Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HAKIKAT MANUSIA DAN AGAMA

Disusun Oleh :

NAMA: Baiq Mila Salida

NIM: D1A022011

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
T/A 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah Hukum Islam tepat pada waktunya.

Makalah ini saya buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas Hukum Islam.
Tak hanya itu, saya juga berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya. Walaupun demikian, saya menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya berharap semoga makalah Hukum Islam ini bisa memberikan
informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Saya juga mengucapkan terima
saya kepada para pembaca yang telah membaca makalah ini hingga akhir.

Mataram, 3 September 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................................................5
1. mengapa antara manusia dan agama memiliki keterkaitan yang sangat erat?.............................5
2. Bagaimana hakikat manusia dalam konsep islam?......................................................................5
1.3 TUJUAN MAKALAH.................................................................................................................5
1. Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan manusia dengan agama..........................................5
2. Untuk mengetahui hakikat seorang manusia dalam islam...........................................................5
BAB II......................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Manusia dan Agama................................................................................................6
2.2 Keterkaitan Agama dengan Manusia………………………………………………………….7
2.3 Hakikat Manusia dalam Konsep Islam………………………………………………………..9
1. Ruh dan Jiwa........................................................................................................................10
2. Akal…………………………………………………………………………………………11
3. Hati (Al-Qalb)……………………………………………………………………………...12
BAB III………………………………………………………………………………………………...13
PENUTUP……………………………………………………………………………………………..13
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan yang ada di muka bumi dan
merupakan satu-satunya makhluk yang memiliki kemampuan berpikir dan segala sesuatu yang
ada, termasuk refleksi diri serta keberadaanya di dunia. Inilah yang menentukan dan sebagai
tanda dari hakikat sebagai manusia, di mana makhluk lain seperti binatang tidak memilikinya.
Maka sangat layak jika dikatakan bahwa hakikat manusia adalah makhluk yang berpikir.

Agama merupakan suatu hal yang harus diketahui makna yang terkandung di dalamnya,
dan agama tersebut berpijak kepada suatu kodrat kejiwaan yang berupa keyakinan, sehingga
dengan demikian, kuat atau rapuhnya agama bergantung pada sejauh mana keyakinan itu
ketentraman dalam jiwa.

Tidak utama dalam beragama adalah Iman atau percaya kepada keberadaan Allah dengan
sifat-sifat, antara lain: Maha Pemmurah, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun,
Maha Pemberi, Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Suci serta
nilainilai lebih/Maha yang lainnya. Oleh karena itu, orang yang merasa dirinya dekat dengan
Allah diharapkan akan timbul rasa tenang dan aman yang merupakan salah satu ciri sehat mental.
Satu kenyataan yang tampak jelas yang telah modern telah maju atau sedang berkembang
ini, yaitu adanya kontradiksi-kontradiksi yang mengganggu kebahagiaan orang dalam hidup.
sulit-kesulitan dan bahaya–bahaya alamiyah yang terlebih dahulu menyulitkan dan menghambat
perhubungan.sekarang tidak menjadi sosial lagi. kemajuan industri dapat menghasilkan alat-alat
yang memudahkan hidup, memberikan kesenangan dalam hidup, sehingga kebutuhan-kebutuhan
jasmani tidak lagi sukar untuk memenuhinya.
Kebutuhan-kebutuhan primer menjadi skunder tetapi kebutuhan skunder itulah yang
menguasainya. Akibat kebutuhan kebutuhan pada masyarakat modern maka dalam kehidupan
selalu mengejar, mengejar benda, mengejar prestise. Semuanya tidak akan membawa hidup
seperti mesin, mengenl istirahat dan ketentraman, hidupnya penuhi oleh perasaan senang
( tension ), karena keinginananya untuk menghidari perasaan tertekan, jika tidak tercapai semua
yang menggembirakan. Akibat lebih lanjut timbulnya kegelisahan-gelisah (kecemasan ) itu akan
menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia dalam hidup.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa antara manusia dan agama memiliki keterkaitan yang sangat erat?
2. Bagaimana hakikat manusia dalam konsep islam?

