Anda di halaman 1dari 22

POLTEKAD KODIKLATAD

JURUSAN TELEKOMUNIKASI

MAKALAH AGAMA
“ ETOS KERJA,SIKAP TERBUKA DAN ADIL”

DI SUSUN OLEH :

SERTU ATNANTA MADA SAMODERA


NOSIS : 202207027 – E

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 ANGKATAN VII


PRODI TEKNIK TELEKOMUNIKASI MILITER
POLTEKAD KODIKLATAD
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-
Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Etos Kerja, Sikap Terbuka dan Adil”.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan –
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada pihak – pihak yang membantu dalam
menyelesaikan penulisan ini.
Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga
tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang
besar kepada penulis, semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Batu, November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1..LATAR BELAKANG................................................................................1

1.2. RUMUSAN MASALAH..........................................................................2

1.3. TUJUAN................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

2.1. ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA DAN KEADILAN DALAM AGAMA

ISLAM....................................................................................................3

2.2. KEHIDUPAN BERPOLITIK SERTA PERSATUAN DAN KESATUAN

BANGSA...............................................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................16

3.1 KESIMPULAN.......................................................................................16

3.2 SARAN..................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      LATAR BELAKANG


Islam adalah agama yang universal, karena itu masalah-masalah yang
ada dalam masyarakat sudah barang tentu diatur di dalam ajaran
Islam. Kajian tentang Al Quran serta kandungan ajarannya tampaknya
tidak akan pernah selesai dan akan berlanjut sepanjang zaman.
Keajaibannya akan senantiasa muncul kepermukaan bagaikan mata
air yang tidak pernah kering dan akan selalu menjadi inspirasi
kehidupan ummat Islam. Al Quran akan selalu hadir dalam kehidupan
yang sarat dengan berbagai persoalan hidup yang dialami oleh umat
Islam. Di sinilah letak salah satu keunikan Al Quran itu dan dari sini
kita dapat memahami mengapa orang yang mempercayainya tidak
akan pernah meragukan validitas ajarannya dan menganggapnya
sebagai kebenaran mutlak dan final meski dipihak lain orang yang
meragukan dan tidak mempercayainya selalu berupaya untuk
meruntuhkan kebenaran Al Quran baik dengan cara halus atau kasar,
dibungkus dengan metode ilmiah yang mengandung distorsi atau
bahkan hanya dengan hujatan, tanpa mengandung ilmiah yang layak
dalam kajian akademis.
   Politik senantiasa diperlukan oleh masyarakat di negara
manapun. Ia merupakan upaya untuk memelihara urusan umat di
dalam dan di luar negeri. Jika memandang seseorang dalam sosoknya
sebagai manusia (sifat manusiawinya), ataupun sebagai individu yang
hidup dalam komunitas tertentu, maka sebenarnya ia bisa disebut
sebagai seorang politikus. Di dalam hidupnya manusia tidak pernah
berhenti dan mengurusi urusannya sendiri, urusan orang lain yang
menjadi tanggung jawabnya, urusan bangsanya, ideologi dan
pemikiran-pemikirannya. Oleh karena itu setiap individu, kelompok,
organisasi ataupun negara yang memperhatikan urusan umat (dalam
lingkup negara dan wilayah-wilayah mereka) bisa disebut sebagai
politikus. Dapat dikenali hal ini dari tabiat aktivitasnya, kehidupan yang
mereka hadapi serta tanggung jawabnya. Islam sebagai agama yang
juga dianut oleh mayoritas umat di Indonesia selain sebagai aqidah
ruhiyah (yang mengatur hubungan manusia dengan Rabb-nya), juga
merupakan aqidah siyasah (yang mengatur hubungan antara sesama
manusia dan dirinya sendiri).
Oleh karena itu Islam tidak bisa dilepaskan dari aturan yang
mengatur urusan masyarakat dan negara. Islam bukanlah agama yang
mengurusi ibadah mahdloh individu saja. Berpolitik adalah hal yang
sangat penting bagi kaum muslimin. Di dalam negeri, kaum muslimin
harus memperhatikan, apakah urusan umat dapat terpelihara dengan
baik oleh negara. Mulai dari penerapan hukum pemerintahan,
ekonomi, kesehatan, pendidikan, keamanan, aturan interaksi antar
individu pria dan wanita serta seluruh kepentingan umat lainnya.
Berpolitik juga dpat membererat tali pesaudaraan antar manusia serta
menjalin persatuan dan kesatuan bangsa.
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin sudah representatif
untuk mewujudkan pendidikan multicultural (beragam budaya).
Budaya merupakan Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan
masyarakat.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas lebih jauh tentang
Budaya Etos Kerja menurut Islam, Budaya Sikap Terbuka dan Adil
menurut Islam.

