Anda di halaman 1dari 13

HADIS TENTANG KEUTAMAAN BEKERJA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis Muamalah

Dosen Pengampu: Dr. Afdawaiza, M.Ag.

Disusun Oleh :

Ida Mawaddah Ahmad (20105030029)


Arina Al-Ayya (20105030048)
Saiful Affandi (20105030061)
Nabila (20105030068)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahir rahmanirrahim…

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hadis tentang
Keutamaan Bekerja” untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis Muamalah. Tentunya
dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh bantuan dari berbagai pihak dan
sumber-sumber pendamping kajian makalah. Oleh karena itu, kami haturkan banyak
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah
ini.

Kami menyadari pula bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, disebabkan karena terbatasnya ilmu dan pengetahuan kami. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran membangun dari pembaca untuk perbaikan dalam
pembuatan makalah-makalah selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan
pembaca pada umumnya, dan atas amal baik dari semua pihak yang membantu dalam
penyusunan makalah ini semoga mendapatkan imbalan pahala dari Allah Swt. Aamiin.

Yogyakarta, 16 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
BAB II.................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................................................................2
A. Hadis Mengenai Keutamaan Bekerja.......................................................................2
B. Konsepsi Islam tentang Kerja...................................................................................3
C. Kontekstualisasi Hadis di Era Modern.....................................................................6
BAB III................................................................................................................................9
PENUTUP...........................................................................................................................9
A. Kesimpulan...............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadis Mengenai Keutamaan Bekerja


Dalam suatu hadis dijelaskan tentang perkataan Rasulullah saw yang berisi
kebanggaan terhadap suatu hasil dari kerja.

‫ عن رسول هللا‬: ‫حدثنا إبراهيم بن موسى أخبرنا عيسى عن ثور عن خالد بن معدان عن المقدام رضي هللا عنه‬
‫صلى هللا عليه و سلم قال ( ما أكل أحد طعاما قط خيرا من أن يأكل من عمل يده وإن نبي هللا داود عليه السالم كان‬
1
) ‫يأكل من عمل يده‬
Artinya:

Telah menceritakan padaku, Ibrahim bin Musa, telah mengabarkan padaku, ‘Isa dari
Tsaur dari Khalid bin Ma’dan dari Miqdam ra: dari Rasulullah saw, beliau bersabda:
“Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik daripada ia memakan hasil
kerja tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah, Daud as memakan makanan dari
hasil kerjanya sendiri.”

Al-Bukhariy sendiri sedikit menafsirkan tentang hadis ini. Lafadz ‫( قط‬secara


etimologi diartikan: sama sekali2) ditafsirkan sebagai ‫( في أي زمن مضى‬dalam setiap waktu
yang telah lewat). Sedangkan kalimat ‫ أن يأكل من عمل يده‬ditafsirkan sebagai ‫من كسبه ونتيجة‬
‫( صنع يده‬dari pekerjaan dan hasil kerjanya).3

Hadis ini secara tekstual menjelaskan tentang keutamaan memakan makanan dari
hasil kerja sendiri. Selain itu, Rasulullah saw memberikan contoh berupa tindakan Nabi
Daud as yang juga melakukan tindakan “bekerja”, sehingga bisa memakan makanan hasil
kerjanya sendiri. Di sisi lain, dapat dimaknai bahwa secara tidak langsung hadis ini tidak
mengutamakan orang-orang yang memakan makanan bukan dari hasil kerjanya sendiri.
Didapatlah kesimpulan bahwa hadis ini menjelaskan tentang penghargaan berupa

1
Al-Bukhariy, Shahih Bukhariy, Juz 2, (Maktabah Syamilah, tt), hlm. 730
2
Kamus Arab Indonesia Online
3
Al-Bukhariy, op.cit.

2
keutamaan terhadap orang yang bekerja, sehingga keberadaan hadis ini menjadi
pendorong bagi manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya untuk bekerja.

B. Konsepsi Islam tentang Kerja


Para ahli ekonomi sama-sama sepakat bahwa kegiatan produksi dapat terjadi
melalui tiga unsur, yaitu alam, modal, dan bekerja. Yang dimaksud dengan bekerja
adalah segala bentuk usaha yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan menambah
kekayaan, baik menggunakan anggota tubuh ataupun akal, berupa perseorangan atau
secara kolektif, untuk pribadi maupun untuk orang lain (dengan menerima gaji).4
Menurut Yusuf Qardhawi, aspek utama dalam produksi adalah alam dan bekerja. Dalam
hal ini, keduanya berkorelasi sehingga akhirnya membentuk sebuah produktivitas. 5 Bumi
berperan sebagai penghasil sumber daya, dan manusia sebagai tokoh pekerja yang
memanfaatkannya.

