Disusun oleh :
Kelompok 11
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan hidayah-
Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Islam dan Persoalan
Hidup dan Kerja”
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Baik uang disengaja maupun yang tidak disengaja. Oleh karena itu,
semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Agama Islam yang berdasarkan Alquran dan Hadis sebagai tuntunan dan
pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam
segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan
dalam masalah yang berkenaan dengan kerja. Padahal dalam situasi globalisasi
saat ini, kita dituntut untuk menunjukkan etos kerja yang tidak hanya rajin, gigih,
setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai Islami yang
tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan Alquran dan Hadis.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan
manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun
hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Kamus
1
besar bahasa Indonesia susunan WJS Poerdarminta mengemukakan bahwa kerja
adalah perbuatan melakukan sesuatu. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan
untuk mencari nafkah. Dalam melakukan pekerjaan, pastinya ada prinsi-prinsip
yang harus diperhatikan sebagaimana prinsip kerja yang terdapat dalam hukum
Islam, yaitu prinsip-prinsip muamalah dalam bekerja maupun dalam mengelola
keuangan diantaranya niat bekerja, kerja, tujuan dan orientasi bekerja mencari
penghasilan yang halal, bekerja pada bidang-bidang yang baik serta menghindari
segala yang diharamkan kotor (keji), menjauhi muamalah yang mengandung
unsur MAGHRIB (Maysir, Gharar, Riba dan Bat}il), Mengangkat dan
mendelegasikan pekerjaan pada ahlinya, memberikan hakhak pekerja seorang
pengusaha haruslah mengetahui bahwa memberikan kepada pekerja akan haknya
tanpa dikurangi, membelanjakan harta secara adil, jadilah orang yang adil
(ditengah-tengah) dalam membelanjakan harta , tanpa berlebihan dan tidak pula
terlalu irit, membayar zakat fitrah.
1.2 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam diri manusia terdapat apa yang disebut dengan nafs sebagai potensi
yang membawa kepada kehidupan. Dalam pandangan Al-Qur’an , nafs diciptakan
Allah dalam keadaan sempurna untuk berfungsi menampung serta mendorong
manusia berbuat kebaikan dan keburukan. Allah swt. Katakana dalam surat al-
Syams ayat 7-8“Demi Nafs serta penyempurnaan ciptaanny, Allah mengilhamkan
kepadanya kejahatan dan ketaqwaan”. Allah mengilhamkan, berarti memberi
potensi agar manusia melalui nafs dapat menangkap ma’na baik dan buruk, serta
dapat mendorongnya untuk melakukan kebaikan dan keburukan.Meskipun nafs
berpotensi positif dan negative, namun diperoleh pula isyaratka bahwa pada
hakekatnya potensi positif manusia lebih kuat dari pada potensi negetifnya. Hanya
saja daya tarik keburukan lebih kuat dari daya tarik kebaikan. Untuk itu manusia
dituntut agar memelihara kesucian nafsnya. Firman Allah dalam surat al-Syams
ayay 9-10. “sungguh beruntunglah orang-orang yang menyucikannya dan
merugilah orang-orang yang Mengotorinya” Kecendrungan nafs lebih kuat untuk
kebaikan dipahami dari isyarat ayat, misalnya terdapat dalam surat al-Baqarah
ayat 286 “Allah tidak membebani seseorang, tetapi sesuai dengan kesanggupan
nya. Nafs memperoleh ganjaran dari apa yang diusahakannya, dan memperoleh
siksa dari apa yang diusahakannya” Selain nafs, dalam diri manusia juga terdapat
qalb yang sering diterjemahkan hati. Seperti dikemukakan di atas, bahwa nafs ada
dalam diri manusia, qalb pun demikian , hanya saja qalb yang merupakan wadah
dipahami dalam arti alat, sebagaimana firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 179
“mereka mempunyai qalb, tetapi tidak digunakan untuk memahami”. Selain
kata qalb, dalam al-qur’an juga terdapat kata fu’ad, seperti dalam firman-Nya
dalam surat al-Nahl “Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu maka Dia membirimu (alat) pendengaran, (alat)
penglihatan serta hati, agar kamu bersyukur (mempergunakannya memperoleh
pengetahuan)” Kemudian manusia juga memiliki ruh, sebagaimana firman-Nya
3
dalam surat al-Isra’ ayat 85 “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh,
katakanlah Ruh adalah urusan Tuhanku, kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”
Ada yang berpendapat, bahwa ruh itu sama dengan nyawa, tetapi apa bedanya
manusia dengan orang utan, monyet dan binatang yang lain? Dalam surat al-
mu’minun dijelaskan bawa dengan ditiupkannya ruh, maka menjadilah makhluk
ini khalq akhar (makhluk yang unik), yang berbeda dengan makhluk lain. Karena
manusia memiliki ruh lah ia mudah menerima wahyu dari Allah swt. Mempelajari
wahyu dikatakan santapan rohani, bukan santapan nyawa. Manusia berpotensi
mendapatkan hidayah Karena mempunyai roh. Selain memiliki nafs, qalb, dan
ruh manusia juga memiliki ‘aql. Kata ‘aql dalam al-qur’an menggunakan bentuk
kata kerja masa kini dan lampau. Dari segi bahasa, kata ini dapat diartikan tali
pengikat penghalang.
