Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HADIST
Tentang
ETOS KERJA

Oleh:
Kelompok V

Hongki Juniga Bundra 1614010187


Irsyad 1614010200
Husni Fauzan 1614010205
Rusdi Arvendy 1614010184

Dosen Pembimbing:
Dr. M. Basyiruddin, M.Ag

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI-E)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1439 H/2017 M

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
“Etos” berasal dari bahasa Yunani “ethos”, yang artinya “watak atau
karakter”. Etos kerja dapat di artikan sebagai sikap dan semangat yang ada
pada diri individu atau kelompok tentang atau terhadap kerja. Etos kerja
menyangkut masalah mentalis orang, kelompok atau bangsa. Dalam kajian
ilmu managemen modern, etos kerja ini menyangkut masalah “sikap” dan
“motivasi” disamping lingkungan. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika
yang hamper mendekati pada pengertian nilai-nilai atau akhlak yang berkaitan
dengan baik buruk moral sehingga dalam etos kerja tersebut terkandung gairah
atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal,
lebih baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang se
sempurna mungkin.
Rasulullah saw. bersabda :

‫ف اهللُ هِبَ ا‬
َّ ‫ب َعلَ َى ظَ ْه ِر ِه َفيَبِ َيع َه ا َفيَ َك‬ ِ َ‫َأح ُد ُكم َحْبلَ هُ َفيَ أ يِت حِب ُْز َم ِة اْحلَط‬
َ ْ َ ‫اَلْ ْن يَاْ ُخ َذ‬
ُ‫َأعطَْوهُ َْأو َمَنعُوه‬
ْ ‫َّاس‬
َ ‫َأل الن‬ َ ‫َو ْخ َههُ َخْيٌر لَهُ ِم ْن َأ ْن يَ ْس‬
Artinya:“Kalau kalian mau mengambil seutas tali kemudian
menggunakannya untuk mengikat kayu bakar, menggendongnya di
atas punggungnya kemudian menjualnya agar Allah menyelamatkan
kehormatan dirinya adalah lebih baik dari pada dia meminta-minta
kepada orang lain, yang ada kalanya dia diberi atau tidak”.(HR.
Bukhari-Muslim).
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa bekerja adalah
aktivitas yang sangat mulia. Dengan bekerja, kita menjaga kehormatan dan
kemuliaan diri. Dengan bekerja kita bias memenuhi kebutuhan kita sehari-hari
tanpa harus mengorbankan harga diri dengan meminta-minta terhadap orang
lain.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah pekerjaan yang paling baik?
2. Bagaimanakah pendapat tentang larangan meminta minta?
3. Bagaimanakah mukmin yang kuat mendapat pujian?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pekerjaan Yang Paling Baik

: ‫ال‬
َ َ‫ب ؟ ق‬
ُ َ‫ب اَطْي‬
ِ ‫ى اْل َك َس‬ُّ َ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ُس ِئ َل ا‬ ٍ
َ َ ‫َع ْن ِر َف َع ة بْن َرافِ ٍع اَ َّن النَّىِب‬
( ‫ص َح َحهُ احلَ ِكْيم‬ ِِ
َ ‫الر ُج ِل بِيَده َو ُك ُّل َبيِّ ٍع َمْب ُر ْوٌر ( َر َواهُ اْ َلبَزار َو‬َّ ‫َع َم ُل‬
(Dari Rifa’ah bin Rafi’I berkata bahwa nabi Saw. ditanya, “Apa mata
pencaharian yang paling baik?” Nabi menjawab, “Seseorang bekerja dengan
tangannya dan tiap-tiap jual beli yang bersih.” (Diriwayatkan oleh Bazzar
dan disahkan oleh Hakim).1