1.3 TUJUAN MAKALAH


1. Untuk mengetahaui sejauh mana keterkaitan manusia dengan agama
2. Untuk mengetahui hakikat seorang manusia dalam islam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia dan Agama

Manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dengan bentuk raga


yang sebaik-baiknya dan rupa yang seindah-indahnya dilengkapi dengan
berbagai organ psikofisik yang istimewa seperti panca indra dan hati agar
manusia bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahi keistimewaankeistimewaan itu.
Selain itu, manusia diciptakan oleh Allah dalam struktur
yang paling baik diantara makhluk-makhluk yang lain. Struktur manusia
terdiri dari unsur jasmaniah dan ruhaniah, atau unsur fisiologis dan unsur
psikologis. Dalam struktur jasmaniah dan ruhaniah itu, Allah memberikan
seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang
yang dalam psikologi disebut potensialitas atau disposisi.
Manusia sebagai makhluk Allah yang diberi akal dan memiliki
kebijaksanaan, merupakan pula bagian dari ekosistem di tempat hidupnya. Di
dalam aktifitas sehari-hari, manusia bukan saja mempengaruhi lingkungan
hidup, tetapi dipengaruhi pula oleh lingkungan hidupnya.
Menurut Amir Daien Indrakusuma yang dikutip oleh Abdul Aziz,
bahwa sebenarnya hakikat manusia itu dapat dilihat dari beberapa perspektif, Hakikat manusia
menurut Al-Qur‟an ialah bahwa manusia itu
terdiri atas unsur jasmani, akal, dan ruhani. Dalam pandangan Al-Qur‟an
mengenai manusia, kata yang digunakan untuk menunjuk makna manusia,
yaitu Al-Bashar, Al-Insa>n, dan Al-Na>s.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan

manusia serta lingkungannya.Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti
"tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari
bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali".
Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.Menurut agama Islam,
manusia diciptakan di bumi untuk beribadah kepada Allah. Selain itu, manusia diciptakan di
bumi sebagai khalifah atau pemimpin di bumi. Dengan perannya tersebut, manusia diharapkan
untuk:

a. Sadar sebagai mahluk individu yaitu mahluk hidup yang berfungsi sebagai
mahluk yang paling utama di antara mahluk-mahluk lain. Sebagai mahluk
utama di muka bumi, manusia diingatkan perannya sebagai khaifah dibumi dan
mahluk yang diberi derajat lebih daripada mahluk lain yang ada di bumi
b. Sadar bahwa manusia adalah mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia
harus mengadakan interelasi dan interaksi dengan sesamanya. Itulah sebabnya
Islam mengajarkan perasamaan.

2.2 Keterkaitan Agama dengan Manusia


Hubungan Agama dan Manusia Betapa besarnya pengaruh agama dalam kehidupan
Manusia, baik bagi diri sendiri maupun dalam lingkungan keluarga, ataupun di kalangan
masyarakat umum. Karena itu dapat pula dikatakan bahwa agama memiliki fungsi yang sangat

penting dalam kehidupan manusia, tanpa agama manusia tidak mungkin merasakan
kebahagiaan dan ketenangan hidup. Tanpa agama, mungkin dapat dibina dalam suasana aman
dan tentram.

Keagamaan adalah perasaan yang berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, antara
lain, kagum, percaya yakin diri, tawakal pasrah diri, rendah hati pada Ilahi, merasa sangat kecil
kesadaran akan dosa dan lain-lain.
Agama sebagai Bentuk Keyakinan Manusia

terhadap sesuatu yang Maha ( Adi Kodrati ) yang menyertai seluruh ruang lingkup
kehidupan Manusia baik kehidupan individu maupun kehidupan masyarakat, baik kehidupan
materil maupun kehidupan spiritual, baik kehidupan duniawi maupun ukhrawi ,Agama (Islam)
merupakan total way of kehidupan. Tidak ada satu ruangan pun dalam kehidupan Manusia yang
tidak di jamah oleh ajaran agama (Islam). Menurut Elizabeth K. Nottingham meskipun perhatian
manusia tertuju pada adanya suatu dunia yang tak dapat dilihat (akhirat), namun agama juga
melibatkan dirinya dalam masalah-masalah kehidupan sehari-hari.

