Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PERILAKU KERJA KERAS DAN

TANGGUNG JAWAB

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Salsabila R H
Sasti Aulia Rahma
Sekar Azaria N
Shalika Fatimah Z
Tsabita Nur A
XII MIA 2

Jalan Rumah Sakit, Mekar Sari, RT.008/RW.007, Bekasi Jaya, Kec. Bekasi
Tim., Kota Bks, Jawa Barat 17112
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pendidikan agama dengan judul perilaku kerja keras dan tanggung jawab.
Disamping itu, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan
maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami
di waktu-waktu mendatang.
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………………
Daftar isi……………………………………………………………………………..
Bab I. Pendahuluan………………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………...
1.2 Perumusan Masalah……………………………………………………………...
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………
Bab II. Pembahasan………………………………………………………………….
2.1 Perilaku kerja keras……………………………………………………………...
2.2 Tanggung jawab…………………………………………………………………
Bab III. Penutup……………………………………………………………………...
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………
Daftar Pustaka………………………………………………………………………..
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Kerja keras adalah satu akhlak terpuji atau akhlak mahmudah adalah sikap kerja keras.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa berusaha, baik dalam hal urusan dunia
maupun akhirat. Islam tidak menghendaki umatnya untuk hidup bertopang dagu atau malas
berusaha. Kerja keras merupakan satu kata kunci sukses dalam kehidupan.

Tanggung jawab adalah salah satu ajaran pokok dalam agama islam. Tanggung jawab
berarti kesadaran manusia atas tingkah laku atau perbuatannya. Baik yang di sengaja maupun
yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajiban. Setiap perbuatan kita di dunia akan dinimta pertanggung jawabannya nanti di akhirat,
baik buruknya setiap perbuatan akan di catatat olah malaikat Raqib dan Atid.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud perilaku kerja keras dan tanggung jawab?


2. Apa saja hikmah dari perilaku kerja keras dan tanggung jawab?
3. Apa saja contoh dari perilaku kerja keras dan tanggung jawab ?

1.3 Tujuan
 Setelah membuat dan mempelajari kerja keras dan tanggung jawab siswa/siswi
apa yang dimakud dan dapat memperaktekkannya dengan baik di kehidupan
sehari hari.
 Siswa/siswi mengetahui apa yang dimaksud dengan kerja keras dan tanggung
jawab.
 Mengetahui bagaimana kerja keras dan tanggung jawab dapat dilaksanakan di
kehidupan.
Bab II
Pembahasan

2.1 Perilaku Kerja Keras

1. Pengertian Kerja Keras

Bekerja keras berarti berusaha atau beriktiar secara sungguh-sungguh, dengan kata
lain bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguhsungguh untuk mencapai
suatu yang dicita-citakan.

Orang yang bekerja keras akan dengan senang hati menjalani kehidupan ini. Setiap
detik kehidupan yang dijalaninya adalah kerikil kecil bagi dasar bangunan masa tuanya.
Setiap detak nafas kehidupan dilaluinya dengan kepuasan hati, dan setiap langkahnya
adalah perbuatan yang bermanfaat bagi siapa saja yang dijumpainya.

Agama islam mengajarkan umatnya agar selalu bekerja keras dalam menjalankan
kehidupannya di muka bumi ini. Kerja keras adalah kunci dalam mencapai kesuksesan
dan tujuan yang dicita-citakan manusia.

2. Pentingnya Kerja Keras

Islam menganjurkan umatnya agar mau bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sebaliknya, islam membenci umatnya yang hanya berpangku tangan, malas-
malasan dan tidak mau bekerja mencari nafkah. Selain bekerja keras, kita juga harus
berdoa kepada Allah SWT, agar apa yang diinginkan dapat terkabul. 
Sebab bekerja adalah usaha lahir yang harus dilakukan manusia atau disebut juga
syari’at, sedangkan berdoa adalah ikhtiar batin yang harus dilakukan manusia atau
disebut juga hakikat

3. Konsep Kerja Keras


Kerja berarti berusaha atau berjuang dengan keras berarti sungguh-sungguh.
Bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu
cita-cita. Bekerja keras tidak mesti “banting tulang” dengan mengeluarkan tenaga secara
fisik, akan tetapi sikap bekerja keras juga dapat dilakukan dengan berpikir sungguh-
sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya.

