Anda di halaman 1dari 12

Tugas struktur Dosen Pengampu

Pendidikan Akhlak Bapa Emroni, Drs, M.Ag

BAIK DAN BURUK

Disusun oleh kelompok 2 :

Muhamad Iqbal 200101100056

Risda Rokhmania Nur Hikma 200101100218

Sinta 210101100660

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI TADRIS FISIKA

BANJARMASIN

2022

1
BAB Ⅰ

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perbuatan manusia selalu terkait dengan nilai atau norma. Perbuatan itu dapat
dinilai baik atau buruk. Namun demikian, baik buruknya perbuatan itu bukan tergantung
dari perbuatan itu sendiri, melainkan suatu penilaian yang sematkan oleh manusia kepada
sebuah perbuatan itu. Karena itu, predikat baik buruknya perbuatan sifatnya relatif, tidak
mutlak. Hal itu disebabkan adanya perbedaan tolak ukur atau indikator yang digunakan
untuk penilaian tersebut. Perbedaan tolak ukur disebabkan oleh adanya perbedaan latar
belakang konteks pemikiran yang bersumber dari perbedaan-perbedaan kepercayaan,
agama, ideologis, tradisi, budaya, lingkungan, dan lainnya. Dalam Islam, baik buruk tidak
ditentukan oleh akal atau pertimbangan lain, tetapi berdasarkan apa yang ditetapkan Allah
sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Saw. Umat Islam
wajib terikat kepada kedua sumber tersebut dalam memberi penialaian suatu perbuatan
dikatan baik atau buruk.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari akhlak Baik dan Buruk ?
2. Apa itu Akhlak Baik?
3. Apa itu Akhlak Buruk?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian Akhlak Baik dan Buruk
2. Mengetaui Akhlak Baik
3. Mengetahui Akhlak Buruk

2
BAB Ⅱ

PEMBAHASAN

A. Pengertian baik dan buruk


Istilah baik dan buruk menurut Hadi Podo (2007: 99) dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, baik memiliki makna sesuatu yang elok, patut, dan teratur sedangkan kebaikan
merupakan sifat-sifat baik atau perbuatan baik. Istilah buruk dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007: 141) memiliki makna rusak dan jelek, sedangkan istilah keburukan
memiliki makna sifat-sifat buruk atau perbuatan buruk. Istilah baik dan buruk menurut
Mahmud Yunus (2007: 123) dalam bahasa Arab disebut dengan khayr dan hasanah yang
mengandung arti “yang baik”, sedangan itsm dan sayyi’ah mengandung arti “dosa”
menurut Mahmud Yunus (2007: 34). Jadi dapat kita simpulkan secara etimologi, baik
adalah hal yang mengandung keindahan, ketaatan, kebajikan dalam diri kita yang
berhubungan antara manusia dengan Tuhan maupun sesama manusia dalam menjalankan
kehidupan. Sedangkan buruk merupakan kebalikan dari segala sesuatu yang baik. 1
Baik dan buruk merupakan dua sisi kehidupan manusia secara universal, yang
selalu hadir secara bergantian, meski yang diinginkan manusia adalah sisi yang baik
ataukebaikan selamanya, dan tidak ingin mendapatkan yang buruk atau keburukan
selamanya (Hasbuan, Syah, & Marzuki, 2018). Aristoteles dalam karyanya berjudul
Ethicha, mengatakan, bahwa semua manusia selalu mengejar yang baik, dan setiap tujuan
adalah sesuatu yang baik dan setiap hal yang baik adalah tujuan. (Athoullah Ahmad:1995).

B. Akhlak Baik

‫ االخالق الحسنه‬artinya perilaku yang baik, seperti tersebut dalam hadits Nabi Muhammad
SAW., ‫ البر حسن الخلق‬Artinya : kebaikan itu adalah baik budi pekerti. (HR. Turmuzi).

