Anda di halaman 1dari 18

ISLAM MENGHARGAI AMAL KEBAIKAN DAN MELARANG

KEBURUKAN

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Studi Qur’an & Hadits

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Burhan Djamaludin, MA.

Oleh :
Khoirul Anwar NIM: 198610800039
A. Nizar NIM: 198610800038

PASCA SARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SIDOARJO
2019
TEMA :
ISLAM MENGHARGAI AMAL KEBAIKAN DAN SEBALIKYA

A. Ayat al qur’an bicara tentang Kebaikan dan sebaliknya (Keburukan)


Islam merupakan al-diin atau agama yang ramah mengajak semua manusia untuk
bahagia di dunia dan akhirat. Agama yang menebar rahmat seluruh alam, mengajak
manusia untuk selalu berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan. Tuntunan menjadi
muslim yang benar pastinya dengan berpegang teguh pada al-qur’an dan al-hadits, berikut
akan kami sajikan beberapa ayat yang memiliki arti kebaikan dan keburukan.

1. Ingat kebaikan yang kita terima dari Allah!

َْ‫َّْللاُْ ِإلَيْك‬
‫سنَ ه‬ َ ْ‫ِنْ َك َماْأَح‬
ْْ ‫َوأَحْ س‬

“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah Berbuat baik
kepadamu” (Al-Qashas: 77)1

Allah menggugah hati kita untuk berbuat baik dengan mengingat, bahwa setiap hari
Allah selalu mencurahkan kebaikan untuk kita.
Sejak mata ini terbuka di pagi hari sampai malamnya , Allah selalu memberi kebaikan berupa
udara yang segar, kekuatan untuk bangun, kemampuan untuk melihat dan semua pemberian
yang mustahil dapat kita hitung.

2. Kebaikan itu berbeda dengan keburukan

Allah menekankan bahwa kebaikan itu jauh berbeda dengan keburukan. Sekecil
apapun kebaikan itu, tetaplah jauh di atas keburukan. Seperti dalam Firman-Nya:

َ ْْ‫ِيْأَح‬
ْ‫س ُن‬ َ ‫سيِئَةُْا ْدفَ ْعْبِالهتِيْه‬ َ ُ‫سنَة‬
‫ْو ََلْال ه‬ ْ ‫َو ََلْت َ ْست َ ِو‬
َ ‫يْال َح‬
“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik” (Fushshilat: 34).

1
Al-Quran yang digunakan dalam penulisan ini adalah yang diterbitkan oleh Departemen agama RI,
Al-Quran dan terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2009).
Walau terkadang keburukan itu tampak indah di mata, begitu menarik hati, tetaplah kebaikan
jauh lebih baik. Bahkan kebaikan sekecil apapun tetaplah kebaikan dan keburukan sebanyak
apapun tetaplah buruk.

ِ ‫ْال َخبِيثِْفَاتهقُواَّْْللاَْ َياْأ ُ ْو ِليْاأل َ ْل َبا‬


َْ‫بْلَْ َعله ُك ْمْت ُ ْف ِل ُحون‬ ْ ُ ‫ْولَ ْوْأ َ ْع َج َبكَ ْ َكثْ َرة‬
َ ‫ب‬ ‫ْو ه‬
ُ ِ‫الطي‬ ْ ‫قُلَْلهْ َي ْست َ ِو‬
ُ ِ‫يْال َخب‬
َ ‫يث‬

Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun
banyaknya keburukan itu menarik hatimu” (Al-Ma’idah: 100).

3. Allah menjanjikan balasan yang lebih besar

Kita tidak hanya disuruh untuk mengingat kebaikan dari Allah dan meyakini:
bahwa kebaikan tidak sama dengan keburukan tapi Allah juga menjanjikan sesuatu untuk
memotivasi seseorang agar selalu berbuat baik.

َْ‫َلْ َماْ َكانُواْيَ ْع َملُون‬


ْ ‫سيِئ َاتِْإِ ه‬ َ ْ َ‫سيِئ َ ِةْفَ ََلْيُجْ زَ ىْالهذِين‬
‫ع ِملُواْال ه‬ َ ‫َمنْ َجاءْبِ ْال َح‬
ِ ‫سنَ ِةْفَلَهُْ َخي ٌْر‬
َ ‫ْم ْن َه‬
‫اْو َمنْ َجاءْبِال ه‬

“Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat


(pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa datang dengan
(membawa) keburukan, maka orang-orang yang telah mengerjakan keburukan itu
hanya diberi balasan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Al-
Qashas: 84).

Kebaikan yang kita lakukan tidak akan menguap hilang sia-sia. Allah berjanji bagi
siapa yang mau berbuat baik, dia akan membalasnya dengan yang lebih baik. Dan kalimat
“lebih baik” apabila bersumber dari Allah, sungguh kita tak akan mampu
membayangkannya.
4. Ayat tentang tiga kebaikan dan tiga keburukan

Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa ada satu ayat yang disebut oleh Rasulullah saw
sebagai ayat yang mencakup seluruh kebaikan dan keburukan. Ayat ini sering kita dengar dalam
khutbah Jum’at, Allah berfirman,2
ُ ‫ان َوإِيتَاء ذِي القُربَى َويَن َهى ع َِن الفَحشَاء َوال ُمنك َِر َوالبَغي ِ يَ ِع‬
‫ظكُم لَعَلَّكُم‬ ِ ‫س‬َ ‫اإلح‬ ّ َّ‫إِن‬
ِ ‫للاَ يَأ ُم ُر ِبالعَد ِل َو‬
َ‫تَذَك َُّرون‬
“Sesungguhnya Allah Menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
bantuan kepada kerabat, dan Dia Melarang (melakukan) perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia Memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.” (QS.an-Nahl:90).

Dalam ayat ini, Allah memberi tiga perintah kebaikan dan tiga larangan keburukan.

Tiga perintah kebaikan itu adalah :

1. Berbuat adil (‫)العدل‬


Berbuat adil adalah memperlakukan manusia sebagaimana mestinya dan memberikan
hak-hak mereka dengan tepat. Sebagian yang lain mengartikan keadilan adalah
“meletakkan sesuatu pada tempatnya.”