1.2.      RUMUSAN MASALAH


a) Apa yang dimaksud etos kerja, sikap terbuka dan keadilan menurut
pandangan Islam?
b) Apa sajakah nilai-nilai dasar politik dalam ajaran agama Islam ?
c) Bagaimanakah sikap berpolitik untuk agar dapat mempererat
persatuan dan kestuan bangsa ?
1.3. TUJUAN
a) Memahami maksud dengan etos kerja, sikap terbuka dan keadilan
dalam pandangan agama islam
b) Menjelaskan tentang nilai-nilai dasar politik dalam ajaran agama
Islam.
c)  Mengetahui sikap berpolitik yang baik agar tercipta persatuan dan
kesatuan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA DAN KEADILAN DALAM ISLAM


2.1.1 Etos Kerja
Telah disebutkan terdahulu hakikat manusia terletak pada
eksistensinya. “Eksistensinya” berarti berpikir untuk mencipta yang
menghasilkan produk atau ciptaan. Dengan kata lain hakikat
manusia adalah kerja. Konsekuensi logisnya adalah berhenti
bekerja hilang hakikatnya sebagai manusia. Telah disebutkan pula
bahwa Islam lebih mementingkan amal dari pada gagasan atau
terminal terakhir adalah amal. Amal identik dengan kerja dan sekali
lagi hakikat manusia adalah kerja.
Alquran sendiri memandang amal itu begitu penting. Kata amal
dan berbagai kata yang seakar kata dengannya seperti ya’malun,
ta’malun, ‘amila, i’malu dan yang sejenisnya disebut dalam Al-
Quran sebanyak 192 kali. Kata amal shalih yang dirangkai dengan
kata iman sebanyak 46 kali. Ini berarti hakikat manusia atas dasar
pendekatan kebudayaan maupun agama adalah sama yaitu
terletak pada kerja atau amal. Kesimpulan ini didukung oleh
pepatah :
‫( ا لعلم بال عمل كا لنخل بال عسل‬ilmu tanpa amal bagaikan lebah tanpa
madu) atau
‫( ا لعلم بال عمل كا لشجر بال ثمر‬ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa
buah).
Dengan demikian manusia yang tidak beramal atau tidak
bekerja hakikat kemanusiaannya tidak utuh, atau bahkan hilang
hakikat kemanusiaannya. Supaya manusia tidak hilang hakikat
kemanusiaannya, Rasulullah mengajarkan kepada umatnya
supaya terjauh dari sifat pemalas. Demikian doa Rasul :
)‫للهم ا نى اعو ذ بك من الكسل والعجز والبخل (روا ه التر مذى عن زيد بن ارقم‬
(ya Allah sesungguhnya aku mohon perlindungan Engakau dari
kemalasan, kelemahan, dan kebakhilan. H.R at-Turmuzi dari ibn
Arqam (at-Turmuzi, V:226)).
Malas, lemah kepribadian dan bakhil adalah penghalang utama
dalam menumbuhkan etos apapun termasuk etos kerja. Sebaliknya
Islam memotifasi demikian bersemangat supaya setiap
pemeluknya rajin beramal atau bekerja. Allah berfirman :
“ Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya
(pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang
membawa perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan
melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka
sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) “.( QS Al An’am : 160 ).
Dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa siapa yang beramal
baik pahalanya dilipatgandakan 10 kali lipat.

