Anda di halaman 1dari 16

Mata Kuliah Dosen Pengampu

EKONOMI ISLAM MUH. SAID HM, Dr., H., M.A., M.M.

HUKUM MANUSIA DALAM BEKERJA

Disususn Oleh:

ANISA NURAINI (12020525408)

CICI AMALIA JANNAH (12020525396)

DESNALIS SYAFITRI (12020525432)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji dan syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan taufik,

hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“HUKUM MANUSIA DALAM BEKERJA”.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah agar

menjadi lebih baik lagi .

Penulis menyadari pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna ,saran dan

kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya pembuatan-

pembuatan makalah berikutnya. mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pembaca

umumnya, dan bagi penulis khususnya.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Pekanbaru, 13 OKTOBER 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................2

DAFTAR ISI ................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Bekerja .............................................................................5

B. Hukum Bekerja Dalam Islam.............................................................7

C. Dalil Yang Berkaitan Dengan Bekerja ..............................................10

D. Keutamaan Bekerja mencari Nafkah dalam Pandangan Islam .........12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pekerja merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang telah melakukan

pekerjaan, baik bekerja untuk diri sendiri maupun bekerja dalam hubungan kerja atau

dibawah perintah pemberi kerja dan atas jasanya dalam bekerja yang bersangkutan menerima

upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah melalui Rasulullah SAW. Sebagai agama

Allah SWT, Islam telah begitu sempurna dalam mengatur segala urusan manusia. Agama

Islam menjadi sebuah jalan hidup (way of life) bagi para umat Islam. Agama Islam tidak

hanya berbicara tentang moralitas, tetapi juga semua aspek kehidupan mulai dari urusan ke

kamar mandi hingga hukum kenegaraan. Islam memiliki banyak konsep didalamnya yang

dapat kita cari tahu makna serta ajarannya, yang diantaranya ialah bekerja dan mencari

nafkah . Hidup seseorang menjadi lebih baik jika setiap orang mau bekerja dan mencari

nafkah. Baik itu untuk kepentingan individu, kepentingan sosial, kepentingan

keberlangsungan negara, dan sebagainya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bekerja

ِ ‫ " َك ْس‬yaitu dari derivasi isim masdar yakni ً ‫– َكسْبا‬


Kata bekerja berasal dari bahasa arab "‫ب‬

ُ‫ب–يُ ْك ِسب‬
َ ‫ َك َس‬yang berarti berusaha, bekerja, mencari nafkah, memperoleh dan lain sebagainya .
1

Dalam KBBI bekerja secara etimologi ialah melakukan suatu pekerjaan (perbuatan). Dan

secara terminologi, arti bekerja adalah suatu perbuatan, usaha, tindakan, atau aktivitas

manusia yang dilakukan dengan sengaja untuk memenuhi kebutuhan hidup atau mencapai

suatu tujuan tertentu.

Secara umum bekerja dalam Islam dapat diartikan seluruh perbuatan atau usaha manusia

baik yang ditujukan untuk dunianya maupun yang ditujukan untuk akhiratnya2. Sistem

ekonomi Islam memandang bekerja sebagai bentuk kebaikan. Apabila seseorang bekerja

dengan baik maka telah dipandang berbuat kebaikan dan hasil pekerjaannya dinilai baik

secara materil maupun imateril. Dengan bekerja, manusia bisa memberi manfaat bagi dirinya

sendiri maupun orang lain. Apalagi bisa mengerjakan kewajiban yang lain.

Allah menciptakan segala kenikmatan melalui berbagai macam sumber daya alam. Dan

bekerja adalah suatu kewajiban juga dalam hal memanfaatkan sumber daya alam dengan

sebaik-baiknya untuk kebahagiaan manusia itu dan beribadah kepada-Nya. Dan Allah juga

tidak memaksakan manusia untuk bekerja diluar kemampuannya3. Hal ini diterangkan dalam

surah Al-Baqarah ayat 286 yang berbunyi:

‫ت او اعلا ْيهاا اما ٱ ْكتا اسبات‬ ‫ف ه‬


ْ ‫ٱَّللُ نا ْفسًا إِ هَل ُو ْس اعهاا لاهاا اما اك اسبا‬ ُ ِّ‫اَل يُ اكل‬

1
Johan Arifin, EtikaBisnisIslami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm. 19
2
Saefullah, Eef. Bekerja Dalam Prespektif Islam.Jurnal IPI Portal Garuda.
3
Lopa, Baharuddin. 1996. Al-Qur‟an dan Hak-Hak Asasi Manusia.Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa.
Hlm. 84.