Beberapa istilah yang berkaitan dengan baik, misalnya: al-hasanah, thayyibah,


khairah, karimah, mahmudah, , dan al-birr yaitu :

1
Riana cahaya purnama, PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN TAIMIYAH,
(Jakarta: 2017) hal.15

3
1. Al-Hasanah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan sesuatu yang
disukai atau di pandang baik. Selanjutnya beliau membagi hasanah itu kepada tiga
bagian, yaitu dari segi akal, hawa nafsu dan pancaindera. Yang termasuk hasanah
misalnya keuntungan, kelapangan rezeki dan kemenangan.

‫ا‬ ‫ا‬
َ‫َم ْن َجآءَ اِب ْْلَ َسنَة فَلَهٗ َخ ْير مْنه‬
Artinya: Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya
(pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu (QS. al Qashash: 84).

2. At-Thoyyibah khusus digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang memberi


kelezatan kepada panca indra dan jiwa, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal
dan sebagainya.

‫لسْل ٰوى ۗ ُكلُوا امن طَياٰب ا‬


ۗ ‫ت َما َرَزقْ ٰن ُك ْم‬ َّ ‫َوظَلَّْلنَا َعلَْي ُک ُم الْغَ َما َم َواَ نْ َزلْنَا َعلَْي ُك ُم الْ َم َّن َوا‬
ْ ْ
ۤ
‫َوَما ظَلَ ُم ْو َن َوٰل اك ْن َكا نُ ْوا اَنْ ُف َس ُه ْم يَظْلا ُم ْو َن‬
Artinya : “ Kami turunkan kepadamu manna dan salwa. Makanlah dari makanan
yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu “ (QS. al-Baqarah: 57).

3. Khairan itu digunakan untuk menunjukan sesuatu yang baik oleh seluruh umat
manusia, seperti berakal, adil, keutamaan dan segala sesuatu yang bermanfaat.

‫ع َخ ْ ًيا ۗ فَاا َّن ٰاللَ َشا كارر َعلاْي رم‬


َ ‫َوَم ْن تَطََّو‬
Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati,
maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui “
(QS. al-Baqarah: 158).

4. Karimah digunakan untuk menunjukan pada perbuatan dan akhlak yang terpuji
yang ditampakan dalam kenyataan hidup sehari-hari.

ۤ ۤ ۤ
‫ك اَ ََّّل تَ ْعبُ ُد ْوا ااََّّل اا ََّّيهُ َواِب لْ َوا لا َديْ ان اا ْح َسا ًن ۗ ااَّما يَْب لُغَ َّن اعْن َد َك الْ اك َََب اَ َح ُد ُُهَا اَْو‬ َ ُّ‫وقَضٰى َرب‬
ٍّ ُ‫كا ٰلهما فَ ََل تَ ُقل ََّّلم ۤا ا‬
‫ف َّوََّل تَ ْن َه ْرُُهَا َوقُ ْل ََّّلَُما قَ ْوًَّل َك ارْْيًا‬ َُ ْ َُ

4
Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”. (Qs. Al-Isra:23)

5. Mahmudah digunakan untuk menunjukan suatu yang utama sebagai akibat dari
melakukan sesuatu yang disukai Allah swt
ۤ ‫ا‬
‫ك َم َقا ًما ََّّْم ُم ْوًدا‬ ‫ب‬
‫ر‬
ُّ ‫ك‬ ‫ث‬ ‫ع‬
َ َ َ ََ ْ ‫ب‬ ‫ي‬
َّ ‫ن‬
ْ ‫ا‬
َ ‫ى‬‫س‬ٰ َ َّ‫َوام َن الَّْي ال فَتَ َه َّج ْد باهٗ َن فلَةً ل‬
‫ك ۗ َع‬
Artinya : “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat
kamu ke tempat yang terpuji “ (QS. al-Isra: 79).
6. Al-birr digunakan untuk menunjukan pada upaya memperluas atau memperbanyak
melakukan perbuatan yang baik. Kata tersebut terkadang digunakan sebagai sifat
Allah, maka maksudnya adalah bahwa Allah memberikan balasan pahala yang
besar, dan jika digunakan untuk manusia, maka yang dimaksud adalah
ketaatannya.2

Ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk berbuat baik, di antarannya :

a. Karena bujukan atau ancaman dari manusia lain.