Penjelasan Hadis ini mengajarkan pada umat manusia agar senantiasa


berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak dibenarkan seseorang
muslim berpangku tangan saja atau berdoa mengharapkan rezeki datang dari
langit tanpa mengiringinya dengan usaha. Namun demikian tidak dibenarkan
pula terlalu mengandalkan kemampuan diri sehingga melupakan pertolongan
Allah dan tidak mau berdoa kepada-Nya. Usaha yang paling baik adalah usaha
yang dilakukan dengan tangan sendiri atau usaha yang menekankan
kemandirian dan perdagangan.
Banyak ayat Al-qur’an yang menyuruh manusia untuk bekerja dan
memanfaatkan berbagai hal yang ada di dunia untuk bekal hidup dan mencari
perhidupan di dunia. Setiap kaum muslimin yang ingin mencapai kemajuan
hendaknya harus bekerja keras. Telah menjadi sunatullah di dunia
bahwa kemakmuran akan dicapai oleh mereka yang bekerja keras dan
memanfaatkan segala potensinya untuk mencapai keinginannya.
Sesungguhnya, Allah telah menyediakan rezeki dan karunia yang luas bagi
manusia.
‘Athiyah Muhammad Salim mengisyaratkan bahwa hadist diatas
merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk melakukan kerja keras.
Hal itu direfresentasikan oleh kata al kasb yang ditemukan di dalam hadist.
Sebaian ulama mengatakan bahwa al kasb mencakup seluruh aktivitas kerja.

1
Abdul Hamid, Hadis Seputar Islam dan Tata Kehidupan,( Bandung: Citapustaka), 2010.
Hlm.114

2
Semuanya dapat dikembalikan kepada tiaga pokok yaitu: pertanian
(peternakan), perdagangan, dan keterampilan.
(Sebaian ulama berpendapat bahwa seluruh usaha dapat
dikembalikan kepada pertanian, prdagangan, dan keterampilan. Artinya, tiga
usaha ini merupakan media pertumbuhan ekonomi).2
Dalam ajaran islam, pemeluknya diajarkan agar giat berusaha mencari
rezeki untuk kebutuhan nafkah hidupnya dan keluarganya. Siapapun tidak
dibenarkan untuk berpangku tangan, hanya berdoa dan menafikan ikhtiar
mencari nafkah. Bahkan Allah menegaskan dalam ayatnya, bahwa setiap
orangorang yang menafkahkan hartanya akan mendapatkan balsan dari Allah
SWT. Manusia hanya dituntut oleh Allah untuk mencari dan berusaha
terahadap rezeki yang disediakan. Ikhtiar adalah suatu kewajiban, dan tanpa
ikhtiar manusia tidak akan dapat meraih nikmat Allah lebih banyak dan rezeki
yang sudah ia terima.
Ketika manusia bekerja dan mengakibatkan kelelahan, maka kelelahan
itu sendiri merupakan sisi lain keuntungan bagi dirinya sendiri.
Karena Nabi saw bersabda:
(Dari Ibn Abbas, ia berkata,” Aku pernah mendengar Rasulullah
saw.bersabda, “Siapa yang merasa letih di malam hari karena bekerja maka
dimalam itu dia diampuni.”).3
Berdasarkan hadist Nabi saw.di atas dapat dipahami bahwa usaha
yangpaling baik adalah bekerja dengan tangan dan berdagang dengan baik dan
benar. Hadist ini selain menegaskan keniscayaan berusaha, juga menunjukkan
pekerjaan yang baik, yaitu wiraswasta yang diasosiasikan dengan tangan dan
perdagangan yang diasosiasikan an jual beli yang baik. Menciptakan lapangan
kerja merupakan sisi lain dari ibadah kepada Allah. Sebab, disan ia banyak
membantu para hamba Allah untuk mendapatkan pekerjaan yang
penghasilanguna membutuhi kebutuhannya dan keluarganya.

2
‘Athiyah Muammad Salim, Syarh Bulugh al Marram, (al Maktabah asy Syamilah, tt),
juz III, h. 166
3
Al haitsami, Majma’ az Zawa’id, (al Maktabah asy Syamilah, tt.), Juz IV, h. 75

3
Berusaha bukanla tujuan akhir dari kehidupan manusia. Demikin juga
keuntungan yang akan diperolehbukan satu satunya yang dituju. Dalam
konsep islam berusaha merupakan perintah Allah untuk mendapatkan
kehidupan yanglayak dalam memenuhi hajat hidupnya. Di samping itu juga
untuk mencari keridhaan Allah SWT. Oleh sebab itu, usaha yang ditempuh
haruslah sesuai dengan ketentuan halal dan haramnya yang sudah ditetapkan
oleh Allah SWT.4
Ketika seseorang sudah mendapatkan keuntungan dari usahanya, maka
keniscayaan yang lain yang harus dilakukannya adalah tetap bersyukur kepada
Allah atas hasil yang diterimanya, baik sedikit maupun banyak. Dalam kaitan
ini Allah berfirman dalam surah al a’raf ayat 10:

Artinya: ”(Sesungguhnya kami telah menempatkan kamu sekalian di muka


bumi dan kami adakan bagi mu di muka bumi itu (sumber)
penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.)”