Kerja keras yaitu bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan atau prestasi
kemudian disertai dengan berserah diri (tawakkal) kepada Allah SWT baik untuk kepentingan
dunia dan akhirat. Firman Allah SWT yang artinya sebagai berikut:

‫وا ْبتَغ ف ْيمٓا ٰا ٰتى َ هّٰللا‬


َ‫ك ِمنَ ال ُّد ْنيَا َواَحْ ِس ْن َك َمٓا اَحْ َسن‬ َ ‫ك ُ ال َّدا َر ااْل ٰ ِخ َرةَ َواَل تَ ْن‬
ِ َ‫س ن‬
َ َ‫ص ْيب‬ َ ِ ِ َ

َ‫ض ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل يُ ِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِد ْين‬ َ ‫هّٰللا ُ اِلَ ْي‬
ِ ْ‫ك َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِى ااْل َر‬

“ Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu,
tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. al-Qashash /28:77)

Dengan demikian, sikap kerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari
rezeki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masing-masing.

Pentingnya bekerja keras ini tersirat dalam firman Allah:


‫فَا َذا قُضيت الص َّٰلوةُ فَا ْنتَشرُوْ ا فى ااْل َرْ ض وا ْبتَ ُغوْ ا م ْن فَضْ ل هّٰللا و ْاذ ُكرُوا هّٰللا‬
َ َ ِ ِ ِ َ ِ ِ ِ ِ َِ ِ

َ‫َكثِ ْيرًا لَّ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬


“ Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah
dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (Q.S. al-Jumuah /62:10)

Selain itu, Allah juga berfirman dalam

‫هّٰللا‬
ِ ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوْ ا فَ َسيَ َرى ُ َع َملَ ُك ْم َو َرسُوْ لُهٗ َو ْال ُمْؤ ِمنُوْ ۗنَ َو َستُ َر ُّدوْ نَ اِ ٰلى ٰعلِ ِم ْال َغ ْي‬
َ‫ب َوال َّشهَا َد ِة فَيُنَبُِّئ ُك ْ~م بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُوْ ۚن‬

“ Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga
Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan.” (Q.S. at-Taubah /9:105)

Ayat di atas mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan ibadah khusus, seperti shalat,
tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah dikaruniakan Allah di muka bumi ini.
Kemudian pada surat at-Taubah di atas mengisyaratkan bahwa kita harus berusaha sesuai dengan
kemampuan maksimal kita dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah SWT. 

Orang yang beriman dilarang bersikap malas, berpangku tangan, dan menunggu
keajaiban menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah menciptakan alam beserta segala isinya
diperuntukkan bagi manusia. Namun, untuk memperoleh manfaat dari alam ini, manusia harus
berusaha dan bekerja keras. Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk bekerja keras.
Beliau menegaskan bahwa makanan yang paling baik adalah yang berasal dari hasil keringat
sendiri. Sabdanya:

~‫س~ َع~ ْ~ن~ ثَ~ ْ~و~ ٍر~ َع~ ْ~ن‬~َ ~ُ‫َح~ َّد~ ثَ~ نَ~ ا~ ِإ ْب~ َ~ر~ ا~ ِه~ ي~ ُم~ ْب~ ُ~ن~ ُم~ و~ َس~ ى~ َأ ْ~خ~ بَ~ َ~ر~ نَ~ ا~ ِ~ع~ ي~ َس~ ى~ ْب~ ُ~ن~ يُ~و~ن‬
~‫ص~ لَّ~ى‬ ~َ ~ِ ‫ي~ هَّللا ُ~ َع~ ْن~ هُ~ َع~ ْ~ن~ َر~ ُس~ و~ ِ~ل~ هَّللا‬ ~ِ ~‫َخ~ ا~لِ~ ِد~ ْب~ ِ~ن~ َم~ ْع~ َد~ ا~ َ~ن~ َع~ ْ~ن~ ا~ ْل~ ِم~ ْق~ َد~ ا~ ِ~م~ َر‬
~َ ~‫ض‬
~‫ط~ َخ~ ْي~ ً~ر~ ا~ ِم~ ْ~ن~ َأ ْ~ن~ يَ~ ْأ ُك~ َل~ ِم~ ْ~ن‬
ُّ ~َ‫هَّللا ُ~ َع~ لَ~ ْي~ ِه~ َ~و~ َس~ لَّ~ َم~ قَ~ا~ َل~ َم~ ا~ َأ َك~ َ~ل~ َأ َ~ح~ ٌد~ طَ~ َع~ ا~ ًم~ ا~ ق‬
~ِ‫ي~ هَّللا ِ~ َد~ ا~ ُو~ َد~ َع~ لَ~ ْي~ ِه~ ا~ل~ َّس~ اَل م~ َك~ ا~ َ~ن~ يَ~ْأ ُك~ ُل~ ِم~ ْ~ن~ َع~ َم~ ِ~ل~ يَ~ ِد~ ه‬
َّ ~ِ‫َع~ َم~ ِ~ل~ يَ~ ِد~ ِه~ َو~ ِإ َّن~ نَ~ب‬
“Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan kepada kami ['Isa
bin Yunus] dari [Tsaur] dari [Khalid bin Ma'dan] dari [Al Miqdam radliallahu 'anhu] dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada seorang yang memakan satu
makananpun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya sendiri. Dan sesungguhnya
Nabi Allah Daud AS memakan makanan dari hasil usahanya sendiri".

‫ك َكا ِد ٌح اِ ٰلى َرب َِّك َك ْدحًا فَ ُم ٰلقِ ْي ۚ ِه‬ ُ ‫اَيُّهَا ااْل ِ ْن َس‬
َ َّ‫ان اِن‬

“Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan
menemui-Nya.”(Q.S. al-Insyiqaq /84:6)

Jadi semua umat Islam harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
termasuk dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal itu pula yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW sejak kecil hingga akhir hayatnya. Misalnya ketika ia
mengembala biri-biri serta berniaga hingga ke negeri Syam dengan penuh semangat dan jujur. 

Begitu pula para sahabat memberikan keteladanan bekerja keras, seperti Abu Bakar,
Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan lainnya. Mereka memiliki semangat
kerja keras yang tinggi baik dalam berusaha maupun berdakwah menegakkan agama Allah.
Harta yang mereka peroleh dari usaha yang kerja keras mereka gunakan untuk menyantuni fakir
miskin dan kepentingan agama Islam. Rasulullah SAW juga memberikan penghargaan bagi
orang yang bekerja keras. 

Namun dalam hal ibadah khusus, seperti shalat, hendaknya kita beranggapan bahwa
seolah-olah kita akan mati esok hari sehingga kita bisa beribadah dengan khusyu’. Hal ini sesuai
dengan pesan Rasulullah SAW:

َ َّ‫ك َكَأن‬
ُ ‫ك تَ ُم ْو‬
‫ت َغ ًدا‬ َ َ‫ا ْع َملْ لِ ُد ْني‬
َ ِ‫ َوا ْع َملْ آِل ِخ َرت‬،‫اك َكأنَّك تَ ِعيشُ أبَ ًدا‬
“bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah engkau hidup selama-lamanya; dan
bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari”. (H.R. Ibnu
Asakir). 