b. Mengharap pujian atau karena takut mendapat cela.
c. Karena kebaikan dirinya (dorongan hati nurani).
d. Mengharap pahala dan surga
e. Mengharap pujiaan dan takut azab Tuhan
f. Mengharap ridho Allah semata3

2
Ira suryani,2021, Studi Akidah Akhlak Tentang Nilai Baik Dan Buruk, Journal Islam & Contemporary
Issues. 1(1), hal.40
3
Muhammad Hasbi, Akhlak Tasawuf, (Yogyakarta: TrustMedia Publishing:2020 ), hal.72

5
Akhlak yang baik merupakan sifat-sifat atau tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma
atau ajaran Islam. Akhlak yang baik dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Taat Lahir
Kelahiran yang patuh berarti melakukan semua perbuatan baik yang
diperintahkan oleh Allah, termasuk berbuat baik kepada sesama untuk orang-
orang dan lingkungan dan dikerjakan oleh diri sendiri.
Ada beberapa perbuatan yang disebut dengan taat lahir :
a. Tobat, dikatagorikan sebagai taat lahir di lihat dari sikap dan tingkah laku
seseorang. Namun sifat penyesalan merupakan taat batin.
b. Amar makruf dan nahi munkar adalah perbuatan yang dilakukan manusia
untuk menjalankan kebaikan dengan meninggalkan kemaksiatan dan
kemungkaran.
c. Syukur adalah berterimah kasih terhadap nikmat yang telah dianugrahkan
Allah kepada manusia dan seluruh makhluknya.
2. Taat Bhatin
Taat batin adalah segala sifat yang baik dan terpuji yang dilakukan oleh
anggota batin (hati).
a. Tawakkal yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam
menghadapi, mananti dan menungu hasil pekerjaan.
b. Sabar terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu sabar beribadah,
menanggung musibah yang menimpanya, sabar dengan kehidupan dunia,
sabar dengan maksiat dan sabar dalam pertempuran. Landasannya adalah
iman bahwa semua yang ada di depan adalah ujian dan cobaan dari
Tuhan.
c. Qana’ah yaitu merasa cukup dan rela dengan pemberian yang
dianugrahkan oleh Allah. Disebut dengan Qana’ah apabila meliputi
beberapa hal berikut:
1. Menerima dengan rela akan apa yang ada.
2. Memohon kepada Tuhan tambahan yang pantas dan ikhtiar.
3. Menerima dengan sabar akan ketentuan Tuhan.
4. Bertawakal kepada Tuhan.

6
5. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.4

Keistimewaan memiliki akhlak baik dapat meningkatkan wibawa, mendapat


kehormatan dimasyarakat, banyak disenangi sesamanya, mudah mendapat
perlindungan, mendapat ketentraman dan kebahagiaan hati karena akhlak baik sesuai
dengan fitrah manusia yang menyukai kebaikan. Melalui akhlak baik (terpuji ) derajat
manusia di sisi Allah akan semakin meningkat karena hanya dengan kebaikan (ihsan)
seseorang dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah dan terhindar dari hukuman
yang bersifat manusiawi. 5

C. Akhlak Buruk

‫ اَّلخلق السيئه‬،‫اَّلخلق القبيحه‬, perilaku jelek, sebagaimana firman Allah :

‫ب النَّا ار ۗ ُه ْم فاْي َها ٰخلا ُد ْو َن‬ ‫ح‬


ٰ ‫ص‬ ‫ا‬
َ ‫ك‬
َ ‫ب ٰلى من َكسب سيائَةً َّواَحا طَت باهٗ خ اط ۤي ئَتُهٗ فَاُ وٰلٓئا‬
ُ ْ ْ َ ْ َ َ َ َ َْ َ
Artinya: “ Barangsiapa berbuat kejelekan (dosa) dan ia telah diliputi oleh dosanya,
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (QS. Al-Baqarah; 81)

