Anda di halaman 1dari 5

Tafsir Ayat-Ayat Akidah

Makna Hidup / Falsafah Kebahagiaan


Oleh : Muhamad Firdaus
Pengertian Makna Hidup
Makna hidup adalah hal-hal yang dipandang sangat penting dan berharga serta
diyakini benar sehingga memberikan nilai khusus bagi diri sehingga menjadikannya sebagai
tujuan hidup, apabila berhasil ditemukan dan dipenuhi, maka kehidupannya menjadi berarti
dan menimbulkan perasaan bahagia.
Teori mengenai makna hidup dikenalkan oleh Victor Frankl dengan istilah logoterapi.
Kata logoterapi berasal dari kata logos yang artinya makna (meaning) atau rohani (spiritualy),
dan terapi yang artinya penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi merupakan dimensi
kerohanian pada manusia disamping dimensi ragawi dan kejiwaan. Makna hidup (the
meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) merupakan motivasi
utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningfull life) yang
didambakan.
Makna hidup merupakan sesuatu yang penting dan berharga bagi seorang individu,
apabila seorang berhasil menemukan makna hidup, maka kehidupan ini akan dirasakan
sangat berarti. Makna hidup merupakan hal yang sangat pribadi, sehingga dapat selalu
berubah-ubah sering berjalannya waktu dan perubahan situasi dalam kehidupan individu
tersebut.
Menurut Frankl (Naisaban, 2004), makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap
penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, makna hidup
juga bersifat personal dan unik.
Makna Kehidupan dalam al-Qur’an
Al Qur’an menjelaskan bahwa kehidupan kini bukanlah akan berlalu tanpa akibat
tetapi berlangsung dengan catatan atas semua gerak zahir dan batin yang menentukan nilai
setiap individu untuk kehidupan konkrit nantinya di alam akhirat, dimana kehidupan terpisah
antara yang beriman dan yang kafir untuk selamanya.
Dan berlombalah kepada keampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya sama
dengan luas planet-planet dan Bumi ini dijanjikan untuk para muttaqien. (QS. Ali Imron/133)
Sungguh kami ciptakan manusia itu pada perwujudan yang lebih baik. Kemudian
kami tempatkan dia kepada kerendahan yang lebih rendah. Kecuali orang-orang beriman dan
beramal shaleh, maka untuk mereka upah yang terhingga. QS. At-Tin /4-6)
Dengan keterangan singkat ini, jelaslah bahwa Al Qur’an bukan saja menjelaskan
kenapa adanya hidup kini, tetapi juga memberikan arti hidup serta tujuannya yang harus
dicapai oleh setiap diri.
Ada empat inti dalam al-Qur’an yang menjelaskan kepada kita tentang makna hidup,
Keempat itulah yang menjadi landasan mengapa kita di hidupkan, tujuan kita dihidupkan dan
untuk apa akita hidup. Adapun keempatnya ialah :
1. Hidup adalah Ibadah
Keberadaan kita dunia ini tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Makna
ibadah yang dimaksud tentu saja pengertian ibadah yang benar, bukan berarti hanya shalat,
puasa, zakat, dan haji saja, tetapi ibadah dalam setiap aspek kehidupan kita.
Yang banyak menjadi kekeliruan kita ialah menganggap bekerja dan memperkaya
diri adalah bukan sebuah Ibadah. Memperkaya diri juga adlah sebuah ibadah kepada Allah
SWT. Karena Allah SWT memerintahkan kita untuk berjihad atau berjuang di jalan Allah
dengan harta dan jiwa raga, sebagai mana difirmankan Allah SWT, dalam Surat at-Taubah
ayat 41 yang berbunyi : “ wa jāhidụ bi`amwālikum wa anfusikum fī sabīlillāh, żālikum
khairul lakum ing kuntum ta'lamụn”
Dalam hal ini Allah SWT Berfirman dalam QS Adz Dzaariyaat ayat 56 yang berbunyi
: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
2. Hidup adalah Ujian
Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang berbunyi :

‫َأح َس ُن َع َم اًل ۚ? َو ُه َو الْ َع ِز ُيز‬ ِ َ ‫الَّ ِذ ي خ لَ ق الْ م و ت و ا حْل ي‬


ْ ‫اة ل يَ ْب لُ َو ُك ْم َأيُّ ُك ْم‬ ََ َ َ ْ َ َ َ
‫ور‬
ُ ‫الْ غَ ُف‬

Artinya: " (dialah Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa
di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
3. Kehidupan di Akhirat lebih baik daripada kehidupan di Dunia.
Dalam QS Ali ‘Imran [3]:14, yang berbunyi :