Semua manusia yang hidup di dunia ini mempunyai jasmani dan rohani yang keduanya
saling membutuhkan antara satu dan lainnya. Kebutuhan jasmani berupa makanan, minum,
pakaian, dan tempat tinggal. Sedangkan kebutuhan rohani berupa pengtahuan yang bermanfaat,
dan nasihat yang sesuai dengan kebutuhan rohani. Semuanya itu dapat diraih apabila kita mau
berusaha dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan rizqi kepada makhluk-Nya.
Allah berfirman:

‫ت ِّم ۢ ْن بَي ِْن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن َخ ْلفِ ٖه يَحْ فَظُ ْونَهٗ ِم ْن اَ ْم ِر هّٰللا ِ ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَ ْو ٍم‬ ٌ ‫لَهٗ ُم َعقِّ ٰب‬
‫َح ٰتّى يُ َغيِّر ُْوا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ۗ ْم َواِ َذٓا اَ َرا َ~د هّٰللا ُ بِقَ ْو ٍم س ۤ ُْو ًءا فَاَل َم َر َّد لَهٗ َۚو َما لَهُ ْم ِّم ْن ُد ْونِ ٖه‬
ٍ ‫ِم ْن َّو‬
‫ال‬

“ Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan
belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S. Ar-ra’d:11)

Rasulullah pernah bersabda “amal duniawi yang dilakukan oleh manusia untuk
kepentingan hidupnya dan usaha yang dikerjakan untuk kebutuhan diri sendiri dan keluarga
termasuk ibadah serta sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT”.

Semua orang yang bekerja dapat menjadikan pekerjaan dan segala aktivitasnya sebagai ibadah
asalkan mereka berpegang pada ketentuan berikut:
 Harus menyesuaikan semua pekerjaannya dengan aturan agama yang berlaku dalam
ajaran Islam. 
 Sebelum melakukan pekerjaan hendaknya memulainya dengan niat yang suci dan hati
yang tulus. 
 Setiap pekerjaan hendaklah dilakukan dengan baik dan benar

Ayat Al-Quran Tentang Perilaku Kerja Keras

‫ت ِّم ۢ ْن بَي ِْن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن َخ ْلفِ ٖه يَحْ فَظُ ْونَهٗ ِم ْن اَ ْم ِر هّٰللا ِ ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَ ْو ٍم‬ ٌ ‫لَهٗ ُم َعقِّ ٰب‬
‫َح ٰتّى يُ َغيِّر ُْوا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ۗ ْم َواِ َذٓا اَ َرا َ~د هّٰللا ُ بِقَ ْو ٍم س ۤ ُْو ًءا فَاَل َم َر َّد لَهٗ َۚو َما لَهُ ْم ِّم ْن ُد ْونِ ٖه‬
ٍ ‫ِم ْن َّو‬
‫ال‬

“ Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan
belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S. Ar-Rad /13:11)

‫ص ۡ ۙب‬
َ ‫ت فَ ۡان‬
َ ‫فَا ِ َذا فَ َر ۡغ‬

“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan
yang lain),” (Q.S. al-Insyirah /94:7)

Hikmah Menerapkan Perilaku Kerja Keras

 Memperoleh hasil sesuai usaha


 Menjadi teladan orang di sekitar
 Terhindar dari berbuat keburukan
 Terjalin hubungan baik antarwarga masyarakat

Berperilaku Kerja Keras Dalam Keseharian

1. Bekerja keras dalam lingkungan keluarga.


- Membantu pekerjaan orang tua dengan sungguh - sungguh tanpa rasa pamrih,
- Mengisi waktu luang yang bermanfaat, contohnya : Belajar, mengaji, atau kegiatan lain
yang bermanfaat,
- Hemat dalam menggunakan listrik, air, gas, minyak, dan sumber energi lain termasuk
bentuk perilaku bekerja keras.

2. Bekerja keras dalam lingkungan sekolah


- Berani bertanya pada guru ketika kurang memahami penjelasan darinya,
- Tidak berputus asa dan terus berusaha untuk mencari solusi ketika mengahadapi
kesulitan dalam mengerjakan tugas dari guru,
- Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

3. Bekerja keras dalam lingkungan rumah


- Mengikuti kerja bakti bersih desa,
- Membantu tetangga yang punya hajat,
- Manjaga kebersihan lingkungan agar tetap bersih dan asri.