2.1.2 Sikap Terbuka


Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran
akhlak yang penting di dalam Islam. Lawan dari jujur adalah tidak
jujur. Bentuk-bentuk tidak jujur antara lain adalah korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN). Sebagai bangsa, kita amat prihatin, di satu
sisi, kita (bangsa Indonesia) merupakan pemeluk Islam terbesar di
dunia, dan di sisi lain sebagai bangsa amat korup. Dengan
demikian terjadi fenomena antiklimak. Mestinya yang haq itu
menghancurkan yang bathil, justru dalam tataran praktis seolah-
olah yang haq bercampur dengan yang bathil. Tampilan praktisnya,
salat ya, korupsi ya. Ini adalah cara beragama yang salah.
Cara beragama yang benar harus ada koherensi antara
ajaran, keimanan terhadap ajaran, dan pelaksanaan atas ajaran.
Dapat dicontohkan di sini, ajaran berbunyi :
“ ….Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar…..” ( QS. Al ‘Ankabut : 45 ).
Manusia merespon terhadap ajaran (wahyu) itu dengan iman.
Setelah itu ia mewujudkan keimanannya dengan melakukan salat
dan di luar pelaksanaan salat mencegah diri untuk berbuat keji dan
munkar.
Termasuk koherensi antara ajaran, iman, dan pelaksanaan
ajaran adalah jika terlanjur berbuat salah segera mengakui
kesalahan dan memohon ampunan kepada siapa ia bersalah (Allah
atau sesama manusia). Jika berbuat salah kepada Allah segera
ingat kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.
Jika berbuat salah kepada manusia segera meminta maaf
kepadanya tidak usah menunggu lebaran tiba. Pengakuan
kesalahan baik terhadap Allah maupun kepada selain-Nya ini
merupakan sikap jujur dan terbuka. Menurut Islam sikap jujur dan
terbuka termasuk baik. Nabi bersabda:
‫ا ن ا لصد ق يهدى ا لى ا لبر وا ن ا لبر يهدى ا لى ا لجنة وا ن ا لرجل يصد ق حتى يكتب عند‬
‫ذ ب‬pp‫ل ليك‬pp‫ وا ن الرج‬.‫ا ر‬pp‫دى ا لن‬pp‫ور يه‬pp‫ وا ن ا لفج‬.‫ وا ن ا لكذ ب يهد ا لى ا لفجور‬.‫هللا صد يقا‬
)‫حتى يكتب عند هلل كذا با( متفق عليه‬
(Sesungguhnya jujur itu menggiring ke arah kebajikan dan
kebajikan itu mengarah ke surga. Sesungguhnya lelaki yang
senantiasa jujur, ia ditetapkan sebagai orang yang jujur.
Sesungguhnya bohong itu menggiring ke arah dusta. Dusta itu
menggiring ke neraka. sesungguhnya lelaki yang senantiasa
berbuat bohong itu akan ditetapkan sebagai pembohong. Muttafaq
‘alaih (an-Nawawi, [t.th.]:42)).
2.1.3 Bersikap Adil
Secara leksikal adil dapat diaritikan tidak berat sebelah,
tidak memihak, berpegang kepada kebenaran, sepatutnya, dan
tidak sewenang-wenang (Kamus Besar, l990 :6-7) Dari masing-
masing arti dapat dicontohkan sebagai berikut: (1) Cinta kasih
seorang ibu terhadap putra-putrinya tidak berat sebelah. (2) Dalam
memutuskan perkara, seorang hakim tidak memihak kepada salah
satu yang bersengketa.(3) Di dalam menjalankan tugasnya sebagai
hakim, Hamid selalu berpegang kepada kebenaran. (4) Sudah
sepatutnya jika akhlaqul-karimah guru diteladani oleh murid.(5)
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak berbuat
sewenang-wenang terhadap yang dipimpin. Dari masing-masing
contoh ini dapat disimpulkan bahwa sikap adil amat positif secara
moral.
Karena sifat yang positif, tentu sikap adil didambakan oleh
banyak orang. Dalam contoh-contoh di atas, sikap adil bersikap
positif atau menguntungkan orang lain. Adil juga dapat dartikan
tingkah laku dan kekuatan jiwa yang mendorong seseorang untuk
mengendalikan amarah dan syahwat dan menyalurkannya ke
tujuan yang baik (al-Hufiy, 2000: 24). Dalam definisi ini dapat
dipahami bahwa adil adalah kondisi batiniah seseorang yang
berbentuk energi. Energi ini mendesak keluar untuk mengendalikan
amarah dan kemauan-kemauan hawa nafsu sehingga perbuatan
