Artinya: " (dialah Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa
di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
3. Kehidupan di Akhirat lebih baik daripada kehidupan di Dunia.
Dalam QS Ali ‘Imran [3]:14, yang berbunyi :
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu
dikembalikan.“
Makna Kebahagiaan
Menurut KBBI kebahagiaan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan kesenangan,
ketentraman hidup secara lahir dan batin yang maknanya adalah untuk meningkatkan visi
diri.
Sedangkan menurut Al-Ghazali kebahagiaan ini bisa di capai ketika manusia sudah
mampu menundukkan nafsu (yang mana nafsu hewan dan setan pada dirinya) dan mengganti
dengan sifat malaikat (suci). Menurutnya, orang yang memiliki bahagia tertinggi adalah
manusia yang telah terbuka hijabnya terhadap Allah sehingga ia merasa dirinya terkontrol
oleh Allah dimanapun kapanpun.
Seligman mendefinisikan kebahagiaan sebagai keadaan psikologis yang positif
dimana seseorang memiliki emosi positif berupa kepuasaan hidup, pikiran, dan perasaan
positif akan kehidupan yang dijalani nya
Makna Kebahagiaan Dalam Al-Qur’an
Kata kebahagiaan apabila dicarikan padanan katanya di dalam al-Qur‘an memiliki
beberapa padanan seperti kata sa‘adah, ḥasanah, ṭuba, mata‘, surur, falaḥ, fawz, dan faraḥ.
(Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam, hal 82).
Pembahasan mengenai kebahagiaan merupakan hal yang menarik. Sedemikian
menariknya hingga Al-Qur‟an mengungkapkannya dengan beragam kosa kata. Diantaranya
adalah dengan kosa-kata sa‟ida yang terdapat dalam Q.S. Hûd [11]: 105 dan 108. Pada ayat
ini, sa‟îd ditafsirkan departemen Agama RI sebagai “yang berbahagia”, dan su‟idû
ditafsirkan sebagai “orang-orang yang berbahagia”
Arti Falsafah
Penegrtian Falsafah adalah suatu keyakinan terhadap nilai nilai yang menjadi
pedoman dalam mencapai suatu tujuan dan dipakai sebagai pandangan hidup. Sedangkan
definisinya ialah landasan pemikiran yang bersumber kepada kebijakan moral tentang segala
sesuatu hal yang akan dan harus diterapkan dalam praktik (Dahama dan Bhatnagar : 1980)
Islam mengajarkan kebahagiaan dan kesengsaraan jasmani dan ruhani atau duniawi
dan ukhrawi namun tetap membedakan keduanya. Dalam Islam, seseorang dianjurkan untuk
mengejar kebahagiaan di akhirat, namun diingatkan agar jangan melupakan nasibnya dalam
hidup di dunia ini (lihat QS. Al-Qashash: 77).
Itu berarti memperoleh kebahagiaan akhirat belum tentu dan tidak dengan sendirinya
memperoleh kebahagiaan di dunia. Sebaliknya, orang yang mengalami kebahagiaan di dunia
belum tentu akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Maka manusia didorong mengejar
kedua bentuk kebahagiaan itu, serta berusaha menghindar dari penderitaan azab lahir dan
batin.
Walaupun begitu, banyak pula dijanjikan kehidupan yang bahagia sekaligus di dunia ini dan
di akhirat kelak untuk mereka yang beriman dan berbuat baik. Kehidupan yang bahagia di
dunia menjadi semacam pendahuluan bagi kehidupan yang lebih bahagia di akhirat.
Sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an surah al-Nahl: 97 yang berbunyi:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.”( surah al-Nahl: 97)
Tidak semua kesenangan membawa kebahagiaan. Sudah sering kita temukan fakta-
fakta bahwa orang-orang yang secara umum dianggap bahagia, malah tidak merasa bahagia.
Contohnya artis-artis terkenal yang malah stres karena tidak memiliki kehidupan pribadi
yang normal akibat ketenarannya sendiri, seorang politikus yang malah menjadi sakit jiwa
karena bangkrut akibat kalah kampanye, atau seorang konglomerat kaya raya yang merasa
depresi tidak bahagia karena keluarganya berantakan kurang perhatian dan kasih sayang.
Lebih parahnya lagi, pemenuhan kesenangan untuk mencapai kebahagiaan ini justru
yang alih-alih menjadi salah satu penyebab utama rusaknya moral masyarakat, sehingga
terjadi masalah kecanduan obat-obat terlarang, miras, penyakit sex karena gaya hidup bebas,
pencurian, perampokan, korupsi, pembunuhan, dan tindakan kriminal lain yang dilakukan
demi mendapatkan kebahagiaan, padahal yang diperoleh hanya kesenangan sementara.