Banyak dilakukan studi terkait korelasi antara etos kerja dengan agama secara
umum. Hasilnya, semua agama mewajibkan para pemeluknya untuk senantiasa berbuat
baik dan berlaku santun terhadap sesamanya.6 Dapat dipahami bahwa seseorang
memerlukan kemampuan agar bisa melakukan tindakan berupa pertolongan terhadap
pihak lain. Hal inilah yang kemudian menjadi sebuah dorongan kepada para pemeluk
agama supaya lebih bekerja giat sehingga memiliki kemampuan untuk membantu
sesama.

Dalam Islam pun banyak dijelaskan beberapa hadis mengenai upaya pengentasan
kemiskinan. Tanggapan atas kondisi kemiskinan bukan semata-mata langsung
dipasrahkan kepada Tuhan, akan tetapi harus ada tindakan manusiawi atau yang bisa
dikerucutkan lagi menjadi tindakan berupa dimensi kerja. Dimensi kerja ini bukan hanya
sebagai usaha mengentaskan kemiskinan saja, namun juga sebagai bentuk ibadah kepada
Allah.7

4
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, terj. Zainal Arifin, Dahlia Husin, (Depok: Gema Insani,
1995), hlm. 104-105
5
Ibid.
6
Musa Asy’arie, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: LESFI, 1997), hlm. 37
7
Ibid., hlm. 38

3
Beberapa hadis cukup masyhur dijadikan penguat argumentasi atas keutamaan
bekerja. Misalnya adalah hadis-hadis berikut:

، ‫ب ال َّر ُج ِل بِيَ ِد ِه‬


ُ ‫س‬ ُ َ‫ب َأ ْطي‬
ْ ‫ َك‬: ‫ب ؟ قَا َل‬ ِ ‫س‬ ُّ ‫ َأ‬: ‫ َأنَّهُ سُِئ َل‬، ‫صوال‬
ْ ‫ي ا ْل َك‬ َ ‫ ُم ْر‬، ‫َو ُر ِّوينَا َع ِن النَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم‬
ُ ‫سال َو َم ْو‬
8
‫َو ُك ُّل بَ ْي ٍع َم ْب ُرو ٍر‬
Artinya:

Telah diriwayatkan padaku dari Nabi saw secara mursal dan maushul,
bahwasanya Nabi saw ditanya: “Pekerjaan mana yang paling baik?” Nabi saw pun
menjawab: “Pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli
yang mabrur”

Islam mengajarkan pada umatnya agar senantiasa agar berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tidak dibenarkan seseorang muslim berpangku tangan saja atau
berdo’a mengharapkan rezeki datang dari langit tanpa mengiringinya dengan usaha.
Namun demikian tidak dibenarkan pula terlalu mengandalkan kemampuan diri sehingga
melupakan pertolongan Allah dan tidak mau berdoa kepada-Nya. Hal tersebut tidak
sedikit terjadi di sekililing kehidupan kita, masih banyak yang terlarut dalam
pekerjaannya tanpa sadar bahwa ada yang selalu membantunya di balik kemampuannya,
atau sebaliknya yang hanya mengandalkan do’a berharap mendapatkan hasil tanpa mau
bekerja keras untuk mendapatkannya. Padahal, Allah menciptakan segala apa yang ada di
bumi ini tidak ada yang sia-sia, semuanya bisa dimanfaatkan oleh manusia, diolah dan
dikelola sebaik mungkin hingga menjadi sumber penghasilan kehidupan atau bahkan
tercipta lapangan pekerjaan untuk orang lain.9

Dalam al-Qur’an surah al-Jumu’ah telah disebutkan perintah untuk bekerja


sebagai berikut:

“Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (Al-
Jumu’ah:10)10

8
Al-Bayhaqi, al-Adab li al-Bayhaqi, Juz 1, (Maktabah Syamilah, tt), hlm. 479
9
Siti Maria Ulfah, “Etos Kerja dalam Perspektif Hadis (Hadis Sosial)”, OSF Preprints, Desember 2020, hlm. 5
10
Al-Qur’an Maghfirah (Jakarta: Maghfirah Pustaka), halaman 554

4
Ayat ini menganjurkan setiap muslim untuk bertebaran di muka bumi Allah mencari
nafkah setelah mereka menunaikan salat (usai memimpin atau mengikuti salat jum’at),
kemudian dipersilahkan untuk kembali melaksanakan aktivitas ekonomi sebagaimana
dilakukan sebelum masuk waktu salat jum’at. Wabtagu dalam ayat diatas menunjukkan
usaha serius untuk mencari nafkah dan mengambil sesuatu yang sudah disediakan Allah
untuk makhluknya. Ungkapan bertebaran diatas bumi adalah berusaha sesuai dengan
keahlian dan profesi masing-masing. Oleh karena itu ayat ini menganjurkan setiap
individu muslim untuk aktif bekerja dan memproduktifkan segala aspek yang berguna
untuk kebutuhan masyarakat.11

‫ عن النبي صلى هللا‬: ‫حدثنا موسى بن إسماعيل حدثنا وهيب حدثنا هشام عن أبيه عن حكيم ابن حزام رضي هللا عنه‬
‫عليه و سلم قال ( اليد العليا خير من اليد السفلى وابدأ بمن تعول وخير الصدقة عن ظهر غني ومن يستعفف يعفه‬
) ‫هللا ومن يستغن يغنه هللا‬
12

Artinya:

Telah menceritakan padaku Musa ibn Ismail, telah menceritakan padaku Wahib,
telah menceritakan padaku Hisyam, dari ayahnya, dari Hakim ibn Hizam ra: dari
Nabi saw, Beliau bersabda: “Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang
di bawah, dan mulailah dengan orang yang menjadi tanggunganmu. Sebaik-baik
sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya,
barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allah akan menjaganya, dan
barangsiapa merasa cukup, maka Allah akan memberi kecukupan padanya”

Pandangan Islam mengenai semangat bekerja dapat dilacak dari filsafat manusia.
Islam memandang manusia sebagai kesatuan antara ‘abd dan khalifah, yaitu manusia
berdiri sebagai hamba Allah sekaligus menjadi wakil-Nya di muka bumi. Sebagai hamba
Allah, manusia dituntut untuk patuh terhadap segala legitimasi terkait Islam. Sedangkan
sebagai khalifah, manusia dituntut untuk melanjutkan tugas penciptaan kemakmuran dan
kesejahteraan di muka bumi. Dalam hal ini, konsep khalifah tidak disempitkan maknanya
hanya dipahami dalam teori sosial politik saja. Konsep khalifah diluaskan maknanya

11
Novi Indriyani Sitepu, “Etos Kerja Ditinjau Dari Perspektif Alquran Dan Hadis (Suatu Kajian Ekonomi
Dengan Pendekatan Tafsir Tematik), Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam, Vol. 1. Nomor 2, September
2015, hlm. 143.
12
Al-Bukhariy, Shahih Bukhariy, Juz 2, (Maktabah Syamilah, tt), hlm. 518

5
sebagai bentuk penjelmaan dari individualitas yang bercirikan adanya kemampuan kreatif
dan konseptual sehingga bisa mengubah dan mengembangkan seluruh potensi kehidupan
alam semesta menjadi sesuatu yang konkret.13 Korelasi antara ‘abd dan khalifah inilah
yang kemudian mampu menjadikan manusia menciptakan suatu kebudayaan dan
peradaban sehingga mengukuhkan eksistensinya di alam semesta.

C. Kontekstualisasi Hadis di Era Modern


Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang sangat penting dan hal pokok yang
harus dilakukan oleh manusia untuk dapat bertahan hidup. Dikarenakan manusia
merupakan makhluk sosial, maka manusia tidak dapat memenuhi semua kebutuhannya
seoran diri, melainkan dengan bantuan dari orang lain. Untuk melakukannya, manusia
akan melakukan kegiatan bekerja untuk mencari uang yang nantinya digunakan untuk
membeli kebutuhannya. Sehubungan dengan hal ini, Allah SWT telah memerintahkan
untuk melakukan kegiatan bekerja. Dalam Q.S. An-Najm ayat 31 dijelaskan Allah akan
memberikan kepada seorang muslim yang bekerja kehidupan yang baik dan balasan
pahala yang lebih baik. Para perawi hadits juga banyak meriwayatkan hadits yang
membahas bekerja serta pembahasan di dalamnya yang sangat perlu diterapkan. Seiring
dengan berkembangnya peradaban manusia, diperlukan adanya pemahaman
kontekstualisasi hadis agar tidak terjadi kesalahan pemahaman. Kontekstualisasi
pemahaman hadits merupakan sesuatu yang harus dipertimbangkan terutama dalam
memahami hadits-hadits yang erat hubungannya dengan konteks sosial dan budaya, yang
keduanya selalu berubah dan berkembang.14 Islam menganjurkan untuk bekerja mencari
nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain untuk mencari nafkah,
bekerja juga merupakan bagian dari ibadah. Motivasi kerja dalam Islam bukanlah
mengejar hidup hedonis, bukan juga untuk status, apalagi untuk mengejar kekayaan
dengan segala cara melainkan untuk beribadah. 15 Memang benar setiap manusia telah
ditentukan setiap rezekinya oleh Allah saat masih di dalam kandungan, namun rezeki
tersebut tidak semata-mata datang dengan sendirinya serta tidak cukup hanya

13
Ibid., hlm. 72
14
Muhammad Lutfi, “Kontekstualisasi Hadits”. Nurani. VoLl 19 No 2, Desember 2019, hal 281.
15
Novi Indriyani Sitepu, “Etos Kerja Ditinjau Dari Perspektif Al-Qur’an dan Hadits”. Jurnal Perspektif
Ekonomi Darussalam. Vol 1 No 2, September 2015, hal. 144.

6
menadahkan tangan berdo’a dan hanya meminta, tetapi harus ada ikhtiar untuk
mencarinya.

Dalam hadits riwayat Imam Bukhari disebutkan “Tidak ada seorang yang
memakan satu makananpun yang lebih baik dari makanan hasil usahanya sendiri.”16
Konteks yang dibahas dalam hadits ini adalah anjuran untuk bekerja. Pekerjaan yang
dapat dilakukan bukan hanya bekerja sebagai buruh atau karyawan, namun bisa dengan
membuka usaha dengan menjual hasil produksi sendiri atau dapat pula menawarkan suatu
jasa. Seseorang tidak bisa terus-menerus hidup bergantung dengan orang lain agar semua
kebutuhnnya terpenuhi, melainkan harus dengan tenaganya sendiri. Ketergantungan bisa
disebabkan salah satunya karena tidak mau mencoba karena takut hasil yang didapatkan
tidak sesuai dengan yang diinginkan. Melakukan sebuah pekerjaan juga dapat
menghindari dari yang namanya minta-minta. Dalam hadits riwayat Imam Bukhari, Nabi
Muhamad SAW bersabda “Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di
bawah, tangan yang di atas memberi dan tangan yang di bawah menerima.” Tidak
jarang di luar sana ditemukan orang-orang yang sering meminta-minta, dari usia anak-
anak sampai dewasa dengan alasan ekonomi yang sangat terbatas. Sudah jelas keterangan
yang dijelaskan kedua hadits tersebut bahwa dalam pemenuhan suatu kebutuhan dapat
dilakukan dengan kegiatan bekerja dan dilarang meminta-minta. Pada situasi saat ini,
banyak ditemukan di jalanan orang yang memakai kostum badut dan sejenisnya seraya
membawa music dan meyediakan wadah untuk menaruh uang yang diberikan orang lain.
Hal tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah pekerjaan karena menyediakan jasa untuk
menghibur, namun berbeda halnya dengan orang yang melakukan hal yang sama namun
hanya berjalan jauh bahkan bolak-balik menunggu sampai ada orang yang memberikan
uang. Seseorang melakukannya karena takut untuk meminta-minta, hal tersebut juga
dikatakan sebagai meminta-minta karena ia hanya berjalan tanpa menawarkan untuk foto
bersama atau dengan berjoget misalnya.

Dalam hadits lain yang diriwayatkan Bazzar disebutkan “Seseorang bekerja


dengan tangannya dan tiap-tiap jual beli yang bersih.”17 Siti Maria Ulfah

16
Sri Anafarhanah, “Keutamaan Bekerja (Berproduksi) dalam Islam”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 15 No. 30,
Juli-Desember 2016, hlm. 35.
17
Siti Maria Ulfah,.. hlm. 5.

7
mengategorikan hadits ini sebagai hadits yang menjelaskan pekerjaan yang baik. Di
zaman yang semakin modern, pekerjaan yang tersedia semakin banyak jenisnya. Dalam
hadits tersebut, kata ‘bersih’ dapat diartikan halal. Sesuatu yang dikatakan halal menjadi
tidak baik jika didapatkan melalui cara yang haram. Oleh sebab itu, sangat diharuskan
bagi seorang muslim untuk melakukan pekerjaan yang halal agar uang yang dihasilkan
halal. Pekerjaan yang baik juga termasuk pekerjaan yang tidak menyakiti diri sendiri.
Batasan seseorang untuk melakukan kegiatan bekerja pastinya berbeda-beda, maka
dianjurkan untuk bekerja sesuai dengan kemampuannya masing-masing, tidak melewati
batasan hanya untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak, karena perilaku tersebut juga
dapat dikatakan menyakiti diri sendiri. Dilansir dari BBC News, menurut statistik 2018
lalu dari Organisasi Buruh Internasional, lebih dari 400 juta pekerja di seluruh dunia
bekerja 49 jam atau lebih per minggu, proporsi yang cukup besar dan hamper 1,8 miliar
total tenaga kerja di seluruh dunia.18 Jam kerja yang berlebihan dapat berupa kerja lembur
atau melakukan pekerjaan lebih dari satu. Hal tersebut dapat menyebabkan kelelahan
yang pada akhirnya akan menimbulkan penyakit.

18
Jose Luis Penarredonda,” Kerja Berlebihan Itu Tidak Baik, Tapi Kenapa Banyak Orang Masih
Melakukannya?”, (https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/indonesia/vert-cap-45318335, diakses
pada tanggal 19 September 2021 pukul 22.30).

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

9
DAFTAR PUSTAKA

10

Anda mungkin juga menyukai