yang keluar menjadi baik. Yang mestinya orang itu menuruti hawa
nafsu, karena kendali sikaprbuatannya menjadi terarah, tidak
merugikan diri sendiri dan orng lain.
Adil dapat diartikan menempatkan berbagai kekuatan
batiniah secar0a tertib dan seimbang (al-Hufiy, 2000 :26).
Kekuatan yang dimaksud adalah al-hikmah, asy-syaja’ah, dan
al-‘iffa.al-Hikmah berarti kecerdasan. Orang cerdas dapat
membedakan antara yang benar dan salah, baik dan buruk, haq
dan batal secara tepat, tetapi belum tentu ia selalu memilih yang
benar, yang baik, dan yang haq. Asy-syaja’ah berarti berani tanpa
rasa takut. Al-‘ffah berarti suci. Ketiga sifat utma ini jika tidak
seimbang menjadi tidak baik. Orang amat cerdas atau genius tetapi
kecerdasannya dapat dijadikan alat untuk mengelabuhi orang lain
karena tidak ada ‘iffah di dalam dirinya.
Orang selalu berani menangani setiap masalah yang
dihadapi, tentu akan menampakkan profil preman karena tidak ada
al-hikmah dan ‘iffah di dalam dirinya. Orang cerdas dan berani lalu
digunakan untuk mengeruk kekayaan negara secara tidak syah
adalah tidak baik karena tidak ‘iffah di dalam dirinya. Orang selalu
hanya memilih kesucian dalam semua suasana secara terang-
terangan tentu dapat membahayakan diri sendiri.
Jika antara al-hikmah, asy-syaja’ah, dan al-‘iffah berpadu
secara seimbang dalam diri seseorang, maka orang itu akan
bersikap adil. Orang berani melakukan sesuatu setelah ditimbang-
timbang bahwa sesuatu itu baik menurut akal dan menurut
pertimbangan syariat juga baik . inilah gambaran perbuatan adil.
Berarti, ia berani berbuat karena benar. Orang tidak berani berbuat
juga karena benar, adalah bersikap adil, bukan karena takut.
Dengan dimikian adil adalah puncak dari ketiga sifat utama
tersebut.
Islam memandang sikap adil amat fundamental dalam
struktur ajaran. Kata adil dan berbagai turunannya seperti :
ya’dilun, i’dilu, ‘adlun, dan ta’dili diulang sebanyak 28 kali di dalam
Alquran. Karena itu Allah memerintah kepada kita supaya berlaku
adil dalam semua hal. Allah berfirman:
“...Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa...” (QS.
Al Maidah: 8).
Kata adil sinonim dengan al-qish. Kata ini dan berbagai
derivasinya, umpama: iqshitu, al-muqshitun, dan al-qashitun
terulaqng sebanyak 25 kali dalam Alquran (‘Abd al-Baqiy,
[t.th.] :P690). Kadang-kadang kata adil dan kata al-qisht disebut
secara besama-sama dan satu sama lain berarti sama.
Karena baik secara rasional maupun syariah bahwa sikap
adil itu adalah baik dan positif, tetapi di sisi lain kita merupakan
pemeluk agama Islam terbesar dunia dan di saat yang sama
dikenal sebagai bangsa dengan aneka predikat yang tidak baik
seperti KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), maka untuk merubah
citra buruk itu salah satu cara strategis adalah membudayakan
sikap adil dalam semua lapangan kehidupan.
Untuk mewujudkan sikap adil harus dilatih terus menerus
secara berkesinambungan, yang bererti pembiasaan berlaku adil.
“Mulai sekarang, mulai yang sederhana, dan mulai dari diri
sendiri”,Inilah komitmen untuk mulai pembiasaan berlaku adil. Jika
langkah awal ini dapat dilalui dengan baik, tentu mudah menjalar
kepada orang lain, apalagi kalau yang memulai komitmen itu
adalah orang yang memiliki pengaruh di masyarakat di mana ia
berada karena salah satu naluri manusia adalah meniru idola. Jika
idola tidak bersikap adil, tentu para fansnya akan meniru tidak adil
pula.
Dalam Islam orang yang paling pantas untuk di dudukkan
sebagai idola untuk ditiru dan diteladani adalah Rasulullah SAW.
Allah berfirman yang artinya :
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah
“. ( QS. Al Ahzab : 21 ).
