Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KONSEP REZEKI DALAM AL-QUR`AN

Dosen Pengampu : Muhamad Ali Asri Faen, M.Ag

Disusun Oleh:

1. Muhammad Yahya (210602002)


2. Dian Maharani (210602017)

PRODI SOSIOLOGI AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022/2023
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rezeki
Rezeki berasal dari kata (‫ يرزق ْ– رزق‬-ْ ‫ )رزقا‬yang berarti segala sesuatu yang bermanfaat
bagi kehidupan, seperti hujan, nasib, gaji atau upah.1 Hal ini senada dengan makna rezeki
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara
kehidupan yang diberikan Tuhan, seperti makanan, nafkah, pendapatan, keuntungan dan lain
sebagainya.2
Dari segi kebahasaan, asal makna dari Rizq adalah pemberian, baik yang ditentukan
maupun tidak. Allah telah menyediakan bumi sebagai hamparan untuk makhluk- makhluk-
Nya agar memperoleh rezekinya. Allah memerintahkan manusia untuk berusaha mencari
rezeki di berbagai penjuru bumi dan manusia juga di minta untuk berfikir supaya bertambah
maju dalam kehidupannya.3
Beberapa mufassir mengemukakan pendapatnya mengenai arti rezeki, diantaranya
menurut Hamka, rezeki ialah pemberian atau karunia Allah yang diberikan kepada makhluk-
Nya untuk dimanfaatkan dalam kehidupan.4
Menurut Quraish Shihab, rezeki ialah segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, baik
dalam material maupun spiritual.5
Sedangkan menurut Ibnu Khaldun, ia mendefinisikan rezeki yaitu peranan manusia sebagai
pengelola sumber- sumber alam yang telah ditundukkan oleh Allah.6

B. Ayat-Ayat tentang Rezeki


Pembahasan rezeki dalam Al- Qur’an sangatlah banyak dan beragam, maka dari itu,
untuk menghindari penelitian yang terlalu luas pembahasannya, para mufassir
mengklasifikasikan makna rezeki dalam Al- Qur’an kepada beberapa ayat ini, contohnya
(QS. Al-Baqarah [2]: 254, dan Kata razaq didalam bentuk kata kerja didalam al-Qur‟an
disebut 61 kali. Ayat-ayat yang memuat kata itu memberi penjelasan tentang macam macam
rezeki yang dianugrahkan Allah kepada manusia, seperti:

a. Makanan, seperti buah-buahan antara lain di dalam QS. Al-Maidah [5]: 88..
1
Izza Rohman Nahrowi, Agar Rezeki yang Mencarimu, (Jakarta: Zaman, 2014), h. 114
2
Triyana Harsa, Taqdir Manusia dalam Pandangan Hamka, (Banda Aceh: Pena, 2008), h. 69
3
Tim Penyusun Pusat Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Cet ke- 4, h. 747
4
Triyana Harsa, Taqdir Manusia dalam Pandangan Hamka, (Banda Aceh: Pena, 2008), h. 69
5
M. Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 193
6
Mir’atunnisa, Penafsiran Sayyid Qutb terhadap al- Rizq dalam Tafsir Fi Zilal AlQur’an, Skripsi, UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, 2005, h. 48

1
‫ب ِحلٌّ لَّ ُك ْم َۖوطَ َعا ُم ُك ْم ِحلٌّ لَّهُ ْم‬ َ ‫ت َوطَ َعا ُم الَّ ِذي َْن اُ ْوتُوا ْال ِك ٰت‬ ُ ۗ ‫اَ ْليَ ْو َم اُ ِح َّل لَ ُك ُم الطَّي ِّٰب‬
‫ب ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم اِ َذٓا‬ َ ‫ت ِم َن الَّ ِذي َْن اُ ْوتُوا ْال ِك ٰت‬ ُ ‫ص ٰن‬َ ْ‫ت َو ْال ُمح‬ ِ ‫ت ِم َن ْال ُمْؤ ِم ٰن‬ ُ ‫ص ٰن‬ َ ْ‫َۖو ْال ُمح‬
ْ‫ان َو َم ْن يَّ ْكفُر‬ ٍ ۗ ‫ي اَ ْخ َد‬ ْٓ ‫صنِي َْن َغ ْي َر ُم َسافِ ِحي َْن َواَل ُمتَّ ِخ ِذ‬ ِ ْ‫ٰاتَ ْيتُ ُم ْوهُ َّن اُج ُْو َرهُ َّن ُمح‬
‫ان فَقَ ْد َحبِطَ َع َملُهٗ َۖوهُ َو فِى ااْل ٰ ِخ َر ِة ِم َن ْال ٰخ ِس ِري َْن‬ ِ ‫بِااْل ِ ْي َم‬.
Terjemahan
Pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan (sembelihan)
Ahli Kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal bagi mereka. Dan (dihalalkan
bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara
perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga
kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, apabila kamu
membayar maskawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan
bukan untuk menjadikan perempuan piaraan. Barangsiapa kafir setelah beriman, maka
sungguh, sia-sia amal mereka, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.
b. Air yang menghidupkan hewan dan tumbuh-tumbuhan antara lain didalam al-Qur‟an
QS. Yunus [10]: 31

