Disususn Oleh:
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan taufik,
hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah agar
Penulis menyadari pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna ,saran dan
kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya pembuatan-
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .......................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pekerja merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang telah melakukan
pekerjaan, baik bekerja untuk diri sendiri maupun bekerja dalam hubungan kerja atau
dibawah perintah pemberi kerja dan atas jasanya dalam bekerja yang bersangkutan menerima
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah melalui Rasulullah SAW. Sebagai agama
Allah SWT, Islam telah begitu sempurna dalam mengatur segala urusan manusia. Agama
Islam menjadi sebuah jalan hidup (way of life) bagi para umat Islam. Agama Islam tidak
hanya berbicara tentang moralitas, tetapi juga semua aspek kehidupan mulai dari urusan ke
kamar mandi hingga hukum kenegaraan. Islam memiliki banyak konsep didalamnya yang
dapat kita cari tahu makna serta ajarannya, yang diantaranya ialah bekerja dan mencari
nafkah . Hidup seseorang menjadi lebih baik jika setiap orang mau bekerja dan mencari
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bekerja
ُب–يُ ْك ِسب
َ َك َسyang berarti berusaha, bekerja, mencari nafkah, memperoleh dan lain sebagainya .
1
Dalam KBBI bekerja secara etimologi ialah melakukan suatu pekerjaan (perbuatan). Dan
secara terminologi, arti bekerja adalah suatu perbuatan, usaha, tindakan, atau aktivitas
manusia yang dilakukan dengan sengaja untuk memenuhi kebutuhan hidup atau mencapai
Secara umum bekerja dalam Islam dapat diartikan seluruh perbuatan atau usaha manusia
baik yang ditujukan untuk dunianya maupun yang ditujukan untuk akhiratnya2. Sistem
ekonomi Islam memandang bekerja sebagai bentuk kebaikan. Apabila seseorang bekerja
dengan baik maka telah dipandang berbuat kebaikan dan hasil pekerjaannya dinilai baik
secara materil maupun imateril. Dengan bekerja, manusia bisa memberi manfaat bagi dirinya
sendiri maupun orang lain. Apalagi bisa mengerjakan kewajiban yang lain.
Allah menciptakan segala kenikmatan melalui berbagai macam sumber daya alam. Dan
bekerja adalah suatu kewajiban juga dalam hal memanfaatkan sumber daya alam dengan
sebaik-baiknya untuk kebahagiaan manusia itu dan beribadah kepada-Nya. Dan Allah juga
tidak memaksakan manusia untuk bekerja diluar kemampuannya3. Hal ini diterangkan dalam
1
Johan Arifin, EtikaBisnisIslami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm. 19
2
Saefullah, Eef. Bekerja Dalam Prespektif Islam.Jurnal IPI Portal Garuda.
3
Lopa, Baharuddin. 1996. Al-Qur‟an dan Hak-Hak Asasi Manusia.Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa.
Hlm. 84.
5
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan)
Selain itu juga, bekerja harus didasari dengan keyakinan bahwa pekerjaan ialah amanah
yang harus dipikul dan dikerjakan secara tuntas.Manusia diciptakan dengan sifat yang merasa
tidak pernah puas. Dari itu, manusia disini selalu memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi
setiap harinya. Maka dari itu dengan bekerja secara bersungguh-sungguh bisa memenuh
semua kebutuhan tersebut. Mungkin awalnya berja harus menjadi paksaan, namun kemudian
Allah menciptakan dunia dan seisinya dengan bentuk adanya sekarang, serta dengan
posisinya terhadap matahari yang berotasi sekali dalam sehari dan berevolusi sekali dalam
setahun4. Akibatnya adanya siang dan malam sehingga manusia bisa melakukan pekerjaan
pada saat siang hari dan bisa beristrahat pada malam hari.Semua itu Allah menciptakan untuk
makhluknya dengan tujuan agar makhluknya bisa bersyukur dengan terus menerus
kepadanya. Hal ini diterangkan dalam surah Al-Qhasas ayat 73 yang berbunyi:
او ِم ْ از ْ ا تِ ِي ا اع ا لا ُك ُ لله ْي ا او للههاا از لِتا ْس ُكلُى ِي ِي اولِتا ْبتا ُ ى ِم ْ ا ْ لِ ِي اولا اعله ُك ْ ا ْ ُكسُووا
Artinya: “Dan sebagian rahmat-Nya, Dia jadikan untuk kamu malam dan siang supaya kamu
beristirahat padanya dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya dan agar kamu
bersyukur.”
Sudah jelas dari tafsir ayat ini bahwa Allah menciptakan adanya siang dan malam agar
kira bisa mencari sebagian karunia-Nya pada siang hari dan beristirahat pada malam harinya.
