Anda di halaman 1dari 18

“KEBEBASAN SUARA HATI”

(Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Politik Islam)

Dosen Pengampu : Drs. Agustamsyah M.I.P

Disusun Oleh :
Amelia Resti Feliza (2131040001)
Azkilla Fitratunnisa (2131040002)

PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “KEBEBASAN SUARA HATI”.
Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya
kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses
penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini.
Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik
demi perbaikan tugas makalah ini kedepannya.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ni dapat
berguna dan bemanfaat untuk kita semua.

Bandar Lampung, 30 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................. 4
1.3. Tujuan ................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .................................................................................................. 6
2.1. Pengertian Hati Nurani .......................................................................... 6
2.2. Aspek Hati Nurani ................................................................................. 9
2.3. Ciri Khas dan Fungsi Hati Nurani (Suara Hati) .................................... 10
BAB III.............................................................................................................. 14
PENUTUP ......................................................................................................... 14
3.1. Kesimpulan.......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Islam adalah agama yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang
berharga, berkepribadian dan bertanggung jawab. Dan atas tanggung jawabnya,
manusia diberi kebebasan untuk menentukan pilihan untuk menerima atau
menolak agama Allah; tidak dibenarkan adanya diskiriminasi antara sesama
manusia dan diberi keleluasaan memperkembangkan hidupnya dalam rangka
mempertinggi martabat umat manusia. 1
Islam mempunyai pandangan egaliteran kepada pemeluknya. Ajarannya
tidak membedakan asal usul apakah ia dari golongan elite, ningrat, jutawan,
pangkat, teknokrat, ataupun rakyat jelata; mereka diperlakukan sama. Sebab
ditinjau dari segi manusiawi, mereka sama-sama manusia, sehingga yang
membedakan manusia dengan manusia lain hanyalah ketakwaannya kepada Allah
SWT.
Islam menerangkan bahwa Allah SWT telah memberikan kebebasan seluas-
luasnya kepada manusia untuk memilih tindakannya. Akan tetapi kebebasan
tersebut dibatasi oleh tanggung jawab manusia itu sendiri, sesuai dengan petunjuk
al-Qur'an dalam memanfaatkan kebebasan tersebut. Allah SWT memberikan
kebebasan itu yang disebut sebagai hak asasi manusia. Manusia bebas berbuat apa
saja, tetapi harus senantiasa dibarengi dengan tanggung jawab. 2
Hak asasi manusia diberikan oleh Allah SWT kepada semua manusia
sebagai makhluk ciptaan-Nya dengan tujuan agar manusia mampu memanfaatkan
hak-haknya tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga dapat melaksanakan
tanggung jawab yang telah dibebankan Allah SWT kepadanya yaitu menjadi
khalifatullah fil Ardli sekaligus sebagai hamba Allah SWT yang bertanggung
jawab. Diskursus mengenai HAM sebenarnya bukan hal yang baru. Dalam
kehidupan manusia HAM sudah sejak lama dipermasalahkan karena penegakan

1
Muhammad Syamsudin, Manusia dalam Pandangan K.H. A. Azhar Basyir, M.A., Titian
Ilahi Press, Yogyakarta, 1997, h. 57.
2
Prof. Dr. H. Baharudin Lopa, S.H., al-Qur'an dan Hak-hak Asasi Manusia, (Dasar Bhkati
Primayasa: Yogyakarta: 1996) h. 17.

