Anda di halaman 1dari 7

1.

Hadits riwayat Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi

“Mencari rezeki yang halal adalah wajib apabila sudah melaksanakan ibadah fardhu.”

‫َلْو َاَّنُك ْم َتَت َو َّك ُلوَن َع َلى ِهللا َح َّق َت َو ُّك ِلِه َلَر َز َقُك ْم َك َم ا َي ْر ُز ُق‬:‫َس ِمْع ُت َر ُسوَل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َي ُقوُل‬: ‫َع ْن ُع َمَر َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه َقاَل‬
‫ َتْغ ُد و ِخَم اًصا َو َت ُروُح ِبَط ا اًن‬, ‫الَّط ْي َر‬.

Dari Umar Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Kalau kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal,
maka niscaya Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada
burung; ia pergi pagi hari dalam keadaan perutnya kosong, lalu pulang pada sore hari dalam
keadaan kenyang”. [HR Tirmidzi, no. 2344; Ahmad (I/30); Ibnu Majah, no. 4164]

2. Hadits riwayat Ath-Thabrani

‫َم ْن َاْم َس ى َك ااًّل ِمْن َع َم ِل َي َد ْيِه َاْم َس ى َم ْغ ُفْو ًر ا َلُه‬

“Barangsiapa yang di waktu sore merasa capek (lelah) lantaran pekerjaan kedua tangannya
(mencari nafkah) maka di saat itu diampuni dosa baginya.” (HR. Thabrani)

“Sesungguhnya di antara dosa yang tidak bisa ditebus dengan pahala shalat, sedekah atau haji,
maka bisa ditebus dengan kesusah-payahan dalam mencari nafkah.”

HR. Ath-Thabrani: “Sesudah shalat Subuh maka janganlah kamu tidur sehingga kamu tidak
lalau dalam mencari rezeki.”

HR. Ath-Thabrani dan Al-Bazzar: “Bangunlah di pagi hari untuk mencari rezeki dan
kebutuhanmu. Sesungguhnya pada pagi hari terdapat barakah dan keberuntungan.”

3. Hadits riwayat Abu Zar dan Al-Hakim:

“Sesungguhnya Ruhul Qudus membisikkan bahwa jiwa tidak akan wafat sebelum lengkap dan
sempurna rezekinya. Karena itulah kamu harus bertakwa kepada Allah dan memperbaiki mata
pencaharianmu. Jika datangnya rezeki itu terlambat maka jangan memburunya dengan
bermaksiat karena apa yang ada di sisi Allah hanya bisa diraih dengan taat pada-Nya.”

4. Hadits riwayat Bukhari

‫َم ا َأَك َل َأَح ٌد َط َع اًما َقُّط َخ ْيًر ا ِمْن َأْن َي ْأُك َل ِمْن َع َم ِل َيِدِه َو ِإَّن َن ِبَّي ِهللا َد اُو َد َع َلْيِه الَّس اَل ُم َك اَن َي ْأُك ُل ِمْن َع َم ِل َيِدِه‬

“Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan hasil
usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud as. memakan makanan
dari hasil usahanya sendiri.” (HR. Bukhari)

5. Hadits riwayat Ahmad

“Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang bekerja dan terampil. Siapa yang bersusah payah
mencari nafkah untuk keluarganya maka ia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah.”

6. Hadits riwayat Ad-Dailami:

“Sesungguhnya Allah senang melihat hamba-Nya yang bersusah payah dalam mencari rezeki
yang halal.”
7. Hadits riwayat Ahmad:

“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu pagi bagi mereka yang bangun di waktu fajar untuk
mencari nafkah.”

8. Hadits riwayat Al-Baihaqi:

“Apabila telah dibukakan bagi seseorang pintu rezeki maka sebaiknya ia melestarikannya.”

9. Hadits riwayat Ibnu Majah

‫َم ا َك َس َب الَّر ُجُل َك ْس ًبا َأْط َيَب ِمْن َع َم ِل َيِدِه َو َم ا َأْن َفَق الَّر ُجُل َع َلى َن ْف ِس ِه َو َأْه ِلِه َو َو َلِدِه َو َخ اِدِمِه َفُهَو َص َد َقٌة‬

“Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya (bekerja)
sendiri. Dan apa saja yang dinafkahkan oleh seorang laki-laki kepada diri, istri, anak dan
pembantunya adalah sedekah.” (HR. Ibnu Majah)

‫ِإَّن ُمْو َس ى َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم آَج َر َن ْف َس ُه َث َم اِنَي ِس ِنْي َن َأْو َع ْش ًر ا َع َلى ِع َّفِة َفْر ِج ِه َو َط َع اِم َب ْط ِنِه‬