Selain itu ‘Aisyah, istri Rasulullah, menyebutkan bahwa akhlak
beliau adalah Al-Quran “kana khuluqulm Al-Quran” (H.R Muslim
dari ‘Aisyah). Kiranya terlalu pantas jika idola pertama seluruh umat
Islam adalah Rasulullah. Hingga sekarang Rasulullah adalah orang
yang paling berpengaruh di dunia (rangking pertama) dari seratus
orang yang paling berpengaruh di dunia (Hart, 1982:4). Cukup
banyak contoh-contoh sikap adil yang ditampakkan oleh
Rasulullah, antara lain :
An-Nu’man bin Basyir mengatakan, “Ayahku memberi sesuatu
pemberian kepadaku. Lalu ibuku Amrah bin Rawahah berkata,
“Aku tidak rela sebelum engkau persaksikan hadiah itu di hadapan
Rasulullah SAW”.
Ayahku lalu menghadap Rasulullah SAW dan berkata, “Ya
Rasulullah, sesungguhnya aku telah memberikan suatu pemberian
kepada anakku dari Amrah bin Rawahah. Kemudian aku
diperintahkannya supaya bersaksi kepada Tuan!”
Rasulullah SAW lalu berkata, “Apakah engkau juga telah
memberi kepada semua anakmu pemberian seperti ini?”
An-Nu’man menjawab, “Tidak”.
Beliau lalu bersabda, “bertaqwalah kepada Allah dan berlaku
adillah terhadap anak-anakmu!”
Kemudian ayahku pulang dan menarik kembali pemberiannya.
Dan ada orang perempuan Makhdzumiyyah mencuri. Mereka
berkata, “Siapakah yang akan membicarakan hal ini kepada
Rasulullah SAW?”
Tidak ada seorangpun yang berani kecuali (kekasih wanita itu)
Usman bin Zaid r.a. Lalu ia membicarakan hal tersebut dengan
Rasulullah SAW.
Beliau berkata, “Apakah kamu akan bertindak sebagai pembela
dalam pelanggarana hukum Allah?” Kemudian Rasulullah SAW
berdiri serta berkhotbah. Di antara isi khotbahnya beliau bersabda,
“Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kamu
adalah apabila ada seorang dari golongan bangsawan mencuri,
mereka biarkan saja, tetapi bila yang mencuri itu dari golongan
bawah (lemah), dia dijatuhi hukuman. Demi Allah andaikata
Fatimah putri Muhammad mencuri, pasti akan kupotong
tangannya.” (Al-hufiy, 2000:189)
2.1.4 Etos Kerja, Sikap Terbuka, dan Keadilan dalam Islam
Budaya akademik akan dapat terwujud dengan syarat sikap-
sikap positif juga dimiliki. Di antara sikap positif yang harus dimiliki
adalah etos kerja yang tinggi,sikap terbuka dan berlaku adil. Arti
penting dari ketiga sikap tersebut dapat diringkas sebagai berikut :
Untuk dapat meningkatkan etos kerja seorang muslim harus
terlebih dahulu memahami tugasnya sebagai manusia yaitu
sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi dan sebagai hamba
yang berkewajiban untuk beribadah kepad aAllah SWT. Beberapa
petunjuk Al-Qur’an agar dapat meningkatkan etos kerja antara lain;
1. Mengatur waktu dengan sebaik-baiknya.
2. Bekerja harus sesuai dengan bidangnya dan ini harus diberi
catatan bahwa etos kerja yang tinggi tidak boleh menjadikan
orang tersebut lupa kepada Allah SWT.
Sikap positif selanjutnya adalah sikap terbuka dan jujur,
seseorang tidak mungkin meraih keberhasilan dengan cara
mempunyai etos kerja yang tinggi kalu tidak memiliki sikap terbuka
dan jujur. Karenaorang yang tidak terbuka maka akan cenderung
menutup diri sehingga tidak dapat bekerjasama dengan orang lain.
Apalagi kalu tidak jujur maka energinya akan tersita untuk
menutupi ketidakjujuran yang dilakukan. Maka Al-qur’an dan Hadis
memberi apresiasi yang tinggi tehadap orang yang terbuka dan
jujur.
Buah dari keterbukaan seseorang maka akan melahirkan
sikap adil. Makna yang diperkenalkan Al-qur’an buka hanya dalam
aspek hukum melainkan dalam spektrum yang luas. Dari segi
kepada siapa  sikap adil itu harus ditujukan Al-qur’an memberi
petunjuk bahwa sikap adil dissamping kepada Allah SWT dan
orang lain atau sesama makhluk juga kepada diri sendiri.