1
keadilan, dimanapun dan kapanpun, selalu menjadi harapan setiap orang. Tercatat
dalam sejarah umat manusia yang menceritakan kehancuran suatu bangsa atau
negara yang disebabkan karena kurangnya keadilan para penguasa dalam
memerintah.
HAM dari masa ke masa selalu berkembang seiring dengan berkembangnya
pemikiran manusia dan kemajuan zaman. Kalau dulu, hak asasi manusia dilihat
hanya sebatas hak-hak sipil dan politik, maka sekarang hak asasi manusia
mencakup hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Permasalahan mengenai HAM
dewasa ini sering muncul di permukaan. Banyak orang yang semakin memahami
dan menyadari hak-hak asasinya. Di antara sebabnya adalah semakin melesatnya
proses pembangunan yang menjadi tuntutan anggota masyarakat dan karena
hubungan komunikatif antara bangsa yang semakin intens. Karenanya,
pelaksanaan HAM di segala bidang harus benar-benar diterapkan untuk
menghindari konflik kesenjangan sosial dalam lingkup masyarakat. Itulah
sebabnya mengapa HAM bernilai relevan dan tetap up to date (sesuai dengan
perkembangan zaman) hingga saat ini.
Pelanggaran HAM sering terjadi dimana-mana, baik di negara berkembang,
maupun di negara maju HAM sering diselewengkan seperti di Amerika Serikat
dan negara-negara Barat lainnya. Karena itu, akan kurang tepat jika tuduhan dari
negara-negara maju misalnya bahwa negara-negara berkembang tertentu sering
melakukan pelanggaran HAM. Tuduhan ini menimbulkan kesan bahwa negara-
negara maju atau Barat tidak pernah melakukan pelanggaran HAM, padahal
dalam prakteknya di negara-negara majulah terdapat kasus kehidupan sosial yang
diskriminatif, ketidakadilan, dan yang lainnya yang jelas melanggar HAM. Hal ini
bisa jadi disebabkan pemahaman HAM yang berbeda antara masyarakat Barat
dengan masyarakat Timur yang mempunyai kultur dan kebiasaan berbeda. Karena
itu ada dua pendekatan untuk memahami HAM yaitu pendekatan Barat dan
pendekatan Islam. 3
Menurut para sufi, manusia adalah mahluk Allah yang paling sempurna di
dinia ini. Hal ini, seperti yang dikatakan Ibnu'Arabi manusia bukan saja karena

3
Abul A’la Al Maududi, Hak Asasi Manusia dalam Islam, (Penerbit Pustaka: Bandung:
1985) h. 15

2
merupakan khalifah Allah di bumi yang dijadikan sesuai dengan citra-Nya, tetapi
juga karena ia merupakan mazhaz (penampakan atau tempat kenyataan) asma dan
sifat Allah yang paling lengkap dan menyeluruh. Diantara makhluk hidup yang
lain, manusia di pandang sebagai makhluk yang mempunyai banyak kelebihan. Di
dalam hati kita sesungguhnya tempatnya pusat ketenangan, kedamaian,kesehatan,
dan kebahagiaan sejati yang hakiki. Bahkan hati kita merupakan cerminan dari
diri dan hidup kita secara keseluruhan. Di dalam hati terdapat sumber kesehatan
fisik, kekuatan mental, kecerdasan emosional, serta penuntun bagi manusia dalam
meraih kemajuan spiritualnya.
Hati menjadi tempat di mana sifat-sifat mulia dari Allah swt Sang Pencipta
Kehidupan bersemayam. Hati adalah tempat dimana semua hal yang terindah,
semua hal yang terbaik, hal yang termurni, dan tersuci berada di dalamnya. Di
dalam kitab suci Al-Qur'an, secara jelas Allah swt telah menyampaikan bahwa
manusia dianugerahi akal untuk berpikir dan memecahkan masalah serta
dianugerahi hati untuk memahami realitas.
Manusia makhluk yang memiliki karakteristik sikap, prilaku dan tingkah
laku yang berbeda – beda. Prilaku, tingkah laku maupun sikap manusia terkadang
bersumber dari manusia, pada satu keadaan dan waktu yang sama, adalah seorang
mahluk penyendiri dan mahluk sosial. Sebagai mahluk penyendiri ia berusaha
untuk melindungi keberadaannya dan yang terpenting untuknya adalah
memuaskan keinginan pribadinya, dan untuk mengembangkan bakatnya. Sebagai
mahluk sosial, ia berusaha untuk memperoleh pengakuan dan dicintai oleh sesama
manusia, untuk membagi kebahagiaan, untuk membuat nyaman mereka di kala
sedih, di hormati orang lain dan untuk meningkatkan taraf hidup. Hanya saja
eksistensi dari hal-hal tersebut sangat bergantung, kadang bertentangan,
bergantung pada karakter pribadi manusia tersebut dan kombinasi khusus tersebut
menentukan sampai sejauh mana seseorang dapat mencapai keseimbangan pribadi
dan dapat memberikan sumbangan bagi kehidupan masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari, saat kita ada pikiran untuk melakukan hal-hal
yang menyimpang dari kebaikan, kita akan merasakan satu sisi hati kita akan
membisikkan larangan agar tidak melakukan niat pikiran buruk kita tadi, namun
sekejap kemudian ada bisikan hati yang lain untuk membujuk agar kita tetap