“Sesungguhnya Nabi Musa as. mempekerjakan dirinya sebagai buruh selama delapan tahun
atau sepuluh tahun untuk menjaga kehormatan dirinya dan untuk mendapatkan makanan (halal)
bagi perutnya.” (HR. Ibnu Majah)

‫ِإَذ ا َس َّبَب ُهللا َأِلَح ِد ُك ْم ِر ْز ًقا ِمْن َو ْج ٍه َفاَل َي َد ْع ُه َح َّت ى َي َت َغ َّيَر َلُه َأْو َي َتَنَّك َر َلُه‬

“Jika Allah memberikan jalan bagi seseorang di antara kamu untuk memperoleh rezeki dari
suatu arah, maka janganlah dia meninggalkannya sampai dia berubah atau hilang
darinya.” (HR. Ibnu Majah)

Dari beberapa hadits tersebut perlu diterapkan pada kehidupan kita. Hadits sebagai pedoman
hidup tentu dapat menuntuk kita menuju jalan yang benar. Kita harus mencari rezeki yang halal
dengan cara yang bersih dan jujur serta ikhlas dalam melaksanakannya.

10. Hadits riwayat Muslim

‫اْح ِر ْص َع َلى َم ا َي ْن َفُع َك َو اْس َت ِعْن ِباِهَّلل َو َال َت ْع ِج ْز‬

“Bersemangatlah melakukan hal yang bermanfaat untukmu dan meminta tolonglah pada Allah,
serta janganlah engkau malas” (HR. Muslim)

11. Bekerja Lebih Baik

‫َظ‬ ‫َط‬ ‫ْل‬ ‫ُث‬ ‫َألْن َي ْأُخَذ ََا‬: ‫َقاَل َر ُسوُل ِهللا‬: ‫َو َع ْن َاِبى َع ْب ِدِهللا الُّز َب ْي ِر بِن الَع َّو ا َقاَل‬
‫َح ُد ُك ْم َاْح ُبَلُه َّم َي ْاِتى ا َج َبَل َفَي ْاِتَى ِبُح ْز َم ٍة ِمْن َح ٍب َع َلى ْه ِر ِخ‬ ‫ِم‬
‫َفَي ِبْي َع َه ا َفَي ُك َّف ُهللا ِبَه ا َو ْج َه ُه َخ ْيٌر َلُه ِمْن َاْن َي ْس َأَل الَّن اَس َاْع َط ْو ُه َاْو َم َن ُعْو ُه‬.

Dari Abi Abdillah (Zubair) bin Awwam Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya, seorang di antara kalian membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari
kayu bakar yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup
kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka
memberi atau tidak”. [HR Bukhari, no. 1471].

1. Hadits bekerja keras untuk menafkahi diri sendiri


‫َم ا َأَك َل َأَح ٌد َطَع اًم ا َقُّط َخ ْيًرا ِم ْن َأْن َيْأُك َل ِم ْن َع َمِل َيِدِه َو ِإَّن َنِبَّي ِهللا َداُوَد َع َلْيِه الَّس اَل ُم َك اَن َيْأُك ُل ِم ْن‬
‫َع َمِل َيِدِه‬
Artinya: “Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang
lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan
sesungguhnya Nabi Allah Daud as. memakan makanan dari hasil
usahanya sendiri.” (HR. Bukhari)
ADVERTISEMENT

2. Hadits bekerja keras untuk mencari rezeki

‫ فإن الغدو بركة ونجاح‬،‫ في طلب الرزق‬-‫أي الصباح‬- ‫'باكروا الغدو‬


Artinya: “Berpagi-pagilah (subuh) dalam mencari rezeki, sesungguhnya
berpagi-pagi itu adalah berkat dan kejayaan.” (HR. At Thabrani)

3. Hadits bangun pagi untuk bekerja

‫ فإن هللا يقسم أرزاق الناس ما بين طلوع‬،‫ وال تكوني من الغافلين‬،‫يا بنية قومي اشهدي رزق ربك‬
‫الفجر إلى طلوع الشمس‬
Artinya: “Wahai anakku, bangunlah dan hadaplah rezeki Tuhanmu.
Janganlah engkau jadi dari kalangan orang yang lalai. Sesungguhnya
Allah memberikan rezeki manusia di antara terbit fajar hingga terbit
matahari.” (HR. Al-Baihaqi)

4. Hadits bekerja keras untuk menafkahi keluarga

‫َم ا َك َسَب الَّرُجُل َك ْسًبا َأْط َيَب ِم ْن َع َمِل َيِدِه َو َم ا َأْنَفَق الَّرُجُل َع َلى َنْفِسِه َو َأْهِلِه َو َو َلِدِه َو َخ اِدِمِه َفُهَو‬
‫َص َد َقٌة‬
Artinya: “Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali
dari hasil tangannya (bekerja) sendiri. Dan apa saja yang dinafkahkan
oleh seorang laki-laki kepada diri, istri, anak dan pembantunya adalah
sedekah.” (HR. Ibnu Majah)