5
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia

mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan)

yang dikerjakannya”(QS. Al-baqarah:286)

Selain itu juga, bekerja harus didasari dengan keyakinan bahwa pekerjaan ialah amanah

yang harus dipikul dan dikerjakan secara tuntas.Manusia diciptakan dengan sifat yang merasa

tidak pernah puas. Dari itu, manusia disini selalu memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi

setiap harinya. Maka dari itu dengan bekerja secara bersungguh-sungguh bisa memenuh

semua kebutuhan tersebut. Mungkin awalnya berja harus menjadi paksaan, namun kemudian

bekerja menjadi kebiasan bahkan menjadi sebuah kebanggaan.

Allah menciptakan dunia dan seisinya dengan bentuk adanya sekarang, serta dengan

posisinya terhadap matahari yang berotasi sekali dalam sehari dan berevolusi sekali dalam

setahun4. Akibatnya adanya siang dan malam sehingga manusia bisa melakukan pekerjaan

pada saat siang hari dan bisa beristrahat pada malam hari.Semua itu Allah menciptakan untuk

makhluknya dengan tujuan agar makhluknya bisa bersyukur dengan terus menerus

kepadanya. Hal ini diterangkan dalam surah Al-Qhasas ayat 73 yang berbunyi:

‫او ِم ْ از ْ ا تِ ِي ا اع ا لا ُك ُ لله ْي ا او للههاا از لِتا ْس ُكلُى ِي ِي اولِتا ْبتا ُ ى ِم ْ ا ْ لِ ِي اولا اعله ُك ْ ا ْ ُكسُووا‬

Artinya: “Dan sebagian rahmat-Nya, Dia jadikan untuk kamu malam dan siang supaya kamu

beristirahat padanya dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya dan agar kamu

bersyukur.”

Sudah jelas dari tafsir ayat ini bahwa Allah menciptakan adanya siang dan malam agar

kira bisa mencari sebagian karunia-Nya pada siang hari dan beristirahat pada malam harinya.

Semua ini adalah karunia Allah kepada hamba-hamba-Nya agar mereka mengetahui

4
Shihab, Quraish. 2009. Tafsir Al-Mishbah.Jakarta: Lentera Hati. Hlm. 655.

6
kekuasaan-Nya dan dengan itu semua mereka akan selalu bersyukur yang tiada henti kepada-

Nya.

Dalam tafsir globalnya, sesibuk apapun orang yang beriman di hari jum‟at karena

melakukan suatu aktivitas apapun termasuk bekerja, ketika adzan jum‟at dikumandangkan,

maka mereka haruslah cepat menghentikan segala aktivitasnya tersebut dan bersegera

menunaikan ibadah shalat jum‟at secara berjamaah. Seusai melaksanakan sholat jum‟at,

kemudian dipersilahkan kembali melaksanakan aktivitasnya sebagaimana dilakukan sebelum

masuk waktu shalat jum‟at5. Kecuali ada halangan yang mendesak, seperti menjaga

keamanan yang sedang berlangsung dan apabila di tinggalkan akan mendapatkan kerugian

yang sangat besar.

Dalam buku Tafsir Al-Mishbah karangan M. Quraish Shihab dijelaskan bahwa Allah tidak

akan melenyapkan usaha hamba-nya baik usaha yang baik maupun yang buruk. Namun, itu

semua kelak akan diperlihatkan kepadanya dan diberikannya balasan itu dengan balasan yang

sempurna6. Begitu juga dalam bekerja apabila manusia melakukan pekerjaannya dengan

amanah dan bersungguh-sungguh, maka mereka akan mendapatkan gaji yang setimpal

dengan apa yang telah dikerjakannya.