َ ‫ك ال َّس ْم َع َوااْل َب‬ ۤ


‫ْصا َر َو َم ْن ي ُّْخ ِر ُج‬ ِ ْ‫قُلْ َم ْن يَّرْ ُزقُ ُك ْم ِّم َن ال َّس َما ِء َوااْل َر‬
ُ ِ‫ض اَ َّم ْن يَّ ْمل‬
ْ‫ِّت ِم َن ْال َح ِّي َو َم ْن يُّ َدبِّ ُر ااْل َ ْم ۗ َر فَ َسيَقُ ْولُ ْو َن هّٰللا ُ ۚفَقُل‬
َ ‫ت َوي ُْخ ِر ُج ْال َمي‬ ِ ِّ‫ي ِم َن ْال َمي‬ َّ ‫ْال َح‬
‫اَفَاَل تَتَّقُ ْو َن‬
Terjemahan
Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari
langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan
mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala
urusan?” Maka mereka akan menjawab, “Allah.” Maka katakanlah, “Mengapa kamu
tidak bertakwa (kepada-Nya)?”
c. Binatang ternak antara lain QS. Al-Hajj [22]: 28

ٍ ٰ‫لِّيَ ْشهَ ُد ْوا َمنَافِ َع لَهُ ْم َويَ ْذ ُكرُوا ا ْس َم هّٰللا ِ فِ ْٓي اَي ٍَّام َّم ْعلُ ْوم‬
‫ت َع ٰلى َما َر َزقَهُ ْم ِّم ۢ ْن‬
‫س ْالفَقِي َْر‬ َ ‫ط ِع ُموا ْالبَ ۤا ِٕى‬ ْ َ‫ۖ بَ ِه ْي َم ِة ااْل َ ْن َع ۚ ِام فَ ُكلُ ْوا ِم ْنهَا َوا‬
Terjemahan

2
Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mere-ka
menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang
diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya
dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.
d. Istri dan anak-anak, didalam QS. An-Naahl [16]: 72.

‫هّٰللا‬
ً‫اج ُك ْم بَنِي َْن َو َحفَ َدة‬ِ ‫َو ُ َج َع َل لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا َّو َج َع َل لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْز َو‬
‫ت هّٰللا ِ هُ ْم يَ ْكفُر ُْو ۙ َن‬ ِ ۗ ‫َّو َر َزقَ ُك ْم ِّم َن الطَّي ِّٰب‬
ِ َ‫ت اَفَبِ ْالب‬
ِ ‫اط ِل يُْؤ ِمنُ ْو َن َوبِنِ ْع َم‬
Terjemahan
Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu
rezeki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari
nikmat Allah?
e. Hamba sahaya, didalam QS. Ar-Rum [30]: 28

‫ت اَ ْي َمانُ ُك ْم ِّم ْن ُش َر َك ۤا َء فِ ْي َما‬


ْ ‫ب لَ ُك ْم َّمثَاًل ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ۗ ْم هَلْ لَّ ُك ْم ِّم ْن َّما َملَ َك‬ َ ‫ض َر‬ َ
ِ ‫ص ُل ااْل ٰ ٰي‬
‫ت لِقَ ْو ٍم‬ ِّ َ‫ك نُف‬َ ِ‫َر َز ْق ٰن ُك ْم فَا َ ْنتُ ْم فِ ْي ِه َس َو ۤا ٌء تَ َخافُ ْونَهُ ْم َك ِخ ْيفَتِ ُك ْم اَ ْنفُ َس ُك ۗ ْم َك ٰذل‬
‫يَّ ْعقِلُ ْو َن‬
Terjemahan
Dia membuat perumpamaan bagimu dari dirimu sendiri. Apakah (kamu rela
jika) ada di antara hamba sahaya yang kamu miliki, menjadi sekutu bagimu dalam
(memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu, sehingga kamu menjadi setara
dengan mereka dalam hal ini, lalu kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu
takut kepada sesamamu. Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang
mengerti.