2.2 KEHIDUPAN BERPOLITIK SERTA PERSATUAN DAN KESATUAN


BANGSA
2.2.1 Pengertian Politik dalam Islam    
Sistem politik dalam pandangan islam adalah hukum atau
pandangan yang berkenaan dengan cara bagaimana urusan
masyarakat diurus dan diatur dengan hukum Islam. Sebab, politik
itu sendiri dalam pandangan islam adalah mengurus urusan umat
dengan menerapkan hukum islam baik di dalam negeri maupun di
luar negeri.
Pandangan beberapa orang mengenai politik dalam islam,
salah satunya yaitu yang dikemukakan oleh  Saudara Abshar-
Abdalla dalam kajian di Jawa Pos, 1 Juni 2003 diantaranya :
1. Sistem poltik dalam islam adalah system khalifah (pemimpin)
yaitu sistem politik yang telah dilaksanakan Nabi Muhammad
SAW dan para Khulafaur rasyidin yang dijadikan sebagai
teladan bagi umat islam.
2. Sistem poltik dalam islam sejatinya tidak ada. Karena Nabi
Muhammad hanyalah seorang rasul yang misinya mensyiarkan
agama islam bukan sebagai pemimpin dan pengatur agama.
3. Sistem politik atau system ketatanegaraan dalam islam tidak
ada, tapi terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan
bernegara
Lepas dari pendapat-pendapat diatas, dalam kenyataannya,
pada masa Nabi   Muhammad SAW, dimana dalam masa itu beliau
tidak hanya sebagai rasul tetapi juga sebagai pemimpin Negara,
sebagai buktinya yaitu aturan dasar Negara yang berupa Piagam
Madinah, yang oleh Hamidullah disebut sebagai konstitusi tertulis
pertama dalam sejarah pada awal decade ketiga abad VIIM (622)
atau tahun 1 H. Dan kepemimpinan ini terus berlanjut sampai
dibawah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.
Di dalam Al-Qur’an sendiri tidak disebutkan secara tegas
mengenai wujud dari suatu system politik dalam islam, hanya
dalam beberapa ayat disebutkan bahwa islam terkait dalam dua
faktor yaitu kekuasaan politik hanya akan dijanjikan kepada orang-
orang yang beriman dan beramal shaleh. Tidak hanya itu, system
politik dalam islam juga berkaitan dengan ruang dan waktu, dengan
kata lain dihubungkan dengan peristiwa bersejarah, yang salah
satu bentuknya yaitu Piagam Madinah tersebut.
2.2.2. Prinsip Dasar Politik dalam Islam
  Prinsip dasarnya dan yg menjadi obyek pembahasan system
politik dalam islam diantaranya :
1. Fikih modern (siyasah dusturiyah)
   Dengan kata lain yaitu hukum tata Negara yang membahas
hubungan pemimpin dengan rakyatnya serta institusi yang ada
di Negara itu sesuai dengan kebutuhan rakyat untuk
kemaslahatan dan pemenuhan kebutuhan rakyat itu sendiri.
2. Hukum internasional dalam islam (siyasah dauliyah),
diantaranya yaitu:
a.    Kesatuan islam
Yang dimaksudkan disini adalah kesatuan seluruh umat
islam di dunia yang satu jiwa dan berpegang teguh pada
hukum islam yang sudah tertuang dalam al-qur’an dan al-
hadist.
b.   Keadilan (al adalah)
Ini adalah menyangkut dengan keadilan sosial yang
dijamin oleh system social dan system ekomomi islam.
Keadilan didalam bidang sosioekonomi tidak mungkin
terlaksana tanpa wujudnya kuasa politik yang melindungi
dan mengembangkannya.
Didalam pelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan
yang terkandung dalam system politik islam meliputi dan
menguasai segala jenis perhubungan yang berlaku didalam
kehidupan manusia, termasuk keadilan diantara rakyat dan
pemerintah, diantara dua pihak yang bersengketa
dihadapan pihak pengadilan, diantara pasangan suami istri
dan diantara ibu bapak dan anaknya. Dikarenakan
kewajiban berlaku adil dan menjauhi perbuatan dzalim
merupakan diantara asas utama dalam system sosial islam,
maka menjadi peranan utama system politik islam untuk
memelihara asas tersebut. Pemeliharaan terhadap keadilan
merupakan prinsip nilai sosial yang utama Karen a
dengannya dapat dikukuhkan kehidupan manusia dalam
segaa aspeknya.
c.   Persamaan (al musawah)
Persamaan disini terdiri daripada persamaan dalam
mendapat dan menuntut hak persamaan dalam memikul
tanggung jawab menurut peringkat yang ditetapkan oleh
undang-undang perlembagaan dan persamaan berda di
bawah taklukan kekuasaan undang-undang.
d.   Kehormatan manusia (karomah insaniyah)
e.   Toleransi (al tasamuh)
f.    Kerjasama kemanusiaan
Yang dimaksudkan adalah kerjasama yang dilakukan
oleh antar umat seagama dan kerjasama antar umat
beragama.
g.   Kebebasan, kemerdekaan (al akhlak al karomah)
Kebebasan yang dipelihara oleh system politik islam
ialah kebebasan yang berterskan kepada ma’ruf dan
kebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenarnya
adalah diantara tujuan terpenting bagi system politik dan
pemerintahan islam serta asas bagi undang-undang
perlembagaan Negara islam.
h. Musyawarah
Asas musyawarah diantaranya :
Ø  Berkenaan dengan pemilihan ketua Negara dan orang-
orang yang akan menjawati tugas-tugas utama dalam
pentadbiran ummah.
Ø  Berkenaan dengan penentuan jalan dan cara
pelaksanaan undang-undang yang telah dimaktubkan di al-
qur’an dan as-sunnah
Ø  Berkenaan dengan jalan menentukan perkara baru yang
timbul di kalangan ummah melalui proses ijtihad.
i.    Hak Menghisab Pihak Pemerintah
     Prinsip ini berdasarkan kepada kewajiban pihak pemerintah
untuk melakukan musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan
dengan urusan dan pentadbiran Negara dan ummah.Hak rakyat
untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota di
dalam masyarakat untuk menegakkan kebenaran dan
menghapuskan kemungkaran. Hak ini dalam pengertian yang
luas juga bererti hak untuk mengawasi dan menghisab tindak
tanduk dan keputusankeputusan pihak pemerintah.
Prinsip ini berdasarkan kepada firman Allah yang mafhumnya:
"Dan apabila ia berpaling (daripada kamu), ia berjalan di bumi
untuk mengadakan kerosakan padanya, dan merosak tanaman
tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai
kebinasaan."
(Al-Baqarah:205)
"..maka berilah keputusan di antara manusia dengan 'adil dan
janganlah kamu mengikut hawa nafsu, kerana ia akan
menyesatkan kamu daripada jalan Allah. Sesungguhnya orang
orang yang sesat daripada jalan Allah akan mendapat 'azab
yang berat, kerana mereka melupakan hari perhitungan."
(Sad: 26)
3. Siyasah Maliyah
a. Prinsip-prinsip kepemilikan harta
b. Tanggung jawab sosial yang kokoh tanggung jawab
terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan sebaliknya
c.   Zakat, hasil bumi, emas perak, ternak dan zakat fitrah
d.   Khoroj
e.   Harta peninggalan dari orang yang tidak meninggalkan ahli
waris
f.   Jizyah (harta temuan)
g.   Ghoniyah (harta rampasan perang)
h.   Bea cukai barang impor
i.    Eksploitasi sumber daya alam yang berwawasan
lingkungan.