Membiasakan Perilaku Kerja Keras

 Selalu menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri lebih terpuji dan
mulia daripada menerima pemberian orang lain. 
 Islam memuji sikap kerja keras dan mencela meminta-minta (kecuali jika terpaksa). 
 Memiliki semboyan tidak suka mempersulit orang lain dengan mengharapkan
bantuannya.
 Menyadari sepenuhnya bahwa memberi lebih mulia daripada meminta.
Kesimpulan
1. Kerja keras merupakan akhlak Terpuji yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang,
terutama bagi seorang pelajar dalam proses pendidikan. 
2. Akhlak terpuji tersebut tidak hanya bentuk pemahaman konsep akan tetapi juga
diimplementasikan atau diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai
umat muslim dalam mencetak prestasi bagi dunia peradaban Islam. 
3. Akhlak Terpuji tersebut merupakan refleksi dari beberapa sifat-sifat atau akhlak terpuji
yang merupakan kepribadian Rasulullah saw.yang perlu kita teladani.

2.2 Tanggung Jawab

1. Pengertian
Tanggung Jawab secara bahasa artinya keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia adalah
berkewajiban menanggung, memikul jawab, mananggung segala sesuatunya, atau
memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Secara istilah tanggung jawab adalah
kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang
tidak di sengaja. Bertanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya.

2. Tanggung Jawab dalam Islam


Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut mas’uliyyah. Setiap
manusia harus bertanya kepada dirinya sendiri apa yang mendorong- nya dalam
berperilaku, bertutur kata, bertindak dan merencanakan sesuatu. Apakah perilaku itu
berlandaskan akal sehat dan ketakwaan, atau malah dipicu oleh pemujaan diri, hawa
nafsu, atau ambisi pribadi. Jika manusia dapat menentramkan hati nuraninya dan
merespon panggilan jiwanya yang paling dalam, maka dia pasti bisa bertanggung
jawab kepada yang lain.
3. Ayat mengenai perilaku tanggung jawab
Allah Swt. berfirman: dalam Q.S. al-Isra’/17:36:
ٰۤ ُ
َ ‫ك َك‬
‫ان‬ َ ‫ول ِٕى‬ ‫ص َر َو ْالفَُؤ ا َ~د ُكلُّ ا‬
َ َ‫ك بِ ٖه ِع ْل ٌم ۗاِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬
َ َ‫ْس ل‬
َ ‫ف َما لَي‬ ُ ‫َواَل تَ ْق‬
‫َع ْنهُ َم ْسـ ُْٔواًل‬

. “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.”

Berkaitan dengan ayat tadi, maka setiap manusia bertanggung jawab atas apa
yang diperbuatanya, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al- Mudatstsir/74:38 yang
artinya: “Tiap-tiap

diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”. Dengan demikian
setiap gerak yang dilakukannya pada waktu, tempat dan kondisi-kondisi tertentu akan
meninggalkan bekas atau pengaruh pada orang lain. Oleh karena itu, tanggung jawab
seseorang tidak terbatas pada amalannya saja tetapi bisa melewati batas waktu yang
tak terbatas bila akibat dan pengaruh amalannya itu masih terus berlangsung bahkan
mungkin sampai setelah dia meninggal.

4. Korelasi bekerja keras dan bertanggung jawab

Orang yang bekerja keras tentu akan bahagia menjalani hidupnya, sebagaimana
hari-harinya menjadi dasar fondasi bagi hari tuanya nanti. Rasulullah pernah mencium
tangan seorang tukang batu yang kasar dan berkata "Inilah tangan yang tidak akan pernah
disentuh oleh api neraka selama-lamanya". Para sahabat yang melihat hal tersebut
bertanya "Wahai Rasulullah SAW., seandainya kami bekerja seperti orang itu apakah
kami digolongkan jihad di jalan Allah SWT. (Fi Sabilillah)?, maka alangkah baiknya".
Mendengar hal itu Rasul menjawab "Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya
yang masih kecil maka itu fi sabilillah; Kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua
orangtuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah; Kalau ia bekerja untuk
kepentingannya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah." (HR Thabrani)