C. Kaitan Rezeki dengan Pekerjaan


Banyak orang memaknai rezeki begitu sempit, yaitu sekadar uang atau materi.
Pemahaman yang umum melekat adalah rezeki merupakan hasil kerja seseorang dan
bukanlah pemberian dari Sang Pemilik Rezeki. Ketika kita mendapatkan kesehatan yang
baik, masih bisa menghirup udara dengan bebas, mata masih bisa melihat dengan jernih,
telinga masih bisa mendengar dengan jelas, mulut masih bisa berbicara dengan indah, tangan

3
masih bisa digerakkan, dan kaki masih bisa iayunkan untuk melangkah, seakan semua
kenikmatan itu bukanlah sebuah rezeki.
Bekerja adalah salah satu konsep yang menjadi perhatian dalam Islam. Bekerja
merupakan hal mendasar dalam kehidupan. Hidup manusia dapat berjalan baik jika setiap
orang mau bekerja, baik untuk kepentingan individu ataupun kepentingan sosial.
Ada pula pemahaman masyarakat bahwa peluang tempat untuk mengais rezeki hanya
dengan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sementara pekerjaan selain PNS
bukanlah tempat yang layak untuk mendapatkan rezeki. Ini merupakan pemahaman yang
keliru. Padahal, dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan, 99 pintu rezeki manusia diperoleh
dari berdagang.2
Istilah ‘kerja’ dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk
menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi
hingga sore, terus menerus tidak mengenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan
atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan
masyarakat sekelilingnya serta negara. Dengan kata lain, orang yang berkerja adalah mereka
yang menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat maupun
negara tanpa menyusahkan dan menjadi beban bagi orang lain.8

D. Penafsiran Hamka Ayat-Ayat Tentang Rezeki


Adapun beberapa ayat yang ditafsirkan oleh hamka namun disini saya mengambil 2 (dua)
ayat sbb:
1. Q. S. Al-Baqarah Ayat 22:

‫ض فِ َرا ًشا َّوال َّس َم ۤا َء بِنَ ۤا ًء ۖ َّواَ ْن َز َل ِم َن ال َّس َم ۤا ِء َم ۤا ًء فَا َ ْخ َر َج‬ َ ْ‫الَّ ِذيْ َج َع َل لَ ُك ُم ااْل َر‬
‫ت ِر ْزقًا لَّ ُك ْم ۚ فَاَل تَجْ َعلُ ْوا هّٰلِل ِ اَ ْن َدادًا َّواَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم ْو َن‬
ِ ‫بِ ٖه ِم َن الثَّ َم ٰر‬
“Yang telah menjadikan untuk kamu akan bumi, jadi hamparan...”(pangkal Ayat 22).
Pikirkanlah olehmu, hai manusia, akan ciptaan Tuhamnu. Terbentang luas sehingga
kamu bisa hidup makmur diatas hamprananya itu.“...dan langit sebagai
bangunan...”(tengah ayat 22).Yang dapat dirasakan melihat awannya yang bergerak
diwaktu siang dan bintang
nya yang gemerlap diwaktu malam dan mataharinya yang memberi sinar dan
bulannya yang gemilang cahaya. “...maka keluarlah dengan sebabbnya buah-buahan,

2
http://dbmtr.jabarprov.go.id/1166-2/
8
56380-ID-konsepsi-islam-tentang-kerja-rekonstruks.pdf

