Anda di halaman 1dari 5

Jawaban UTS HADIS EKONOMI

1.

2. “Wahai Rasulullah, mata pencaharian (kasb) apakah yang paling baik?” Nabi
kemudian bersabda, “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri
dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi),” (HR.Ahmad 4:141, hasan
ligoirihi).Dari hadis ini, kita mengetahui bahwa seperti apa profesi atau
pekerjaan yang terbaik menurut Rasulullah SAW. Yaitu :

Pekerjaan yang halal


Asy Syaibani mengatakan bahwa mata pencaharian ( kasb) adalah
mencari harta dengan menempuh cara yang halal. Sedangkan thoyyib,
maksudnya adalah usaha yang berkah atau halal. Pada zaman Nabi
Muhammad SAW, para sahabat tidak bertanya manakah pekerjaan yang
paling banyak penghasilannya.
Namun, yang mereka tanya adalah manakah yang paling diberkahi.
Sehingga dari sini kita dapat memetik pelajaran bahwa tujuan dalam
mencari rizki adalah mencari yang paling berkah, bukan semata- mata
karena menghasilkan banyak uang.
Pekerjaan dengan tangan sendiri
Dalam hadits di atas, sebetulnya ada dua mata pencaharian yang
dikatakan paling diberkahi. Pertama adalah pekerjaan dengan tangan
sendiri. Hal ini juga disebutkan pula dalam hadits yang lain.
 
“Tidaklah seseorang memakan suatu makanan yang lebih baik dari
makanan yang ia makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Karena
Nabi Daud ‘alaihis salam dahulu bekerja pula dengan hasil kerja keras
tangannya. Hadis tersebut juga menerangkan bahwa mencari kerja dengan
tangan sendiri sudah dicontohkan oleh para nabi seperti Nabi Daud AS.
Contoh pekerjaan dengan tangan sendiri adalah bercocok tanam,
kerajinan, mengolah kayu, pandai besi, dan menulis.

Jual beli yang mabrur (berdagang)


Mata pencaharian kedua yang diberkahi adalah jual beli yang mabrur.
Menurut Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan, jual beli yang mabrur adalah jual

1
beli yang memenuhi syarat dan rukun jual beli. Proses jual beli juga harus
didasari oleh kejujuran, serta menghindarkan diri dari penipuan dan
pengelabuan.
jual beli mabrur harus memenuhi syarat dan rukun jual beli. Di
antaranya, ridho antara penjual dan pembeli, barang yang dijual
mubah pemanfaatannya (bukan barang haram), uang dan barang bisa
diserahterimakan, tidak ada ghoror (ketidakjelasan).
3. Syarat-syaratnya

A. Keadilan 

Dimana syarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai


mencari makanan dan minumam secara halal dan tidak dilarang hukum.
misalnya dalam soal makanan an minuman yang terlarang adalah : darah,
daging binatang yang telah mati sendiri, daging babi, daging
binatang yang ketika disembelih diserukan nama selain Allah SWT
dengan maksud mempersembahkan sebagai kurban untuk memuja berhala
dan tuhantuhan lain.

B. Kebersihan

Syarat yang kedua ini maksudnya adalah harus baik dan cocok ketika
dikonsumsi makanandan minumannya tidak kotor ataupun menjijikan
sehingga tidak merusak selera, karena itu tidak semua yang diperkenankan
boleh dimakan dan diminum dalam semua keadaan. dari semua yang
diperbolehkkan makan dan minumlah yang bersih dan bermanfaat.

C. Kesederhanaan

Syarat ini mengatur perilaku manusia mengenai makanan dan


minumam dari sikap yang tidak berlebih-lebihan, yang berarti jangan
makan secara berlebih. prinsip tersebut tentu berbeda dengan ideologi
kapitalisme dalam berkonsumsi yang menganggap konsumsi sebagai suatu
mekanisme untuk menggenjot suatu produksi dan pertumbuhan. Semakin
banyak permintaan maka semakin banyak barang yang diproduksi.
Disinilah kemudian timbul pemerasan, penindasan terhadap buruh agar
harus bekerja tampa mengenal batas waktu guna memenuhi permintaan.
Dalam Islam justru berjalan sebaliknya: menganjurkan suatu cara
konsumsi yang moderat, adil dan proposional. Intinya dalam islam
konsumsi harus diarahkan secara benar, agar keadilan dan kesetaraan
untuk semua bisa tercipta. 

D. Kemurahan Hati

2
Dengan menaati perintah Islam tidak ada bahaya mauun dosa ketika
memakan dan meminum makanan halal yang disediakan oleh Tuhan.
Selama maksudnya adalah untuk kelangsungan hidup dan kesehatan
yang lebih baik dengan tujuan menunaikan perintah Tuhan dengan
keimanan yang kuat dalam tuntunan-Nya, dan perbuatan adil sesuai
dengan itu, yang menjamin persesuaian bagi semua perintah- Nya. 

E. Moralitas

Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi


dengan tujuan berakhirnya, yakni untuk meningkatkan atau kemajuan
nilai-nilai moral dan spiritual. Seorang muslim diajarkan untuk mnyebut
nama Allah sebelum makan dan seseudah dan menyatakan terimakasih
kepada-Nya setelah makan. Dengan demikian ia akan merasakan
kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi keinginankeinginan fisiknya. Hal
ini penting artinya karena Islam menghendaki perpaduan nilai-nilai hidup
material dan spiritual yang berbahagia. 

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Konsep Islamic


man menempatkan manusia sebagai hamba Allah yang bertugas untuk
beribadah dan sebagai khalifatullah yang harus mengemban amanah
dalam melaksanakan kegiatan memakmurkan (imarah) bumi sebagai
aktivitas duniawi. Maka kegiatan konsumsi yang merupakan bagian
dari aktivitas duniawi harus masuk ke dalam bagian tugas seorang
Muslim secara keseluruhan. Sehingga tidak ada pemisahan antara urusan
duniawi dan ukhrawi, antara ekonomi dan agama. Hal ini mencerminkan

Rasulullah mendorong umatnya suapaya senantiasa berproduksi


untuk mendapatkan dan menghasilkan sesuatu. Jika seseorang mempunyai
lahan produksi, tetapi ia tidak mampu untuk melakukan kegiatan produksi,
maka hendaklah diserahkan kepada orang lain agar memproduksinya.
Jangan sampai lahan produksi itu dibiarkan sehingga menganggur.
Rasulullah bersabda:

ُ ‫ض َي هَّللا‬ ِ ْ‫َح َّدثَنَا ُعبَ ْي ُد هَّللا ِ ب ُْن ُمو َسى َأ ْخبَ َرنَا اَأْلو‬
ِ ‫زَاع ُّي ع َْن َعطَا ٍء ع َْن َجابِ ٍر َر‬
ُ ‫ص`لَّى هَّللا‬
َ ‫ف فَقَ``ا َل النَّبِ ُّي‬ ْ ِّ‫`ع َوالن‬
ِ `‫ص‬ ِ ُ‫ال َك``انُوا يَ ْز َر ُعونَهَ``ا بِ``الثُّل‬
ِ `ُ‫ث َوالرُّ ب‬ َ َ‫َع ْنهُ ق‬

3
‫َت لَهُ َأرْ ضٌ فَ ْليَ ْز َر ْعهَا َأوْ لِيَ ْمنَحْ هَ``ا فَ`ِإ ْن لَ ْم يَ ْف َع``لْ فَ ْليُ ْم ِس` ْك‬ْ ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َكان‬
َ‫اويَةُ ع َْن يَحْ يَى ع َْن َأبِي َسلَ َمة‬ ِ ‫ال ال َّربِي ُع ب ُْن نَافِ ٍع َأبُو تَوْ بَةَ َح َّدثَنَا ُم َع‬
َ َ‫ضهُ َوق‬ َ ْ‫َأر‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس`لَّ َم َم ْن‬
َ ِ ‫ال قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ ِ ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
َ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ق‬
َ ْ‫َت لَهُ َأرْ ضٌ فَ ْليَ ْز َر ْعهَا َأوْ لِيَ ْمنَحْ هَا َأخَ` اهُ فَ`ِإ ْن َأبَى فَ ْليُ ْم ِس` ْك َأر‬
‫ض`هُ (رواه‬ ْ ‫َكان‬
)‫بـخارى‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Musa]
telah mengabarkan kepada kami [Al Awza'iy] dari ['Atha']
dari [Jabir radliallahu 'anhu] berkata: "Dahulu orang-
orang mempraktekkan pemanfaatan tanah ladang dengan
upah sepertiga, seperempat atau setengah maka Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang
memiliki tanah ladang hendaklah dia garap untuk
bercocok tanam atau dia hibahkan. Jika dia tidak lakukan
maka hendaklah dia biarkan tanahnya". Dan berkata, [Ar-
Rabi' bin Nafi' Abu Taubah] telah menceritakan kepada
kami [Mu'awiyah] dari [Yahya] dari [Abu Salamah] dari
[Abu Hurairah radliallahu 'anhu] berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang
memiliki tanah ladang hendaklah dia garap untuk
bercocok tanam atau dia berikan kepada saudaranya
(untuk digarap). Jika dia tidak lakukan maka hendaklah
dia biarkan tanahnya.”(HR. Bukhari).

5.
a) Penjualan barang secara besar-besaran di daerah pemasaran lain,
biasanya di luar negeri dengan harga lebih rendah jika dibandingkan
dengan harga penjualan di dalam negeri 

4
b) Dumping dianggap sebagai praktek perdagangan yang tidak jujur (unfair
trade), meskipun demikian dumping tidak dilarang dalam GATT WTO,
akan tetapi negara yang terkena dumping dapat mengambil tindakan
berupa pengenaan bea masuk anti dumping, sehingga
produk dumping akan dijual dengan harga yang wajar.
c) Kebijakan Umar radhiyallahu‘anhu yang melarang tindakan Siyasah Al-
Ighraq (dumping) dalam perdagangan, di karenakan hal tersebut dapat
mengacaukan harga pasar serta berdampak pada penurunan jumlah
persediyaan barang sehingga menyebabkan kegiatan ekonomi terganggu.
Umar radhiyallahu‘anhu sebagai amirul mukminin sering kali berkeliling
pasar untuk mengontrol setiap transaksi yang berlangsung di pasar, ketika
itu Umar radhiyallahu‘anhu mendapati Hathib bin Abi Baltatah sedang
menjual kismis dengan harga dibawah harga pasar di pasar Madinah,dan
Umar radhiyallahu‘anhu saat itu seraya memerintahkan kepada Hathib
untuk menaikan harganya atau keluar dari pasar tersebut. Keterlibatan
negara dalam mengontrol pasar khususnya yang terkait dengan fluktuasi
harga barang dan regulasi pasar semakin dibutuhkan. Kebutuhan akan
peran pemerintah semakin diperlukan sebagai akibat dari meningkatnya
pola-pola ketidakadilan para pelaku pasar bebas yang berujung pada
merebaknya otoritasi 4 kontrol harga yang terpusat pada segelintir orang.
Di samping mentalitas para sekumpulan yang hanya berorientasi
mengeruk keuntungan sepihak, dengan mengorbankan kepentingan
rakyat.

Anda mungkin juga menyukai