3
melakukan niat hati yang semula. Saat niat semula belum terlaksana, seolah-olah
ada perseteruan dalam hati, antara yang membujuk agar terlaksana dan yang
melarang agar tujuan tidak terlaksana.
Untuk menghindarkan diri dari perbuatan dosa karena perbuatan buruk
maka kita harus mendengarkan bisikan hati nurani. Saat terjadi perseteruan isi hati
antara hati nurani kita dengan bisikan hati yang mengajak keburukan, maka segera
kuatkanlah kesadaran utama kita untuk mengikuti bisikan hati nurani yang jelas-
jelas akan membawa kita melakukan hal-hal yang benar. Sebagai contoh, saat kita
berpikir untuk berbohong demi menutupi perbuatan buruk kita, maka hati nurani
akan membisikkan larangan untuk tidak berbohong.
Saat manusia sudah tidak mau mendengarkan hati nuraninya, niscaya akan
selalu melakukan hal yang tidak benar, hanya saja kita tetap bersyukur karena hati
nurani kita tidak bosan-bosannya menyertai dan membimbing kita sepanjang
hidup kita. Diantara kalimat yang paling sering kita dengar adalah “hati nurani”.
Dalam teminologi Arab, nurani disebut dengan dhamir, istilah dhamir ini di
pahami sebagai perasaan kejiwaan yang berperan aktif dalam diri sebagai
pengontrol(provost), yang memerintah untuk melaksanakan kewajiban dan
menjauhi larangan, ketika dirim dalam kebaikan dan sebalik nya akan melahirkan
rasa sedih, dan tertekan bila diri dalam kemungkaran dan kejelekan.
Ketika kita berbohong dengan orang lain misalnya, bisa jadi manusia tidak
pernah tahu tentang kebohongan kita tetapi nurani(dhamir) kita yang hidup akan
melahirkan perasaan bersalah dan tertekan karena dosa tersebut. Di samping itu,
pelakunya tidak menyukai orang lain tahu perbuatan tersebut Artinya, nurani kita
akan menolak saat kita hendak melakukan perbuatan dosa sekecil apapun.
Bertolak dari permasalahan dan latar belakang di atas, maka dapat ditentukan
judul dari makalah ini yakni “KEBEBASAN SUARA HATI”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka didapat rumusan masalah
berikut yaitu :
1) Bagaimanakah arti dari kebebasan suara dari hati nurani?
2) Bagaimanakah pembagian hati nurani?

4
3) Apakah fungsi dari hati nurani dalam kebebasan setiap individu?

1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Untuk memahami arti dari kebebasan suara dari hati nurani.
2) Untuk mengetahui pembagian hati nurani.
3) Untuk mengetahui fungsi dari hati nurani dalam kebebasan setiap
individu.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kebebasan Suara Hati Nurani