Lantas kenapa perilaku kerja keras harus dibarengi dengan bertanggung jawab?
Seseorang yang bekerja tentu berkaitan erat dengan kewajiban yang dibebankan padanya.
Semakin tinggi kedudukannya di masyarakat, maka semakin tinggi juga tanggung
jawabnya. Tanggung jawab vertikal ini meningkat sesuai levelnya. Siswa, Kepala
Keluarga, Kepala Desa, Camat, Bupati, Gubernur, dan Kepala Negara, semuanya akan
dimintai pertanggungjawaban sesuai dengan ruang lingkupnya. Seorang mukmin yang
cerdas tidak akan menerima sebuah jabatan kecuali dengan hati-hati dan senantiasa
memperbaiki dirinya, keluarganya, dan semua yang menjadi tanggungannya.

Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia bertanggung


jawab karena menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya. Ia menyadari pula bahwa
pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Apabila ditelaah lebih lanjut,
tanggung jawab merupakan kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi,
sebagai akibat perbuatan kita kepada orang lain, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak
lain kepada kita.

Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan


manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak
mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan
demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang berbuat dan
dari sisi yang memiliki kepentingan dari pihak lain. Dari sisi si pembuat ia harus
menyadari akibat perbuatannya itu dengan demikian ia sendiri pula yang harus
memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain apabila si pembuat tidak mau
bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual
maupun dengan cara kemasyarakatan.

Menurut al-Qur’an, manusia adalah makhluk fungsional dan bertanggungjawab


atau dengan kata lain penciptaan manusia bukanlah sebuah kesia-siaan. Tanggung jawab
manusia tersebut meliputi tanggung jawab terhadap Allah Sang Pencipta, diri pribadi,
keluaga, masyarakat, bangsa dan Negara, serta tanggung jawab terhadap alam.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Mu’minun ayat 115:

‫اَفَ َح ِس ۡبتُمۡ اَنَّ َما َخلَ ۡق ٰن ُكمۡ َعبَثًا َّواَنَّ ُكمۡ اِلَ ۡينَا اَل تُ ۡر َجع ُۡو َن‬
Artinya: “Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada
maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”

Dalam surah lain, Al-Quran juga menunjukkan pertanggungjawaban yang harus diterima
oleh kaum-kaum terdahulu akibat perilaku mereka yang melampaui batas. Salah satunya dapat
kita lihat di QS. Hud ayat 117 sampai 119:

‫ك ْالقُ ٰرى بِظُ ْل ٍم َّواَ ْهلُهَا ُمصْ لِح ُْو َن‬


َ ِ‫ك لِيُ ْهل‬ َ ‫َو َما َك‬
َ ُّ‫ان َرب‬

‫اح َدةً َّواَل يَ َزالُ ْو َن ُم ْختَلِفِي ۙ َْن‬ َ َّ‫َولَ ْو َش ۤا َء َرب َُّك لَ َج َع َل الن‬
ِ ‫اس اُ َّمةً َّو‬

ِ َّ‫ت َكلِ َمةُ َرب َِّك اَل َ ْملَـَٔ َّن َجهَنَّ َم ِم َن ْال ِجنَّ ِة َوالن‬
‫اس اَجْ َم ِعي َْن‬ َ ِ‫ك َۗولِ ٰذل‬
ْ ‫ك َخلَقَهُ ْم َۗوتَ َّم‬ ِ ‫اَّل َم ْن ر‬
َ ُّ‫َّح َم َرب‬
Artinya: "dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim,
sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan. Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu
Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. kecuali
orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka.
kalimat Tuhanmu (keputusanNya) telah ditetapkan: Sesungguhnya aku akan memenuhi neraka
Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya." (QS. Hud: 117-119).