B. Larangan Meminta Minta

‫لى‬ ‫ع‬
َ ‫و‬
َ ‫ه‬
ُ ‫و‬
َ ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ : ‫م‬
َ
َّ‫لى اهللُ َعلَْي ِه َو َس ل‬
َّ ‫ص‬
َ ‫اهلل‬
َ ‫ل‬ُ ‫و‬ْ ‫س‬
ُ ‫ر‬َ َّ َ‫َع ْن اِبْ ُن عُ َمَر َر ِضى اهللُ َعْن ُه َما ا‬
‫ن‬
َ َ
‫الس ْفلَى فَاليَّ ُد‬ ِ ِ
ُّ ‫ف َوالْ َم ْس َئ لَةَ اْليَ د اْلعُ ْليَ ا َخْي ُر م َن اْليَ د‬ ِ َّ ‫ميرَبِ َوذَ َك َر‬ ِ
َ ‫الت ْع ُف‬
ّ ‫الص َدقَة َو‬ ْ ‫اْل‬
( ‫الز َك ِاة‬
َّ ‫اب‬ ِ َ‫الساِئلَةُ ( اَ ْخرجهُ اْلب َخا ِرى ِىف كِت‬
ُ ََ َّ ‫لى ِه َى‬ ُّ ‫اْلعُ ْليَا ِه َى اَلْ ُمنَ ِف َقةُ َو‬
َ ‫الس ْف‬
“(ibnu Umar r.a. berkata “Ketika Nabi SAW. Berkhutbah di atas mimbar
dan menyebut sedekah dan minta-minta, beliau bersabda, “Tangan yang
diatas lebih baik daripada tngan yang dibawah, tangan yang diatas memberi
dan tangan yang dibawah meminta.“).5

َ َ‫ ق‬،‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ٍ ِ ِ ُ ‫ح ِد‬


‫ «الْيَ ُد‬:‫ال‬ َ ِّ ‫ َع ِن النَّيِب‬،ُ‫يث َحكي ِم بْ ِن حَزام َرض َي اهللُ َعْنه‬ َ
‫ َو َم ْن‬، ‫الص َدقَِة َع ْن ظَ ْه ِر ِغىًن‬َّ ‫ َو َخْي ُر‬،‫ول‬ ُّ ‫الْعُ ْليَ ا َخْي ٌر ِم َن الْيَ ِد‬
ُ ُ‫ َوابْ َدْأ مِب َ ْن َتع‬،‫الس ْفلَى‬
ِِ ِ ْ ‫يسَتع ِف‬
﴾‫ي‬ ّ ‫﴿َأخَر َجهُ البُ َخا ِر‬
ْ .»ُ‫ َو َم ْن يَ ْسَت ْغ ِن يُ ْغنه اهلل‬،ُ‫ف يُعفَّهُ اهلل‬ ْ َْ
(Hakim bin hazim berkata “Nabi SAW bersabda, “Tangan yang diatas lebih
baik daripada tangan yng dibawah, dan dahulukan keluargamu (orang-orang
4
Ramli Abdul Wahid, h. 130.
5
Rachmad Syafe’i, Al-Hadis Aqidah,Akhlaq,Sosial,dan Hukum,( Bandung: Pustaka
Setia), 2000. Hlm.118-121

4
yang wajib kamu beri belanja), dan sebaik-baiknya sedakah itu dari
kekayaan (yang berlebihan), dan siapa yang menjaga kehormatan diri (tidak
minta-minta), maka Allah akan mencukupinya, demikian pula siapa yang
beriman merasa sudah cukup, maka Allah akan membantu memberinya
kekayaan.” (Dikeluarkan oleh imam Bukhari dalam “Kitb Zakat” bab “Tidak
ada zakat kecuali dari orang yang kaya).6

