Anda di halaman 1dari 10

ETOS KERJA

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Hadits
Dosen Pengampu: Ghufron Hamzah, M.S.I.

Disusun oleh:
Alimud Din (20106012107)
Riyki Maulana (20106011006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puja serta puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt
yang telah memberikan  taufiq, hidayah serta inayahnya sehingga kami dapat
menggerakkan tangan untuk  memenuhi salah satu tugas mata kuliah “HADIS”
yang berupa sebuah tulisan makalah yang membahas tentang “Etos Kerja” .

Serta salawat dan salam kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kejahilan ke alam yang penuh
pengatahuan dan dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang. Dan saya
berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembacanya umumnya dan
penulis khususnya.

Kemudian dengan hati yang lapang kami menerima kritik atau pun saran
jika ada kesalahan dan kekeliruan dalam makalah ini guna untuk melengkapi
dan  membenarkan kekeliruan tersebut.

Semarang, 13 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................ii


DAFTAR ISI ..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Pengertian Etos Kerja..................................................................................................2


B. Dalil Mengenai Etos Kerja...........................................................................................2
C. Prinsip Dasar Etos Kerja Dalam Islam.........................................................................4

BAB III PENUTUP..................................................................................................................6


DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................7

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang

Bekerja adalah kewajiban setiap kaum muslim. Sebab dengan bekerja setiap muslim akan
mengaktualisasikan kemuslimannya sebagai manusia, makhluk ciptaan Allah yang paling
sempurna dan mulia diatas dunia.
Jika setiap manusia bekerja dengan baik, maka ia sudah melakukan suatu ibadah kepadaNya.
Setiap pekerjaan baik yang dilakukan muslim karena Allah, berarti ia sudah melakukan
kegiatan jihad fi sabilillah sebuah jihad tentu memerlukan motivasi, dan motivasi membutuhkan
satu pandangan hidup yang jelas dalam memandang sesuatu. Itulah yang dimaksud
dengan etos dan etos kerja setiap muslim harus selalu dilandasi oleh Al-Qur’an sebagai petunjuk
bagi setiap muttaqien. Dengan berpedoman kepada Alqur’an dan Hadist seorang muslim akan
menorehkan etos kerja nya dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.

B.       Perumusan Masalah
1.      Apakah itu etos kerja?
2.      Dalil mana saja yang menunjukkan mengenai etos kerja?
3.      Apa saja prinsip dasar etos kerja dalam Islam?

C.      Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud degan etos kerja
2.      Untuk mengetahui macam-macam dalil yang digunakan dalam etos kerja
3.      Untuk mengetahui apa saja prinsip dasar etos kerja dalam islam

4
BAB II
PEMBAHASAN

Mahkota umat islam itu adalah jihad. Mereka yang tercabut semangat jihad dari dadanya,
dia telah mencampakan mahkota harga diri kemuliaanya, baik secara individu maupun sebagai
umat. Sungguh banyak orang yang berfikiran sempit yang menafsir dan mengartikan jihad hanya
dengan pengertian perang.
Ketauhilah bahwa jihad atau mujahadah yang berasal dari kata jahada-yujahidu,
mempunyai makna sikap yang bersungguh-sungguh untuk mengerahkan seluruh potensi diri
untuk mencapai suatu tujuan atau citacita. Inilah arti jihad yang paling mukhtabar yang diketahui
oleh seluruh kaum alim dimana pun mereka berada, sebagai firman allah di dalam Al-Qur’an :
Artinya :
“Dan barang siapa berjuang sekuat tenaga (jahada) sesungguhnya ia telah berusaha
(yujahidu) untuk dirinya sendiri”.(Q.S. 29:6).
A.                Pengertian Etos Kerja
Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Kata kerja berarti
usaha, amal, dan apa yang harus dilakukan (diperbuat). Etos berasal dari bahasa Yunani (etos)
yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini
tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan
seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti pengertian luas adalah semua bentuk usaha
yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang
berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
dipahamkan bahwa semua usaha manusia baik yang dilakukan oleh akal, perasaan, maupun
perbuatan adalah termasuk ke dalam kerja.