B. Hukum Bekerja Dalam Islam

Islam menempatkan bekerja sebagai ibadah untuk mencari rezeki dari Allah guna

menutupi kebutuhan hidupnya. Bekerja untuk mendapatkan rezeki yang halalan thayiban

termasuk kedalam jihad di jalan Allah yang nilainya sejajar dengan melaksanakan rukun

Islam. Dengan demikian bekerja adalah ibadah dan menjadi kebutuhan setiap umat manusia.

Bekerja yang baik adalah wajib sifatnya dalam islam.

5
Suma, Muhammad Amin. 2013. Tafsir Ayat Ekonomi.Jakarta: AMZAH. Hlm. 70.
6
Shihab, Quraish. 2009. Tafsir Al-Mishbah.Jakarta: Lentera Hati. Hlm. 205.

7
“Bekerjalah seakan-akan engkau hidup seribu tahun lagi, dan beribadahlah seakan-akan

besok engkau akan mati.”(Al-Hadis)

Hadis tersebut adalah anjuran Nabi Muhammad untuk umat yang sudah bekerja dengan

baik dan sungguh-sungguh untuk mendapatkan rida Allah dan bahkan muslim sampai

diwajibkan mencari rezeki halal seperti yang tertulis dalam hadis.“Sesungguhnya, Allah

senang pada hamba-Nya yang apabila mengerjakan sesuatu berusaha untuk melakukannya

dengan seindah dan sebaik mungkin.” (al-Hadis)

Selain menjadi sebuah kewajiban, Islam juga memberikan penghargaan mulia untuk setiap

pemeluknya yang dengan ikhlas dalam bekerja dan mengharapkan keridaan Allah SWT dan

penghargaan tersebut tertuang dalam beberapa riwayat hadis berikut ini.

1. Akan Diampuni Dosanya Oleh Allah SWT

"Ibnu Abbas r.a. berkata, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, „Barang siapa yang

merasakan keletihan pada sore hari karena pekerjaan yang dilakukan oleh kedua tangannya,

maka ia dapatkan dosanya diampuni oleh Allah SWT pada sore hari tersebut.” (HR Imam

Tabrani, dalam Al-Mu‟jam Al-Ausath VII/ 289)

2. Dihapuskan Dosa Tertentu

Beberapa dosa tertentu juga akan dihapuskan yang beberapa dosa itu tidak bisa

dihapuskan dengan melaksanakan salat, puasa, dan juga sedekah.Abu Hurairah r.a. berkata

bahwa Rasulullah saw. bersabda, „Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu terdapat suatu dosa

yang tidak dapat diampuni dengan salat, puasa, haji dan juga umrah.” Sahabat bertanya, “Apa

yang bisa menghapuskannya wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Semangat dalam

mencari rezeki”. (HR Thabrani, dalam Al-Mu‟jam Al-Ausath I/38)

8
3. Mendapat Cinta Allah SWT

Ibnu Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, „Sesungguhnya Allah SWT

mencintai seorang mukmin yang bekerja dengan giat”. (HR Imam Tabrani, dalam Al-Mu‟jam

Al-Aushth VII/380)

4. Lebih Baik daripada Meminta-minta

Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda,“Sungguh, seandainya salah

seorang di antara kalian mencari kayu bakar dan memikul ikatan kayu itu, maka itu lebih

baik, daripada ia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya ataupun

tidak.” (HR Bukhari dan Muslim).

5. Meraih Derajat di Sisi Allah

Abu Zar dan Al-Hakim, meriwayatkan bahwa “Sesungguhnya Ruhul Qudus membisikkan

bahwa jiwa tidak akan wafat sebelum lengkap dan sempurna rezekinya. Karena itulah kamu

harus bertakwa kepada Allah dan memperbaiki mata pencaharianmu. Jika datangnya rezeki

itu terlambat maka jangan memburunya dengan bermaksiat karena apa yang ada di sisi Allah

hanya bisa diraih dengan taat pada-Nya.”

6. Makan dari Hasil Sendiri

Hadis riwayat Bukhari, “Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih

baik daripada makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi

Allah Daud a.s. memakan makanan dari hasil usahanya sendiri.” (HR Bukhari)

9
7. Serupa dengan Mujahid di Jalan Allah

Hadis riwayat Ahmad, “Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang bekerja dan terampil.

Siapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya maka ia serupa dengan

seorang mujahid di jalan Allah.”Secara garis besar, hukum bekerja dalam Islam adalah wajib

dan menjadi cara untuk memenuhi kebutuhan manusia meliputi diri sendiri dan keluarga serta

ibadah dan juga kepentingan sosial.Islam sendiri teramat menjunjung tinggi nilai bekerja

namun Islam juga memberikan balasan dalam memilih jenis pekerjaan yang halal dan juga

yang haram.

C. Dalil yang Berkaitan dengan Bekerja

1) Dengan bekerja, akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT

Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

(‫َم ْن أَ ْم َسى َكالًّ ِم ْن َع َم ِم يَ ِد ِه أَ ْم َسى َم ْغفُىْ رً ا نَهُ)ان ط بران يرواه‬

Terjemah : "Barangsiapa yang merasakan keletihan pada sore hari, karena pekerjaan yang

dilakukan oleh kedua tangannya, maka ia dapatkan dosanya diampuni oleh Allah SWT pada

sore hari tersebut." (HR. Imam Tabrani, dalam Al-Mu'jam Al-Ausath VII/ 289)

Dalam hadis tersebut terdapat kata “ًّ‫ " َكال‬yang berarti kelelahan akibat bekerja berat, dan "

‫ " َم ْغفُىْ رً ا‬yang artinya diampuni atau dimaafkan. Tiada seorang muslim pun yang bila

melakukan kerja berat lalu mengalami kelelahan, melainkan Allah akan mengampuni dosa-

dosanya. Yang dimaksud dengan bekerja dalam hadis ini adalah dalam rangka mencari

penghidupan untuk mencukupi diri dan keluarganya atau orang-orang yang berada dalam

tanggungannnya.7

7
Sayyid AhmadAl Hasyimi, Syaarah MukhtarulHadits,hlm.846

10
2) Kewajiban menafkahi diri sendiri dan orang lain.

Jabir r.a meriwayatkan, “Ada seorang lelaki dari Bani „Udzrah yang memerdekakan

budaknya. Lalu berita itu sampai kepada Rasulullah SAW, kemudian beliau pun bertanya,

“Apakah kamu masih punya harta selain ini?” Lelaki tersebut menjawab, “Tidak ada”Lalu

Rasulullah SAW mengatakan, “Siapakah yang mau membeli budak ini?” Lalu Nu‟aim bin

„Abdullah Al-„Adawi membelinya dengan harga 800 dirham. Kemudian Rasulullah SAW

membawa uang itu dan memberikannya kepada lelaki tersebut sembari bersabda:

‫ اإ ِ ْو ا ا ا اع ْ أا ْهلِ ا‬،‫ اإ ِ ْو ا ا ا اش ْي ٌء ا ِِلا ْهلِكا‬،‫ص هد ْق اعلا ْيهاا‬


‫ك اش ْي ٌء الِ ِري‬ ‫ْبد ْاأ بِلا ْف ِس ا‬
‫ك اتا ا‬

‫ك اش ْي ٌء اها اك ار اوها اك ار‬


‫ اإ ِ ْو ا ا ا اع ْ ِذي قا اس باتِ ا‬،‫قا اس باتِكا‬

Terjemah : “(Gunakanlah ini) untuk memenuhi kebutuhanmu dahulu, maka bersedekahlah

dengannya untuk (mencukupi kebutuhan) dirimu. Jika masih berlebih, berikanlah kepada

keluargamu. Jika masih berlebih, berikanlah kepada kerabatmu. Jika masih berlebih,

berikanlah kepada ini dan itu.” (HR. Muslim no. 997).8

3) Lebih baik bekerja daripada meminta-minta

Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi SAW di dalam hadis berikut :

َ ‫ألَنْ ٌَ ْحتَ ِط‬:‫سلَّ َم‬


ً‫ب أَ َح ُد ُك ْم ُح ْز َمت‬ َ ًَ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ٍْ ِو‬ ِ َ‫َع ْأَهبًِ ُى َر ٌْ َرة‬
ُ ‫قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬،‫ض ًَ هللاُ َع ْنو‬
َ ِ‫سٌ ُل هللا‬

(‫سأَ َل فٍَُ ْع ِطٍَ ُي َح ًداأَ أَ ًْ ٌَ ْمنَ َعوُ)رًاه ال بخاري‬


ْ ٌَ ْ‫َعلَى ظَ ْي ِر ِه َخ ٍْ ٌر ِمهْ أَن‬

Terjemah: "Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata Rasulullah SAW bersabda: “Salah satu dari

kalian memikul kayu bakar dipunggungnya itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada

seseorang baik diberi atau ditolak". (HR. Bukhari).