Kebebasan suara hati merupakan hak asasi manusia. Hak seseorang untuk
tidak pernah dipaksa untuk bertindak bertentangan dengan suara hatinya, dan
haknya untuk selalu dibiarkan bertindak sesuai dengan suara hatinya. Secara
etimologis hati nurani yang dalam bahasa Latin disebut conscientia, berasal dari
akar kata conscire yang berarti “mengetahui bersama” atau “turut mengetahui”
perbuatanperbuatan moral kita dan menjatuhkan penilaian terhadapnya.4
Kamus Besar Bahasa Indonesia menggunakan kata hati nurani untuk
menunjuk pada kenyataan/fakta. Karena itu Hati nurani berarti “hati yang telah
mendapat cahaya Tuhan atau perasaan hati yang murni dan sedalam-dalamnya”.
Maka hati mempunyai arti “sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang
dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian-
pengertian”. 5 Disini term bahasa Indonesia lebih menonjolkan hati sebagai
perasaan dan bukan pengetahuan sekalipun hati juga ada aspek pengetahuan. Hati
tidak saja berarti “pengetahuan” tetapi “keseluruhan pribadi manusia”. 6
“Hati” sering kali digunakan dalam Kitab Suci baik dalam Perjanjian
Lama maupun Perjanjian Baru, namun jarang dalam arti fisiologis karena, orang
Ibrani tidak menyadari fungsinya. Hati itu penting dan karena itu disebut hati yang
suci (Maz. 51:12; Yeh. 36:26). Hati memperoleh makna metaforis untuk sesuatu
yang paling berharga dan paling baik10. Hati nurani membantu kita untuk
membuat pilihan yang baik yang sesuai dengan rencana Allah bagi hidup kita,
merupakan tanda akan martabat agung manusia sebagai pribadi-pribadi yang
diciptakan dalam gambar dan rupa Allah (Kej 1:26-27).
Dari pengertian etimologis di atas, maka secara realis dapat dikatakan
bahwa hati nurani/suara hati itu merupakan keputusan akal budi untuk
menentukan hal yang baik atau benar dan buruk dari setiap tindakan kita.

4
J. Sudarminta, Etika Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 2013) hal. 64
5
Dadang Sunendar dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999),
hal. 487
6
M.E Mantom, Kamus Istilah Teologi, (Malang: Gandum Mas, 2003), hal. 44

6
Kepribadian seseorang terbentuk dari segala sikap dan tindakan yang sejalan
dengan nilai-nilai kebajikan atau yang malah bertentangan dengan nilainilai
kebajikan tersebut. Seseorang dapat dikatakan mempunyai kepribadian yang baik
jika perbuatan-perbuatannya menunjukkan kualitas moral yang baik. Untuk
mencapai hal ini, peran hati nurani/suara hati sangatlah penting yaitu untuk
membantu seseorang memutuskan segala hal sesuai dengan akal sehat dan sesuai
dengan hukum Tuhan.
Hati nurani atau suara hati itu merupakan tempat di mana Allah dan
manusia bertemu. Atau dalam bahasa Gaudium et Spes, “sanggar suci Allah”.
Sanggar suci ini merupakan suatu tempat yang diletakkan oleh Allah sendiri
dalam diri setiap manusia. Suatu tempat di mana manusia bertemu dengan Allah
lewat pergumulan dan pengalaman-pengalaman hidup yang membantunya untuk
memilih yang baik dari yang jahat. Sebagai tempat suci, hati nurani harus
dihormati, didengar dan keputusan yang baik harus dituruti. Martabat hukum itu
ialah jika manusia mematuhinya, maka menurut hukum itu pula ia akan diadili.

Hati Nurani/Suara Hati menurut Para Ahli


Kees Bertens dalam bukunya yang berjudul ETIKA, mendefinisikan hati
nurani sebagai “instansi” dalam diri kita yang menilai tentang moralitas
perbuatan-perbuatan kita secara langsung kini dan di sini. “Hati nurani” berkaitan
dengan penghayatan tentang yang baik atau buruk berhubungan dengan tingkah
laku konkret kita. Hati nurani ini memerintah atau melarang kita untuk melakukan
sesuatu kini dan di sini. Ia tidak berbicara tentang yang umum melainkan tentang
situasi integritas pribadi kita dan martabat terdalam kita.7 Johm Henry Newman
mengartikan “hati nurani” sebagai hati yang menyerukan suara Tuhan sendiri.
Karena sifat kemutlakan penegasan atau tuntutannya, suara hati merupakan suatu
gejala manusiawi yang mengatasi keterbatasan manusia dan menunjukkan pada
realitas yang mengatasi manusia, yakni Allah sendiri sebagai Yang Mutlak. 8
Martin Heidegger melihat hati nurani sebagai “panggilan untuk prihatin”
yang menjamin agar eksistensi seseorang jangan menjadi operasional melainkan

7
K. Bertens, Etika, (Yogyakarta: Kanisius, 2013), hal. 41
8
3 J. Sudarminta, Etika Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 2013) hal. 63.