4
rezeki bagi kamu...”(tengah ayat 22). Maka pandanglah dan renungkanlah itu semua
sejak dari buminya sampai kepada langitnya, sampai kepada diturunkannya air hujan
menyuburkan bumi itu.
Teratur turunnya hujan menyebabkan subur nya apa yang ditanam, kebun
subur, sawah menjadi, dan hasil tanaman setiap tahun dapatlah diambil buat dimakan.
Pikirkanlah dan renugkanlah itu semuanya, niscaya hati sanubari akan merasa bahwa
tidak ada orang lain yang sekasih, sesayang itu padamu. 3 Dan tidak ada pula
kekuasaan lain yang sanggup berbuat begitu, menyediakan tempat diam bagimu,
menyediakan air dan menumpahakan bahan makanan yang boleh dikatakan tidak
membayar. Sehingga jika terlambat hujan turun dari jangka yang terbiasa, tidaklah
ada kekuatan lain yang sanggup mencepatkan datangnya.10
“...maka janganlah kamu adakan bagi Allah sekutu-sekutu, padah kamu
mengetahui.”(ujung ayat 22). Tentu kalau telah kamu pakaikan pikiranmu,
mengetahuilah kamu bahwa Yang Maha Kuasa hanyalah Dia sendiri. Yang
menyediakan bumi buat kamu hanya Dia sendirinya, yang menurunkan hujan,
menumbuhkan dan menghasilakan buah-buahan untuk makananmu hanya Dia
sendirinya.
Sebab itu tidaklah pantas kamu buatkan untuk Dia sekutu yang lain. Padahal
kamu sendiri merasa bahwa tidak yang lain itu berkuasa. Yang lain itu cumalah kamu
bikin-bikin aja.
Ayat ini akan diikuti lagi oleh banyak ayat yang lain, yang nadanya menyeru
dan membangkitakn perhatian manusia terhadap alam yang berada disekelilingnya.
Ayat ini telah menunjukkan kehidupan kita diatas bumi yang subur ini, menyambung
keturunan dari nenek moyang kita.11
Dikatakan disini bahwa bumi adalah hamparan, artinya disediakan dan
dikembangkan laksana mengembangkan permadani, dengan serba-serbi
keseluruhannya. Dan diatas kita terbentanglah langit lazuard, laksana satu bangunan
besar. Diatas langit itu terdapat matahari, bulan, bintang, dan awan gumawan dan
angin yang berhembus sejuk. Lalu diterangkan pula bahwa kesuburan bumi karena
diturunkannya hujan dari langit, artinya dari atas.

3
Hamka, Tafsir Al-Azhar (jakarta; Pustaka Panjimas, 1983), Juz I. h. 148
10
Hamka, Tafsir Al-Azhar (jakarta; Pustaka Panjimas, 1983), Juz I. h. 148
11
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2983). Juz I. h. 148.

5
Ayat ini menyuruh renungkan kepada kita, bahwasanya semuanya itu pasti ada
yang menciptakan, itulah Allah. Tak mungkin ada kekuasaan lain yang dapat
membuat aturan setertib dan seteratur ini. Sebab itu maka datanglah ujung ayat
mengatakan tidakalah patutu kita menyembah kepada tuhan yang lain, selain Allah.
Kamu sudah tahu bahwa yang menghamparkan bumi dan membangun langit,
lalu menurunkan hujan itu tidak dicampuri oleh kekuasaan yang lain.
Ayat ini menegsakan tentang Tauhid Rububiyah, yaitu Dia yang menjadikan
bumi sebagai hamparan, menjadikan langit sabagai bangunan, dan Dia yang
menurunkan hujan, sehingga tumbuhlah tumbuhan untuk rezeki bagi kamu. Ini adalah
Tauhid Rububiyah. Oleh sebab itu janganlah disekutukan Allah dengan yang lain:
itulah Tauhid Uluhiyah. Maka pelajaran Tauhid didapat langsung dari melihat alam.4
2. Q. S. An-Naml ayat 64:

ْ‫ض َءاِ ٰلهٌ َّم َع هّٰللا ِ ۗقُل‬ ۤ َ ‫اَ َّم ْن يَّ ْب َدُؤ ا ْال َخ ْل‬
ِ ۗ ْ‫ق ثُ َّم ي ُِع ْي ُد ٗه َو َم ْن يَّرْ ُزقُ ُك ْم ِّم َن ال َّس َما ِء َوااْل َر‬
ٰ ‫هَاتُ ْوا بُرْ هَانَ ُك ْم اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
‫ص ِدقِي َْن‬
“Atau, siapakah yang memulai penciptaan kemudian mengulanginya?”
(pangkal ayat 64). Memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali, tidak ada
yang dapat berbuat demikian hanya Allah dengan segala qudrat iradat-Nya. Tanah
yang tadinya hidup, karena kekurangnan air bisa mati. Tetapi kalau air adatng kembali
dengan teratur, diapun kan hidup kembali. Rumput-rumput dapat sangat subur
dimusim hujan dan hangus terbakar dan licin tandas kalau kemarau tlah datang. Kelak
kalu musim hujan datang kembali, diapin hidup kembali. Biji magga yang kering
yang kita kira tlah mati, hidup kembali setelah dia ditanamkan keatas pemukaan bumi.
Nanti setelah dia berbuah dan daging buah itu dimakan, tinggal bijinya, biji itu akan
keliatan mati, namun dia bisa hidup pula. Banyak keajaiban dimuka bumi ini
dijadikan tuhan Cuma karena telah biasa di liahat, tidak kita perhatikan lagi. Padahal
keajaibannya tidaklah habishabis kalau kita perhatikan.5
“Dan siapakah yang memberimu rezeki dari langit dan bumi?”Dari langit
turunlah air, dan dari bumi datanglah sambutan dengan kesuburan, tumbuhlah segala
keperluan hidup, sejak dari makanan dan pakaian, sampai kepada binatang ternak.