8
Muhammad Syaifudin Hakim, “Parenting Islami (51): Nafkah untuk Istri dan Anak-anak”
https://muslimah.or.id/11119-parenting-islami-51nafkah-untuk-istri-dan-anak-anak.html

11
Didalam hadis tersebut terdapat “ ً‫ “ ظَه ِْر ِه َعهَىح ُْز َمة‬yang bermakna memikul kayu bakar

dipunggungnya, “ٌ‫ ” َخ ْير‬artinya lebih baik, dan “‫ ”يَسْأ َ َل‬yang bermakna meminta. Imam Ibnu

Hajar di dalam kitab Fathul Barinya telah memberikan syarah hadis riwayat imam Al-

Bukhari di atas. Beliau mengatakan bahwa bekerjanya seseorang itu dianjurkan dengan

catatan ia tidak meyakini bahwa rezeki yang ia dapatkan adalah dari hasil kerjanya. Tetapi ia

wajib meyakini bahwa rezeki itu dari Allah swt. dengan perantara pekerjaan ini. Adapun

pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan yang diperbolehkan atau mubah, bukan

pekerjaan yang batil, sia-sia dan membahayakan diri. Dan hadis tersebut juga

memperingatkan agar menahan diri dari meminta-minta dan mengemis kepada orang lain.

D. Keutamaan dan etika Bekerja Mencari Nafkah dalam Pandangan Islam

Salah satu perbuatan yang sangat mulia dalam ajaran Islam adalah bekerja. Rasulullah saw

memberikan pelajaran menarik tentang pentingnya bekerja. Dalam Islam bekerja bukan

sekadar memenuhi kebutuhan perut, tapi juga untuk memelihara harga diri dan martabat

kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi. Karenanya, bekerja dalam Islam menempati

posisi yang teramat mulia. Selain itu, bekerja merupakan wujud pemenuhan perintah Allah

SWT. Ia memerintahkan hambaNya untuk memakmurkan bumi. Sebagai khalifah di muka

bumi, manusia juga diperintahkan untuk mengelola seluruh potensi alam raya ini demi

kemakmuran manusia dan dalam lingkup beribadah kepada Allah SWT.

Bekerja di dunia merupakan salah satu jembatan menuju akhirat. Yaitu, bekerja bukan

semata-mata mencari penghidupan dunia. Cara kita bekerja akan menentukan apakah kita

akan mendapat kebahagiaan di akhirat atau tidak, dan setiap langkah kita dalam bekerja akan

dimintai pertanggung jawabannya. Dalam bekerja terdapat keberkahan, seperti kisah yang

dialami Ali bin Abi Thalib: “Suatu pagi, Ali bin Abi Thalib meniggalkan madinah untuk

mencari pekerjaan demi menghidupi anak-anaknya. Ia menemui seorang perempuan yang

12
sedang mencari pekerja untuk mengusung air dari sebuah sumur sebuah lubang tanah. Ali bin

Abi Thalib bekerja pada perempuan itu. Setiap bejana air yang dipindahkan, ia memperoleh

upah satu kurma. Dari pekerjaan tersebut, Ali mendapatkan 20 kurma dan ia pun membawa

pulang upahnya. Rasulullah SAW menyambut kedatangannya seraya menanyakan apa yang

dibawanya. Ali menjawab, ”Ini adalah kurma-kurma yang kuperoleh sebagai upah kerja, aku

bekerja hingga kedua tanganku memar karena menimba air dari sumur dengan tali rami

kering.” Kemudian Rasulullah saw mengusap kedua tangan Ali, menepuknya, mengusapkan

kewajahnya sembari berkata, ”itulah tangan yang diberkahi Allah.” Demikianlah, bahwa

dalam setiap usaha yang dilakukan dengan cara halal untuk menafkahi anak istri akan

menjadikan hidup penuh berkah dari Allah SWT.9

Adapun etika dalam bekerja yakni:

Dalam memilih seseorang ketika akan diserahkan tugas, rasulullah

melakukannya dengan selektif. Diantaranya dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) dan

kedalaman ilmunya. Beliau senantiasa mengajak mereka agar itqon dalam bekerja.