7
tetap terbuka bagi “suara kebenaran”. Karl Jaspers melihat hati nurani sebagai
suara yang berbicara kepada manusia, suara yang adalah “diri manusia sendiri”.
Sigmund Freud melihat dan memberikan pandangan tentang hati nurani sebagai
komplek tuntutan dan kebebasaan yang lahir dari binaan dan pembentukan orang
tua dan masyarakat. Namun kebiasaan dan aturan itu bertentangan dengan kodrat
sejati manusia dan kecendrungan terhadap sesuatu yang berakar di dunia bawah
sadar.9
Suara hati adalah kesadaran moral kita dalam situasi konkret. Di dalam
pusat hati kita yang disebut hati , kita sadar apa yang sebanarnay dituntut dri kita.
Meskipun banyak fihak yang mengatakan kepada kita apa yang wajibdilakukan ,
tetapi dalam hati kita sadra bahwa akhirnya hanya kitalah yang mengetahuinya.
Jadi bahwa kota berhak dan juga wajib untuk hidup sesuai dengan apa yang kita
sadari sebagai kewajiban dan tanggung jawab itu.
Yang harus pertama-tama kita sadari dalam suara hati adalah : suara hati
harus selalu ditaati. Kesadaran ini termasuk inti suara hati sendiri. Tandanya ialah
bahwa kita merasa bersalah apabila kita mengelak dari suara hati. Meskipun suara
hati kita dapat keliru, namun kita Harus selalu taat padanya, karena suara hati
adalah kesadarn kita yang langsung tetntang apa yanng menjadi kewajiban kita..
Suara hati adalah pangkal otonomi manusia , pusat kemandiriannya, unsur
yang tidak mengizinkan manusia menjadi pengekor yang mudah digiring menurut
pendapat orang lain. Yang dilakukan suara hati adalah memberikan sebuah
penilain-penilaian moral. Ia bukan sekedar masalah perasaan semata dan selalu
berlaku umum. Dan karena suara hati adalh bukan masalah perasaan belaka, dan
karena suara hati memiliki mengklaim rasionalitas dan objektifitas, maka ia harus
dipertanggng jawabkan.
Namun tidak berarti bahwa dengan rasionalitasnya , suara hati dan
segenap pandangan moralnya harus dibuktikan terlebih dahulu, melainkan kita
harus terbuka bagi setiap argumen , sangkaln, pertanyaan, dan keragu-raguan dari
orang lain atau bahkan dari hati kita sendiri.

9
Karl-Heinz Peschke, Etika Kristiani, Jilid I, dalam Alex Armanjaya (Penerjemah),
(Maumere: Ledalero, 2003), hal. 188

8
2.2. Aspek Hati Nurani
Hati nurani memiliki 2 aspek, yaitu:
 Aspek yang berhubungan dengan apa yang telah dilakukan oleh seseorang
yang memiliki hati nurani tersebut. Yang dimaksud dalam hal ini adalah apa
yang telah dilakukan oleh orang tersebut harus dipertanggung jawabkan
oleh dirinya sendiri.
 Akibat langsung atau efek yang berhubungan dengan Allah, sebagai
pencipta dirinya. Dan yang dimaksud dalam hal ini adalah kepada siapa dia
harus bertanggung jawab.
Kita dapat memahami hal ini melalui contoh berikut: Saat seseorang berbuat
sesuatu yang melawan atau menentang hati nuraninya sendiri, maka ia akan
segera menjadi musuh (lawan) dari dirinya sendiri. Kemudian hati nurani kita
sudah tidak lagi harmonis dengan diri kita maka secara “instink” kita mengetahui
bahwa kita harus berhadapan dengan Allah.

