Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

TEOLOGI ISLAM NUSANTARA


Teologi Islam Nusantara: Sinkretisme Islam dan Budaya Lokal

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teologi Islam Nusantara

Dosen Pengampu: Prof Abdul Jamil, MA

Disusun Oleh:

Muhamad Firdaus

2004016075

PROGRAM STUDI AKIDAH FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Islam, sebagai agama mayoritas masyarakat Indonesia, memiliki hubungan
erat dengan kebudayaan atau tradisi-tradisi lokal di nusantara. Hubungan antara Islam
dengan isu-isu lokal adalah kegairahan yang tidak pernah usai. Hubungan intim antara
keduanya lahir karena kegairahan pengikut Islam yang mengimani agamanya:
shalihun li kulli zaman wa makan—selalu baik untuk setiap waktu dan tempat. Maka
Islam senatiasa dihadirkan dan diajak bersentuhan dengan keanekaragaman konteks
budaya setempat. Dalam ungkapan lain dapat dikatakan bahwa Islam tidak datang ke
sebuah tempat, dan di suatu masa yang hampa budaya. Dalam ranah ini, hubungan
antara Islam dengan anasis-anasir lokal mengikuti model keberlangsungan (al-
namudzat al-tawashuli), ibarat manusia yang turun-temurun lintas generasi, demikian
juga gambaran pertautan yang terjadi antara Islam dengan muatan-muatan lokal di
nusantara.
Upaya pemaknaan memberikan kontribusi yang besar bagi upaya memahami
hakekat Islam Nusantara. Sebagai hakekat, sulit dipahami tanpa mengetahui ciri atau
karakteristiknya. Selanjutnya makna tersebut memberikan pemahaman awal pada
seseorang yang berusaha memahami substansinya. Dengan kata lain, makna Islam
Nusantara berfungsi membuka jalan awal bagi pemahaman seseorang dalam
menggali dan mengkaji pemikiran, pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran Islam
yang mencerminkan dan dipengaruhi oleh kawasan ini.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu Islam Nusantara?
2. Apa itu Teologi Islam Nusantara?
3. Apa itu budaya lokal?
4. Apa hubungan Teologi Islam Nusantara dan Budaya Lokal?

C. Tujuan masalah

1. Mampu mengetahui apa itu Islam Nusantara dan teologinya


2. Mampu mengetahui apa itu budaya lokal
3. Mampu mengetahui hubungan Teologi Islam Nusantara dan Budaya Lokal
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teologi Islam Nusantara

Mengenai Islam Nusantara, ada beberapa definisi arti Islam Nusantara yang
dikemukakan oleh pemikir-pemikir Islam, antara lain: “Islam Nusantara ialah paham dan
praktek keislaman di bumi Nusantara sebagai hasil dialektika antara teks syariat dengan
realitas dan budaya setempat.”1 Pemaknaan senada, “Islam Nusantara adalah Islam yang
khas ala Indonesia, gabungan nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal, budaya,
adat istiadat di tanah air” 2

Definisi pertama ini menunjukkan bahwa secara substantif, Islam Nusantara


merupakan paham Islam dan pengeruhnya yang berlangsung di kawasan Nusantara
sebagai akibat bertemunya antara wahyu dan budaya lokal, sehingga memiliki kandungan
nuansa kearifan lokal (local wisdom).

Sedangkan definisi kedua merupakan Islam yang berkarakter Indonesia, tetapi juga
sebagai hasil dari perpaduan antara nilai-nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi
lokal. Hanya saja, wilayah geraknya dibatasi pada wilayah Indonesia, sehingga lebih
sempit daripada pengertian yang pertama yang menyebut bumi Nusantara. Sayangnya,
dalam sumber-sumber tersebut bumi Nusantara tidak dijelaskan wilayah jangkauannya.

Berdasarkan pertimbangan definisi tersebut, dapat ditegaskan bahwa Islam Nusantara


yang dimaksudkan di sini adalah merupakan model pemikiran, pemahaman, dan
pengamalan ajaran-ajaran Islam yang dikemas melalui budaya maupun tradisi yang
berkembang di wilayah Asia Tenggara. Adapun dari segi komponen keislamannya,
“Ortodoksi Islam Nusantara adalah kalam (teologi) Asy’ariah, fiqh Syafi’i, dan tasawuf
al Ghazali”3

Disamping tiga komponen ini, dapat ditambah tiga komponen lagi untuk
memperkokoh konsep Islam Nusantara, yaitu komponen politik, pendidikan, dan budaya.
Maka objek kajian Islam Nusantara itu setidaknya harus meliputi enam komponen, yaitu

1
Sahal & Aziz, Islam Nusantara; dari Ushul Fiqh hingga konsep Historis (Mizan: 2015), hal. 67
2
Ibid, hal 239
3
Ibid, hal 172
kalam (teologi), fiqh, tasawuf, politik, pendidikan, dan budaya (tradisi). Demikianlah
sekilas pemaknaan Islam Nusantara yang saat ini mendapat perhatian yang cukup besar,
khususnya bagi umat Islam di Indonesia. Perhatian mereka terbelah dalam merespon
kehadiran dan keberadaan Islam Nusantara, sehingga memunculkan kontroversi antara
kelompok yang pro dan kontra.

C. Budaya Lokal

D. Hubungan Teologi Islam Nusantara dan Budaya Lokal


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan :

Otak memiliki dua jenis sel yaitu neuron dan glia, dimana neuron memiliki
fungsi mengangkut informasi dalam bentuk impuls listrik atau yang sering disebut
sebagai potensi aksi, sedangkan glia memiliki fungsi untuk menunjang dan
melindungi neuron. Neuron pada otak juga memiliki jenis asam lemak atau pufa yaitu
asam arakidonat (AA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA) yang bertempat pada sn2
dari molekul fosfogliserida pada membran sel neuron. Otak memiliki bagian utama
yaitu; ventrikel, medula, pons varoli, dan otak tengah atau sering disebut juga dengan
batang otak, otak kecil, talamus, hipotalamuns, dan juga otak besar. Dan pada setiap
bagian otak memiliki fungsi nya masing-masing dan berfungsi bersamaan.

B. SARAN :

Di dalam makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun
penulisannya. Oleh sebab itu, penulis berharap agar kritik dan saran yang dapat
memperbaiki penulisan makalah ini wasalammualaikum wr wb.

Anda mungkin juga menyukai