Dalam pandangan positivisme atau materialisme , jika sains dan teknologi sudah maju,
masyarakat tidak membutuhkan agama lagi semua kebutuhan dan keinginan mereka sudah
terpenuhi oleh sains dan teknologi. Sepintas pernyataan tersebut ada benarnya, tetapi ketika
direnungkan lebih dalam timbul masalah. Apakah keinginan manusia betul-betul mampu
dipenuhi oleh sains dan teknologi? Bagaimana ia mampu memenuhi keinginan yang tidak
terbatas, seperti dia tidak ingin mati. Apakah teknologi yang sangat canggih mampu mengatasi
masalah tersebut? Kalau memang ada teknologi yang mampu mengatasi masalah tersebut akan
dipastikan semua orang akan menganut faham ini. Ternyata pandangan materialisme tersebut
tidak dapat diperjelas karena alur pikirannya tidak logis.

Agama adalah Sumber ketenangan Jiwa

Agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan mengatur dan mengendalikan
sikap, kelakuan dan cara menghadapi setiap-tiap masalah. [11] Dengan demikian, di dalam
agama ada larangan yang harus dijauhi, karena di dalamnya terdapat dampak negatif dari
kehidupan manusia. Dan juga ada perintah yang harus ditaati karena di dalamnya ada kebaikan
bagi orang yang melakukan. Orang yang percaya dan bertaqwa kepada Allah SWT secara benar,
di dalam hati tidak akan diliputi rasa takut dan gelisah. Ia merasa yakin bahwa keinginan dan
ketaqwaannya itu akan membawa kelegaan dan ketenangan batinnya.

Agama adalah sumber Kesehatan mental

Berbagai aliran dikalangan ahli ilmu jiwa mengatakan tentang pentingnya agama dalam
kesehatan mental. Keiman kepada Tuhan merupakan kekuatan luar biasa dalam membekali
manusia yang religius. Dengan kekuatan rohaniah akan menopang seseorang dalam bebannya
beban kehidupan, menghindarkannya dari keresahan yang menimpa banyak manusia yang hidup
modern yang didominasi oleh kehidupan materi.

William James, seorang psikologi dari Amerika Serikat mengatakan bahwa tidak ragu lagi
bahwa yang terbaik bagi keresahan jiwa terapis adalah ahli untuk Tuhan. Keiman kepada Tuhan
adalah salah satu kekuatan tidak boleh dipenuhi untuk membimbing seseorang dalam hidup ini.
Selanjutnya dia berkata bahwa antara manusia dan Tuhan terdapat yang tidak terputus. Ketika
manusia menundukkan diri di bawah pengarahan-Nya, cita-cita dan keinginan manusia akan
tercapai.

2.3 Hakikat Manusia dalam Konsep Islam

Hakekat manusia dalam konsep Islam adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT,
memiliki berbagai potensi untuk tumbuh berkembang menuju kesempurnaan. Adapun konsep
Islam tentang hakekat manusia dan hubungan dengan pendidikan Islam adalah: Pertama, Sistem
pendidikan Islam harus dibangun di atas konsep-konsep antara qalbiyah dan aqliyah untuk
menghasilkan manusia intelektual dan berakhlak. Kedua, pendidikan Islam harus berupaya
mengembangkan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal, sehingga dapat bermuatan
hard skill dan soft skill. Ketiga, pendidikan Islam harus dijadikan sarana yang kondusif bagi
proses transformasi ilmu pengetahuan dan budaya Islami. Keempat, konsep hakekat manusia dan
fungsi penciptaannya dalam alam semesta harus sepenuhnya diakomodasikan dalam teori-teori
pendidikan Islam melalui pendekatan kewahyuan, keilmuan empiris dan filosofis rasional.
Kelima, proses internalisasi nilai-nilai Islam ke dalam pribadi seseorang harus dapat
digabungkan melalui peran individu maupun orang lain (guru), sehingga dapat memperkuat
terwujudnya kesatuan pola dan kesatuan tujuan terbentuknya mentalitas insan kamil.