Macam-macam Polusi Hati Nurani


Hati nurani adalah sesuatu yang berasal dari hati nurani kita, akan tetapi hati
nurani juga bisa mengalami polusi, diantaranya adalah:
 Polusi Kebudayaan
Sesuatu yang dianggap baik di suatu daerah belum tentu dianggap baik di
daerah lainnya. Setiap kebudayaan menghasilkan suatu norma yang
mengakibatkan hati nurani dipengaruhi oleh norma-norma yang ditumpuk
oleh kebudayaan itu, sehingga hati nurani itu sudah tidak bersifat netral lagi.
Misalkan saja apa yang baik menurut kebudayaan Barat, belum tentu baik
menurut kebudayaan di Timur.
 Polusi Agama
Setiap orang mempunyai keyakinan atau agama yang berbeda-beda jadi
setiap orang berbeda-beda prinsip hati nuraninya sesuai dengan
keyakinannya.
 Polusi Masyarakat
Ketika masyarakat mayoritas menyetujui suatu pikiran tertentu, maka orang
yang minoritas selalu tertekan hati nuraninya. Di dalam dunia ini banyak

9
kasus mengenai hal ini. Dimana golongan minoritas lebih banyak yang
tertindas atau terkadang golongan minoritas pada umumnya sering tertindas
hati nuraninya
 Polusi Kebiasaan
Ketika seseorang berbuat dosa berulang kali, lama kelamaan ia menjadi
orang yang sudah terbiasa berbuat dosa. Dan pada akhirnya ia tidak lagi
peka terhadap dosa. Ketika sesuatu hal yang kita ketahui salah, tetapi
dilakukan seringkali maka kita mulai membangun sebuah benteng untuk
membenarkan dosa yang kita buat tersebut.

2.3. Ciri Khas dan Fungsi Hati Nurani (Suara Hati)


Ciri khas dari suara hati nurani adalah ia tidak dapat ditawar dan hanya
sepintas keluarnya dengan atau tanpa disadari, ini berlaku mutlak. Mutlak di sini
mempunyai arti ia tidak dapat ditawar melalui pertimbangan-pertimbangan dalam
bentuk apapun. Hal itu disebkan karena suara hati nurani merupakan suara dari
Maha Mutlak. Tempat berkumpulnya bagi mereka yang hatinya bersih dan tak
bernoda dan tempat mengingat Tuhan itulah Hati Nurani. Suara hati adalah suara
halus yang murni datang langsung dari kesadaran sang Hidup yang ada dalam diri
kita yang paling dalam yang bersih dan jujur, tanpa adanya pertimbangan dalam
memberikan jawaban.
Fungsi hati nurani yaitu sebagai pegangan, pedoman, atau norma untuk
menilai suatu tindakan, apakah tindakan itu baik atau buruk. Hati nurani berfungsi
sebagai pegangan atau praturan-peraturan konkret di dalam kehidupan sehari-hari
dan menyadarkan manusia akan nilai dan harga dirinya. Sikap kita terhadap hati
nurani adalah menghormati setiap suara hati yang keluar dari hati nurani kita.
Mendengarkan dengan cermat dan teliti setiap bisikan hati nurani.
Mempertimbangkan secara mask dan dengan pikiran sehat apa yang dikatakan
hati nurani. Melaksanakan apa yang disuruh hati nurani.

