau memuja.
2. Tujuan Agama
Agama adalah sebagai tatanan Tuhan yang dapat membimbing manusia yang
berakal untuk berusaha mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Selain itu,
agama juga mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar
mendapatkan kebahagiaan untuk dirinya maupun masyarakat yang ada disekitarnya.
3. Peran Agama dalam Meraih Kebahagiaan
Sumber kebahagiaan sejati adalah ketenangan hati atau ketenangan jiwa yang
merupakan suatu anugrah dari Allah SWT yang sangat berharga. Setiap orang pasti
menginginkannya, namun hanya sedikit sekali orang yang mendapatkannya. Allah
telah menjelaskan dalam firman-Nya dalam surah Al- Fath/48:4,
‫ض ۚ َو َكانَ ٱهَّلل ُ َعلِي ًما َح ِكي ًما‬ ِ ‫ب ْٱل ُمْؤ ِمنِينَ لِيَ ْزدَاد ُٓو ۟ا ِإي ٰ َمنًا َّم َع ِإي ٰ َمنِ ِه ْم ۗ َوهَّلِل ِ ُجنُو ُد ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ِ ْ‫ت َوٱَأْلر‬ ِ ‫ى َأن َز َل ٱل َّس ِكينَةَ فِى قُلُو‬
ٓ ‫ه َُو ٱلَّ ِذ‬

“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin


supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).
Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Pada dasarnya kekayaan, keamanan, kesehatan, dan agama adalah pilar


kebahagiaan. Logikanya saat orang tidak punya apa-apa, yang dilanda ketakutan,
kekawatiran, orang yang sakit dan tidak memiliki agama, semua itu tidak akan
mendapatkan kebahagiaan. Mereka semua berada dalam kesengsaraan. Namun perlu
diingat Islam mengajarkan kepada umatnya agar tidak hidup menganggur berpangku
tangan menunggu datangnya kenikmatan. Namun juga melarang umatnya yang hanya
semata-mata bekerja mengejar dunia sampai berlebihan tidak tahu waktu hingga
melupakan akhiratnya. Jalan yang terbaik yang ditempuh Islam adalah hidup penuh
keseimbanganantara dunia dan akhirat, di satu sisi lain manusia mengerjakan untuk
akhiratnya karena pada akhirnya ia akan mati.
Jadi dapat disimpulkan, puncak dari segala kebahagiaan adalah kebahagiaan
akhirat. Kebahagiaan akhirat merupakan titik kebahagiaan terakhir yakni ketika
kehidupan manusia di dunia berganti dengan kehidupan akhirat. Dalam menjalankan
kehidupan disana yang menjadi parameternya bukan harta kekayaan, pangkat dan
jabatan yang tinggi,ataupun ketenangan, tetapi keseluruhan amal yang mendatangkan
keridhaan Allah swt.

Itulah mengapa Agama merupakan unsur penting dalam meraih kebahagiaan


yang hakiki atau kebahagiaan yang sesungguhnya. Agama yang kuat, maka di dalam
diri manusia tertanam sifat-sifat seperti malu (menjaga kehormatan dan kemuliaan),
amanat (bisa dipercaya), shiddiq (benar). Dengan demikian, agama, iman, Islam dan
i’tiqad yang kuat, sudah dapat mencapai bahagia batin dan hubungan yang baik
dengan Allah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Artinya Agama merupakan unsur penting dalam meraih kebahagiaan yang hakiki
atau kebahagiaan yang sesungguhnya. Agama yang kuat, maka di dalam diri manusia
tertanam sifat-sifat seperti malu (menjaga kehormatan dan kemuliaan), amanat (bisa
dipercaya), shiddiq (benar). Dengan demikian, agama, iman, Islam dan i’tiqad yang
kuat, sudah dapat mencapai bahagia batin dan hubungan yang baik dengan Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an.

https://www.uinjkt.ac.id/meraih-kebahagiaan-dunia-dan-akhirat/

Bhanu Wayan Mehrunisa, “Bagaimanakah Konsep Kebahagiaan Menurut Islam?”,


2017, https://www.dictio.id/t/bagaimanakah-konsep-kebahagiaan-menurut-islam/
8316/. Diakses pada 2 desember 2018 pukul 09.34.
Ibid., hlm. 522.

Dr. ‘Aidh Al-Qarni, La Tahzan; Jangan Bersedih!, Terj. Samson Rahman


(Jakarta: Qisthi Press,2016), hlm. 58.

Hedonisme ialah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan


menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak munkin.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hedonisme, diakses pada 6 Januari 2019 pukul
14.29.

Prof. Dr. Hamka, Tasawuf Modern: Bahagia itu dekat dengan kita ada di dalam
diri kita, (Jakarta: Republika Penerbit, 2018) hlm 337

Anda mungkin juga menyukai