‫ب‬ِ ‫الذ َه‬ َّ ‫اط ِري الْ ُم َق ْن طَ ر ِة ِم َن‬ ِ


ِ َ‫اء و الْ ب نِ ني و الْ َق ن‬ ِ ِ ِ َّ‫يِّ َن لِ لن‬
َ َ َ َ َ ‫الش َه َو ات م َن النِّ َس‬ َّ ‫ب‬ ُّ ‫اس ُح‬
ُّ ‫ك َم تَ اعُ ا حْلَ يَ ِاة‬ ِ َّ ‫َو الْ ِف‬
ُ‫الد ْن يَ ا ۖ? َو اللَّ ه‬ َ ‫ض ِة َو ا خْلَ ْي ِل الْ ُم َس َّو َم ِة َو اَأْل ْن َع ِام َو ا حْلَ ْر ِثۗ? َٰذ ل‬
‫آب‬ِ ‫ِع ْن َد ه ح س ن الْ م‬
َ ُْ ُ ُ
“dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga).“
4. Hidup di dunia hanyalah kehidupan yang sementara.
Dalam QS Al Mu’min [40]:39, Allah berfirman,

َ ُ َ َ َ ُّ ُ‫يَا َق ْو ِم ِإ مَّنَ ا َٰه ِذ ِه ا حْلَ يَ اة‬


ِ‫الد ْن يَ ا َم تَ اعٌ و ِإ َّن ا آْل ِخ ر َة ِه ي َد ار الْ َق ر ار‬
“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan
sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.“

Dan di dalam QS Al Anbiyaa [21]:35 Allah juga menjelaskan bahwa :

َ ُ‫الش ِّر َو ا خْلَ رْيِ فِ ْت نَ ةً ۖ? َو ِإ لَ ْي نَ ا ُت ْر َج ع‬


‫ون‬ َّ ِ‫وك ْم ب‬ ِ ‫س َذ ا ِئ َق ةُ الْ م و‬
ُ ُ‫تۗ? َو َن ْب ل‬ َْ ٍ ‫ُك ُّل َن ْف‬

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu
dikembalikan.“

Makna Kebahagiaan
Menurut KBBI kebahagiaan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan kesenangan,
ketentraman hidup secara lahir dan batin yang maknanya adalah untuk meningkatkan visi
diri.
Sedangkan menurut Al-Ghazali kebahagiaan ini bisa di capai ketika manusia sudah
mampu menundukkan nafsu (yang mana nafsu hewan dan setan pada dirinya) dan mengganti
dengan sifat malaikat (suci). Menurutnya, orang yang memiliki bahagia tertinggi adalah
manusia yang telah terbuka hijabnya terhadap Allah sehingga ia merasa dirinya terkontrol
oleh Allah dimanapun kapanpun.
Seligman mendefinisikan kebahagiaan sebagai keadaan psikologis yang positif
dimana seseorang memiliki emosi positif berupa kepuasaan hidup, pikiran, dan perasaan
positif akan kehidupan yang dijalani nya
Makna Kebahagiaan Dalam Al-Qur’an
Kata kebahagiaan apabila dicarikan padanan katanya di dalam al-Qur‘an memiliki
beberapa padanan seperti kata sa‘adah, ḥasanah, ṭuba, mata‘, surur, falaḥ, fawz, dan faraḥ.
(Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam, hal 82).
Pembahasan mengenai kebahagiaan merupakan hal yang menarik. Sedemikian
menariknya hingga Al-Qur‟an mengungkapkannya dengan beragam kosa kata. Diantaranya
adalah dengan kosa-kata sa‟ida yang terdapat dalam Q.S. Hûd [11]: 105 dan 108. Pada ayat
ini, sa‟îd ditafsirkan departemen Agama RI sebagai “yang berbahagia”, dan su‟idû
ditafsirkan sebagai “orang-orang yang berbahagia”

ٌ ِ‫س ِإ اَّل بِ ِإ ْذ نِ ِه ۚ? فَ ِم ْن ُه ْم َش ِق ٌّي َو َس ع‬


‫يد‬ َّ ِ
ٌ ‫َي ْو َم يَْأ ت اَل تَ َك ل ُم َن ْف‬
“Di kala datang hari itu, tidak ada seorangpun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya;
maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.” (Q.S. Hûd [11]: 105)
Dan di lanjutkan dengan (Q.S. Hûd [11]: 108) yang berbunyi :
۞ ‫ض ِإ اَّل‬ ِ ‫َأم ا الَّ ِذ ين س عِ ُد وا فَ ِف ي ا جْل نَّ ِة خ الِ ِد ين فِ يه ا م ا د ام‬
ُ ‫ات َو اَأْل ْر‬
ُ ‫الس َم َاو‬
َّ ‫ت‬ ََ َ َ َ َ َ ُ َ َّ ‫َو‬
ٍ‫م ا َش اء ر بُّ ك ۖ? ع طَ اءً َغ ي ر جَم ُذ وذ‬
ْ َْ َ َ ََ َ
“Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di
dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain),
sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (Q.S. Hud [11]: 108)

Dalam tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa orang-orang yang diberikan kebahagiaan


oleh Allah, mereka akan masuk surga dan kekal di dalamnya, dari sejak awal selesainya
perhitungan sampai waktu yang tidak terbatas. Kecuali orang-orang yang dikehendaki oleh
Allah untuk ditunda waktunya masuk surga, yaitu orang-orang Mukmin yang banyak berbuat
maksiat. Mereka itu akan berada di neraka sesuai azab yang pantas mereka terima, kemudian
keluar dari situ dan masuk ke dalam surga. Mereka yang berbahagia itu, akan diberi oleh
Tuhanmu karunia yang besar dan kekal di surga, tidak berkurang dan tidak putus-putus.