10
Hati manusia dapat digolongkan kedalam 3 jenis :
1. Hati yang sakit (Qolbum Maridh)
Ciri orang yang Memilki hati yang sakit, tak ubahnya seperti gelas kusam
ynag berisikan air keruh. Jangankan sebutir debu yang mencemarinya, paku
payung, jarum, silet atau patahan cuuter sekalipun yang masuk, tidak akan terlihat.
Oarang yang menderita Qolbun Maridh akan sulit menilai secara jujur
apapun yang nampak di depannya. Melihat orang sukses timbul iri dengki ;
mendapati kawan meperoleh karunia rezeki, timbul rasah dan benci ; dihadapkan
pada siapa pun yang memilki kelebihan, hatinya akan berkeinginan untuk
menyelidiki aib dan kekurangannya.ibarat menemukan barang berharga, ia
kemudian menyebarkan aib dan kekurangan kepda siapa saja. Ini semua dilakukan
agar kelebihan yang ia temukan pada orang tersebut akan tenggelam. (
Na’udzubillah ). Adapun ciri lainnya dari hati yang sakit adalah cenderung
menyukai makanan rohani yang akan memberinya mudharat. Sebaliknya, ia
enggan mendengar dan menerima santapan rohani yang bermanfaat. Walhasil, hati
yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit.
2. Hati yang mati (Qolbun Mayyit)
Hati yang mati tak ubahnya seperti jasad yang tidak bernyawa. Kendati
dicubit, dipukul bahkan diiris sekalipun, ia tidak akan merasakan apa – apa. Bagi
orang yang hatinya sudah mati, saat melakukan perbuatan baiki buruk,
dirasakannya sebagai hal yang biasa – biasa saja ; tidak memiliki nilai sama
sekali. Bahkan ia akan merasa bangga dengan masa lalunya yang selalu dipenuhi
perbuatan buruk; mencuri, berzina, menipu dan sebgainya. Kalaupun ia berbuat
kebaikan sekecil apapun, itu hanya akan membangkitkan rasa bangga diri, rindu
pujian sertapenuh ujub dan takabur.
Dengan demikian, hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal
Tuhannya. Hati seperti ini senatiuasa bersama hawa nafsunya, walaupun di
murkai dan di benci Allah SWT. Ia sama sekali tidak peduli apakah Allah ridha
kepdanya atau tidak. Hawa nafsu telah menguasai bahkan menjadi pemimpin dan
pengendali bagi dirinya. Kebodohan dan kelalaian adalah sopirnya, kemana saja ia
bergerak maka geraknya adalah benar – benar telah terselubungi oleh pola pikir
meraih kesenangan duniawi semata.

11
3. Hati yang sehat (qolbun Shahih)
Seseorang yang memilki hati yang sehat, tak ubahnya dengan memilki
tubuh yang sehat. Ia berfungsi optimal. Ia akan mampu memilih dan memilah
setiap rencana atas suatu tindakan, sehingga setiap yang akan diperbuatnya benar -
benar sudah melewati perhitungan yang jitu, berdasarkan hati nurani yang bersih.
Diantara ciri orang yang hatinya sehat adlah hidupnya diselimuti
muhabbah ( kecintaan) dan tawakal kepada Allah. Tidak usah heran manakala
mencintai sesuatu, maka cintanya semata – mata karena Alla. Demikian pun bila
ia membenci sesuatu maka ia akan membencinya karena Allah semata, sehingga
kebenciannya itu tidak akan membuatnya tergelincir kedalam perbuatan dosa dan
aniaya. Sebaliknya, ini menjadi ladang pahala.
Oleh karenanya, seseorang yang hatinya sehat, ditimpa apa pun dalam
hidup ini, ia akan tetap teguh bagai air di relung lautan yang dalam ; tidak akan
terguncang waluwpun ombak saling menerjang. Ibarat karang yang tegak tegar, di
hantam ombak sedahsyat apapun tidak akan roboh. Tidak ada putus asa, tidak ada
keluh kesah berkepanjangan. Yang hanya kejernihan dan keindahan hati. Ia amat
yakin dengan janji Allah.
Kita sebagai manusia yang memiliki keyakinan dan keimanan kepada
Allah, sebaiknya menyadari bahwa bukan hanya mengandalkan kekuatan otak
semata, bukan hanya mengandalkan akal dan kekuatan pikiran semata. Karena
sesungguhnya ada kekuatan lain yang lebih dahsyat dari kekuatan otak, akal dan
pikiran. Kekuatan ini bukan hanya mengantarkan manusia meraih sukses namun
juga mampu mengantarkan manusia pada kemuliaan hidup. Yakni kekuatan hati
atau kekuatan hati yang positif, kekuatan hati yang jernih. Kekuatan hati ini
memiliki kedahsyatan yang melebihi kekuatan pikiran manusia. Karena hati
adalah rajanya, hatilah yang mengatur dan memerintahkan otak, pikiran dan panca
indra manusia.
Tuhan melalui berbagai ajaran yang dibawa oleh para Nabi, maupun
melalui kitab suci-Nya telah mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa
mendengarkan suara hati nuraninya. Mengajarkan manusia untuk dapat
memelihara kejernihan hatinya, sehingga sifat-sifat mulia yang tertanam dalam
hati dapat memancar ke permukaan. Karena di dalam hati manusia sudah tertanam

