Kelas : Afi C3 Nim : 2004016075 TEOLOGI JAINISME Nama Jainisme berasal dari bahasa Sanskerta Ji yang artinya menaklukkan. Hal ini diartikan sebagai pelepasan Jain (biksu dan biksuni) melawan hawa nafsu dan indera tubuh untuk mendapatkan pencerahan, kemahatahuan, dan kemurnian jiwa. Jainisme mulai berkembang pada abad ke-7 hingga ke-5 sebelum masehi di lembah Gangga, India Timur. Para penganut Jain percaya bahwa agama ini tidak memiliki pendiri. Adapun, tokoh Jain pertama yang memiliki bukti sejarah adalah Parshvanatha (Parshva), yakni seorang guru dan mendirikan komunitas pengabaian masalah duniawi. Selain itu, ada juga Vardhamana yang dikenal dengan julukan Mahavira (Pahlawan Agung). Ia diyakini sebagai guru terakhir dari pengetahuan, keyakinan, dan nilai praktik yang benar.Kisah Mahavira juga tertulis dalam kitab suci agama Jainisme. Penulisan itu memungkinkan beberapa kesimpulan untuk mengetahui sifat komunitas awal yang ia dirikan. Mahavira dikenal hidup se-zaman dengan Buddha. Ia dikenal sebagai seorang kepala suku dari kelas Ksatria dan di usia ke-30 memutuskan untuk melepas statusnya sebagai pangeran dan menjalani hidup seperti pertapa. Ia bersama para muridnya pun mendirikan komunitas Jain. Diketahui, komunitas berkembang sangat pesat. Saat kematian Mahavira suda ada 14.000 biksu dan 36.000 biksuni.Sementara itu, tujuan agama Jainisme adalah kesempurnaan dan pemurnian sempurna jiwa. Mereka percaya, hal ini bisa terjadi bila jiwa berada dalam keadaan pembebasan abadi (mokas) dari tubuh jasmani. Agama Jainisme sendiri berkembang bersama Hinduisme dan Budha. Mereka menjadi kepercayaan kuno yang masih ada dan menjadi bagian integral kepercayaan di Asia Selatan.