Dalam setiap diri manusia selalu ada pertanyaan yang selalu muncul dalam
dirinya yaitu “dari mana saya datang?”, “apa yang terjadi ketika saya sudah
mati?”. Pertanyaan-pertanyaan ini yang mengakibatkan manusia selalu mencari
jawabannya. Mencari jawaban dan selalu ingin tahu merupakan fitrah manusia
yaitu hal yang sudah ada dan berdasar di dalam hidup manusia. Para ahli teologi
Islam mengatakan bahwa fitrah adalah satu hal yang dibekalkan Allah kepada
setiap manusia. Karenanya, ciri-ciri sesuatu yang bersifat fitri adalah tidak
dipelajari, ada pada semua manusia, tidak terkurung oleh batas-batas teritorial dan
masa, dan tidak akan pernah hilang. Hal-hal dasar yang mengakibatkan manusia
sering mencari disebabkan karena menurut Al-Qur’an manusia terdiri atas:
1. Ruh dan Jiwa (Al-Ruh dan Al-Nafs)
Banyak ulama yang menyamakan pengertian antara ruh dan jasad. Ruh
berasal dari alam arwah dan memerintah dan menggunakan jasad sebagai
alatnya. Sedangkan jasad berasal dari alam ciptaan, yang dijadikan dari unsur
materi. Tetapi para ahli sufi membedakan ruh dan jiwa. Ruh berasal dari tabiat
Ilahi dan cenderung kembali ke asal semula. Ia selalu dinisbahkan kepada
Allah dan tetap berada dalam keadaan suci. Karena ruh bersifat kerohanian dan
selalu suci, maka setelah ditiup Allah dan berada dalam jasad, ia tetap suci.
Ruh di dalam diri manusia berfungsi sebagai sumber moral yang baik dan
mulia. Jika ruh merupakan sumber akhlak yang mulia dan terpuji, maka lain
halnya dengan jiwa. Jiwa adalah sumber akhlak tercela, al-Farabi, Ibn Sina dan
al-Ghazali membagi jiwa pada: jiwa nabati (tumbuh-tumbuhan), jiwa hewani
(binatang) dan jiwa insani.
Jiwa nabati adalah kesempurnaan awal bagi benda alami yang organis
dari segi makan, tumbuh dan melahirkan. Adapun jiwa hewani, disamping
memiliki daya makan untuk tumbuh dan melahirkan, juga memiliki daya untuk
mengetahui hal-hal yang kecil dan daya merasa, sedangkan jiwa insani
mempunyai kelebihan dari segi daya berfikir (al-nafs-al-nathiqah).
Daya jiwa yang berfikir (al-nafs-al-nathiqah atau al-nafs-al-insaniyah).
Inilah, menurut para filsuf dan sufi, yang merupakan hakekat atau pribadi
manusia. Sehingga dengan hakekat, ia dapat mengetahui hal-hal yang umum
dan yang khusus, Dzatnya dan Penciptaannya. Karena pada diri manusia tidak
hanya memiliki jiwa insane (berpikir), tetapi juga jiwa nabati dan hewani,
maka jiwa (nafs) manusia mejadi pusat tempat tertumpuknya sifat-sifat yang
tercela pada manusia. Itulah sebabnya jiwa manusia mempunyai sifat yang
beraneka sesuai dengan keadaannya. Apabila jiwa menyerah dan patuh pada
kemauan syahwat dan memperturutkan ajakan syaithan, yang memang pada
jiwa itu sendiri ada sifat kebinatangan, maka ia disebut jiwa yang menyuruh
berbuat jahat
2. Akal
Akal yang dalam bahasa Yunani disebut nous atau logos atau intelek
(intellect) dalam bahasa Inggris adalah daya berpikir yang terdapat dalam otak,
sedangkan "hati" adalah daya jiwa (nafs nathiqah). Daya jiwa berpikir yang ada
pada otak di kepala disebut akal. Sedangkan yang ada pada hati (jantung)
didada disebut rasa (dzauq). Karena itu ada dua sumber pengetahuan, yaitu
pengetahuan akal (ma'rifat aqliyah) dan pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah).