Menurut Al-Ghazali membedakan mengenai keburukan akhlak, ada beberapa hal yaitu:
1. Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang mengendalikan
nafsunya, sehingga pelakunya disebut al-jahil.
2. Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa meninggalkannya
karena nafsunya sudah menguasai dirinya, sehingga pelakunya disebut al-jahil al-
dhollu.
3. Keburukan akhlak yang dilakukan seseorang, karena pengertian baik baginya sudah
kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya baik. Maka pelaku disebut
al-jahil al-dhollu al-fasiq. Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap
masyarakat padanya, sedangkan tidak terdapat tanda – tanda bagi pelakunya,

4
Muhammad Hasbi, Akhlak Tasawuf, (Yogyakarta: TrustMedia Publishing:2020 ), hal. 77-80
5
Hafid Rustiawan, PERSPEKTIF TENTANG MAKNA BAIK DAN BURUK, Jurnal Pendidikan Agama
Islam, Vol.6, No.2,2019.hal. 134

7
kecuali hanya kekhawatiran akan menimbulkan pengorbanan lebih hebat lagi.
Orang yang melakukannya disebut aljahil al-dhollu al-fasiq al-Syarir.

Menurut Al-Ghazali ada 4 hal yang mendorong manusia melakukan perbuatan


tercela (maksiat), di antaranya:
1. Dunia dan isinya, yaitu berbagai hal yang bersifat marerial (harta dan
kedudukan) yang ingin dimiliki manusia sebagai kebutuhan dalam
melangsungkan hidupnya (agar bahagia).
2. Manusia selain mendatangkan kebaikan, manusia dapat juga mangakibatkan
keburukan, seperti istri, anak karena kecintaannya kepada mereka, misalnya
dapat melalaikan manusia dari kewajibannya terhadap Allah dan terhadap
sesama.
3. Setan (iblis). Setan adalah musuh manusia yang paling nyata, ia menggoda
manusia melalui batinnya untuk berbuat jahat dan menjauhi Tuhan.
4. Nafsu. Nafsu ada kalanya baik (muthmainah) dan ada kalanya buruk (amarah),
akan tetapi nafsu cenderung mengarah keburukan. 6

Pada dasarnya sifat dan perbuatan yang buruk dapat di bagi menjadi dua bagian,
yaitu:
1. Maksiat Lahir
Maksiat yaitu pelanggaran oleh orang yang balig berakal (mukallaf), karena
melakukan perbuatan yang dilarang dan meninggalkan pekerjaan yang
diwajibkan oleh syariat islam, Maksiat lahir dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu:
a. Maksiat lisan, seperti berkata-kata yang tidak memberikan manfaat,
berlebih-lebihan dalam percakapan, berbicara hal yang batil, berdebat
dan berbantah yang hanya mencari menangnya sendiri tanpa
menghormati orang lain, berkata kotor, mencaci-maki atau
mengucapkan kata laknat kepada manusia, binatang maupun kepada

6
Suhayib, Studi Akhlak, (Yogyakarta: KALEMIDEA : 2016). Hal. 8-10

8
benda-benda lainnya, meghina, menertawakan, atau merendahkan
orang lain, berkata dusta, dan lain sebagainya.
b. Maksiat telinga, seperti menguping pembicaraan orang lain,
mendengarkan orang mengumpat mendengarkan orang berbicara
mendengar lagu atau suara yang dapat melalaikan ibadah kepada Allah.
c. Maksiat mata seperti melihat aurat wanita yang bukan mahramnya,
melihat aurat laki-laki yang bukan mahrimnya, memandang orang lain
dengan gayanya untuk membenci, melihat kejahatan tanpa berfikir
penyesalan terhadap nahi munkar.
d. Maksiat tangan, seperti penggunaan tangan untuk mencuri,
menggunakan tangan untuk merampas barang orang lain, menggunakan
tangan untuk mengurangi timbangan.

Dikatakan bahwa maksiat lahiriah karena dilakukan dengan cara eksternal yang
menyebabkan kekacauan dalam masyarakat dan tentunya sangat berbahaya dalam
keamanan dan ketertiban umum seperti pencurian dan perampokan, pembunuhan,
perkelahian (akibat fitnah, adu domba).