Semua ini adalah karunia Allah kepada hamba-hamba-Nya agar mereka mengetahui
4
Shihab, Quraish. 2009. Tafsir Al-Mishbah.Jakarta: Lentera Hati. Hlm. 655.
6
kekuasaan-Nya dan dengan itu semua mereka akan selalu bersyukur yang tiada henti kepada-
Nya.
Dalam tafsir globalnya, sesibuk apapun orang yang beriman di hari jum‟at karena
melakukan suatu aktivitas apapun termasuk bekerja, ketika adzan jum‟at dikumandangkan,
maka mereka haruslah cepat menghentikan segala aktivitasnya tersebut dan bersegera
menunaikan ibadah shalat jum‟at secara berjamaah. Seusai melaksanakan sholat jum‟at,
masuk waktu shalat jum‟at5. Kecuali ada halangan yang mendesak, seperti menjaga
keamanan yang sedang berlangsung dan apabila di tinggalkan akan mendapatkan kerugian
Dalam buku Tafsir Al-Mishbah karangan M. Quraish Shihab dijelaskan bahwa Allah tidak
akan melenyapkan usaha hamba-nya baik usaha yang baik maupun yang buruk. Namun, itu
semua kelak akan diperlihatkan kepadanya dan diberikannya balasan itu dengan balasan yang
sempurna6. Begitu juga dalam bekerja apabila manusia melakukan pekerjaannya dengan
amanah dan bersungguh-sungguh, maka mereka akan mendapatkan gaji yang setimpal
Islam menempatkan bekerja sebagai ibadah untuk mencari rezeki dari Allah guna
menutupi kebutuhan hidupnya. Bekerja untuk mendapatkan rezeki yang halalan thayiban
termasuk kedalam jihad di jalan Allah yang nilainya sejajar dengan melaksanakan rukun
Islam. Dengan demikian bekerja adalah ibadah dan menjadi kebutuhan setiap umat manusia.
5
Suma, Muhammad Amin. 2013. Tafsir Ayat Ekonomi.Jakarta: AMZAH. Hlm. 70.
6
Shihab, Quraish. 2009. Tafsir Al-Mishbah.Jakarta: Lentera Hati. Hlm. 205.
7
“Bekerjalah seakan-akan engkau hidup seribu tahun lagi, dan beribadahlah seakan-akan
Hadis tersebut adalah anjuran Nabi Muhammad untuk umat yang sudah bekerja dengan
baik dan sungguh-sungguh untuk mendapatkan rida Allah dan bahkan muslim sampai
diwajibkan mencari rezeki halal seperti yang tertulis dalam hadis.“Sesungguhnya, Allah
senang pada hamba-Nya yang apabila mengerjakan sesuatu berusaha untuk melakukannya
Selain menjadi sebuah kewajiban, Islam juga memberikan penghargaan mulia untuk setiap
pemeluknya yang dengan ikhlas dalam bekerja dan mengharapkan keridaan Allah SWT dan
"Ibnu Abbas r.a. berkata, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, „Barang siapa yang
merasakan keletihan pada sore hari karena pekerjaan yang dilakukan oleh kedua tangannya,
maka ia dapatkan dosanya diampuni oleh Allah SWT pada sore hari tersebut.” (HR Imam
Beberapa dosa tertentu juga akan dihapuskan yang beberapa dosa itu tidak bisa
dihapuskan dengan melaksanakan salat, puasa, dan juga sedekah.Abu Hurairah r.a. berkata
bahwa Rasulullah saw. bersabda, „Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu terdapat suatu dosa
yang tidak dapat diampuni dengan salat, puasa, haji dan juga umrah.” Sahabat bertanya, “Apa
8
3. Mendapat Cinta Allah SWT
Ibnu Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, „Sesungguhnya Allah SWT
mencintai seorang mukmin yang bekerja dengan giat”. (HR Imam Tabrani, dalam Al-Mu‟jam
Al-Aushth VII/380)
seorang di antara kalian mencari kayu bakar dan memikul ikatan kayu itu, maka itu lebih
baik, daripada ia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya ataupun
Abu Zar dan Al-Hakim, meriwayatkan bahwa “Sesungguhnya Ruhul Qudus membisikkan
bahwa jiwa tidak akan wafat sebelum lengkap dan sempurna rezekinya. Karena itulah kamu
harus bertakwa kepada Allah dan memperbaiki mata pencaharianmu. Jika datangnya rezeki
itu terlambat maka jangan memburunya dengan bermaksiat karena apa yang ada di sisi Allah
Hadis riwayat Bukhari, “Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih
baik daripada makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi
Allah Daud a.s. memakan makanan dari hasil usahanya sendiri.” (HR Bukhari)
9
7. Serupa dengan Mujahid di Jalan Allah
Hadis riwayat Ahmad, “Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang bekerja dan terampil.
Siapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya maka ia serupa dengan
seorang mujahid di jalan Allah.”Secara garis besar, hukum bekerja dalam Islam adalah wajib
dan menjadi cara untuk memenuhi kebutuhan manusia meliputi diri sendiri dan keluarga serta
ibadah dan juga kepentingan sosial.Islam sendiri teramat menjunjung tinggi nilai bekerja
namun Islam juga memberikan balasan dalam memilih jenis pekerjaan yang halal dan juga
yang haram.
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
Terjemah : "Barangsiapa yang merasakan keletihan pada sore hari, karena pekerjaan yang
dilakukan oleh kedua tangannya, maka ia dapatkan dosanya diampuni oleh Allah SWT pada
sore hari tersebut." (HR. Imam Tabrani, dalam Al-Mu'jam Al-Ausath VII/ 289)
Dalam hadis tersebut terdapat kata “ًّ " َكالyang berarti kelelahan akibat bekerja berat, dan "
" َم ْغفُىْ رً اyang artinya diampuni atau dimaafkan. Tiada seorang muslim pun yang bila
melakukan kerja berat lalu mengalami kelelahan, melainkan Allah akan mengampuni dosa-
dosanya. Yang dimaksud dengan bekerja dalam hadis ini adalah dalam rangka mencari
penghidupan untuk mencukupi diri dan keluarganya atau orang-orang yang berada dalam
tanggungannnya.7
7
Sayyid AhmadAl Hasyimi, Syaarah MukhtarulHadits,hlm.846
10
2) Kewajiban menafkahi diri sendiri dan orang lain.
Jabir r.a meriwayatkan, “Ada seorang lelaki dari Bani „Udzrah yang memerdekakan
budaknya. Lalu berita itu sampai kepada Rasulullah SAW, kemudian beliau pun bertanya,
“Apakah kamu masih punya harta selain ini?” Lelaki tersebut menjawab, “Tidak ada”Lalu
Rasulullah SAW mengatakan, “Siapakah yang mau membeli budak ini?” Lalu Nu‟aim bin
„Abdullah Al-„Adawi membelinya dengan harga 800 dirham. Kemudian Rasulullah SAW
membawa uang itu dan memberikannya kepada lelaki tersebut sembari bersabda:
dengannya untuk (mencukupi kebutuhan) dirimu. Jika masih berlebih, berikanlah kepada
keluargamu. Jika masih berlebih, berikanlah kepada kerabatmu. Jika masih berlebih,
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi SAW di dalam hadis berikut :
Terjemah: "Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata Rasulullah SAW bersabda: “Salah satu dari
kalian memikul kayu bakar dipunggungnya itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada
8
Muhammad Syaifudin Hakim, “Parenting Islami (51): Nafkah untuk Istri dan Anak-anak”
https://muslimah.or.id/11119-parenting-islami-51nafkah-untuk-istri-dan-anak-anak.html
11
Didalam hadis tersebut terdapat “ ً “ ظَه ِْر ِه َعهَىح ُْز َمةyang bermakna memikul kayu bakar
dipunggungnya, “ٌ ” َخ ْيرartinya lebih baik, dan “ ”يَسْأ َ َلyang bermakna meminta. Imam Ibnu
Hajar di dalam kitab Fathul Barinya telah memberikan syarah hadis riwayat imam Al-
Bukhari di atas. Beliau mengatakan bahwa bekerjanya seseorang itu dianjurkan dengan
catatan ia tidak meyakini bahwa rezeki yang ia dapatkan adalah dari hasil kerjanya. Tetapi ia
wajib meyakini bahwa rezeki itu dari Allah swt. dengan perantara pekerjaan ini. Adapun
pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan yang diperbolehkan atau mubah, bukan
pekerjaan yang batil, sia-sia dan membahayakan diri. Dan hadis tersebut juga
memperingatkan agar menahan diri dari meminta-minta dan mengemis kepada orang lain.