5. Hadits untuk bekerja keras dan tidak bermalas-malasan


‫اْح ِر ْص َع َلى َم ا َيْنَفُعَك َو اْسَتِع ْن ِباِهَّلل َو َال َتْع ِج ْز‬
“Bersemangatlah melakukan hal yang bermanfaat untukmu dan meminta
tolonglah pada Allah, serta janganlah engkau malas.” (HR. Muslim)
(Dari Rifa’ah bin Rafi’I berkata bahwa nabi Saw. ditanya, “Apa mata pencaharian yang paling baik?”
Nabi menjawab, “Seseorang bekerja dengan tangannya dan tiap-tiap jual beli yang bersih.”
(Diriwayatkan oleh Bazzar dan disahkan oleh Hakim).[1]

1. TAWAKKAL
2. MENGUTAMAKAN KEHALALAN
3. BERORIENTASI PADA KEBERKAHAN
4. MENGHINDARI PERKARA RIBA
5. JUJUR
6. MENGUTAMAKAN TOLONG-MENOLONG
7. MANDIRI
8. PANTANG MENYERAH
9. BEKERJJA KERAS
10. KREATIF

Wirausaha Islam mengacu pada praktik bisnis yang dijalankan dengan berlandaskan
nilai-nilai Islam. Berikut adalah beberapa karakteristik wirausaha Islam beserta
beberapa hadits yang dapat mendukungnya:

1. Taqwa (Ketakwaan):
 Hadits: "Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
memberikan jalan keluar baginya, dan memberikan rezeki dari arah
yang tidak disangka-sangkanya." (QS. At-Talaq [65]: 2-3)
2. Etika Bisnis yang Baik:
 Hadits: "Sesungguhnya, sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia." (HR. Ahmad)
3. Keadilan dan Transparansi:
 Hadits: "Janganlah kalian merugikan atau menganiaya orang lain, dan
janganlah kalian saling memusuhi, dan jadilah hamba-hamba Allah
yang bersaudara." (HR. Muslim)
4. Berbagi Keuntungan dan Kepedulian Sosial:
 Hadits: "Orang beriman kepada seseorang itu mencintainya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Bertanggung Jawab:
 Hadits: "Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung
jawab atas kepemimpinannya." (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Inovasi yang Bermakna:
 Hadits: "Allah menyukai setiap pekerjaan yang dilakukan dengan
penuh kesungguhan." (HR. Bukhari)
7. Tawakal (Bertawakal kepada Allah):
 Hadits: "Tawakallah kepada Allah, sebagaimana tawakalnya anak
burung yang pergi dari sarangnya dengan perut kosong, dan kembali
dengan perut penuh." (HR. Ahmad)
8. Pemberdayaan Ekonomi:
 Hadits: "Orang yang bekerja untuk menyambung hidupnya dan
keluarganya adalah seperti seorang mujahid di jalan Allah yang
berperang untuk agama-Nya." (HR. Ibnu Majah)

1. Berusaha untuk Kesejahteraan:


 Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika hari kiamat tiba,
dan seseorang memiliki benih pohon kurma di tangannya, dan dia bisa
menanamkannya sebelum kiamat tiba, maka lakukanlah." (HR. Ahmad)
2. Berdoa untuk Kesejahteraan Usaha:
 Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang
berbisnis dan meminta keberkahan, maka Allah akan memberikan
keberkahan atas bisnisnya tersebut." (HR. Ibn Majah)
3. Kejujuran dalam Bisnis:
 Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik jual beli
adalah yang paling mudah." (HR. Ibnu Majah)
4. Pemberdayaan Ekonomi:
 Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Seorang pekerja
yang bekerja keras dan jujur, kelak akan berada bersama para nabi,
orang-orang yang shalih, dan para syuhada di surga." (HR. Ahmad)
5. Keberkahan dalam Berdagang:
 Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang dagangan
yang paling berkah adalah makanan dan anak hewan ternak." (HR.
Hakim)

Tawakkal adalah konsep penting dalam Islam yang berarti bergantung sepenuhnya
pada Allah dan melepaskan diri dari ketergantungan yang berlebihan pada
kemampuan manusia. Dalam konteks usaha, tawakkal mengajarkan untuk berusaha
dengan sungguh-sungguh, tetapi pada akhirnya, hasil usaha tersebut diserahkan
sepenuhnya kepada kehendak Allah. Berikut adalah beberapa aspek tawakkal dalam
usaha:

1. Berusaha dengan Sungguh-sungguh: Tawakkal tidak berarti pasifitas atau


tidak berusaha. Sebaliknya, seorang pebisnis Muslim diharapkan untuk
berusaha dengan penuh dedikasi dan sungguh-sungguh. Allah mencintai
hamba-Nya yang berusaha untuk mencapai tujuannya.
2. Percaya pada Rencana Allah: Meskipun berusaha dengan keras, seorang
pebisnis Muslim harus selalu menyadari bahwa hasil akhir adalah keputusan
Allah. Keyakinan ini membantu mengurangi kecemasan dan stress, karena
pebisnis menyadari bahwa segala sesuatu berada di tangan-Nya.
3. Menerima Segala Hasil: Tawakkal mengajarkan untuk menerima segala hasil,
baik itu keberhasilan atau kegagalan, dengan sikap yang sabar dan ikhlas.
Seorang pebisnis Muslim menyadari bahwa hasil akhir adalah bagian dari
rencana Allah yang lebih besar.
4. Doa dan Permohonan: Dalam usaha, seorang pebisnis Muslim dianjurkan
untuk selalu berdoa dan memohon pertolongan Allah. Doa adalah salah satu
bentuk tawakkal, menunjukkan ketergantungan dan kerendahan hati di
hadapan Allah.
5. Bertawakkal bukan Menyia-nyiakan Usaha: Tawakkal bukan alasan untuk
menyia-nyiakan usaha atau tidak merencanakan. Islam mengajarkan bahwa
manusia harus berusaha dengan akal dan upaya maksimal, sambil menyadari
bahwa akhirnya hasil tergantung pada kehendak Allah.
6. Menjaga Niat yang Ikhlas: Seorang pebisnis Muslim harus menjaga niatnya
agar bersih dan ikhlas, mengingat bahwa setiap usaha yang dilakukan dengan
niat yang baik di sisi Allah akan mendapatkan berkah.
7. Mengatasi Kekhawatiran dan Kecemasan: Tawakkal membantu seseorang
mengatasi kekhawatiran dan kecemasan terkait bisnis. Mengetahui bahwa
Allah adalah pemegang segala urusan memberikan ketenangan dan
kepercayaan diri.
8. Berbuat Adil dalam Bisnis: Tawakkal juga mencakup aspek berbuat adil
dalam bisnis. Seorang pebisnis Muslim tidak boleh mengambil jalan pintas
atau melakukan tindakan tidak etis untuk mencapai tujuan bisnisnya.

Meskipun tidak ada hadits yang secara khusus menyebutkan kata "tawakkal dalam
wirausaha," ada beberapa hadits yang mencerminkan konsep tawakkal (bertawakal)
dan prinsip-prinsip bisnis yang relevan. Berikut adalah beberapa hadits yang dapat
dihubungkan dengan konsep tawakkal dalam konteks wirausaha:

1. Bertawakkal pada Allah: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


"Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal,
niscaya Dia akan memberikan rezeki sebagaimana Dia memberikan rezeki
kepada burung. Mereka pergi di pagi hari dengan perut kosong, dan kembali
di sore hari dengan perut kenyang." (HR. Tirmidzi)
2. Tawakkal Setelah Berusaha: Dari Abdullah bin Zaid, Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: "Berusaha, dan tawakkallah." (HR. Ibnu Majah)
3. Kepercayaan pada Rencana Allah: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Ketahuilah, bahwa jika seluruh umat berkumpul untuk memberikan
manfaat kepadamu, mereka tidak akan mampu memberikan manfaat
kepadamu, kecuali apa yang Allah tetapkan bagimu. Dan jika seluruh umat
berkumpul untuk mendatangkan mudharat kepadamu, mereka tidak akan
mampu mendatangkan mudharat kepadamu, kecuali apa yang Allah tetapkan
bagimu." (HR. Tirmidzi)
4. Doa Tawakkal: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa
yang berkata saat pagi dan petang: 'Raditu billahi Rabba, wa bil Islami dinan,
wa bi Muhammadin Nabiyyan' (Aku ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai
agama, dan Muhammad sebagai Nabi), maka hakikat tawakal itu diperoleh
olehnya." (HR. Ahmad)
5. Keberkahan Tawakkal: Dari Umar bin Khattab, Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda: "Seandainya kalian bertawakal pada Allah dengan
sebenar-benarnya tawakal, pasti kalian akan diberikan rezeki sebagaimana
burung diberi rezeki; mereka pergi di pagi hari dengan perut kosong dan
pulang di sore hari dengan perut kenyang." (HR. Ahmad)

Anda mungkin juga menyukai