B.                Dalil Mengenai Etos Kerja

Islam sangat mendorong orang-orang mukmin untuk bekerja keras, karena pada
hakikatnya kehidupan dunia ini merupakan kesempatan yang tidak akan pernah terulang untuk
berbuat kebajikan atau sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Ini sekaligus untuk menguji
orang-orang mukmin, siapakah diantara mereka yang paling baik dan tekun dalam bekerja. Allah
SWT berfirman dalam Q.S Al-Mulk ayat 2 yang artinya “Yang menjadikan mati dan hidup,
supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Untuk menekankan perintah agar kita semua menggunakan kesempatan hidup ini dengan
giat bekerja dan beramal, Allah swt menegaskan bahwa tidak ada satu amal atau satu pekerjaan
pun yang terlewatkan untuk mendapatkan imbalan di hari akhir nanti, karena semua amal dan
pekerjaan kita akan disaksikan Allah swt, Rasulullah saw dan orang-orang mukmin lainnya.
Allah swt berfirman;

5
ِ ‫ون َو َستُ َر ُّدون اِلى‬
‫عالم‬ Tَ ُ‫َوقُلْ ا ْع َمل ُوافَ َسيَ َرى هللاُ َع َملَ ُك ْم َو َرسُولُهُ َوال ُمْؤ ِمن‬
‫ب وال ّشهاد ِة فَيُنبُّئ ُك ْم بِما ُك ْنتُ ْم‬
ِ ‫الغ ْي‬
ْ ‫تَ ْع َم‬                                                                          
‫لو َن‬
“Dan Katakanlah; “Bekerjalah kamu, maka Allah swt dan Rasulullah-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang gaib dan nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan.”(QS. At-Taubah’; 105)
Disisi lain, Rasulullah saw sangat menekankan kepada seluruh umatnya, agar tidak
menjadi orang yang pemalas dan orang yang suka meminta-minta. Pekerjaan apapun, walau
tampak hina dimata banyak orang, jauh lebih baik dan mulia daripada harta yang ia peroleh
dengan meminta-minta. Dalam sebuah riwayat disebutkan;
‫حكيْم بن حزام رضى هللا عنهما عن النّب ّي صلّى هللا عليْه وسلّم قال‬ ‫وعن‬
‫عن ظهر غنى‬ ْ ‫بمن تعول وخيْر الصّدقة‬ ْ ‫ وابْدأ‬،‫من يد السّفلى‬
ْ ‫(اليد العليا خير‬
ْ ‫ْفف يعفّه هللا‬
‫والفظ للبخارى‬, ‫ومن يسْت ْغن ي ْغنه هللا) متفق عليه‬ ْ ‫ومن يسْتع‬
ْ
“Dari Hakim putra Hizam, ra., dari Rasulullah saw., beliau bersabda; “Tangan yang di
atas lebih baik dari tangan yang di bawah, dahulukanlah orang yang menjadi tanggunganmu.
Dan sebaik-baiknya sedekah itu ialah lebihnya kebutuhan sendiri. Dan barang siapa
memelihara kehormatannya, maka Allah akan memeliharanya. Dan barang siapa mencukupkan
akan dirinya, maka Allah akan beri kecukupan padanya.” (H.R Bukhari)
Perbuatan suka memberi atau enggan meminta-minta dalam memenuhi kebutuhan hidup,
sangatlah dipuji oleh agama. Hal ini jelas dikatakan Nabi SAW dalam hadis di atas bahwa Nabi
mencela orang yang suka meminta-minta (mengemis) karena perbuatan tersebut merendahkan
martabat kehormatan manusia. Padahal Allah sendiri sudah memuliakan manusia, seperti
terungkap melalui firman-Nya :

ِ ‫فى ْالبَرِّ َو ْالبَحْ ِر َو َر َز ْقنَاهُ ْم ِم َن الطَّيِّبَا‬


‫ت‬ ِ ‫َولَقَ ْد َك َر ْمنَا بَنِى اَ َدم ََو َح ْملنَاهُ ْم‬
ِ ‫ض ْلنَاهُ ْم َعلَى َكثِي ٍْر ِم َم ْن َخلَ ْقنَا تَ ْف‬
ً‫ض ْيال‬ َ َ‫َوف‬
 “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka di
daratan dan di lautan. Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas  kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
(Q.S Al-Isra’ : 70)
Dalam sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah
SAW telah bersabda : Orang mu’min yang memiliki keimanan yang kuat lebih Allah cintai
daripada yang lemah imannya. Bahwa keimanan yang kuat itu akan menerbitkan kebaikan
dalam segala hal. Kejarlah (sukailah) pekerjaan yang bermanfaat dan mintalah pertolongan
kepada Allah. Janganlah lemah berkemauan untuk bekerja. Jika suatu hal yang jelek yang tidak
disenangi menimpa engkau janganlah engkau ucapkan : Seandainya aku kerjakan begitu, takkan
jadi begini, tetapi katakanlah (pandanglah) sesungguhnya yang demikian itu sudah ketentuan

6
Allah. Dia berbuat apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya ucapan “seandainya” itu adalah
pembukaan pekerjaan setan.” (H.R Muslim) mengisyaratkan bahwa Nabi Muhammad SAW
memerintahkan tentang tiga hal, yaitu : menguatkan keimanan, melakukan hal yang bermanfaat,
dan memohon pertolongan kepada Allah. Di samping itu beliau melarang berbuat dua hal, yaitu:
menjadi lemah, dan menyesali apa yang telah menimpa diri dari sesuatu yang tidak disukai,
sehingga mengatakan :  “Seandainya aku lakukan begitu, tak akan terjadi begini.”
Islam senantiasa mengajarkan kepada umatnya agar berusaha untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Tidak dibenarkan seorang muslim berpangku tangan saja atau berdoa mengharap
rezeki datang dari langit tanpa mengiringinya dengan usaha. Namun demikian, tidak dibenarkan
pula terlalu mengandalkan kemampuan diri sehingga melupakan pertolongan Allah SWT dan
tidak mau berdoa kepada-Nya

C.         Prinsip Dasar Etos Kerja dalam Islam


1.      Bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan) baik dari jenis pekerjaan maupun cara
menjalankannya. Contohnya, orang yang berprofesi sebagai pedagang ikan di pasar. Murninya,
pekerjaan ini adalah halal, namun jika pedagang tersebut melakukan hal-hal yang tidak baik
(membahayakan orang lain), misalnya menjual ikan berformalin, maka dapat dikatakan profesi
yang semula halal menjadi haram (‘haram lighairihi’).
2.      Bekerja agar tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan an al-mas’alah). Sebagai orang
beriman dilarang menjadi beban hidup orang lain (benalu). Rasulullah pernah menegur seorang
sahabat yang muda dan kuat tetapi pekerjaannya mengemis. Beliau kemudian bersabda,
“Sungguh orang yang mau membawa tali atau kapak kemudian mengambil kayu bakar dan
memikulnya diatas punggung lebih baik dari orang yang mengemis kepada orang kaya, diberi
atau ditolak” (HR Bukhari dan Muslim).
3.      Bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi). Karena memenuhi kebutuhan
keluarga hukumnya fardlu ain, tidak dapat diwakilkan, dan melaksanakannya juga termasuk
dalam jihad. Hadis Rasulullah menyebutkan “Tidaklah seseorang memperoleh hasil terbaik
melebihi yang dihasilkan tangannya. Dan tidaklah sesuatu yang dinafkahkan seseorang kepada
diri, keluarga, anak, dan pembantunya kecuali dihitung sebagai sedekah” (HR Ibnu Majah).
4.      Bekerja guna meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi). Islam mendorong
kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam melarang kaum beriman bersikap
egois. Islam menganjurkan solidaritas sosial, dan mengecam keras sikap tutup mata dan telinga
dari segala penderitaan di lingkungan sekitar.

Dalam bekerja, setiap umat muslim hendaknya bekerja sesuai dengan etika Islam, yaitu:
1.      Melandasi setiap kegiatan kerja semata-mata ikhlas karena Allah serta untuk memperoleh ridla-
Nya. Pekerjaan yang halal bila dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah tentu akan mendapatkan
pahala ibadah.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya : Allah swt tidak akan menerima amalan, melainkan
amalan yang ikhlas dan yang karena untuk mencari keridaan-Nya. (H.R.Ibnu Majah )
2.      Mencintai pekerjaannya. Karena pekerja yang mencinta pekerjaanya, biasanya dalam bekerja
akan tenang, senang, bijaksana, dan akan meraih hasil kerja yang optimal.

7
Rasulullah saw bersabda, yang artinya Sesungguhnya Allah cinta kepada seseorang di antara
kamu yang apabila mengerjakan sesuatu pekerjaan maka ia rapihkan pekerjaan itu.
3.      Mengawali setiap kegiatan kerjanya dengan ucapan basmalah.
Nabi saw bersabda yang artinya :Setiap urusan yang baik (bermanfaat) yang tidak dimulai
dengan ucapan basmalah (bismillahirrahmanirrahim) maka terputus berkahnya. (H.R.Abdul
Qahir dari Abu Hurairah)
4.      Melaksanakan setiap kegiatan kerjanya dengan cara yang halal.
Nabi saw bersabda, yang artinya : Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang baik, mencintai yang
baik (halal), dan tidak menerima (sesuatu) kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah
memerintahkan kepada orang-orang mukmin sesuatu yang diperintahkan kepada para utusan-
Nya. (H.R.Muslim dan Tirmidzi)
5.      Tidak melakukan kegiatan kerja yang bersifat mendurhakai Allah. Misalnya bekerja sebagai
germo, pencatat riba (rentenir), dan pelayan bar.
Nabi saw bersabda, yang artinya :“Tidak ada ketaatan terhadap makhluk untuk mendurhakai
sang pencipta”.(H.R.Ahmad bin Hambai)
6.      Memiliki sifat-sifat terpuji seperti jujur, dapat dipercaya, suka tolong menolong dalam kebaikan,
dan professional dalam kerjanya
7.      Bersabar apabila menghadapi hambatan-hambatan dalam kerjanya. Sebaliknya, bersyukur
apabila memperoleh keberhasilan.
8.      Menjaga keseimbangan antara kerja yang manfaatnya untuk kehidupan di dunia dan yang
manfaatnya untuk kehidupan di akhirat. Seseorang yang sibuk bekerja sehingga meninggalkan
shalat lima waktu, tidak sesuai dengan Islam.
Rasulullah saw bersabda yang artinya,”Kerjakanlah untuk kepentingan duniamu seolah-olah
kamu akan hidup selama-lamanya, tetapi kerjakanlah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah
kamu akan mati besok.”(H.R.Ibnu Asakin)

8
BAB III
PENUTUP

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa etos kerja merupakan semangat kerja yang
menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti pengertian luas
adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan fisik,
maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan.
Prinsip dasar etos kerja dalam islam :
1.      Bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan) baik dari jenis pekerjaan maupun cara
menjalankannya.
2.      Bekerja agar tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan an al-mas’alah). Sebagai orang
beriman dilarang menjadi beban hidup orang lain (benalu).
3.      Bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi). Karena memenuhi kebutuhan
keluarga hukumnya fardlu ain, tidak dapat diwakilkan, dan melaksanakannya juga termasuk
dalam jihad.
4.      Bekerja guna meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi). Islam mendorong
kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam melarang kaum beriman bersikap
egois.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://namaraaulia.blogspot.co.id/2016/08/makalah-etos-kerja-dalam-islam.html

Anonim, 1990, Al-Qur’an dan Terjemahan, Depag RI.


Anonim, 1997, Konsep dan etika kerja dalam Islam, Almadani.
Anonim, 1990, Mengangkat Kualitas Hidup Umat, Jakarta : Dirjen BIMAS Islam.

10

Anda mungkin juga menyukai