4
Hamka, Tafsir Al-Azhar ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 2983). Juz I. h. 149.
5
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta; Pustaka Panjimas, 1983), Juz 10. h. 10.
14
Hamka, Tafsir Al-Azhar (jakarta; Pustaka Panjimas, 1983), Juz 10. h. Juz 20

6
Semuanya rezeki yang diberikan Allah. Dan dari dalam bumi itu sendiri dapatlah
dikeluarkan berbagai logam, berbagai alat keperluan hidup, teruma minyak dan bensin
yang menjadi penggerak hidup dunia dizaman sekarang. Menurut hasil penyelidikan
sarjana, kekayaan minyak dan bensin itu telah terpendam dibawah perut bumi sejak
jutaan tahun yang telah lalu, untuk dipakai oleh manusia zaman sekarang. Belum pula
rezeki yang terpendam didalam dasar laut.14

7
PENUTUP
A.Kesimpulan
Rezeki adalah segala bentuk yang Allah berikan kepada makhluk baik yang ditentukan
maupun tidak, baik yang menyangkut makan perut maupun yanng berhubungan dengan
kekuasaan. Dan rezeki menurut Hamka, rezeki itu ada dalam berbagai macam karunia yang
diberikan Allah kepada hamba-Nya. Dan sumber rezeki menurut Hamka ialah hanya Allah
semata. Karena semua berasal dari Allah oleh karena itu manusia harus meminta dan
menyembah hanya kepadanya. Selain itu manusia juga diperingatkan untuk selalu
mensyukuri segala pemberian dan rezeki dari Allah.
Kemudian menjelaskan juga bagaimana cara agar rezeki kita dipermudahkan oleh Allah
yaitu dengan cara bertaqwa dan berserah diri kepada Allah SWT, dan juga memperbanyak
istighfar mmohon ampun kepada sang pemberi rezeki yaitu Allah, dan juga Allah menyuruh
kita untuk selalu menginfakkan harta dan juga mensykuri segala bentuk nikmat yang Allah
berikan.
B.Saran
Segala daya dan upaya telah penulis lakukan untuk menjelaskan dan mengungkapkan
pnafsiran Hamka tentang ayat-ayat rezeki dalam al-Qur‟an, namun penulis sadar bahwa
sebuah penelitian tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karenanya, selalu ada
celah yang bisa dimanfaatkan untuk peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji lebih dalam
terkait tema ini dengan metode atau pendekatan yang berbeda.

8
DAFTAR PUSTAKA
M. Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 193
Mir’atunnisa,Penafsiran Sayyid Qutb terhadap al- Rizq dalam Tafsir Fi Zilal AlQur’an,
Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2005, h. 48
Abdul Aziz, Khabib, Implikasi Nilai- Nilai Ibadah Puasa Terhadap Pendidikan Karakter;
Studi tentang Puasa dalam Kitab al- fiqh al- Islam wa Adillatuhu Karya Prof. Dr.
Wahbah Az- Zuhaili, Skripsi, Program Sarjana, UIN Walisongo, Semarang, 2015
Ahmad Nurhidayatullah
Habib , Konsep Rezeki menurut Hamka, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2015
Aisyah
Umi,v54r “Konsep Rezeki dalam Al-Qur’an, Kajian terhadap Tafsir al- Qurthubi”, Skripsi,
IIQ Jakarta, 2015 Ali, Atabik, dkk, Kamus Kontemporer Arab Indonesia,
Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1987
Tasmara, Toto, 1995. Etos Kerja Pribadi Muslim, Cetakan Kedua. Jakarta: Dana Bhakti
Wakaf
Asy’arie, Musa, 1997. Islam: Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat,
Cetakan Kesatu. Yogyakarta: LESFI
Abdussalam Yusuf. Bertanya Tuhan Tentang Rezeki. Ygoyakarta: Media Insani, 2004

Anda mungkin juga menyukai