2. Maksiat batin

Maksiat batin lebih berbahaya dibandingkan dengan maksiat lahir, karena


tidak terlihat dan lebih sukar dihilangkan. Selama maksiat batin belum dilenyapkan,
maksiat lahir tidak bisa dihindarkan dari manusia.

Maksiat batin berasal dari dalam hati manusia atau digerakkan oleh tabiat
hati. Sedangkan hati memiliki sifat yang tidak tetap, terbolak-balik, berubah-ubah,
sesuai dengan keadaan atau sesuatu yang mempengaruhinya. Hati terkadang baik,
simpati dan kasih sayang, tetapi disaat lainnya hati terkadang jahat, pendendam,
syirik dan sebagainnya.

Beberapa contoh penyakit batin (akhlak tercela) adalah:

a. Marah (ghadab), dapat dikatakan seperti nyala api yang terpendam di


dalam hati sebagai salah satu hasil godaan setan terhadap manusia. Islam

9
menganjurkan orang yang marah agar berwudhu (menyiram api
kemarahan dengan air).
b. Dengki (hasad), penyakit hati yang ditimbulkan kebencian, iri hati dan
ambisi. Islam melarang sikap dengki.
c. Sombong (takabur), perasaan yang terdapat di dalam hati seseorang,
bahwa dirinya hebat dan mempunyai kelebihan. 7

Dampak memiliki akhlak buruk untuk diri sendiri yaitu merendahkan diri sendiri,
sulit bergaul dengan sesamanya (karena kurang diterima), sering mendapat hukuman yang
bersifat manusiawi (seperti dipenjara dan dicambuk), kurang kehormatan (harga diri) yang
dimilikinya serta buruk namaya di tengah masyarakat. Yang lebih jauh lagi, Secara batin
menyebabkan individu tersebut menjadi jauh dengan Tuhan karena perbuatan tersebut
telah menyalahi aturan yang telah digariskan oleh Allah. 8

7
Muhammad Hasbi, Akhlak Tasawuf, (Yogyakarta: TrustMedia Publishing:2020 ), hal.83
8
Hafid Rustiawan, PERSPEKTIF TENTANG MAKNA BAIK DAN BURUK, Jurnal Pendidikan Agama
Islam, Vol.6, No.2,2019.hal. 134

10
BAB Ⅲ

PENUTUP

A. Kesimpulan
Baik dan buruk merupakan dua sisi kehidupan manusia secara universal, yang
selalu hadir secara bergantian, meski yang diinginkan manusia adalah sisi yang baik
atau kebaikan selamanya, dan tidak ingin mendapatkan yang buruk atau keburukan
selamanya (Hasbuan, Syah, & Marzuki, 2018).

Khairan itu digunakan untuk menunjukan sesuatu yang baik oleh seluruh umat
manusia, seperti berakal, adil, keutamaan dan segala sesuatu yang bermanfaat. Kata
tersebut terkadang digunakan sebagai sifat Allah, maka maksudnya adalah bahwa
Allah memberikan balasan pahala yang besar, dan jika digunakan untuk manusia, maka
yang dimaksud adalah ketaatannya.

Menurut Al-Ghazali keburukan merupakan Keburukan akhlak yang dilakukan


seseorang, karena pengertian baik baginya sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah
yang dianggapnya baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Suryani Ira , Studi Akidah Akhlak Tentang Nilai Baik Dan Buruk, Journal Islam & Contemporary
Issues. 1(1), (2021)

Hasbi Muhammad, (2020) Akhlak Tasawuf, (Yogyakarta: TrustMedia Publishing)

Purnama Riana cahaya, (2017) PERBUATAN BAIK DAN BURUK MANUSIA MENURUT IBN
TAIMIYAH, (Jakarta:)

Rustiawan Hafid, PERSPEKTIF TENTANG MAKNA BAIK DAN BURUK, Jurnal Pendidikan
Agama Islam, Vol.6, No.2,(2019).

Suhayib, (2016 ), Studi Akhlak, (Yogyakarta: KALEMIDEA )

12

Anda mungkin juga menyukai