2.2.3 Kehidupan Berolitik Serta Persatuan Dan Kesatuan Bangsa


 Kontribusi Agama dalam Kehidupan Berpolitik
Politik dalam arti yang sesungguhnya adalah cara
atau strategi mencapai kekuasaaan untuk kesejahteraan
bersama (bonum communae). Lembaga agama dan negara
menjalin hubungan dalam pelayanan pada manusia yang sama.
Semua mempunyai interese (tujuan dan kepentingan) bahwa
dalam struktur negara setiap orang mendapat kelonggaran
untuk menjalankan keterlibatan politiknya, agar relasi manusia
dengan Allah sebenarnya terwujud. Negara mempunyai
interese, supaya relasi dengan Allah yang diungkapkan dalam
setiap agama itu tidak mengasingkan orang dari tugasnya yang
politik, tidak membuat orang menjadi pion dari kuasa politik
mana pun melainkan mendorong orang untuk memikul
tanggung jawabnya dalam hidup kenegaraan.
Agama secara kelembagaan tidak berpolitik, akan tetapi
menyuarakan dan membangun poltik yang bermartabat. Para
uskup dan para imam tidak berpolitik. Tanggung-jawab politik
praktis ada pada kaum awam. Indonesia merupakan satu
masyarakat majemuk (pluralistis). Ada keanekaan suku, budaya
dan agama, akan tetapi, ada kesatuan dan persatuan
berdasarkan filsafat hidup dan ideologi bangsa. Keanekaan
bukan berarti sengketa, Sebaliknya keanekaan merupakan
kekayaan kepribadian bangsa. Demi kesatuan dan persatuan
kita harus membina keterbukaan, komunikasi dan kerja sama.
Dengan demikian, akan ada iklim persaudaraan dan
kekeluargaan. Di dalam suasana persaudaraan dan
kekeluargaan kita berusaha saling melayani dan bersama-sama
bergotong royong dalam melayani kepentingan umum. Dengan
turut membina dan meningkatkan persaudaraan kita menjadi
tanda keselamatan.
 Peranan Agama dalam Mewujudkan Persatuan dan
Kesatuan Bangsa
Semua umat agama di Indonesia adalah bagian integral
bangsa Indonesia. Kita mengambil bagian dan turut aktif dalam
kehidupan dan perkembangan bangsa. Keterlibatan kita
menjadi bukti sebagai warga bangsa Indonesia. Bersama
seluruh masyarakat umat beragama hendaknya berikhtiar
agar bumi Indonesia berkembang menjadi bumi yang lebih
manusiawi untuk dihuni. Banyak tokoh-tokoh agama yang
berperan/berjasa dalam perjuangan dan pembangunan
bangsa.
Lebih dari itu semua kita mempunyai perjuangan yang sama
dalam menghayati ajaran iman kita, dan dalam hal ini kita dapat
saling belajar, saling meneguhkan dan saling memperkaya.
Sebagai umat beragama, kita dapat memberikan kesaksian
iman kita tentang bagaimana kita menghayati nilai-nilai agama,
seperti cinta kasih, solidaritas, pengampunan, permaafan,
kebenaran, kejujuran dan perdamaian.
Dalam memantapkan kerukunan hidup umat beragama
perlu dilakukan suatu upaya-upaya yang mendorong terjadinya
kerukunan hidup umat beragama secara mantap dalam bentuk :
1. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat
beragama, serta antar umat beragama dengan pemerintah.
2. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam
bentuk upaya mendorong dan mengarahkan seluruh umat
beragama untuk hidup rukun dalam bingkai teologi dan
implementasi dalam menciptakan kebersamaan dan sikap
toleransi.
3. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif
dalam rangka memantapkan pendalaman dan penghayatan
agama serta pengamalan agama yang mendukung bagi
pembinaan kerukunan hidup intern dan antar umat
beragama.
4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-
nilai kemanusiaan dari seluruh keyakinan plural umat
manusia yang fungsinya dijadikan sebagai pedoman
bersama dalam melaksanakan prinsip-prinsip berpolitik dan
berinteraksi sosial satu sama lainnya dengan
memperlihatkan adanya sikap keteladanan.
Dari sisi ini maka kita dapat mengambil hikmahnya
bahwa nilai-nilai kemanusiaan itu selalu tidak formal akan
mengantarkan nilai pluralitas kearah upaya selektifitas kualitas
moral seseorang dalam komunitas masyarakat mulya
(Makromah), yakni komunitas warganya memiliki kualitas
ketaqwaan dan nilai-nilai solidaritas sosial.
5. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang
implementatif bagi kemanusiaan yang mengarahkan kepada
nilai-nilai Ketuhanan, agar tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan nilai-nilai sosial kemasyarakatan maupun
sosial keagamaan.
6. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat
beragama dengan cara menghilangkan rasa saling curiga
terhadap pemeluk agama lain, sehingga akan tercipta
suasana kerukunan yang manusiawi tanpa dipengaruhi oleh
faktor-faktor tertentu.
7. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam
kehidupan bermasyarakat, oleh sebab itu hendaknya hal ini
dijadikan mozaik yang dapat memperindah fenomena
kehidupan beragama.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Untuk dapat meningkatkan etos kerja seorang muslim harus
terlebih dahulu memahami tugasnya sebagai manusia yaitu sebagai
khalifah Allah SWT di muka dan juga sebagai hamba yang berkewajiban
untuk beribadah kepada Allah SWT. Beberapa petunjuk Al-quran agar
dapat meningkatkan etos kerja antara lain :
1. Mengatur waktu dengan sebaik-baiknya.
2. Bekerja harus sesuai dengan bidangnya dan ini harus diberi catatan
bahwa etos
kerja yang tinggi tidak boleh menjadikan orang tersebut lupa kepada
Allah SWT.
Sikap positif selanjutnya adalah sikap terbuka atau jujur;
Seseorang tidak mungkin akan dapat meraih keberhasilan dengan cara
mempunyai etos kerja yang tinggi kalau tidak memiliki sikap terbuka dan
jujur. Karena orang yang tidak terbuka maka akan cenderung menutup diri
sehingga tidak dapat bekerja sama dengan yang lain. Apalagi kalau tidak
jujur maka energinya akan tersita untuk menutupi ketidakjujuran yang
dilakukan. Maka Al-quran dan Hadis memberi apresiasi yang tinggi
terhadap orang yang terbuka dan jujur.
Buah dari keterbukaan seseorang maka akan melahirkan sikap
adil. Makna adil yang diperkenalkan Al-quran bukan hanya dalam aspek
hukum melainkan dalam spektrum yang luas. Dari segi kepada siapa
sikap adil itu harus ditujukan Al-quran memberi petunjuk bahwa sikap adil
di samping kepada Allah SWT dan orang lain atau sesama makhluk juga
kepada diri sendiri.
Politik dalam arti yang sesungguhnya adalah cara atau
strategi mencapai kekuasaaan untuk kesejahteraan bersama (bonum
communae). Lembaga agama dan negara menjalin hubungan dalam
pelayanan pada manusia yang sama. Semua mempunyai interese (tujuan
dan kepentingan) bahwa dalam struktur negara setiap orang mendapat
kelonggaran untuk menjalankan keterlibatan politiknya, agar relasi
manusia dengan Allah sebenarnya terwujud. Agama secara kelembagaan
tidak berpolitik, akan tetapi menyuarakan dan membangun poltik yang
bermartabat. Indonesia merupakan satu masyarakat majemuk (pluralistis).
Keanekaan bukan berarti sengketa, Sebaliknya keanekaan
merupakan kekayaan kepribadian bangsa. Demi kesatuan dan persatuan
kita harus membina keterbukaan, komunikasi dan kerja sama. Dengan
demikian, akan ada iklim persaudaraan dan kekeluargaan.