Salah satu perbuatan yang sangat mulia dalam ajaran Islam adalah bekerja. Rasulullah saw
memberikan pelajaran menarik tentang pentingnya bekerja. Dalam Islam bekerja bukan
sekadar memenuhi kebutuhan perut, tapi juga untuk memelihara harga diri dan martabat
kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi. Karenanya, bekerja dalam Islam menempati
posisi yang teramat mulia. Selain itu, bekerja merupakan wujud pemenuhan perintah Allah
bumi, manusia juga diperintahkan untuk mengelola seluruh potensi alam raya ini demi
Bekerja di dunia merupakan salah satu jembatan menuju akhirat. Yaitu, bekerja bukan
semata-mata mencari penghidupan dunia. Cara kita bekerja akan menentukan apakah kita
akan mendapat kebahagiaan di akhirat atau tidak, dan setiap langkah kita dalam bekerja akan
dimintai pertanggung jawabannya. Dalam bekerja terdapat keberkahan, seperti kisah yang
dialami Ali bin Abi Thalib: “Suatu pagi, Ali bin Abi Thalib meniggalkan madinah untuk
12
sedang mencari pekerja untuk mengusung air dari sebuah sumur sebuah lubang tanah. Ali bin
Abi Thalib bekerja pada perempuan itu. Setiap bejana air yang dipindahkan, ia memperoleh
upah satu kurma. Dari pekerjaan tersebut, Ali mendapatkan 20 kurma dan ia pun membawa
pulang upahnya. Rasulullah SAW menyambut kedatangannya seraya menanyakan apa yang
dibawanya. Ali menjawab, ”Ini adalah kurma-kurma yang kuperoleh sebagai upah kerja, aku
bekerja hingga kedua tanganku memar karena menimba air dari sumur dengan tali rami
kering.” Kemudian Rasulullah saw mengusap kedua tangan Ali, menepuknya, mengusapkan
kewajahnya sembari berkata, ”itulah tangan yang diberkahi Allah.” Demikianlah, bahwa
dalam setiap usaha yang dilakukan dengan cara halal untuk menafkahi anak istri akan
melakukannya dengan selektif. Diantaranya dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) dan
kedalaman ilmunya. Beliau senantiasa mengajak mereka agar itqon dalam bekerja.
Sebagaimana dalam awal tulisan ini dikatakan bahwa banyak ayat al-Qur‟an menyatakan
kata-kata iman yang diikuti oleh amal saleh yang orientasinya kerja dengan muatan
ketaqwaan.
Pandangan Islam tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas dengan usaha sedalam-
dalamnya. Sabda Nabi SAW yang amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk kerja
tergantung pada niat pelakunya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,
Rasulullah bersabda bahwa “sesungguhnya (nilai)pekerjaan itu tergantung pada apa yang
9
Abdul Rasyid. “KonsepEtosKerjamenurutHadits (StudiAnalisisSanad)”. (SkripsiFakultasUshuludin, Jakarta:
Perpustakaan UIN SyarifHidayatullah, 2014),T.d.
13
Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang tergantung dari tinggi rendahnya niat.
Niat juga merupakan dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan atau tidak
mengerjakan sesuatu. Nilai suatu pekerjaan tergantung kepada niat pelakunya yang tergambar
pada firman Allah SWT agar kita tidak membatalkan sedekah (amal kebajikan) dan
14
BAB III
KESIMPULAN
Islam adalah agama yang sempurna. Agama islam bukan hanya memerintahkan untuk
beribadah dalam artian sempit ritual, tetapi juga memerintahkan untuk beribadah dalam artian
yang lebih luas lagi. Salah satunya bekerja mencari nafkah yang halal yang digunakan untuk
hal-hal yang halal pula, maka Allah SWT akan memberi balasan yang sangat luar biasa
berupa ridho darinya, diampuni dosanya, dihapus dosanya, mendapat berkah, mendapat
Tidak hanya firman Allah yang menerangkan urgensi bekerja dan mencari nafkah, tetapi
juga banyak hadis yang melengkapi dan menyempurnakan perintah bekerja tersebut. Hadis
memiliki banyak fungsi, dalam hal bekerja dan mencari nafkah, hadis-hadis tersebut
15
DAFTAR PUSTAKA
Lopa, Baharuddin. 1996. Al-Qur‟an dan Hak-Hak Asasi Manusia.Yogyakarta: PT. Dana
Muhammad Syaifudin Hakim, “Parenting Islami (51): Nafkah untuk Istri dan Anak-anak”
https://muslimah.or.id/11119-parenting-islami-51nafkah-untuk-istri-dan-anak-anak.html
Suma, Muhammad Amin. 2013. Tafsir Ayat Ekonomi.Jakarta: AMZAH. Hlm. 70.
https://dalamislam-com.cdn.ampproject.org/v/s/dalamislam.com/hukum-islam/hukum-
bekerja-dalam-
islam/amp?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D
#aoh=16340839449532&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=From%2
0%251%24s&share=https%3A%2F%2Fdalamislam.com%2Fhukum-
islam%2Fhukum-bekerja-dalam-islam
https://elvira.rahayupartners.id/id/know-the-rules/manpower-law
16