‫ «َأَل ْن‬:‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫ قَ َال رس‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،ُ‫يث َأيِب ُهَر ْيَر َة َر ِض َي اهللُ َعْنه‬ ِ
َ ‫ول اهلل‬ َُ ُ ‫َحد‬
.»ُ‫َأح ًدا َفُي ْع ِطيَ هُ َْأو مَيَْن َع ه‬ َ ‫َأح ُد ُك ْم ُح ْز َم ةً َعلَى ظَ ْه ِر ِه َخْي ٌر ِم ْن َأ ْن يَ ْس‬
َ ‫َأل‬ َ ‫ب‬
ِ
َ ‫حَيْتَط‬
﴾‫ي‬ ّ ‫﴿َأخَر َجهُ البُ َخا ِر‬
ْ
(“Abu hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda Jika seseorang itu
pergi mencari kayu lalu diangkat seikat kayu diatas punggungnya (yakni
untuk dijual di pasar), maka itu lebih baik daripada minta kepada seseorang
baik diberi atau ditolak.”(Dikeluarkan oleh imam Bukhari dalam kitab,”Jual
Beli Buyu” bab “Kasab seseorang laki-laki dan bekerja dengan tangannya
sendiri.”)7

Penjelasan:
Islam sangat mencela orang yang mampu untuk berusaha dan
memiliki badan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, melainkan hanya
menggantungkan hidupnya pada orang lain. Misalnya dengan cara meminta-
minta. Keadaan seperti itu sangat tidak sesuai dengan sifat umat islam yang
mulia dan memiliki kekuatan. Sebaimana dinyatakan dalam firman (Q.S.
munafiqun :8)
“(Kekuatan itu bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi kaum mukminin”.
(Q.S.munafiqun: 8).

Artinya, mereka yang meminta-minta ini tidak hanya merendahkan


dirinya tapi juga mereka telah merendahkan agama islam yang melarang
perbuatan tersebut. Bahkan ia dapat dikategorikan sebagai kufur nikmat,
karena tidak menggunakan tangan dan anggota badannya untuk berusaha dan
mencari rezeki sebagaimana di perintahkan syara’. Padahal Allah pasti akan
memberikan rezeki kepada setiap makhlukNya yang berusaha.

6
Rachmad Syafe’i, Al-Hadis Aqidah,Akhlaq,Sosial,dan Hukum,( Bandung: Pustaka
Setia), 2000. Hlm.118-121
7
Rachmad Syafe’i, Al-Hadis Aqidah,Akhlaq,Sosial,dan Hukum,( Bandung: Pustaka
Setia), 2000. Hlm.118-121

5
Dalam ketiga hadis diatas dinyatakan secara tegas bahwa tangan
diatas (pemberi) lebih baik dan tinggi derajatnya daripada tangan yang
dibawah (orang yang diberi). Meskipun usaha yang kita lakukan dipandang
hina oleh manusia, itu lebih baik daripada meminta-minta. Padahal harta yang
diperoleh dari minta-minta itu sama dengan mengumpulkan bara api,
sebagaimana sabda Rasul:
“(Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “siapa
yang meminta-minta untuk memperbanyak kekayaannya, ia tiada lain hanya
memperbanyak bara api. Maka terserah padanya, apakah ia akan
mengurangi atau memperbanyaknya”. (H.R.Muslim)8
Dalam hadist di atas dapat di singgung tentang etika memberikan
bantuan kepada orang lain, yaitu mengutamakan keluarga terdekat, kerabat
terdekat dan seterusnya. Dengan kata lain, tidak mengutamakan memberi
kepada orang lain sementara diri dan keluarganya kelaparan. Dengan
demikian, maka tidak bolehterlalu kikir ataupun terllu berlebihan dalam
memberikan sesuatu kepada orang lain.
Bagi orang yang selalu membantu orang lain, akan mendapatkan
pahala kelak diakhirat, dan Allah juga akan mencukupkan rezekinya di dunia.
Dengan demikin, pada hakikatnya dia telah memberikan rezekinya untuk
kebahagiaan dirinya dan keluarganya. Karena Allah SWT akan memberikan
balasan yangberlipat dari bantuan yang ia berikan kepada orang lain.
Orang yang tidak meminta minta dan menggantungkan hidupnya
dengan orang lain meskipun hidupnya serba kekurangan, lebih terhormat
dalam pandangan Allah SWT. Dan Allah akan memuliakannya dan
mencukupinya. Orang islam harus berusaha memanfaatkan karunia yang
diberikan oleh Allah yang berupa kekuatan dan kemampuan dirinya untuk
mencukupi hidupnya disertai doa kepada Allah.
Adanya kewajiban berusaha bagi manusia, tidak berarti bahwa Alla
SWT.tidak berkuasa untuk mendatangkan rezeki begitu saja kepada manusia,
tetapi dimaksudkan agar manusia menghargai dirinya sendiri dan usahanya.
8
Rachmad Syafe’i, Al-Hadis Aqidah,Akhlaq,Sosial,dan Hukum,( Bandung: Pustaka
Setia), 2000. Hlm.123-124