2. Berbuat ihsan (‫)اإلحسان‬


Al-ihsan adalah perbuatan yang mencakup seluruh kebaikan. Singkatnya, orang yang
berbuat baik adalah seorang yang menyumbangkan tenaga, harta atau apapun yang ia
miliki untuk jalan kebaikan.

3. Membantu orang lain (yang ditekankan disini adalah berbuat baik pada
kerabat terdekat) (‫)وإيتاء ذي القربى‬

2
https://khazanahalquran.com/satu-ayat-yang-mencakup-seluruh-kebaikan-dan-
keburukan.html, 07/10/2019 pukul 12.26 WIB
Membantu orang lain adalah bagian dari al-ihsan (kebaikan), tapi poin ini disebutkan
secara khusus karena begitu besarnya kemuliaan dan keagungan membantu orang
lain.

Dan tiga larangan keburukan dalam ayat ini adalah :

1. Perbuatan keji (‫)الفحشاء‬


Perbuatan keji itu seperti zina, homoseksual, meminum khamr, berjudi, berdusta dan
lain sebagainya. Dan yang paling menonjol adalah perbuatan zina,

ً ِ‫سب‬
‫يل‬ َ ‫احشَةً َو‬
َ ‫سا َء‬ ِ َ‫الزنَا إِنَّهُ كَانَ ف‬
ّ ِ ‫َو َل تَق َربُوا‬
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan
suatu jalan yang buruk.” (QS.al-Isra’:32)

2. Kemunkaran (‫)المنكر‬
Perbuatan munkar adalah seluruh perbuatan yang melanggar atau menyalahi akal dan
syariat.

3. Permusuhan (‫)البغي‬
Yang dimaksud al-baghyu adalah perbuatan menyerang atau menyakiti manusia
dengan perkataan ataupun perbuatan. Dan Allah sangat membenci perbuatan ini
karena orang yang melakukannya sedang merampas hak Allah dan hak manusia
sekaligus.
Kemudian Allah menutup ayat ini dengan firman-Nya, “Dia Memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
Yakni Allah dengan tiga perintah dan larangan diatas, Allah ingin menjadikan
manusia menjadi orang-orang yang bersih dan bertakwa. Karena itulah ayat ini
disebut sebagai ayat yang mencakup seluruh kebaikan dan keburukan.
5. Kebaikan itu luas cakupannya, bukan sekedar sholat menghadap ke ka’bah

‫ال ِخ ِر‬ ‫ب َو ٰل ِك َّن البِ َّر َمن ٰا َم َن بِ ه‬


ٰ ‫اّٰللِ َواليَو ِم‬ ِ ‫س البِ َّر أَن ت ُ َولُّوا ُو ُجو َهكُم قِبَ َل ال َمش ِر‬
ِ ‫ق َوال َمغ ِر‬ َ ‫لَي‬
َّ ‫ب َوالنَّ ِب ّٖيّ َۚ َن َو ٰاتَى ال َما َل ع َٰلى ُح ِبّ ّٖه ذَ ِوى القُر ٰبى َوال َي ٰت ٰمى َوال َم ٰس ِكي َن َواب َن ال‬
‫س ِبي ِۙ ِل‬ ِ ‫َوال َم ٰلئِ َك ِة َوال ِك ٰت‬
‫ص ِب ِري َن‬ ‫الز ٰكو َۚةَ َوال ُموفُو َن ِب َعه ِد ِهم ِإذَا عَا َهدُو َۚا َوال ه‬ َّ ‫ص ٰلوةَ َو ٰاتَى‬َّ ‫ب َوأَقَا َم ال‬ِ َۚ ‫الرقَا‬
ّ ِ ‫سائِ ِلي َن َوفِى‬ َّ ‫َوال‬
ٰ ُ ‫ص َدقُو ِۗا َوأ‬
.‫ول ِئكَ ُه ُم ال ُمتَّقُو َن‬ ٰ ُ‫س أ‬
َ ‫ول ِئكَ الَّذِي َن‬ ِۗ ِ ‫اء َو ِحي َن ال َبأ‬ ِ ‫ض َّر‬ َّ ‫اء َوال‬ ِ ‫س‬َ ‫ِفى ال َبأ‬

"Bukanlah kebaikan bahwa kamu menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan


Barat, tetapi yang sebenarnya kebaikan ialah yang beriman kepada Allah swt. dan
Hari Kemudian dan malaikat-malaikat dan Kitab dan nabi-nabi, dan memberikan
harta atas kecintaan kepada-Nya, kepada kaum kerabat, dan anak-anak yatim, dan
orang-orang miskin, dan orang musafir, dan mereka yang meminta sedekah dan
untuk memerdekakan hamba sahaya; dan orang-orang yang mendirikan shalat dan
membayar zakat; dan orang-orang yang menepati janji mereka bila mereka
berjanji, dan mereka yang sabar dalam kesusahan dan kesengsaraan, dan tabah
dalam masa perang; merekalah orang-orang yang benar dan merekalah orang-
orang yang bertakwa. (Q.S.al-Baqarah 2:177).

Semenjak Allah memerintahkan orang-orang Islam untuk memindahkan arah kiblat


dari Baitulmakdis ke Ka’bah di Makkah, terjadi kegaduhan dan ketegangan di antara
sebagian ahlulkitab dengan sebagian orang Islam, dikarenakan adanya anggapan dari
Ahlulkitab bahwa shalat yang dilakukan tidak menghadap ke Baitulmakdis tidak sah.
Sementara orang Islam beranggapan lain, shalat yang diterima oleh Allah hanyalah shalat
yang dilakukan dengan menghadap ke Ka’bah di Masjidil Haram (kiblat Nabi Ibrahim as).3

Ayat 177 ini menjelaskan kepada mereka bahwa apa yang mereka lakukan, dengan
hanya menghadapkan diri ke arah timur dan barat bukanlah merupakan kebajikan, karena
menghadap ke arah timur dan barat bukanlah perbuatan yang sulit yang membutuhkan suatu
perjuangan. Ada tuntunan yang memerlukan perjuangan yaitu bagaimana memperoleh
ketakwaan dan ketaatan serta iman yang sempurna, dan di sanalah ditemukan kebajikan yang
sejati.