Kalau para filsuf mengunggulkan pengetahuan akal, para sufi lebih
mengunggulkan pengetahuan hati (rasa).
Menurut para filsuf Islam, akal yang telah mencapai tingkatan tertinggi
akal perolehan (akal mustafad) ia dapat mengetahui kebahagiaan dan berusaha
memperolehnya. Akal yang demikian akan menjadikan jiwanya kekal dalam
kebahagiaan (Jannah). Namun, jika akal yang telah mengenal kebahagiaan itu
berpaling, berarti ia tidak berusaha memperolehnya. Jiwa yang demikian akan
kekal dalam kesengsaraan (neraka). Adapun akal yang tidak sempurna dan
tidak mengenal kebahagiaan, maka menurut al-Farabi, jiwa yang demikian
akan hancur. Sedangkan menurut para filsuf tidak hancur. Karena
kesempurnaan manusia menurut para filsuf terletak pada kesempurnaan
pengetahuan akal dalam mengetahui dan memperoleh kebahagiaan yang
tertinggi, yaitu ketika akan sampai ketingkat akal perolehan.
3. Hati (Al-Qalb)
Hati atau sukma terjemahan dari kata bahasa Arab qalb. Sebenarnya
terjemahan yang tepat dari qalb adalah jantung, bukan hati atau sukma. Tetapi,
dalam pembahasan ini kita memakai kata hati sebagaimana yang sudah biasa.
Hati adalah segumpal daging yang berbentuk bulat panjang dan terletak didada
sebelah kiri. Hati dalam pengertian ini bukanlah objek kajian kita di sini,
karena hal itu termasuk bidang kedokteran yang cakupannya bisa lebih luas,
misalnya hati binatang, bahkan bangkainya.
Adapun yang dimaksud hati di sini adalah hati dalam arti yang halus,
hati-nurani daya pikir jiwa (daya nafs nathiqah) yang ada pada hati, di rongga
dada. Dan daya berfikir itulah yang disebut dengan rasa (dzauq), yang
memperoleh sumber pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam Al-Qur’an, ada beberapa konsep berkenaan dengan manusia. Yaitu
Konsep Al-Basyr, Konsep Al-Insan, Konsep Al-Naas, Konsep Bani Adam,
Konsep Al-Ins, Konsep Abdu Allah (Hamba Allah). Manusia merupakan mahluk
Tuhan yang paling sempurna karena manusia memiliki segala unsur dari mahluk
hidup lainnya ditambah dengan akal pikiran.
Manusia membutuhkan agama karena hal tersebut merupakan fitrah
manusia. Fitrah tersebutlah yang menyebabkan manusia berhubungan dengan
agama untuk mencari jati dirinya.
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Allah dan
menjadi khalifah fil ardi.
Agama memiliki tujuan untuk menjadikan manusia melakasankan segala
peran yang diperintahkan Allah. Sehingga agama mengatur segala sendi
kehidupan manusia dan dapat dikatakan agama merupakan pengatur manusia
untuk menjalankan perannya di muka bumi
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris.


Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008.
Ali, Zainuddin. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Al-Mahalli, Imam Jala>luddin, et al. Terjemahan Tafsir Jala>lain: terj. Bahrun Abu
Bakar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004.
Al-Maraghy, Ahmad Mushthafa. Terjemahan Tafsir Al-Maraghi Juz xxx, terj.
Bahrun Abu Bakar. Semarang: CV Toha Putra, 1985.
Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Baharuddin. Paradigma Islami Studi Tentang Elemen Psikologi dari Al-quran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan;Sistem dan Metode. Yogyakarta: Andi
Offset, 1997.
Basri, Hasan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Anda mungkin juga menyukai