6
Sekaligus agar tidak berlaku semena mena atau melampaui batas.
Sebagaimana dinyatakan oleh Syaqiq Ibraim)9 dalam menafsirkan ayat.
Artinya:
“( Seandainya Allah melapangkan rezeki kepada hambaNya pasti mereka
melampaui batas (bejat moral), tetapi Allah memberinya menurut
sekehendak-Nya secara detail dan mengawasinya.)”
Artinya, seandainya Alla SWT memberikan rezeki kepada manusia
yangtidak mau berusaha, pasti manusia semakin rusak dan memiliki banyak
peluanguntuk berbuat kejahatan. Akan tetapi, dia Mahabijaksana dan
memerintahkan manusia untuk berusaha agar manusia tidak banyak berbuat
kerusakan.
C. Mukmin Yang Kuat Mendapat Pujian

:‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ ُ ‫ال رس‬


َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،ُ‫َع ْن َأيِب ُهَر ْي َر َة َر ِض َي اهللُ َعْن ه‬
ِ ِ‫الض ع‬
َّ ‫ب ِإىَل اللَّ ِه ِم ْن الْ ُم ْؤ ِم ِن‬ ُّ ‫«الْ ُم ْؤ ِم ُن الْ َق ِو‬
ْ ‫اح ِر‬
‫ص‬ ْ ‫يف َويِف ُك ٍّل َخْي ٌر‬ ُّ ‫َأح‬
َ ‫ي َخْي ٌر َو‬
ِ ِ ‫كو‬
ُ ‫ك َش ْيءٌ فَاَل َت ُق ْل لَ ْو َأيِّن َف َع ْل‬
‫ت‬ َ ‫اس تَع ْن بِاللَّه َواَل َت ْع َج ْز َوِإ ْن‬
َ َ‫َأص اب‬ ْ َ َ ُ‫َعلَى َم ا َيْن َفع‬
ِ َ‫الش يط‬ ِ ِ
.»‫ان‬ ْ َّ ‫َك ا َن َك َذا َو َك َذا َولَك ْن قُ ْل قَ َد ُر اللَّه َو َم ا َش اءَ َف َع َل فَِإ َّن لَ ْو َت ْفتَ ُح َع َم َل‬
﴾‫﴿َأخَر َجهُ ُم ْسلِم‬ ْ
Artinya :”( Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Orang mukmin yang kuat lebah baik dan lebih dicintai Allah
daripada mukmin yang lemah dan dalam segala sesuatu ia
dipandang lebih baik. Raihlah apa yang memberikan manfaat
bagimu. Minta tolonglah kepada Allah. janganlah lemah! Kalau
engkau tertimpa sesuatu, janganlah berkata, ‘kalau aku berbuat
begini, pasti begini dan begitu tetapi katakanlah “Allah SWT telah
menentukan dan Allah menghendaki aku untuk berbuat karena kata
“kalau” akan mendorong pada perbuatan setan.)” (H.R.Muslim)10

9
Al faqi, Op. Cit, hal.450
10
Rachmad Syafe’i, Al-Hadis Aqidah,Akhlaq,Sosial,dan Hukum,( Bandung: Pustaka
Setia), 2000. Hlm.125-126