Menurut riwayat dari Qatadah, ayat ini turun karena orang-orang Yahudi beribadah
menghadap ke arah barat, sedangkan orang-orang Nasrani menghadap ke arah timur. Setiap

3
Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim, I/208
golongan dari mereka menganggap bahwa golongannya yang benar dan yang berbakti di
jalan Allah serta melakukan kebajikan, sementara golongan yang lain dianggapnya
melakukan kesalahan dan tidak berbakti atau tidak berbuat kebajikan. Sehubungan dengan
itu, turunlah ayat ini memberi bantahan terhadap anggapan mereka.4

Kata ‘al-birr’ dalam ayat tersebut berarti ash-shidq wa ath-tha’ah (kebenaran dan
ketaatan), yaitu suatu penamaan terhadap semua kebaikan, semua ketaatan dan pendekatan
diri kepada Allah.5 Sebagian ahli bahasa menyebutkan bahwa kata al-birr berasal dari “al-
barr” yang berarti “daratan, lawan dari “lautan” yang menggambarkan keluasan, sehingga
memberi arti keluasan dalam berbuat kebaikan. (Ar-Razi, At-tafsir Al-kabir, V/33). Al-barr
tidak hanya dinisbahkan kepada perbuatan manusia, tetapi juga kepada Allah seperti
tercantum pada Qs Ath-Thur [52]: 28

Dialah Yang Maha Melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang (Qs Ath-Thur [52]:
28).

B. Hadits Tentang motivasi untuk berbuat baik dan menjauhi keburukan

Ribuan hadits dan riwayat membicarakan kebaikan dan keburukan, beberapa hadits yang
akan penulis sajikan di bawah ini

1. Hadits Ibnu ‘Abbas ; Allah mencatat amal kebaikan dan keburukan

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim rahimahumallah dalam kitabnya “Al-
Jaami’ Ash-Shahiih”:6

ْ‫ع هز‬َْ ْ‫ْر ِب ِه‬َ ‫ع ْن‬ َ ْ‫ْ ِفي َماْ َي ْر ِوي‬،‫سله َم‬ َ ‫ْو‬ َ ُْ‫صلهىْهللا‬
َ ‫علَ ْي ِه‬ َ ِْ‫ع ِنْالنه ِبي‬ َ ْ،‫ع ْن ُه َما‬ ‫ي ه‬
َ ُْ‫َّْللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ْر‬َ ‫هاس‬ ٍ ‫ع ِنْاب ِْنْ َعب‬ َ
ْ‫سنَةٍْفَلَ ْمَْْي ْع َم ْل َهاْ َكتَبَ َها‬
َ ‫ْفَ َم ْنْ َه همْبِ َح‬،‫س ِيئَاتِْث ُ همْبَيهنَ ْذَ ِل َك‬‫ِْوال ه‬ َ ‫سنَات‬ َ ‫بْال َح‬ ‫ْ«إِ هن ه‬:‫ْقَا َل‬:‫َو َج هلْقَا َل‬
َ َ ‫َّْللاَْ َكت‬
ْ‫ْمائ َ ِة‬ِ ِ‫سبْع‬َ ْ‫تْ ِإلَى‬ ٍْ ‫سنَا‬ َ ‫ع ْش َرْ َح‬ ‫ْفَإ ِ ْنْ ُه َوْ َه همْ ِب َهاْفَ َع ِملَ َهاْ َكتَ َب َه ه‬،ً‫املَة‬
َ ُْ‫اَّْللاُْلَهُْ ِع ْندَه‬ ِ ‫سنَةًْ َك‬
َ ‫َّللاُْلَهُْ ِع ْندَهُْ َح‬
‫ه‬

4
. Ibn Jurair, Tafsir At-thabari, II/94
5
Ibn Manzhur, Lisan Al-Arab, IV/51, Lihat: Al-Qurthubiy, Tafsir Al-Qurthubiy (Al-Jami’ li
Ahkam Al-Quran), II/238
6
Imam muslim, shahih bukhari
ْ‫ْفَإ ِ ْنْ ُه َو‬،ً‫املَة‬
ِ ‫سنَةًْ َك‬ ‫س ِيئَةٍْفَلَ ْمْيَ ْع َم ْل َهاْ َكتَبَ َهاْ ه‬
َ ‫َّللاُْلَهُْ ِع ْندَهُْ َح‬ َ ‫ْو َم ْنْ َه همْ ِب‬،ٍ
َ ‫يرة‬ َ ِ‫ض َعافٍ ْ َكث‬ ْ َ ‫ض ْعفٍ ْ ِإلَىْأ‬ ِ
»ً ‫احدَْة‬
ِ ‫ْو‬َ ً‫س ِيئَة‬
َ ُْ‫اَّْللاُْلَه‬
‫َه همْ ِب َهاْفَ َع ِملَ َهاْ َكتَ َب َه ه‬

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang
beliau riwayatkan dari rabbnya (hadis qudsi) azza wa jalla berfirman, yang beliau
sabdakan: "Allah menulis kebaikan dan kejahatan," selanjutnya beliau jelaskan:
"Siapa yang berniat kebaikan lantas tidak jadi ia amalkan, Allah mencatat satu
kebaikan di sisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat lantas ia amalkan, Allah
mencatatnya sepuluh kebaikan, bahkan hingga dilipat-gandakan tujuh ratus kali,
bahkan lipat-ganda yang tidak terbatas, sebaliknya barangsiapa yang berniat
melakukan kejahatan kemudian tidak jadi ia amalkan, Allah menulis satu kebaikan
disisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat kejahatan dan jadi ia lakukan, Allah
menulisnya sebagai satu kejahatan saja."

Nama lengkapnya Abdullah bin ‘Abbas bin Abdul Muthalib Al-Qurasyiy Al-Haasyimiy, Abu
Al-‘Abbas Al-Madaniy. Beliau adalah anak paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ia digelari “Al-Bahr” dan “Al-Habr” karena keluasan ilmunya. Salah seroang sahabat yang
paling banyak meriwayatkan hadits, dan salah seorang “Al-‘Abaadilah” yang ahli fiqhi dari
kalangan sahabat. Beliau wafat pada tahun 68 hijriyah di Thaif dalam usianya yang ke 71
atau 72 tahun.
Ibnu'Abbas radhiallahu 'anhuma berkata "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memelukku ke
dada beliau seraya berdo'a:

»َ‫ُْالح ْك َم ْة‬ َ ْ‫«الله ُه هم‬


ِ ‫ع ِل ْمه‬
"Ya Allah, ajarkanlah anak ini hikmah".
Dalam riwayat lain; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdo'a:

َ ْ‫«الله ُه هم‬
َْ َ ‫ع ِل ْمهُْال ِكت‬
]‫اب»ْ[صحيحْالبخاري‬

" Ya Allah, ajarkanlah dia Al Kitab (al-Qur'an) ". [Sahih Bukhari]

Dalam riwayat lain; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdoa;

َْ ‫ع ِل ْمهُْالتهأ ْ ِوي‬
]‫ْصحيح‬:‫ل»ْ[مسندْأحمد‬ َ ‫ْو‬، ِ ‫«الله ُه همْفَ ِق ْههُْ ِفيْالد‬
َ ‫ِين‬
“Ya Allah fahamkanlah ia terhadap agama dan ajarilah ia ta`wil (penafsiran)."
[Musnad Ahmad: Sahih].
2. Berniat melakukan suatu kebaikan kemudian ia lalai dan meninggalkannya,
maka dicatat untuknya satu pahala kebaikan atas niatnya.

Dari Khuraim bin Fatik Al-Asadiy radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:

َ ً‫سنَة‬
ْ‫ْو َم ْن‬، َ ‫تْلَهُْ َح‬ ْ َ‫ْ ُك ِتب‬،‫ع َل ْي َها‬
َ ْ‫ص‬ َ ‫ْفَعَ ِل َمْهللاُْأَنههُْقَدْْأ َ ْشعَ َرهَاْقَ ْلبَه‬،‫سنَةٍْفَلَ ْمْ َي ْع َم ْل َها‬
َ ‫ْو َح َر‬،ُ َ ‫َو َم ْنْ َه همْبِ َح‬
ْ ‫سنَةًْ َكان‬
ْ‫َت‬ َ ‫ع ِم َلْ َح‬ َ ‫ع َل ْي ِه‬
َ ْ‫ْو َم ْن‬، َ ْ‫ف‬ْ ‫ع‬ َ ُ ‫ْولَ ْمْت‬
َ ‫ضا‬ َ ً ‫احدَة‬
ِ ‫ْو‬ َ ‫ت‬ ْ َ‫ع ِملَ َهاْ ُك ِتب‬ َ ‫ع َل ْي ِه‬
َ ْ‫ْو َم ْن‬، َ ْ ْ‫س ِيئَةٍْلَ ْمْت ُ ْكتَب‬
َ ‫َه همْ ِب‬
]‫ْحسن‬:‫لَهُْ ِب َع ْش ِرْأ َ ْمثَا ِل َهاْ[مسندْأحمد‬
"Dan barangsiapa yang bertekad untuk berbuat kebaikan, namun ia tidak
melakukannya, kemudian Allah mengetahui bahwa hatinya telah memiliki keinginan
keras untuk melakukan amalan tersebut, maka Allah akan menuliskannya sebagai
amalan kebaikan. Dan barangsiapa yang bertekat untuk melakukan kejahatan, maka
hal itu belum ditulis sebagai suatu keburukan, dan siapa yang melakukannya, baru
akan ditulis baginya satu keburukan dan keburukan itu tidaklah dilipat-gandakan.
Dan barangsiapa yang beramal kebaikan, maka kebaikan itu akan dilipatgandakan
baginya menjadi sepuluh kebaikan”. [Musnad Ahmad: Hasan]

3. Berniat melakukan satu kebaikan dan telah berusahan semampunya namun


tidak terlaksana karena ada halangan, maka dicatat untuknya pahala amalan
tersebut secara sempurna.

Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah
bersabda:

َ ْ‫ُْمثْلُْ َماْ َكانَ ْ َي ْع َملُْ ُم ِقي ًما‬


]‫ص ِحي ًحا»ْ[صحيحْالبخاري‬ ِ ‫بْلَه‬ َ ْ‫ْأ َ ْو‬،ُ‫ضْالعَ ْبد‬
َ ِ‫ْ ُكت‬،‫سافَ َر‬ َ ‫«إِذَاْ َم ِر‬
"Jika seorang hamba sakit atau bepergian (dan tidak bisa melaksanakan ibadah
rutinnya), maka ditulis baginya pahala seperti ketika dia beramal saat muqim dan
dalam keadaan sehat". [Sahih Bukhari]

Dalam riwayat lain; Abu Musa berkata: Saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam tidak hanya sekali atau dua kali, beliau bersabda:

َ ‫بْلَهُْ َك‬
ْ َ‫صا ِلحِْ َماْ َكان‬ َ ْ‫ْأَ ْو‬،‫ض‬
َ ِ‫ْ ُكت‬،‫سفَ ٌر‬ َ ُْ‫شغَلَه‬
ٌ ‫ع ْنهُْ َم َر‬ َ َ‫ْف‬،‫صا ِل ًحا‬ ْ َ‫«إِذَاْ َكان‬
َ ْ‫ْالعَ ْبد ُْ َي ْع َملُْ َع َم ًَل‬
]‫ْحسن‬:‫ص ِحي ٌحْ ُم ِقي ٌْم»ْ[سننْأبيْداود‬ َ ْ‫ْو ُه َو‬،َُ ‫يَ ْع َمل‬
"Apabila seorang hamba melakukan amal shalih, kemudian ia terhalang oleh suatu
penyakit atau suatu perjalanan maka tercatat baginya seperti amalan shalih yang
pernah ia lakukan dalam keadaan sehat dan muqim." [Sunan Abu Daud: Hasan]
Dari Abu Ad-Dardaa' radhiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:

ْ‫بْلَهُْ َْماْن ََوى‬ ْ َ ‫يْمنَ ْالله ْي ِلْفَغَلَ َبتْهُْ َع ْينَاهُْ َحتهىْأ‬


َ ِ‫ص َب َحْ ُكت‬ ِ ‫ص ِل‬ َ ُ‫شه َُْو ُه َوْ َي ْن ِويْأ َ ْنْيَق‬
َ ُ‫ومْي‬ َ ‫« َم ْنْأَتَىْفِ َرا‬
َ ‫ع هز‬
ْ‫ْو َج ه‬
]‫ْصحيح‬:‫ل»ْ[سننْالنسائي‬ َ ‫ْم ْن‬
َ ْ‫ْر ِب ِه‬ َ ًْ‫صدَقَة‬
ِ ‫علَ ْي ِه‬ َ ُْ‫َو َكانَ ْن َْو ُمه‬

Barangsiapa yang beranjak ke tempat tidurnya dengan niat akan bangun untuk salat
malam kemudian ia dikalahkan oleh matanya (ketiduran) sampai subuh maka telah
dicatat untuknya apa yang telah ia niatkan dan tidurnya tersebut adalah sedekah dari
Rabb-nya 'azza wajalla. [Sunan An-Nasa'i: Sahih]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

َ ْ‫ع هزْ ِمثْلَْأَجْ ِرْ َم ْن‬


ْ‫ص هَلهَا‬ َ ‫َّْللاُْ َج هل‬
َ ‫ْو‬ َ ‫صله ْواْأ َ ْع‬
‫ط اه ُ ه‬ َ ْْ‫اسْقَد‬
َ ‫ْرا َحْفَ َو َجدَْالنه‬ َ ‫ْث ُ هم‬،ُ‫ضو َءه‬ُ ‫ْو‬ ُ َ‫سن‬َ ْ‫« َم ْنْت ََوضهأَْفَأَح‬
]‫ْصححهْاأللباني‬:‫ش ْيئًا»ْ[سننْأبيْداود‬ َ ْ‫ْم ْنْأَجْ ِر ِه ْم‬ ِ َ‫صْذَلِك‬ ُ ُ‫َاَْلْيَ ْنق‬
َ ‫ض َره‬ َ ‫َو َح‬

Barang siapa yang berwudhu dan memperbaiki wudhunya kemudian pergi ke masjid
dan mendapati orang-orang telah selesai salat maka Allah 'azza wa jalla memberinya
pahala seperti pahala orang yang hadir salat jama'ah tanpa mengurangi dari pahala
mereka sedikitpun. [Sunan Abu Daud: Sahih]

4. Berniat melakukan kebaikan dan berhasil melakukannya, maka dicatat


untuknya pahala amalan tersebut secara sempurna dan dilipat gandakan.

Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

َ ‫اْوأ َ ِزيد‬
‫ْو َم ْنْ َجا َءْ ِبال ه‬،ُ
َْ َ‫س ِيئ َ ِةْف‬
ُْ‫جزَ ا ُؤه‬ َ ‫ع ْش ُرْأَ ْمثَا ِل َه‬ َ ‫ْ َم ْنْ َجا َءْ ِب ْال َح‬:‫ْو َج هل‬
َ ُْ‫سنَ ِةْفَلَه‬ َ ُْ‫"ْيَقُولُْهللا‬
َ ‫ع هز‬
]‫ْمثْلُ َهاْأَ ْوْأ َ ْغ ِف ُرْ"ْ[صحيحْمسلم‬ ِ ٌ‫سِْيئَة‬
َ
Allah azza wa jalla berfirman: "Barang siapa berbuat kebaikan, maka baginya
sepuluh kebaikan yang semisalnya dan terkadang Aku tambahkan lagi. Dan
Barangsiapa yang berbuat keburukan, maka balasannya adalah keburukan yang
serupa atau Aku mengampuninya. [Sahih Muslim].

5. Berniat melakukan keburukan dan berhasil melakukannya, maka dicatat


baginya satu dosa yang setimpal dengan keburukannya.

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi


wasallam bersabda:
ْ:‫اص‬
ُ ‫ص‬ َ ‫سِْيئَةٍْ َكانَ ْزَْلَفَ َه‬
َ ‫ْو َكانَ ْبَ ْعدَْذَِْل َكْال ِق‬،‫ا‬ َ ْ‫ل‬ ْ‫ع ْن ْهُْ ُك ه‬ ُ ‫"ْ ِإذَاْأ َ ْسلَ َمْال َع ْبد ُْفَ َح‬
‫ْيُ َك ِف ُر ه‬،ُ‫سنَ ْ ِإ ْسَلَ ُمه‬
َ ُْ‫َّْللا‬
‫سِْيئَ ْةُْ ِب ِمْثْ ِل َهاْ ِإ هَل ْْأ َ ْنْ َيت َ َج َاوزَ ه‬
ْ‫َّْللاُْ َعْْن َهاْ"ْ[صحيح‬ ‫ْوال ه‬، َ ٍ‫ْض ْعف‬ ِ ‫ْمائ َ ِة‬
ِ ِ‫سبْع‬َ ْ‫سنَةُْ ِب َع ْش ِرْأ َ ْمثَا ِل َهاْ ِإلَى‬
َ ‫ال َح‬
]‫البخاري‬

“Jika seorang hamba masuk Islam kemudian baik keislamannya maka Allah
menghapuskan darinya semua dosa yang telah ia lakukan, kemudian setelah itu adalah
qishash: Satu kebaikan diganjar dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali, dan
satu keburukan diganjar dengan satu keburukan yang setimpal kecuali jika Allah
memaafkannya”. [Sahih Bukhari].

C. Analisa kata keburukan dan kebaikan dalam Al quran

Secara bahasa/etimologi kata hasanah berasal dari kata hasana yang artinya
adalah baik,bagus, cantik, yang bentuk masdarnya hasanatan artinya kebaikan.7 Dan
sayyi’ah berasal dari kata saa’a yang artinya jelek, jahat, buruk.8 Kemudian berubah
menjadi Sayyi’ah artinya kesalahan, dosa, kekeliruan. Dalam kamus kontemporer arab
Indonesia, kata hasanah diartikan anugerah, kebaikan, perbuatan baik, keistimewaan,
keutamaan. Dan sayyi’ah adalah kesalahan, kekeliruan, dosa, (perbuatan) tidak
baik/buruk.

Jika ditinjau dari segi istilah/terminology makna kata hasanah adalah tindakan
kebajikan (amal salih) yang secara simbolik akan ditempatkan di atas timbangan untuk
memutuskan keselamatan seseorang pada hari pengadilan akhirat. Dalam hal ini Ibn
Ataillah berkata: “Janganlah menuntut pembalasan (pahala) atas suatu perbuatan baik
karena pemilik kebajikan yang sebenarnya adalah bukan dirimu, sedang kedudukan
engkau semata wakil Allah. Cukuplah bagimu jika perbuatanmu tersebut diterima di sisi-
Nya”. Sedangkan sayyi’ah adalah sesuatu yang tidak baik, tidak seperti yang seharusnya,
dan tidak sempurna dalam kualitas, di bawah standar, kurang dalam nilai, tidak dapat di
setujui, dan perbuatan yang tidak sesuai dengan norma di masyarakat. Jadi buruk adalah
sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik dan tidak disukai kehadirannya.

7
A. Warson Munawwir, Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya : Pustaka Progresif,
1997). hlm. 265
8
Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Multi Karya
Grafika: 2003. hlm.1031
Al-Qur’an mengkategorikan kepada perbuatan baik dengan kata al salih, al birr,
al ma’ruf, al khair, dan al hasan. Sedangkan untuk perbuatan buruk dengan kata
fahisyah, fasid, munkar dan al su’u. Masing-masing dari kata baik dan buruk di atas
dalam Al-Qur’an mempunyai arti yang spesifik salah satunya adalah hasanah dan
sayyiah.kata hasanah muncul berdekatan dengan anti tesisnya sayyiah. Kata hasanah
dalam Al-Qur’an sebanyak 160 ayat dalam 48 surat, sedangkan kata sayyiah dalam Al-
Qur’an sebanyak 151 ayat dalam 45 surat. Sedangkan kata hasanah dan sayyiah yang
digandengkan keduanya dalam penyebutan terdapat 13 ayat dalam Al-Qur’an diantaranya
dalam surat Ali Imran ayat 120, surat An-Nisa ayat 78,79, surat Al-An’am ayat 160, surat
Al-A’raf ayat 95, 131 dan 168, surat Ar-Ra’du ayat 6 dan 22, surat An-Naml ayat 46,
surat AlQashash ayat 54 dan 84, dan surat Fushshilat ayat 34.9

Kata hasanah juga terkait erat dengan nilai etis atau dalam Islam disebut juga
akhlak. Meskipun tidak menyebut istilah Akhlak (akhlaq) secara eksplisit, selain bentuk
tunggalnya khuluq, Al-Qur’an berkali-kali menyebutkan konsep yang berkaitan dengan
kualitas mental dan perilaku manusia, seperti; khair, birr, salih, ma’ruf, hasan, qist,
sayyi’ah dan fasad.10

Hasanah adalah tindakan kebajikan (amal salih) yang secara simbolik akan
ditempatkan di atas timbangan untuk memutuskan keselamatan seseorang pada hari
pengadilan akhirat. Dalam hal ini Ibn Ataillah berkata: “Janganlah menuntut pembalasan
(pahala) atas suatu perbuatan baik karena pemilik kebajikan yang sebenarnya adalah
bukan dirimu, sedang kedudukan engkau semata wakil Allah. Cukuplah bagimu jika
perbuatanmu tersebut diterima di sisi-Nya”.11

Selain itu, pembahasan tentang hasanah dan sayyi’ah ini mempunyai dimensi
tauhid di dalamnya ada misteri takdir, kehendak dan perbuatan Allah, kebijaksanaan dan
keadilan-Nya, kekuasaan dan kasih sayang-Nya, perbuatan dan sikap hamba kepada-Nya.
hal ini bila dikaitkan dengan surah an-Nisa ayat 78 yang berbunyi:

9
Muhmmad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al Mufahros li alfadzi al-Quranul Karim(Beirut: Dar
Al-Ma’rifah), hlm. 615-616.
10
Affandi Muchtar, “Akhlak”, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam 3(Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2002 ), hlm. 325.
11
Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam Ringkas, terj. Ghufron A. Mas’adi (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1999), hlm. 129.
ِْ‫سنَةٌْيَقُولُواْ َٰ َه ِذه‬ ِ ُ ‫ْْۗو ِإ ْنْت‬
َ ‫ص ْب ُه ْمْ َح‬ َ ٍْ‫شيهدَة‬َ ‫ْولَ ْوْ ُك ْنت ُ ْمْفِيْب ُُروجٍْ ُم‬
َ ُ‫ْال َم ْوت‬ ْ ‫أ َ ْينَ َماْت َ ُكونُواْيُد ِْر ْك ُك ُم‬
ْ ‫َِّْللاْْْۖفَ َما ِلْ َٰ َهؤ ََُل ِء‬
ْ‫ْالقَ ْو ِم‬ ِ ‫ْم ْنْ ِع ْند ه‬ ِ ‫ِكْْۚقُ ْلْ ُك ٌّل‬ ِ ‫س ِيئَةٌْيَقُولُواْ َٰ َه ِذه‬
َ ‫ِْم ْنْ ِع ْند‬ َ ْ‫ص ْب ُه ْم‬ ِ ُ ‫ْْۖو ِإ ْنْت‬ ‫ِم ْنْ ِع ْند ه‬
َ ِْ‫َِّْللا‬
.‫ََلْ َي َكاد ُونَ ْيَ ْف َق ُهونَ ْ َحدِيثًا‬

Artinya: Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun
kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh
kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka
ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu
(Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa
orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan
sedikitpun? (QS. An-Nisa ayat:78).12

D. Klasifikasi ayat-ayat Hasanah dan Sayyiah berdasarkan surat-surat Makkiyah dan


Madaniyah

Surat-surat Al-Qur’an dibedakan menjadi dua macam, yaitu suratsurat Makkiyyah


dan Madaniyyah. Ada tiga pengertian yang dipakai para ulama dalam mengartikan surat-
surat Makkiyyah dan Madaniyyah.

Pertama, berdasarkan tempat diturunkannya Al-Qur’an surat-surat Makkiyyah


adalah surat-surat yang diturunkan di Makkah walaupun turunnya setelah hijrah,
sedangkan surat-surat Madaniyyah adalah surat-surat yang diturunkan di Madinah.13

Kedua, klasifikasi berdasarkan mukhatabnya. Surat Makkiyyah adalah surat yang


ditujukan kepada penduduk Makkah, sedangkan surat Madaniyyah adalah surat yang
ditujukan kepada penduduk Madinah.

12
Al-Quran yang digunakan dalam penulisan ini adalah yang diterbitkan oleh Departemen agama RI,
Al-Quran dan terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2009).
13
Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani, Manahil Al-‘Urfan Fi ‘Ulum Al-Qur`an.Terj.
M. Qadirun Nur, dkk. (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2002), hlm. 199. Al-Zarqani juga
memberikan penjelasan, bahwa termasuk kedalam ayat-ayat Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun
di daerah-daerah yang masih dalam kawasan Makkah, seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyah.
Termasuk kedalam ayat-ayat Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun di daerah-daerah yang masih
kawasan Madinah, seperti kawasan Badar dan Uhud. Klasifikasi ini mengandung kelemahan, yaitu
tidak dapat meliputi ayat-ayat yang tidak turun di kawasan Makkah atau pun di kawasan Madinah,
misalnya ayat yang turun di Tabuk, Baitul Maqdis, dan sebagainya.
Ketiga, yang merupakan definisi jumhur ulama, yaitu surat/ayat Makkiyyah
adalah surat/ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebelum hijrah ke Madinah,
walaupun turunnya di luar Makkah; sedangkan surat/ayat Madaniyyah adalah surat/ayat
yang diturunkan setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.

Adapun tabel dibawah ini adalah tabel yang menerangkan tentang batasan
penafsiran hasanah dan sayyi’ah dari 9 surat dengan 13 ayat yaitu :

surat Ali Imran ayat 120 (Madaniyah), surat An-Nisa ayat 78, 79 (Madaniyah), surat Al-
An’am ayat 160 (Makkiyah), surat Al-A’raf ayat 95, 131(makkiyah), ayat 168
(madaniyah), surat Ar-Ra’du ayat 6, 22 (Madaniyah), surat An-Naml ayat 46
(Makkiyah), surat Al-Qashash ayat 54 (madaniyah), Ayat 84 (makkiyah), dan surat
Fushshilat ayat 34 (Makkiyah), sebagaimana pada tabel berikut ini :

NAMA
MAKKIYAH/
No SURAT AYAT
MADANIYAH
DAN AYAT
1 Q.S. Ali Imran
(3) : 120 ‫ص ب ك ُم‬ ِ ُ ‫إ ِ ن ت َم س َ س ك ُم َح س َ ن َ ة ٌ ت َس ُ ؤ ه ُ م َو إ ِ ن ت‬
Madaniyah
‫ح وا ب ِ هَ ا ۖ َو إ ِ ن ت َص ب ِ ُر وا َو ت َت َّق ُ وا‬ ُ ‫س َ ي ّ ِ ئ َة ٌ ي َ ف َر‬
‫للا َ ب ِ َم ا‬
َّ ‫َل ي َ ضُ ُّر ك ُم ك َي دُ ه ُ م ش َي ئ ًا ِۗ إ ِ َّن‬
ٌ ‫ي َ ع َم ل ُ و َن ُم ِح ي ط‬

Artinya
Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya
mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira
karenanya. Jika kamu bersabar dan
bertakwa, niscaya tipu daya mereka
sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan
kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui
segala apa yang mereka kerjakan

2 Q.S.AnNisa (4)
: 78 ْ‫ْو ل َ ْو ْ ك ُ ن ْ ت ُ ْم ْ ف ِ ي‬
َ ‫ت‬ ُ ‫أ َي ْ ن َ َم اْ ت َك ُ و ن ُ واْ ي ُ د ِْر كْ ك ُ مُ ْال ْ َم ْو‬
ْ‫ح س َ ن َة ٌ ْ ي َ ق ُ و ل ُ وا‬ ِ ُ ‫ْۗو إ ِ ْن ْت‬
َ ْ ‫ص ب ْ هُ ْم‬ َ ْ ٍ ‫ب ُ ُر وج ٍ ْ ُم ش َ ي ه د َ ة‬
ْ ٌ ‫ص ب ْ هُ ْم ْ س َ ي ِ ئ َة‬ِ ُ ‫ْۖو إ ِ ْن ْت‬
َ ْ ِ ‫ع ن ْ ِد َّْللاه‬ِ ْ ‫ َٰه َ ِذ هْ ِم ْن‬Madaniyah
ِ ْ ‫ك ْ ْۚ ق ُ ْل ْ ك ُ ٌّل ْ ِم ْن‬
ْ ‫ع ن ْ ِد‬ ِ ْ ‫ي َ ق ُ و ل ُ واْ َٰه َ ِذ ه ِْ ِم ْن‬
َ ‫ع ن ْ ِد‬
َ ‫َّللاه ِ ْ ْۖ ف َ َم ا ِل ْ َٰه َْ ُؤ ََل ِء ْال ْ ق َ ْو ِم‬
ْ ‫َْل ْ ي َ ك َ ا د ُو َن ْ ي َ ف ْ ق َ هُ و َن‬
‫ح ِد يث ًا‬ َ
Artinya
Di mana saja kamu berada, kematian akan
mendapatkan kamu, kendatipun kamu di
dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan
jika mereka memperoleh kebaikan, mereka
mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan
kalau mereka ditimpa sesuatu bencana
mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari
sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah:
"Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka
mengapa orang-orang itu (orang munafik)
hampir-hampir tidak memahami pembicaraan
sedikitpun?
3. Q.S.Al An’am
(6) : 160 َ ْ‫ع ْش ُرْأ َ ْمثَا ِل َها‬
‫ْۖو َم ْنْ َجا َءْ ِبال ه‬
ْ‫س ِيئ َ ِة‬ َ ‫ َم ْنْ َجا َءْ ِب ْال َح‬Makkiyah
َ ُْ‫سنَ ِةْفَلَه‬
ْ ‫اْو ُه ْم ََْلْي‬
َْ‫ُظلَ ُمون‬ َ ‫ْمثْلَ َه‬ ِ ‫فَ ََلْيُجْ زَ َٰىْإِ هَل‬
Artinya
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka
baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya;
dan barangsiapa yang membawa perbuatan
jahat maka dia tidak diberi pembalasan
melainkan seimbang dengan kejahatannya,
sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya
(dirugikan).

4. Q.S. Al A’raf
(7) : 95 ‫عفَوا َوقَالُوا قَد‬َ ‫سنَةَ َحت َّ ٰى‬ َّ ‫ث ُ َّم بَدَّلنَا َمكَانَ ال‬
َ ‫س ِيّئ َ ِة ال َح‬
‫س َّرا ُء فَأ َ َخذنَا ُهم بَغتَةً َو ُهم َل‬
َّ ‫س آبَا َءنَا الض ََّّرا ُء َوال‬ َّ ‫َم‬
َ‫ يَشعُ ُرون‬Makkiyah
Artinya
Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan
kesenangan hingga keturunan dan harta
mereka bertambah banyak, dan mereka
berkata: "Sesungguhnya nenek moyang
kamipun telah merasai penderitaan dan
kesenangan", maka Kami timpakan siksaan
atas mereka dengan sekonyong-konyong
sedang mereka tidak menyadarinya

Sumber : Tim Penulis

Dari tabel 1 di atas, tampak bahwa ayat-ayat mengenai hasanah dan


sayyi’ah lebih banyak turun pada masa setelah hijrah nya Nabi saw (periode Madinah)
daripada masa sebelum hijrah nya Nabi saw (periode Makkah). Mengaitkannya
dengan pemikiran Nasr Hamid Abu Zaid : bahwa masa prahijrah (periode Makkah)
14
yang masih terbatas pada tahap inzar (periode Madinah) belum membicarakan
makna hasanah dan sayyi’ah lebih jauh. Adapun pada masa pasca-hijrah (periode
Madinah), nampak bahwa ayat-ayat mengenai hasanah dan sayyi’ah menjadi lebih
luas cakupannya.

Selaras dengan pembahasan baik dan buruk sebagai tema sentral


makalah ini, maka pemakalah di atas menggunakan metode maudlu‘i yang
dipadu dengan analisis semantik. Tema-tema yang diklasifikasi secara
tematis ditelaah berdasarkan kebahasan/analisis semantik (analisi
linguistitik) dan historis (tafsir bi al ma’ tsur).

Pengertian Semantik

Pada dasarnya semantik merupakan istilah teknis yang menunjuk pada


studi tentang makna Sementara Tarigan menyatakan bahwa semantik adalah
telaah makna, telaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan
makna, hubungan antar makna yang satu dengan lainya, serta pengaruhnya
terhadap masyarakat6. Oleh karena itu semantik mencakup makna-makna
kata, pengembangan dan perubahannya. Untuk menelusuri makna dapat dianalisis
berdasarkan stuktur bahasa dan fungsi bahasa. Berdasarkan

14
Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, Op-cit, hlm. 248
analisis itu peneliti dapat mengenal makna leksikal dan makna gramatikal7.
Bahkan peneliti dapat mengenal pula makna kata, frase, klausa, wacana,
bahkan, bahkan teks.

Jenis- jenis Semantik

Berdasarkan objek makna yang dituju oleh sebuah analisis, maka


terdapat jenis- jenis semantik, yaitu semantik leksikal dan semantik
gramital. Semantik leksikal adalah semantik yang mencoba menelusuri
makna berdasrkan leksem–leksem bahasa. Adapun semantik gramital adalah
semantik yang menelusuri makna gramatikal, baik morfologi maupun
sintaksisnya15

1. Sementara itu Mujahid menjelaskan jenis–jenis semantik sebagai


berikut:
Al-Daladah al–Ijtimaiyah, yaitu semantik yang mengkaji makna
sebuah kata dalam konteks situasi diucapakannya. Hal ini juga pernah
disebut Chaer dengan sebutan semantik kontekstual, yaitu semantik
yang mengkaji makna sebuah leksem yang berada dalam suatu konteks
bahasa maupun non bahasa, seperti tempat, waktu, politik, agama,
sosial, atau lingkungan penggunaan bahasa.
2. Al-dalalah al-Sharfiyah, yaitu semantik yang menjadikan objek
penyelidikannya makna dalam bentuk-bentuk kata serta proses
perubahan suatu kata menurut kaidah-kaidah yang berlaku.
3. Al-Dalalah al-Nahwiyah, yaitu semantik yang menjadikan objek
penyelidikannya makna dalam kalimat yang sudah berdiri secara
lengkap sempurna serta memiliki arti yang dapat dipahami, menyelidiki
hubungan kata dalam kalimat dengan jabatannya, serta perubahan bunyi
akhir suatu kata berdasarkan jabatannya.
4. Al-Dalalah al-Mu’jamiyah, yaitu semantik yang mengkaji makna kata
tunggal berdasarkan kamus.

15
J.W.M Venhar, Asas-asa Linguistik Umum I, UGM, Yogyakarta. 1996.hlm.385
DAFTAR ISI

Departemen agama RI, Al-Quran dan terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,


2009).
https://khazanahalquran.com/satu-ayat-yang-mencakup-seluruh-kebaikan-dan-
keburukan.html, 07/10/2019 pukul 12.26 WIB
Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim
Ibn Jurair, Tafsir At-thabari
Ibn Manzhur, Lisan Al-Arab
Al-Qurthubiy, Tafsir Al-Qurthubiy (Al-Jami’ li Ahkam Al-Quran)
Imam muslim, shahih bukhari
A.Warson Munawwir, Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya : Pustaka Progresif,
1997)
Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Multi Karya
Grafika: 2003.
Muhmmad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al Mufahros li alfadzi al-Quranul Karim(Beirut:
Dar Al-Ma’rifah)
Affandi Muchtar, “Akhlak”, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam 3 (Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2002 )
Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam Ringkas, terj. Ghufron A. Mas’adi (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1999)
Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani, Manahil Al-‘Urfan Fi ‘Ulum Al-Qur`an.Terj. M.
Qadirun Nur, dkk. (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2002
J.W.M Venhar, Asas-asa Linguistik Umum I, UGM, Yogyakarta. 1996

....... ‫اَل َحم ُد للِ رب العالمين‬

Anda mungkin juga menyukai