Umar bin Khattab khalifah ke dua setelah Abu Bakar As-siddiq berkata
“aku benci orang berpangku tangan, tanpa ada aktifitas kerja, baik kerja untuk
dunia atau untuk kepentingan di akherat kelak” Dalam hal ini khalifah umar
sangat menghargai dan menyenangi orang yang rajin bekerja dan beraktifitas.
Sebagai muslim yang ta’at, Umar selalu mendorong umat Islam untuk memiliki
semangat bekerja dan beramal, serta menjauhkan diri dari sifat malas. Rasulullah
bersabda “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah pendirian, sifat malas,
penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang dan dikendalikan orang lain.
Dan akau berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan dari fitnah (ketika hidup
dan mati). (H.R Bukhari dan Muslim) Orang muslim yang akan berhasil dalam
hidupnya adalah kemampuannya meninggalkan perbuatan yang melahirkan
kemalasan / tidak produktif dan digantinya dengan amalam yang bermanfa’at.
Sabda Rasulullah saw. Dari Abu hurairah “Sebaik-baik Islamnya seseorang
adalah meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfa’at” (HR. Tarmizi). Bekerja
bagi seorang muslim adalah dalam rangka mendapatkan rezki yang halal
dan memberikan manfa’at yang sebesar-besarnya bagi masyarakat sebagai
4
ibadahnya kepada Allah swt. Firman-Nya :“Apabila shalat telah ditunaikan, maka
bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung” (al-Jmu’ah: 10)Dalam pandangan
Islam bekerja merukapan bagian dari ibadah, makaaplikasi dan implementasinya
perlu diikat dan dilandasi oleh akhlak/etika, yang senantiasa disebut etika profesi.
Etika/akhlaq yangmencerminkan sifat terpuji, yaitu Shiddiq, istiqamah, futhanah,
amanah dan tablig. Dari uraian diatas, dapat difahami, bahwa seorang muslim
yang akan mendapat kasih sayang dari Allah swt. Adalah apabila orang itu jauh
dari sifat malas, senang melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfa’at, rajin
bekerja, tidak menyia-nyiakan waktu, menyadari bahwa semua aktifitas yang
dilakukan adalah dalam rangka beribadah kepada Allah swt.
5
mengalami kemudahan, ia bersyukur, dan yang demikian itu baik bagi dirinya,
jika ia mengalami kesulitan, ia menghadapinya dengan sabar dan tabah, dan
itupun juga baikbagi dirinya (HR. Bukhari) Akhlak seorang muslim dalam bekerja
menemukan kemudahan selalu bersyukur, ketika menghadapi kesulitan dia tabah
dan sabar . Mudah dan sulit baginya sama, karena semua itu adalah untuk menguji
kekuatan imannya. Pada sa’atnya ia mendapatkan kesalahan dalam bekerja,
menyimpang dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya, ia segera bertobat, segera ingat
akan Tuhannya, menghentikan segala kesalahannya dan memohon ampun atas
kekeliruannya. “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa bila dalam dirinya
timbul perasaan was-was dari setan, mereka segera ingat kepada Allah. Maka
waktu itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya (al-A’raf :201)
Demikianlah akhlak seorang muslim dalam bekerja.
6
yangbermanfa’at tentang pertanian akan muncul dalam dirinya. Tentunya kreatif
dan inovatif hanya mungkin akan dimiliki manakala seseorang selalu berusaha
untuk menambah berbagai ilmu pengetahuan, peraturan, dan informasi yang
berhubungan dengan pekerjaan apapun bentuk pekerjanya. Sebagai seorang guru
(pengejar) dituntut harus ahli dalam ilmu keguruan, jangan setengah-setengah,
tapi belajar, terus belajar tentang profesi keguruan sampai akhir hayatnya.
Firmam Allah dalam al-Baqarah : 208 ”Hai orang yang beriman, masuklah kamu
kedalam kedamaian /Islam secara menyeluruh, dan janganlah kamu ikuti langkah-
langkah setan, karena setan itu adalah musuhmu yang nyata” Tersirat dalam ayat
ini, bahwa aktifitas apapun yang dilakukan menuntut pelakunya
untuk berilmu secara mendalam dan menyeluruh (kaffah) sesuai dengan
profesinya. Orang beriman diminta untuk memasukkan totalitas dirinya kedalam
wadah islam secara menyeluruh, sehingga semua kegiatannya berada dalam
wadah islam /kedamaian. Ia damai dengan dirinya, keluarganya, seluruh manusia,
binatang, tumbuh tumbuhan dan alam raya semuanya. Wadah islamsecara
menyeluruh yang dimaksud juga penguasaan ilmu islam secara menyeluruh
sehingga mampu melaksanakan aktifitas islam dengan berkualitas dan bermutu.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
https://lppkk-umpalangkaraya.blogspot.com/2014/09/materi-11-islam-dan-
persoalan-hidup-dan.html
https://www.bloggerkalteng.id/p/aql-merupakan-sesuatu-yang-mengikat.htm l
http://digilib.uinsby.ac.id/944/4/Bab%201.pdf