‫الد ْن يَ ا َح َس نَ ةً َو يِف ا آْل ِخ َر ِة َح َس نَ ةً َو قِ نَ ا‬


ُّ ‫ول َر بَّ نَ ا آتِنَ ا يِف‬
ُ ‫َو ِم ْن ُه ْم َم ْن َي ُق‬
ِ‫اب النَّار‬
َ ‫َع َذ‬
Selain itu, kebahagiaan juga diungkapkan Al-Qur‟an sebagai hasanah, yang meskipun
diterjemahkan oleh Departemen Agama RI sebagai kebaikan, namun dalam penafsirannya
dijelaskan sebagai kebahagiaan. Seperti dalam Q.S. Al-Baqoroh [2]: 201.

Falsafah Kebahagiaan dalam Al- Quran

Arti Falsafah
Penegrtian Falsafah adalah suatu keyakinan terhadap nilai nilai yang menjadi
pedoman dalam mencapai suatu tujuan dan dipakai sebagai pandangan hidup. Sedangkan
definisinya ialah landasan pemikiran yang bersumber kepada kebijakan moral tentang segala
sesuatu hal yang akan dan harus diterapkan dalam praktik (Dahama dan Bhatnagar : 1980)

Konsep Falsafah Kebahagiaan dala al-Quran

Islam mengajarkan kebahagiaan dan kesengsaraan jasmani dan ruhani atau duniawi
dan ukhrawi namun tetap membedakan keduanya. Dalam Islam, seseorang dianjurkan untuk
mengejar kebahagiaan di akhirat, namun diingatkan agar jangan melupakan nasibnya dalam
hidup di dunia ini (lihat QS. Al-Qashash: 77).
Itu berarti memperoleh kebahagiaan akhirat belum tentu dan tidak dengan sendirinya
memperoleh kebahagiaan di dunia. Sebaliknya, orang yang mengalami kebahagiaan di dunia
belum tentu akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Maka manusia didorong mengejar
kedua bentuk kebahagiaan itu, serta berusaha menghindar dari penderitaan azab lahir dan
batin.
Walaupun begitu, banyak pula dijanjikan kehidupan yang bahagia sekaligus di dunia ini dan
di akhirat kelak untuk mereka yang beriman dan berbuat baik. Kehidupan yang bahagia di
dunia menjadi semacam pendahuluan bagi kehidupan yang lebih bahagia di akhirat.
Sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an surah al-Nahl: 97 yang berbunyi:

?ۖ ً‫ُأ ْن ثَ ٰى َو ُه َو ُم ْؤ ِم ٌن َف لَ نُ ْح يِ َي نَّهُ َح يَ اةً طَ يِّ بَ ة‬ ‫ذَ َك ٍر َْأو‬ ‫ص ا حِلًا ِم ْن‬ ِ


َ ‫َم ْن َع م َل‬
‫َم ا َك انُوا َي ْع َم لُ ون‬ ْ ِ‫ب‬
‫َأح َس ِن‬ ْ ‫َو لَ نَ ْج ِز َي َّن ُه ْم‬
‫َأج َر ُه ْم‬

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.”( surah al-Nahl: 97)
Tidak semua kesenangan membawa kebahagiaan. Sudah sering kita temukan fakta-
fakta bahwa orang-orang yang secara umum dianggap bahagia, malah tidak merasa bahagia.
Contohnya artis-artis terkenal yang malah stres karena tidak memiliki kehidupan pribadi
yang normal akibat ketenarannya sendiri, seorang politikus yang malah menjadi sakit jiwa
karena bangkrut akibat kalah kampanye, atau seorang konglomerat kaya raya yang merasa
depresi tidak bahagia karena keluarganya berantakan kurang perhatian dan kasih sayang.
Lebih parahnya lagi, pemenuhan kesenangan untuk mencapai kebahagiaan ini justru
yang alih-alih menjadi salah satu penyebab utama rusaknya moral masyarakat, sehingga
terjadi masalah kecanduan obat-obat terlarang, miras, penyakit sex karena gaya hidup bebas,
pencurian, perampokan, korupsi, pembunuhan, dan tindakan kriminal lain yang dilakukan
demi mendapatkan kebahagiaan, padahal yang diperoleh hanya kesenangan sementara.

Anda mungkin juga menyukai