Tugas dan tanggung jawab itu merupakan amanat ketuhanan yang sungguh besar dan
berat. Oleh karena itu, semua yang ada di langit dan di bumi menolak amanat yang sebelumnya
telah Allah SWT tawarkan kepada mereka. Akan tetapi, manusia berani menerima amanat
tersebut, padahal ia memiliki potensi untuk mengingkarinya seperti firman Allah SWT dalam
surat Al-Ahzab ayat 72.
‫ال فَاَبَي َْن اَ ْن يَّحْ ِم ْلنَهَا َواَ ْشفَ ْق َن‬
~ِ َ‫ض َو ْال ِجب‬ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫اِنَّا َع َرضْ نَا ااْل َ َمانَةَ َعلَى السَّمٰ ٰو‬
َ ‫ان ظَلُ ْو ًما‬
ۙ ‫جه ُْواًل‬ ُ ۗ ‫ِم ْنهَا َو َح َملَهَا ااْل ِ ْن َس‬
َ ‫ان اِنَّهٗ َك‬
Artinya “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan
melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat
zalim dan sangat bodoh.”

Dan Allah SWT dengan sangat jelas berfirman bahwa manusia harus bertanggung jawab
atas apa yang telah dilakukannya pada QS. Al-Muddassir Ayat 38.

ٍ ‫ُكلُّ نَ ۡف‬
‫س ۢ بِ َما َك َسبَ ۡت َر ِه ۡينَة‬
ٌ

Artinya: “Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.”

hikmah prilaku tanggung jawab:

1. Mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT berupa pahala.


2. Dihormati sesama manusia sebab mereka yang bertanggung jawab adalah pribadi yang jujur dan
amanah.
3. Tidak dikejar rasa bersalah karena gagal melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Secara tidak langsung, prilaku bertanggung jawab juga membentuk pribadi seseorang menjadi
lebih disiplin.

Contoh bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari:

Berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat, mislanya menjaga


kebersihan lingkungan, menjaga keamanan, dan ketertiban masyarakat. Tidak melakukan
perbuatan yang tidak sesuai dengan oeraturan atau norma yang berlaku. Berani melaporkan
kejadian yang merugikan masyarakat kepada yang berwenang. Menghargai perbedaan agama,
suku, dan budaya.
Perilaku yang baik tentu akan menghasilkan hikmah yang baik pula, begitupun perilaku
tanggung jawab. Perilaku terpuji tak hanya membawa hikmah bagi diri sendiri, tapi juga orang
lain. Beberapa hikmah yang bisa diambil dari orang yang bertanggung jawab adalah

1. Mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT berupa pahala.


2. Dihormati sesama manusia sebab mereka yang bertanggung jawab adalah pribadi yang
jujur dan amanah.
3. Tidak dikejar rasa bersalah karena gagal melaksanakan apa yang menjadi tanggung
jawabnya.
4. Secara tidak langsung, prilaku bertanggung jawab juga membentuk pribadi seseorang
menjadi lebih disiplin.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada dasarnya Tanggung Jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah suatu
keberanian. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas
segala hal yang telah dilakukan atau diperbuat menjadi tanggung jawabnya. Ia jujur terhadap
dirinya dan jujur terhadap orang lain, adil, bijaksana, tidak pengecut dan mandiri. Dengan rasa
tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan selalu berusaha memenuhi kewajibannya melalui
seluruh potensi dirinya. Orang yang bertanggung jawab adalah orang mau berkorban untuk
kepentingan orang lain ataupun orang banyak.

Dan kerja keras merupakan akhlak Terpuji yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang,
terutama bagi seorang pelajar dalam proses pendidikan.  Akhlak terpuji tersebut tidak hanya
bentuk pemahaman konsep akan tetapi juga diimplementasikan atau diaplikasikan ke dalam
kehidupan sehari-hari, terutama sebagai umat muslim dalam mencetak prestasi bagi dunia
peradaban Islam.  Akhlak Terpuji tersebut merupakan refleksi dari beberapa sifat-sifat atau
akhlak terpuji yang merupakan kepribadian Rasulullah saw.yang perlu kita teladani.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bacaanmadani.com/2017/08/pengertian-kerja-keras-contoh-
hikmah.html?m=1
http://rahmadfitriyanto.blogspot.com/2016/04/tanggung-jawab-dalam-
islam.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai