Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH METODOLOGI ISLAM

AGAMA DAN AKAL

DISUSUN OLEH:

1. SITI MASLUKHAH ( 21801083088)

2. SISKA PUTRI ( 21801083089)

3. RANGGA MUKTI WIBOWO ( 21801083090)

PERBANKAN SYARIAH 3

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yang maha esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat terssun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang berkontribusi memberikan bantuan materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menanmbah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................


1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................
1.3 TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH..............................................................
1.4 BATASAN MASALAH.....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................

2.1 PENGERTIAN AGAMA DAN AKAL..............................................................


2.2 ISLAM DAN AKAL...........................................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................................

3.1 KESIMPULAN...................................................................................................
3.2 SARAN................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Islam datang sebagai agama penyempurna sekaligus rahmatan lil alamin. Dalam
perjalanan sejarah islam mengalami perkembangan yang sangat pesat. Jika dilihat
mulai datangnya islam hingga wafatnya Rasulullah keberadaan islam berkembang
mulai dari titik nol hingga menyebar ke berbagai penjuru.
Untuk mengetahui islam lebih mendalam maka muncullah ilmu yang dinamakan
metodologi studi islam, akan tetapi metodologi studi islam itu sendiri merupakan
bidang kajian yang cukup lama. Ia telah ada bersama dengan adanya agama islam
maka dari itu metodologi studi islam menimbulkan berbagai masalah yang umum.
Salah satu dari permaslahan metodologi studi islam adalah: bagaimana islam
memandang akal dan akal memandang islam.
Seiring dinamika dan perkembangan zaman, kesempatan untuk mepelajari
metodologi studi islam dapat melalui segala hal. Islam memberikan kesempatan
secara luas kepada manusia untuk menggunakan akal pikirannya secara maksimal
untuk mempelajarinya, namun jangan sampai penggunaannya melampaui batas dan
keluar dari rambu-rambu ajaran Allah SWT. Dan didalam makalah ini akan
membahas pandangan agama dan akal.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana islam memandang akal dan akal memandang islam?

1.3 TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH


1. Untuk mengetahui bagaimana islam memandang akal dan akal memandang islam

1.4 BATASAN MASALAH


Adapun makalah ini membahas tentang Agama dan Akal terlebih khusus membahas
tentang “Islam Memandang Akal dan Akal Memandang Islam”
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agama dnan Akal

A. Pengertian Agama
Secara bahasa menurut Daud Ali dalam buku Pendidikan Agama Islam agama
berasal dari bahasa sansekerta. Yang berasal dari kata “gam” yang mendapatkan
awalan “a” dan akhiran “a”, dan memiliki arti jalan. Secara istilah agama menurut
Harun Nasution, agama juga dikenal dengan kata “din” yang berasal dari bahasa
Arab dan kata “realigi” berasal dari bahasa Eropa. Harun Nasution menjelaskan, kata
agama tersusun dari kata “a yang berarti tidak” dan “gam yang berarti pergi”, jadi
agama artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi secara turun temurun. Hal
tersebut menunjukkan pada salah satu sifat agama, yaitu diwarisi secara turun
temurun dari satu generasi ke generasi lainnya.
Adapun yang mengartikan atau mengatakan agama adalah teks atau kitab suci,
dan agama memiliki kitab-kitab suci. Selanjutnya Harun Nasution mengatakan lagi
agama adalah tuntunan. Pengertian ini tampak menggambarkan salah satu fungsi
agama sebagai tuntunan bagi kehidupan manusia. Dari pengertian-pengertian
tersebut dapat disimpulkan intisari yang terkandung dalam agama adalah ikatan.
Agama mengandung ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi oleh setiap manusia.
Ikatan ini mempunyai akal dengan kehendak dan pilihan sendiri mengkuti peraturan
tersebut, guna mencapai kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat.
Dari berbagai uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa agama adalah ajaran yang
berasal dari tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci
yang turun temurun diwariskan oleh satu generasi yang memiliki tujuan untuk
memberikan respons yang emosional dan keyakinan bahwa kebhagiaan hidup
tersebut bergantung pada adanya hubungan dengan kekuatan yang gaib tersebut.
Harun Nasution(1985:9-11) mengemukakan definisi agama dan unsur-unsur
penting yang terdapat dalam agama yaitu:
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang
harus diketahui.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia.
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada
suatu sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi
perbuatab-perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari suatu kekuatan ghaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber
pada suatu kekuatan ghaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat di alam sekitar
manusia.
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan tuhan kepada manusia kepada seorang rasul.
Adapun unsur-unsur yang penting yang terdapat dalam agama:
1. Kekuatan ghaib: Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan
ghaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu manusia merasa harus
mengadakan hubungan baik dengan kekuatan ghaib tersebut. Hubungan baik
ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan
ghaib itu.
2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidpnya di
akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan ghaib yang
dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan
kebahagiaan yang dicari akan hilang pula.
3. Respons yang bersifat emosionil dari manusia. Respons itu bisa mnegambil
bentuk perasaan takut, seperti ynag terdapat dalam agama-agama primitif,
atau perasaan cinta, seperti yang terdapat dalam gama-agama monoteisme.
Selnjutnya respons mengambil untuk penyembahan yang terdapat dalam
agama-agama primitif, atau pemujaan yang terdapat dealam agama-agama
monoteisme. Lebih lanjut dari respons itu mengambil bentuk cra hidup
terntentu bagi masyarakat yang bersangkutan.
4. Paham adanya yang kudus dan suci, dalam bentuk kekuatan ghaib, dalam
bentuk kitab yang mengadung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam
bentuk tempat-tempat tertentu.

B. Klasifikasi Agama
Agama-agama dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan berdasarkan tolak ukur
terntentu. Salah satu tolak ukur yang dapat dipergunakan adalah sumber atau asal
ajaran agama. Menurut sumber suatu ajaran, agama-agama dapat diklasifikasikan
menjadi:
1. Agama wahyu yang dalam bahasa inggrisnya “revealed religion” yang
kadang juga disebut sebagai agama langit atau biasa juga disebut dengan
“samawi”
2. Agama budaya yang dalam bahasa inggrisnya “cultural religion” yang
terkadang juga disebut dengan agama bumi yang bisa juga disebut
“ardhi” atau agama alam yang bisa juga disebut “natural religion”
Masing-masing agama tersbut dapat diidentifikasikan cirinya masing-masing,
diantaranya:
1. Agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya. Pada waktu agama wahyu
disampaikan malaikat jibril kepada manusia pilihan yang disebut sebgaai
utusan atau rasul-Nya. Agama budaya tidak dapat dipastikan
kelahirannya, karena mngalami proses pertumbuhan sesuai dengan proes
perkembangan pemikiran manusia yang memberikan ajaran agama
budaya tersebut.
2. Agama wahyu disampaikan kepada manusia melalui utusan atau rasul
allah yang bertugas selain menyampaikan, juga menjelaskan wahyu yang
diterimanya dengan berbagai cara dan upaya. Agama budaya tidak
mengenal utusan atau rasul allah. Yang mengajarkan agama budaya
adalah filosofi atau pemimpin kerohanian atau pendiri agama itu sendiri.
3. Agama wahyu mempunyai kitab suci yang berisi kumpulan wahyu yang
diturunkan allah. Wahyu yang ada didalam kitab suci itu tidak dapat
diubah atau berubah, yang berhak merubahnya hanya Allah yang
menurunkan wahyu tersebut. Agama budaya (masyarakat sederhana)
tidak mempunyai kitab suci, dan isinya dapat berubah karena perubahan
filsafat agama atau kesadaran agama masyarakatnya.
4. Ajaran agama wahyu mutlak kebenarannya, karena berasal dari yang
mahabesar atau sang pencipta alam semesta. Kebenarannya tidak tidak
terikat dengan ruang dan waktu, sedangkan yang terikat dengan ruang
dan waktunya adalah hanya pemahaman atau tafsir terhadap agamanya
itu sendiri. Agama budaya kebenarannya relatif, karena terikat dengan
ruang dan waktu.
5. Sistem hubungan manusia dengan allah dalam agama wahyu, ditentukan
oleh allah sendiri “ta’abudi” dengan penjelasan lanjutannya oleh para
nabi dan rasul. Sistem tersebut tidak dapat mengalami perubahan ,
meskipun ilmu pengetahuan dan teknologi manusia terus mengalami
perubahan dan kemajuan. Sistem hubungan tuhan dan manusia dalam
agama budaya berasal dari akal dan kepercayaan (yang berisi anggapan)
dan pengetahuan serta pengalaman manusia.
6. Kosep ketuhanan agama wahyu adalah monoteisme murni sebagaimana
yang telah disebutkan dalam ajaran agama langit itu, monoteisme adalah
paham yang mengajarkan tuhan itu satu. Konsep ketuhanan budaya,
karena disusun oleh akal manusia, berkembang sesuai dengan
perkembangan akal manusia, mulai dari dinamisme sampai kepada
monoteisme tidak murni atau monoteisme terbatas.
7. Dasar-dasar ajaran agama wahyu bersifat mutlak, belaku bagi seluruh
umat manusia. Pelaksanaannya dilakukakan dengan akal yang sifatnya
instrumental dan terbatas dari masa kemasa sesuai dengan perkembangan
manusia yang menjadi penganutnya. Dasar-dasar agama budaya adalah
bersifat relatif karena ditujukan kepada manusia dalam masyarakat
tertentu yang belum tentu sesuai dengan masyarakat lainnya.
8. Sistem nilai agama wahyu ditentukanoleh allah sendiri yang diselaraskan
dengan ukuran dan hakikat kemanusiaan. Yang bernilai baik diwajibkan
agar manusia memperoleh keselamatan dan kebahagiaan. Yang bernilai
buruk dilarang atau diharamkan-Nya untuk menghindari kecelakaan dan
penderitaan manusia. Nilai-nilai agama budaya ditentukan oleh manusia
sesuai dengan cita-cita pengalaman serta penghayatan masyarakat yang
menganutnya. Nilai-nilai itu mungkin sesuai untuk masyarakat pada
suatu masa tertentu, mungkin juga harus dirubah lagi disuatu masyarakat
pada masa yang lain.
9. Agama wahyu menyebut sesuatu tentang alam yang dibuktikan
kebenarannya oleh ilmu pengetahuan “sains” modern. Demikan juga
halnya dengan peristiwa-peristiwa yang akan datang kebenarannya akan
dibuktikan oleh pengalaman manusia. Hal-hal yang disebut oleh agama
budaya tentang alam sering dibuktikan kekeliruannya oleh “sains”.
Demikian pula pemberitaannya tentang peristiwa-peristiwa sejarah.
Sedangkan ramalan ramalannya tentang peristiwa yang akan datang
sering tidak sesuai dengan pengalaman manusia.
10. Melalui agama wahyu allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan, dan
peringatan kepada manusia dalam pembentukan insan kamil yaitu
manusia yang sempurna, manusia yang bersih dari noda dan dosa.
Pembentukan manusia menurut agama budaya disandarkan pada
pengalaman dari penghayatan masyarakat penganutnya yang belum tentu
diakui oleh masyarakat lainnya yang berbeda cita-cita, pengalaman, dan
penghayatan.

C. Pengertian Akal
Pertama, Akal adalah suatu peralatan rohmania manusia yang berfungsi
untuk membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang
kemampuannya sangat tergantung luas pengalaman dan tingkat pendidikan, formal,
maupun non formal, dari manusia pemiliknya.
Jadi disini akal akal bisa di definisikan sebagai salah satu peralatan rohania
manusia yang berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis, dan menilai
sesuai dengan kenyataan atau tidak bisa juga disebut dengan benar atau salah.
Kedua, Akal adalah perangai manusia yang melebihi derajatnya daripada
makhluk-makhluk lainnya. Dengan akalnya, manusia dapat membedakan antara
yang benar dan yang salah, antara yanag baik dengan yang buruk. Akal adalah alat
berfikir yang hanya dimiliki oleh manusia.
Mencermati pemikiran Harun Nasution, keliatan bahwa salah satu pokok
pikirannya adalah mengenai hubungn antara akal manusia dan wahyu allah. Harun
Nasution sering menyatakan bahwa salah satu penyebab kemunduran umat islam
indonesia pada umumnya adalah akibat salah paham akan konsep takdir dengan
terlalu menyerah kepada takdir, oleh karena itu hubungan antara akal dan wahyu
masih menjadi perdebatan dari dulu sampai sekarang. Di jaman kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi menimbulkan banyak pertanyaan, pengetahuan mana
yang lebih dapat dipercaya, pengetahuan melalui akal atau pengetahuan melalui
wahyu. Masalah hubungan antara wahyu dan akal ini merupakan bahan yang mashur
dan paling mendalam untuk dibicarakan dalam sejarah pemikiran manusia. Akal
hanya dipakai untuk memahami wahyu bukan untuk menentang wahyu, karena
tanpa adanya akal kita tidak memahami wahyu dengan baik.
D. Dasar Akal
Saat ini bangsa-bangsa yang berada dikawasan Asia seperti Indonesia,
Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Philipina, Thailand, Kamboja, Myanmar,
dan Vietnam berada dalam sebuah ikatan atau perhimpunan yang disebut Asean
Community. Sebagai sebuah perhimpunan mereka membutuhkan sebuah kehidupan
yang aman, damai, rukun, dan harmonis, sehingga mereka dapat melakukan berbagai
aktivitas, terutama dalam bidang perekonomian. Tanpa adanya sebuah kehidupan
yang aman dan damai, berbagai aktivitas kehidupan tersebut akan terganggu, bahkan
bisa mengalami kemacetan yang menyebabkan negara mengalami kemunduran.
Namun demikian kehidupan masyarakat pada umumnya, saat ini ditandai
oleh keadaan seperti pada awalnya datang islam. Syaikh al-Nadwi dalam bukunya
Maa Dza Khasira al-‘Alam bi Inhithath al-Muslimin (apa kerugian dunia akibat
kemerosotan umat islam) mengatakan, bahwa pada saat islam yang dibawa nabi
Muhammad SAW datang, keadaan dunia tak ubahnya seperti habis dilanda gempa
bumi yang yang dahsyat dan disertai tsunami. Selain terdapat ribuan rumah yang
luluh lantak, rata dengan tanah, dinding yang roboh, pilar-pilar penyangga
bangunan yang miring atau bergeser dari tempatnya, atau rumah yang berhamburan,
kaca jendela dan pintu yang pecah, juga jasad manusia tak bernyawa yang
bergelimpangan. Al-Qur’an menggambarkan kehidupan manusia pada saat itu
berada dalam keadaan fasad (rusak) di daratan dan di lautan (dzahara al-fasad fi al-
barr wa al-bahr), kesesatan yang nyata (dlalalin mubin), dalam kegelapan hati (fi
dzulumat), bermusuhan (‘ada’an), berada di tepi jurang api nereka (ala syafa hufratin
min al-naar), dalam kebodohan (jahiliyah), dan sebagainya. Kehidupan mereka
dalam chaos. Secara akidah mereka menyembah benda-benda yang derajat lebih
rendah dari dirinya, dan tidak dapat memberikan manfaat apa-apa. Secara sosial,
mereka hidup berkotak-kotak dalam suku, golongan dan kasta yang sangat
diskriminatif. Secara ekonomi, kehidupan mereka hedonis dan kapitalistik, secara
politik, kekuasaan berada ditangan otoritas suku tertentu. Secara budaya, mereka
hidup dalam suasana hedonistik dan transaksional.
Situasi yang demikian itulah yang ingin diatasi oleh islam, yakni merubah
sebuah kehidupan yang penuh dengan penderitaan menjadi penuh kebahagiaan,
sebuah kehidupan yang penuh dengan kemadoratan dan permusuhan menjadi
kehidupan yang penuh dengan rahmat dan kasih sayang. Fakta ini yang diperkuat
dengan misi kerasulan nabi Muhammad SAW sebagaimana dijelaskan dalam al-
qur’an, surat al-Ambiya (21) ayat 107 yang menyatakan: Tidaklah aku diutus
melainkan untuk membawa rahmat bagi seluruh alam.

E. Keutamaan Akal
Akal merupakan karunia yang diberikan allah azza wa jalla kepada bani adam.
Akal adalah pembeda antara manusia dengan hewan. Dengan akal manusia dapat
terus berinovasi dan membangun peradaban, dan dengan akal manusia dapat
membedakan mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya sesuai dengan
jangkauan akal mereka.
2.2 Islam dan Akal
Islam secara bahasa berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Secara istilah
menurut syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimatullah, pertama ketia islam
disebutkan sendiri adalah berserah diri kepada allah dengan mentauhidkanNya,
tunduk dan patuh kepadaNya dengan ketaan, dan berlepas diri dari perbuatan syirik
dan para pelakunya. Kedua, kata islam disebutkan dengan kata iman, maka islam
adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya terjaga diri dan hartanya,
baik dia yang meyakini islam atau tidak. Prinsip islam ada tiga:
a. Mengenal allah azza wajalla
b. Mengenal agama islam berserta dalil-dalilnya
c. Mengenal nabiNya Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
Akal dalah suatu fikiran dan kemampuan budidaya terhadap suatau hal yang
akan kita lakukan dan akal memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.
Adanya akal membuat manusia bisa melakukan suatu hal. Akal terbagi menjadi dua
bagian yaitu akal baik dan akal buruk. Akal baik adalah suatu hal yang kita lakukan
atau yang kita ciptakan bisa memberi manfaat terhadap orang lain, terlebih akan
memberikan manfaat bagi orang disekitar. Sedangkan akal yang buruk adalah akal
yang dapat menimbulkan masalah bagi diri sendiri bahkan dapat merugikanorang
disekitar kita ataupun orang lain. Tanpa adanya akal manusia tidak akan bisa
melakukan hal apapun. Jadi, akal memiliki peranan yang penting dalam kehidupan
manusia.

A. Islam Memandang Akal


Dalam islam ada tiga prinsip yaitu mengenal allah, mengenal dalil-dalilNya, dan
mengenal rasulullah. Untuk mewujudkan tiga prinsip tersebut islam sangat
mebutuhkan akal. Jadi, islam memandang akal memiliki peranan yang sangat
penting. Dan untuk menjadi seorang yang mempercayai islam, akal menjadi peranan
utama dalam setiap pelaksanaan ibadahnya. Akal juga bisa menunjukkan perbuatan
yang dilarang atau yang diperbolehkan dalam islam. Ketika seorang muslim
memiliki akal yang baik makadia akan menjalankan aturan tau ajaran-ajaran islam
dengan baik dan benar. Sedangkan jika dia memiliki akal yang buruk maka orang
tersebut cendrung melakukan hal-hal yang dilarang oleh allah atau maksiat.
Dalam ajaran islam akal memiliki kedudukan yang tinggi dan banyak dipakai,
bukan hanya dalam perkembangan ilmu pengetahuan saja, tapi juga dalam
perkembangan ajaran-ajaran keagamaan sendiri. Pemakaian akal juga dianjurkan
bahkan diperintahkan oleh al-qur’an dan hadist. Dalam pemikiran islam, baik
dibidang filsafat dan ilmu kalam, apalagi dalam bidang ilmu fiqih, akal tidak pernah
membatalkan wahyu. Teks wahyu tetap dianggap mutlak benar. Akal dipakai hanya
untuk memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu.
B. Akal Memandang Islam
Dalam pandangan akal, islam adalah suatu agama ynag diturunkan atau
dirahmatkan kepada nabi Muhammad SAW yang berpedoman dalam al-qur’an
dan hadist. Ikatan antara akal dan agama adalah pembahasan yang cukup
mendetail dalam sejarah pemikiran manusia.
Untuk mencapai suatu kemajuan atau kesuksesan, kejeniusan dengan
mengandalkan akal saja tidak cukup, melainkan harus dilengkapi juga dengan
berdo’a dan meminta tolong kepada allah (tawakkal sesudah berusaha).
Sepandai apapun orang memiliki akal yang baik, jika tidak disandingi dengan
adanya agama seperti halnya dengan agama islam maka orang tersebut akan
merasa sia-sia saja. Sebab hubungan akal dan agama (islam) saling berkaitan
dan tidak dapat dipisahkan. Dalam islam ada wahyu, yaitu perintah dari allah.
Dan wahyu sebagai pasangan dari akal.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Menurut Harun Nasution agama adalah ajaran yang berasal dari tuhan atau
hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun
diwariskan oleh satu generasi yang memiliki tujuan untuk memberikan respons yang
emosional dan keyakinan bahwa kebhagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya
hubungan dengan kekuatan yang gaib tersebut.Agama-agama dapat dikelompokkan
ke dalam dua golongan berdasarkan tolak ukur terntentu. Salah satu tolak ukur yang
dapat dipergunakan adalah sumber atau asal ajaran agama. Menurut sumber suatu
ajaran, agama-agama dapat diklasifikasikan menjadi: Agama wahyu yang dalam
bahasa inggrisnya “revealed religion”, Agama budaya yang dalam bahasa inggrisnya
“cultural religion”.
Mencermati pemikiran Harun Nasution, keliatan bahwa salah satu pokok
pikirannya adalah mengenai hubungn antara akal manusia dan wahyu allah. Harun
Nasution sering menyatakan bahwa salah satu penyebab kemunduran umat islam
indonesia pada umumnya adalah akibat salah paham akan konsep takdir dengan
terlalu menyerah kepada takdir, oleh karena itu hubungan antara akal dan wahyu
masih menjadi perdebatan dari dulu sampai sekarang. Keutamaan akal adalah
karunia yang diberikan allah azza wa jalla kepada bani adam. Akal adalah pembeda
antara manusia dengan hewan. Dengan akal manusia dapat terus berinovasi dan
membangun peradaban, dan dengan akal manusia dapat membedakan mana yang
bermanfaat dan mana yang berbahaya sesuai dengan jangkauan akal mereka.
Islam secara bahasa berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Secara istilah
menurut syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimatullah, pertama ketia islam
disebutkan sendiri adalah berserah diri kepada allah dengan mentauhidkanNya,
tunduk dan patuh kepadaNya dengan ketaan, dan berlepas diri dari perbuatan syirik
dan para pelakunya. Kedua, kata islam disebutkan dengan kata iman, maka islam
adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya terjaga diri dan hartanya,
baik dia yang meyakini islam atau tidak.
Dalam ajaran islam akal memiliki kedudukan yang tinggi dan banyak dipakai,
bukan hanya dalam perkembangan ilmu pengetahuan saja, tapi juga dalam
perkembangan ajaran-ajaran keagamaan sendiri. Pemakaian akal juga dianjurkan
bahkan diperintahkan oleh al-qur’an dan hadist. Dalam pemikiran islam, baik
dibidang filsafat dan ilmu kalam, apalagi dalam bidang ilmu fiqih, akal tidak pernah
membatalkan wahyu. Teks wahyu tetap dianggap mutlak benar. Akal dipakai hanya
untuk memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu.
Akal dalah suatu fikiran dan kemampuan budidaya terhadap suatau hal yang
akan kita lakukan dan akal memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.
Adanya akal membuat manusia bisa melakukan suatu hal. Akal terbagi menjadi dua
bagian yaitu akal baik dan akal buruk. Akal baik adalah suatu hal yang kita lakukan
atau yang kita ciptakan bisa memberi manfaat terhadap orang lain, terlebih akan
memberikan manfaat bagi orang disekitar. Sedangkan akal yang buruk adalah akal
yang dapat menimbulkan masalah bagi diri sendiri bahkan dapat merugikanorang
disekitar kita ataupun orang lain. Tanpa adanya akal manusia tidak akan bisa
melakukan hal apapun. Jadi, akal memiliki peranan yang penting dalam kehidupan
manusia.
Dalam ajaran islam akal memiliki kedudukan yang tinggi dan banyak
dipakai, bukan hanya dalam perkembangan ilmu pengetahuan saja, tapi juga dalam
perkembangan ajaran-ajaran keagamaan sendiri. Pemakaian akal juga dianjurkan
bahkan diperintahkan oleh al-qur’an dan hadist. Dalam pemikiran islam, baik
dibidang filsafat dan ilmu kalam, apalagi dalam bidang ilmu fiqih, akal tidak pernah
membatalkan wahyu. Teks wahyu tetap dianggap mutlak benar. Akal dipakai hanya
untuk memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu.
Dalam pandangan akal, islam adalah suatu agama ynag diturunkan atau
dirahmatkan kepada nabi Muhammad SAW yang berpedoman dalam al-qur’an
dan hadist. Ikatan antara akal dan agama adalah pembahasan yang cukup
mendetail dalam sejarah pemikiran manusia.

3.2 SARAN
Saran-saran yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:
1. Bagi para pembaca yang memetik hikmah dari makalah ini diharapkan
mampu untuk dapat mengembangkan dan melanjutkan makalah ini, alangkah
lebih baiknya dari sumber yang berbeda dan lebih luas lagi.
2. Pembuat makalah mengharapkan agar pembaca memperoleh aspirasi yang
lebih baik lagi dan tertarik untuk membuat makalah tentang agama dan akal
lebih lengkap lagi.
3. Mudah-mudahan pembahasan yang ada dalam makalah ini bisa diambil
manfaatnya dan dapat diamalkan didalam kehidupan sehari-hari, sehingga
menjadi orang kreatif dan inofatif. Dan lebih berkembang lagi dalam ilmu
pengetahuan islam maupun ilmu pengetahuan umum dan teknologi
Dengan berakhirnya makalah yang kami buat, kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena
itu, demi kesempurnaan atau lebih baik lagi drai makalah ini kami
mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca dan bisa memperbaiki makalah ini
berikutnya. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat pengetahuan bagi
para pembaca dan khususnya kami sebagai penulis makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Arfa Faisar Arnanda, M.A, Dr. Syam Syafruddin, M.Ag, Dr. Nasution
Muhammad Syukri Albani. M.A. 2015. Metode Studi Islam. Jakarta: PT.
RAJAGRAFINDO PERSADA.
Prof. Dr. Supiana, M.Ag. 2012. Metodologi Studi Islam. Jakarta.
Deni Irawan, Islam dan Peace Building UIN Sunankalijaga (vol.x, no.2, juli 2014,
158-171).
Fatwa Ali Azhar. 2005. Akal Menurut Pandangan Harun Nasution. Skripsi thesis.
UIN Sunan kalijaga Yogyakarta.
Moh. Syatibi. 2008. Kedudukan Akal Dalam Hukum Islam. /jurnal/al-jamiah/al-
jamiah No.28 Th.1982/. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Efrianto Hutasuhut. 2017. Akal Dan Wahyu Dalam Islam. UIN Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai