Anda di halaman 1dari 2

Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu mengamalkan apa

yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan
Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« ‫خَض َرةٌ َوِإ َّن هَّللا َ ُم ْست َْخلِفُ ُك ْم فِيهَا فَيَ ْنظُ ُر َك ْيفَ تَ ْع َملُونَ فَاتَّقُوا ال ُّد ْنيَا َواتَّقُوا النِّ َسا َء فَِإ َّن َأ َّو َل فِ ْتنَ ِة بَنِى‬
ِ ٌ‫ِإ َّن ال ُّد ْنيَا ح ُْل َوة‬
‫َت فِى النِّ َسا ِء‬ ْ ‫يل َكان‬َ ‫» ِإس َْراِئ‬
“Sesungguhnya dunia ini manis lagi hijau (indah), dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu pengelolanya. Dia akan
melihat apa yang kamu kerjakan, maka berhati-hatilah kamu terhadap dunia dan berhati-hatilah terhadap wanita, karena
fitnah yang pertama kali menimpa bani Israil adalah karena wanita.” (HR. Muslim)

Jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah

Ketahuilah bahwa kesenangan dunia tidak sempurna; ada hidup dan ada mati, ada muda dan ada tua, ada senang dan ada
sedih, ada sehat dan ada sakit, ada rasa aman dan rasa takut serta keterbatasan lainnya. Lebih dari itu, untuk memperoleh
kesenangan dunia harus diraih dengan kerja keras dan usaha.

Kemudian kita membandingkan keadaan dunia dengan akhirat; yakni surga, ternyata jauh berbeda. Kita mendapatkan
dalam Alquran dan sunah tentang kenikmatan yang diperoleh penghuni surga, ternyata benar-benar sempurna.
Pemandangannya yang indah sampai tidak terbayangkan oleh hati, belum pernah dilihat oleh mata, dan belum pernah
didengar oleh telinga. Penghuninya kekal dan tidak akan mati, mereka tetap muda dan tidak akan tua, mereka bersaudara
tidak bermusuh-musuhan, mereka tetap senang dan tidak pernah sedih, mereka tetap sehat dan tidak pernah sakit, mereka
senantiasa memperoleh keamanan dan tidak pernah tertimpa rasa takut dan kekhawatiran. Apa yang mereka inginkan ada
di hadapan tanpa perlu bekerja keras dan berusaha, belum lagi dengan makanan dan minuman enak yang dihidangkan,
bidadari yang bermata jeli dan kesenangan lainnya yang amat sempurna. Tentunya hal ini diperuntukkan bagi mereka
yang beriman dan beramal shalih ketika di dunia. Mudah-mudahan kita semua dimasukkan Allah ke dalam surga, aamiin
yaa Rabbal ‘alamin.

Hadirin jamaah Jumat ‘azzaniyallahu wa iyyakum

Kesenangan seperti inilah kesenangan yang sesungguhnya dan kenikmatan yang pantas untuk dikejar.

َ ‫س ْال ُمتَنَافِس‬
‫ُون‬ ِ َ‫ك فَ ْليَتَنَاف‬
َ ِ‫في َذل‬ ٌ ‫ِختَا ُمهُ ِم ْس‬
ِ ‫ك َو‬
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al Muthaffifin: 26)

Namun sangat disayangkan, sedikit sekali di antara kita yang mengejarnya, bahkan kebanyakan dari kita lebih rela
mengejar kesenangan dunia yang fana’ ini, meninggalkan negeri yang kekal abadi.

}17{ ‫} َواَْأل ِخ َرةُ َخ ْي ٌر َوَأ ْبقَى‬16{ ‫ُون ْال َحيَاةَ ال ُّد ْنيَا‬
َ ‫بَلْ تُْؤ ثِر‬
“Tetapi kamu memilih kehidupan duniawi.— Padahal kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al
A’laa: 16-17)

Tidak perlu jauh-jauh untuk membuktikannya, cobalah kita keluar rumah dan memperhatikan orang-orang di sekitar kita
–bahkan mungkin diri kita seperti itu-, kita akan menyaksikan bahwa yang ada di benak kita pada umumnya adalah cita-
cita agar kita bisa hidup enak di dunia ini, tanpa berpikir lagi tentang akhirat; mau bahagia atau tidak, yang penting bisa
hidup enak di dunia.

Kita rela memeras akal dan pikiran serta membanting tulang sejak bangun tidur hingga tidur kembali hanya bertujuan
untuk memperoleh kesenangan yang sesaat ini; itu pun jika dapat dan maut belum datang. Lebih dari itu, mereka tidak
menyisakan sedikit pun waktunya untuk akhirat walau beberapa menit, untuk beribadah, untuk shalat berjamaah, untuk
menambah dengan amalan sunat, untuk membaca Alquran, untuk berdzikr, untuk bersedekah, untuk berbakti kepada
orang tua, untuk menyambung tali silaturrahim dan mengerjakan ibadah lainnya.

Seruan azan ibarat angin yang berlalu, ucapan hayya ‘alash shalaah-hayya ‘alal falah (marilah kita shalat-marilah menuju
kebahagiaan) masuk ke telinga kanan dan keluar lewat telinga kiri. Kita tidak mengetahui, mengapa mereka seperti ini,
masjid-masjid yang ada menjadi sepi, kalau pun ada hanya beberapa orang saja. Entah mengapa mereka tidak menyadari
bahwa hidup di dunia hanya sementara. Padahal adakah manusia yang hidup selamanya di dunia ini? Kalau pun ada
manusia yang diberi umur yang panjang, cobalah perhatikan akhirnya, ia akan tetap meninggal juga,

َ ُ‫ِّت َوِإنَّهُم َّميِّت‬


‫ون‬ ٌ ‫ك َمي‬
َ َّ‫ِإن‬
“Sesungguhnya kamu akan mati dan Sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (QS. Az Zumar: 30)

Jika demikian jamaah Jumat sekalian, apa persiapan yang sudah kita lakukan menghadapi kematian yang sudah pasti,
yang tidak melihat keadaan orang yang dijemputnya; masih muda atau sudah tua, sehat atau sakit, kaya atau miskin?

ُ ‫َأ ْينَ َما تَ ُكونُوا يُ ْد ِرك ُّك ُم ْال َم ْو‬


ٍ ‫ت َولَ ْ•و ُكنتُ ْم فِي بُر‬
‫ُوج ُم َشيَّ َد ٍة‬
“Di mana saja kamu berada, kematian akan menjemput kamu, meskipun kamu di dalambenteng yang kokoh.”
Apakah harta-benda yang kita persiapkan menghadapi kematian, padahal ia tidak akan ikut ke dalam kubur. Apakah
keluarga yang kita persiapkan, padahal keluarga tidak mendampingi kita di alam kubur ataukah amal? Ya, amal itulah
yang mendampingi kita di dalam kubur.

Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ْت َأ ْو لَبِس‬
‫ْت‬ َ ‫ت فََأ ْفنَي‬
َ ‫ك ِإالَّ َما َأ َك ْل‬
َ ِ‫ك يَا اب َْن آ َد َم ِم ْن َمال‬َ َ‫ال – َوهَلْ ل‬ َ َ‫يَقُو ُل اب ُْن آ َد َم َمالِى َمالِى – ق‬
َ ‫ضي‬
‫ْت‬ َ ‫ت فََأ ْم‬ َ َ‫ْت َأ ْو ت‬
َ ‫ص َّد ْق‬ َ ‫فََأ ْبلَي‬
“Anak Adam akan berkata, “Hartaku, hartaku”, lalu dikatakan, “Hai anak Adam, bukankah harta yang kamu miliki itu
sudah kamu makan lalu habis atau kamu pakai lalu rusak dan yang kamu sedekahkan, itulah yang kamu bawa.” (HR.
Muslim)

Jamaah Jumat rahimakumullah

Memang tidak mengapa bekerja keras untuk meraih kehidupan yang layak di dunia, namun yang jadi masalah adalah jika
berlebihan sampai tidak menyisakan waktu untuk akhirat, dan seperti inilah kenyataan yang kita lihat. Kita sangat sedih
ketika melihat mereka yang miskin dan hidup dalam kekurangan, kemudian ditambah dengan meninggalkan shalat,
penghasilan mereka dalam sehari tidak seberapa namun anehnya berani meninggalkan shalat. Padahal apa lagi yang bisa
diharap jika seseorang sudah meninggalkan shalat –selain tobat-?! Kita khawatir –bukan bermaksud memvonis– mereka
tergolong orang yang sengsara dunia-akhirat atau diistilahkan dengan “sudah jatuh tertimpa tangga”; –hadaanallah wa
iyyahum ajma’iin-. Dalam Alquran disebutkan:

َ ‫ك ِمنَ ْال ُم‬


}43{ َ‫صلِّين‬ ُ َ‫} قَالُوا لَ ْم ن‬42{‫َما َسلَ َك ُك ْم فِي َسقَ َر‬
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?”—Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-
orang yang mengerjakan shalat, (QS. Al Muddatstsir: 42-43)

Saudaraku, dunia merupakan tempat beramal; ia adalah kesempatan terakhir yang setelahnya bukan kesempatan, yang
ada hanyalah balasan terhadap amal yang dikerjakan.

Saudaraku, dunia merupakan jembatan menuju akhirat, keadaan kita di akhirat tergantung keadaan kita di dunia,
barangsiapa yang beramal salih ketika di dunia maka ia akan beruntung di akhirat dan barangsiapa yang malah mengisi
hidupnya dengan kemaksiatan, maka ia akan merasakan kerugian dan penyesalan di akhirat. Ketika itu, penyesalan tidak
berguna lagi. Ketika itu, memperbaiki diri tidak berguna lagi, yang ada hanyalah nikmat atau azab,

ِ ‫ع ْال ُغر‬
‫ُور‬ ْ ‫ان َو َم‬
ُ ‫اال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَآ ِإالَّ َمتَا‬ ٌ ‫َوفِي اَْأل ِخ َر ِة َع َذابٌ َش ِدي ٌد َو َم ْغفِ َرةٌ ِّمنَ هللاِ َو ِرضْ َو‬
“Di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al Hadiid: 20)

َ ‫ فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ؛ ِإنَّهُ ه َُو ال َغفُوْ ُر‬،‫ب‬


‫الر ِح ْي ُم‬ َ ‫ َوَأ ْستَ ْغفِ ُرهُ ال َع ِظ ْي َم‬،‫َأقُوْ ُل قَوْ لِي هَ َذا‬
ٍ ‫ َولِ َج ِمي ِْع ال ُم ْسلِ ِم ْينَ ِم ْن ُك ِّل َذ ْن‬،‫الجلِي َْل لِ ْي َولَ ُك ْم‬
KHUTBAH KEDUA

Saudaraku jamaah Jumat rahimakumullah,

Hidup di dunia penuh dengan godaan. Godaan dunia ibarat sebuah arus yang deras, yang membawa pergi dan mengha
nyutkan apa saja yang ada di hadapan. Kemudian tahukah kamu, ke arah mana arus itu membawa pergi? Jurang; ke
sanalah arahnya.

Tetapi wahai saudaraku, jurang ini bukanlah jurang yang ringan. Ia adalah jurang yang paling dalam dan di bawahnya
terdapat api yang membakar, itulah jurang neraka –wal ‘iyaadz billah-. Oleh karena itu, Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengingatkan agar kita tetap waspada terhadap godaan dunia yang sangat menyilaukan, demikian juga
mengingatkan kita agar berhati-hati terhadap godaan wanita.

Belum lagi dengan godaan syubhat yang dicetuskan oleh iblis, banyak amal yang menjadi sia-sia karena syubhat yang
disodorkannya; ia tunjukkan kepada manusia sesuatu yang nampaknya baik, padahal tidak ada kebaikan di dalamnya.
Inilah rahasia mengapa Allah mewajibkan membaca surat Al Fatihah di dalam shalat di setiap rakaat, karena butuhnya
kita terhadap hidayah dan taufiq-Nya dalam meniti hidup yang penuh cobaan dan godaan ini di samping keadaan hati
yang lemah mudah berbalik.

Jamaah Jumat ‘azzaniyallhu wa iyyakum

Shalat merupakan pegangan yang paling kuat agar seseorang tidak terbawa oleh arus fitnah (godaan) yang begitu deras.

Tidakkah Anda memperhatikan, bahwa dalam surat Al Fatihah terdapat ayat yang berbunyi “Ihdinash shiraathal
mustaqiim”, di sana Anda meminta kepada Allah agar ditunjukkan mana jalan yang lurus, meminta juga kepada-Nya agar
dibantu menempuh jalan yang lurus itu serta meminta kepada-Nya agar dapat beristiqamah di atasnya hingga akhir hayat.
Maka beruntunglah mereka yang tetap mendirikan shalat, karena mereka masih memiliki pegangan, mereka masih
memiliki hubungan dengan Allah Ta’ala Sang Pencipta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُ‫َئت ِم ْنهُ ال ِّذ َّمة‬


ْ ‫صالَةً َم ْكتُوْ بَةً ُمتَ َع ِّمدًا فَ َم ْن ت ََر َكهَا ُمتَ َع ِّمدًا فَقَ ْد بَ ِر‬ ْ ‫الَ تَ ْتر‬
َ ‫ُك‬
“Janganlah kamu meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja. Barangsiapa yang meninggalkannya dengan sengaja, maka
hubungannya telah lepas.”

Anda mungkin juga menyukai