12
"built in" percikan sifat-sifat "Illahiah" dari Allah Tuhan Sang Pencipta
Kehidupan. Diantara sifat-sifat mulia Allah yang tertanam dalam hati manusia
adalah sifat kepedulian, kesabaran, kebersamaan, cinta dan kasih sayang,
bersyukur, ikhlas, damai, kebijaksanaan, semangat, dan lain sebagainya. Karena
itu sesungguhnya kekuatan hati ini sangat "powerfull" untuk meraih kesuksesan
dan kemuliaan dalam segala bidang kehidupan.
Di dalam hati tempatnya pusat ketenangan, kedamaian, kesehatan, dan
kebahagiaan sejati yang hakiki. Bahkan hati merupakan cerminan dari diri dan
hidup manusia secara keseluruhan. Di dalam hati terdapat sumber kesehatan fisik,
kekuatan mental, kecerdasan emosional, serta penuntun bagi manusia dalam
meraih kemajuan spiritualnya. Hati menjadi tempat di mana sifat-sifat mulia dari
Allah swt Sang Pencipta Kehidupan bersemayam. Hati adalah tempat dimana
semua yang hal yang terindah, hal yang terbaik, termurni, dan tersuci berada di
dalamnya.
Dengan demikian, kekuatan hati ini sangat "powerfull" dan sangat dahsyat
dalam membawa manusia meraih sukses dan kemuliaan dalam segala bidang
kehidupan. Hati yang jernih akan melahirkan pikiran-pikiran yang jernih dan pada
akhirnya melahirkan tindakan-tindakan mulia berdasarkan suara hati nurani.
Kejernihan hati dapat menjadikan manusia menjadi mampu betindak bijaksana,
memiliki semangat positif, cerdas dan berbagai sifat-sifat mulia lainnya. Dengan
hati yang jernih, kita dapat berpikir jernih dan menjalani kehidupan dengan lebih
produktif, lebih semangat, lebih efisien dan lebih efektif untuk meraih tujuan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari beberapa uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa :
 Hati adalah rajanya, hatilah yang mengatur dan memerintahkan otak,
pikiran dan panca indra manusia. Sesungguhnya kekuatan hati ini sangat
"powerfull" untuk meraih kesuksesan dan kemuliaan dalam segala bidang
kehidupan.
 Hati nurani memiliki 2 aspek yakni: Aspek yang berhubungan dengan apa
yang telah dilakukan oleh seseorang yang memiliki hati nurani tersebut
dan akibat langsung atau efek yang berhubungan dengan Allah, sebagai
pencipta dirinya. Hati nurani juga terkadang mengalami polusi, yakni:
polusi kebudayaan, polusi agama, polusi masyarakat, dan polusi
kebiasaan.
 Untuk menghentikan segala keserakahan, kemunafikan, iri dengki,
dendam,pertikaian, permusuhan, pembunuhan untuk menciptakan
keadilan, kesejahteraan/kemakmuran dan kedamaian adalah buka mata
hati nurani kita lebar- lebar, pertebal iman dan takwa serta takutlah cuma
pada tuhan, cintailah dan tanamkan kasih sayang pada semua makhluk
hidup.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, N. (2016). Ketika Hati Nurani Berbicara. Lintang Rasi Aksara Books.
Ningsih, C. S., Amelia, C., Aisyah, P., Zahera, R., & Prasetya, W. I. (2021). Hak
Kebebasan Berpendapat Yang Semakin Menyempit Dan Memburuk. Jurnal
Syntax Fusion, 1(2), 25-39.
Syam, N. (2010). Memutus dengan Hati Nurani. Opini Suara Karya.
Utami, K. N. (2018). Kebebasan Beragama Dalam Perspektif Al-
Qur’an. Kalimah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, 16(1), 23-34.
White, J. (2004). Kejujuran Moral dan Hati Nurani. BPK Gunung Mulia.

15

Anda mungkin juga menyukai