7
Penjelasan :
Hadist di atas mengandung tiga perintah dan dua larangan yaitu:
1. Memperkuat iman
Keimanan seseorang akan membawa kepada kemuliaan baginya,
baik di dunia maupun diakhirat. Kalau keimanannya kuat dan selalu
diikuti dengan melakukan amal saleh, ia akan mendapatkan manisnya
iman. Setiap orang mempunyai tingkat keimanan yang berbeda-beda. Ada
yang kuat imannya dan ada yang lemah. Orang yang kuat imannya akan
selalu mengisi keimanannya dengan amal shaleh, seperti memerintahkan
kebaikan dan melarangkemunkaran, mengerjakan shalat, mengeluarkan
zakat, memberi sedekah dan lainnya,sehingga akan memberikan
kemuliaan bagi dirinya.11
Sedangkan orang yang lemah imannya ia tidak mau mengerjakan
kewajibannya sebagai orang yang beriman. Kuat tidaknya iman
seseorang,tidak hanya dapat dilihat dari tingkah lakunya, tapi juga dapat
dipahami dalam realitas kehidupan. Misalnya dari segi kekuatan badan,
tidak loyo, tegar, dll. Orang yang kuat jasmaninya, akan siap untuk
beribadah dan berjuang untuk membela agama Allah SWT.Maka dari itu
kita harus selalu menjaga keimanan kita dan mnghiasinya dengan sesuatu
yang positif.
2. Perintah untuk memanfaatkan waktu
Manfaatkanlah waktu sebaik mungkin dan seefektif mungkin untuk
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, baik untuk kehidupan dunia maupun
akhirat. Karena Rasulullah SAW menginginkan umatnya mendapatkan
kebagiaan didunia maupun diakhirat. Dalam realita kehidupan, banyak
orang yang sukses dan berhasil karena mereka benar-benar memanfaatkan
waktunya sebaik mungkin. Pepatah arab mengatakan:“(waktu itu bagaikan
pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya (menggunakannya untuk
memotong), ia akan memotongmu (menggilaskanmu).”

11
an Nawawi, Juz IX, h . 19

8
3. Memohon pertolongan Allah SWT
Setiap perbuatan yang kita lakukan harus dibarengi dengan doa,
karena ikhtiar saja tidak cukup. Seseorang tidak akan mencapai
kesuksesan tanpa pertolongan Allah. Maka dari itu, perbanyaklah doa agar
Allah selalu menolong apa yang kita lakukan. Dalam shalat perbanyaklah
membaca:“(Hanya kepada-Mu aku beribadah dan hanya kepada-Mu aku
memohon pertolongan.” (Q.S.Al Fatihah: 5)
Orang yang tidak pernah memohon pertolongan kepada Allah, ia
dianggap sombong dan keimanannya masih dipertanyakan.
4. Larangan membiarkan kelemahan
Setiap orang harus berusaha untuk mengubah segala kelemahan
yang ada pada dirinya karena Allah SWT tidak akan mengubahnya kalau
orang tersebut tidak berusaha mengubahnya. Fiman Allah: (Q.S.Ar Ra’du:
11) “(Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaannya.)”
5. Larangan untuk menyatakan “kalau” (seandainya begini dan begitu
pasti hasilnya begini)
Dalam alam berusaha, kita tidak dapat memastikan selamanya akan
berhasil, pasti akan ada kegagalan. Pernyataan “kalau begini dan begitu”
merupakan godaan setan untuk mendahului kehendak Allah SWT bahwa
suatu usaha akan berhasil jika Allah tidak menghendakinya.12

12
Ibn hajar, Fath, Juz XX, h. 283.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari dalil hadis dan ayat al-Qur’an di atas dapat difahami bahwa etos
kerja dalam islam adalah sangat penting karena hal tersebut merupakan ajaran
islam. Orang yang tidak memiliki semangat bekerja sebenarnya manusia yang
demikian adalah manusia yang dikategorikan belum sempurna keislamannya,
imannya serta tanggung jawabnya dimuka bumi ini.
Adapun hadist mengenai etos kerja diantaranya: Hadist mengenai
pekerjaan yang paling baik, larangan meminta-minta. Adapun pekerjaan yang
paling baik adalah seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan
berdagang ataupun berjualan yang bersih. Adapun pekerjaan yang kurang
disukai Allah SWT ataupun dilarang adalah meminta-minta atau mengemis.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bahreis , Hussein, Hadits Shahih Bukhari-Muslim, Surabaya: Karya Utama.

Abdul Hamid. 2015. Hadis Seputar Islam dan Tata Kehidupan. Bandung : Cita
Pustaka Media.

Rachmat Syafe’i. 2010. Al Hadis Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum. Bandung :
Pustaka Setia.

Ibn Hajar al asqalani. Fath al Bari, Juz I.( Beirut , Libanon, Dar al Fikr,tt).

Mun’im, Abdul. 2009. Akhlak Rasul menurut Bukhori dalam Muslim. Jakarta:
Gema Insani.

Tholhah , Muhammad. 2005. Islam dan Masalah Sumber daya Manusia, Jakarta;
Lantabora Press.

11

Anda mungkin juga menyukai