Sebagaimana dalam awal tulisan ini dikatakan bahwa banyak ayat al-Qur‟an menyatakan

kata-kata iman yang diikuti oleh amal saleh yang orientasinya kerja dengan muatan

ketaqwaan.

Pandangan Islam tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas dengan usaha sedalam-

dalamnya. Sabda Nabi SAW yang amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk kerja

tergantung pada niat pelakunya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,

Rasulullah bersabda bahwa “sesungguhnya (nilai)pekerjaan itu tergantung pada apa yang

diniatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

9
Abdul Rasyid. “KonsepEtosKerjamenurutHadits (StudiAnalisisSanad)”. (SkripsiFakultasUshuludin, Jakarta:
Perpustakaan UIN SyarifHidayatullah, 2014),T.d.

13
Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang tergantung dari tinggi rendahnya niat.

Niat juga merupakan dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan atau tidak

mengerjakan sesuatu. Nilai suatu pekerjaan tergantung kepada niat pelakunya yang tergambar

pada firman Allah SWT agar kita tidak membatalkan sedekah (amal kebajikan) dan

menyebut-nyebutnya sehingga mengakibatkan penerima merasa tersakiti hatinya.

14
BAB III

KESIMPULAN

Islam adalah agama yang sempurna. Agama islam bukan hanya memerintahkan untuk

beribadah dalam artian sempit ritual, tetapi juga memerintahkan untuk beribadah dalam artian

yang lebih luas lagi. Salah satunya bekerja mencari nafkah yang halal yang digunakan untuk

hal-hal yang halal pula, maka Allah SWT akan memberi balasan yang sangat luar biasa

berupa ridho darinya, diampuni dosanya, dihapus dosanya, mendapat berkah, mendapat

pahala jihad dan semakin dicintai oleh Allah SWT.

Tidak hanya firman Allah yang menerangkan urgensi bekerja dan mencari nafkah, tetapi

juga banyak hadis yang melengkapi dan menyempurnakan perintah bekerja tersebut. Hadis

memiliki banyak fungsi, dalam hal bekerja dan mencari nafkah, hadis-hadis tersebut

menjelaskan tentang keutamaannya, dampak positif, dan ganjaran dari bekerja.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rasyid. “KonsepEtosKerjamenurutHadits (StudiAnalisisSanad)”.

(SkripsiFakultasUshuludin, Jakarta: Perpustakaan UIN SyarifHidayatullah, 2014),T.d

Johan Arifin, EtikaBisnisIslami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm. 19

Lopa, Baharuddin. 1996. Al-Qur‟an dan Hak-Hak Asasi Manusia.Yogyakarta: PT. Dana

Bhakti Prima Yasa. Hlm. 84

Muhammad Syaifudin Hakim, “Parenting Islami (51): Nafkah untuk Istri dan Anak-anak”

https://muslimah.or.id/11119-parenting-islami-51nafkah-untuk-istri-dan-anak-anak.html

Saefullah, Eef. Bekerja Dalam Prespektif Islam.Jurnal IPI Portal Garuda.

Sayyid AhmadAl Hasyimi, Syaarah MukhtarulHadits,hlm.846

Shihab, Quraish. 2009. Tafsir Al-Mishbah.Jakarta: Lentera Hati. Hlm. 205

Shihab, Quraish. 2009. Tafsir Al-Mishbah.Jakarta: Lentera Hati. Hlm. 655.

Suma, Muhammad Amin. 2013. Tafsir Ayat Ekonomi.Jakarta: AMZAH. Hlm. 70.

https://dalamislam-com.cdn.ampproject.org/v/s/dalamislam.com/hukum-islam/hukum-

bekerja-dalam-

islam/amp?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D

#aoh=16340839449532&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=From%2

0%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fdalamislam.com%2Fhukum-

islam%2Fhukum-bekerja-dalam-islam

https://elvira.rahayupartners.id/id/know-the-rules/manpower-law

16

Anda mungkin juga menyukai