3.2 SARAN
Untuk menuntut dan mengamalkan sikap etos kerja, sikap
terbuka, dan keadilan harus kita dasar dengan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah swt agar dapat memberikan jaminan
kemaslahatan bagi kehidupan serta lingkungan sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA

http://fenni-octafiyani.blogspot.co.id/2014/06/makalah-penerapan-wawasan-
nusantara.html
2009. “Implementasi Wawasan Nusantara”. diakses tanggal 15 Desember
2011 dari www.wikipedia.com

Ayano, Suci. 2011. “Wawasan Nusantara”. diakses tanggal 16 Maret 2013


dari : http://www.Hubungan Antara Wawasan Nusantara dengan Ketahanan
Nasional « STUDI TUR.htm,

Cristine, dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi. Jakarta : PT Prandnya Paramita

Sartini,dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi. Yogyakarta : Paradigma.

Santoso Budi, dkk. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia.


https://id-mg61.mail.yahoo.com/neo/launch?.rand=d01isdofqsjik#5091676060
http://dheanandika.blogspot.co.id/2012/01/contoh-makalah-pendidikan-
agama-islam.html
Buku Catatan Dhea Nandika, Buku catatan Peni Nurmalasari,
http://www.google.com
http://solikhaton.blogspot.co.id/2014/03/makalah-dasar-politik-dalam-
islam.html
http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=499

Anda mungkin juga menyukai