Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA”

Disusun Oleh:

LATHIVA AZZAKIA SALSABILA (12360123201)


AULIA SYAFITRI (12360123211)

DOSEN PEMBIMBING :
MUSTHAFA KAMAL,M.PD

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PSIKOLOGI 1B
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt karena iradat dan inayahnya
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya, tanpa ada iradat dan
inayah serta keridhaan dari Allah Swt. Merupakan suatu keniscayaan makalah ini dapat penulis
selesaikan.

Salawat berangkaikan salam bagi junjungan islam sedunia yakni baginda rasulullah saw.
Yang telah membawa pencerahan kepada umat manusia , sebagai suri tauladan ummat
sepanjang zaman dengan membawa alquran sebagai petunjuk dan penerang bagi manusia
sehingga kita bisa menikmati kehidupan yang layak sebagai manusia yang bermartabat dan
berakhlak yang mulia dimuka bumi ini

Pada kesempatan ini penulis mendapat kesempatan membuat sebuah makalah dengan
judul manusia dan kebutuhan doktrin agama sebagai tugas mata kuliah metodologi study islam.
Dalam penulisan makalah ini penulis sangat menyadari banyak kekurangan penulis, dan makalah
yang penulis buat ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu penulis minta kritik dan saran
yang membangun dari teman- teman Pascasarjana agar penulis dapat melakukan perbaikan pada
makalah yang penulis buat.

Akhir kata semoga makalah yang penulis buat ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan
keagamaan bagi ummat islam pada umumnya dan terkhusus dapat menambah luas dan
memperdalam pengetahuan agama penulis dimasa yang akan datang. Billahitaufik walhidayah.

Pekanbaru, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................1
1.3Tujuan Makalah..................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 Definisi Agama...................................................................................................................................2
2.2 Agama Dan Perkembangannya..........................................................................................................3
1. Jalur Perdagangan........................................................................................................................3
2. Jalur Dakwah................................................................................................................................3
3. Jalur Perkawinan..........................................................................................................................4
4. Jalur Kesenian..............................................................................................................................4
2.3 Kebutuhan Manusia Terhadap Agama...............................................................................................4
1. Fitrah Manusia.............................................................................................................................4
2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia..........................................................................................5
3. Tantangan Manusia......................................................................................................................5
2.4 Fungsi Agama Dalam Kehidupan........................................................................................................5
1. Agama Dalam Kehidupan Individu...............................................................................................5
2. Fungsi Agama dalam kehidupan bermasyarakat..........................................................................7
2.5 Rasa Ingin Tahu Manusia (Human Quest For Knowledge)..................................................................8
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................10
3.2 SARAN........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................iii

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah ciptaan allah yang sempurna di banding ciptaan yang lainnya, yang
mampu menciptakan berbagai macam benda serta pengetahuan dan ide ide luar biasa.Tetapi
manusia memiliki kecenderungan untuk terus menemukan jawaban untuk pertanyaan pada
pikirannya.Semua rasa keingintahuan itu menyebabkan perasaan gelisah yang menyebabkan
timbulnya tindakan irrasionalitas. Munculnya pemujaan kepada benda-benda adalah bukti
adanya keingintahuan manusia dikuti rasa takut kepada hal yang tidak diketahuinya.Lalu
kepercayaan manusia pada kebahagiaan dan kesejah teraan kehidup di dunia dan akhirat yang
dihubungkan manusia dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Rasa takut manusia
bila hubungan baik manusia terhadap kekuatan gaib itu hilang, maka hilang juga
kesejahteraan dan kebahagiaan yang diinginkan.
Lalu menurut beberapa ahli rasa ingin tahu dan rasa takut itu menjadi pendorong utama
tumbuh tingginya rasa keagamaan dalam diri manusia.Lantas benarkah hanya rasa takut dan
ingin tahu tersebut yang menjadikan manusia membutuhkan agama dalam kehidupan
mereka.

1.2 Rumusan Masalah

1.Menjelaskan definisi agama


2.Menjelaskan agama dan perkembangannya
3.Kebutuhan manusia terhadap agama
4.Fungsi agama dalam kehidupan
5.Rasa ingin tahu manusia (Human Quest For Knowledge)

1.3Tujuan Makalah
1.Untuk mengetahui bagaimana definisi agama yang benar
2.Untuk mengetahui tentang agama dan perkembangannya
3.Untuk mengetahui tentang kebutuhan manusia terhadap agama
4.Untuk menjelaskan fungsi agama dalam kehidupan sehari hari
5.Untuk menjawab rasa ingin tahu manusia akan agama (Human Quest For Knowledge)

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Agama


Selain kata agama, dikenal pula kata “ad-din” yang berasal dari bahasa Arab dan
kata “religi” yang berasal dari bahasa Eropa. Secara etimologis agama berasal dari
bahasa sanskerta yang terdiri dari kata “a” berarti “tidak” dan “gam” berarti “pergi”. Jadi
bisa kita simpulkan dalam sanskerta agama itu berarti tidak pergi, langgeng, tetap di
tempat serta di wariskan secara turun temurun. Dengan ini agama memiliki arti sebuah
cara manusia untuk dapat berbakti kepada Tuhan, dengan berbaktinya kepada Tuhan
sehingga didapatkan ketaatan, serta patuh dan tunduk akan kebesaran-Nya. Sedangkan
secara terminologi agama diartikan fenomena yang rumit untuk dijelaskan.
Agama Islam merupakan agama yang komprehensif dan berkaitan dengan
berbagai macam ilmu yang mengatur urusan manusia secara terperinci. Islam akan lebih
bermakna dalam kehidupan pemeluknya jika dilihat dari berbagai disiplin ilmu antara lain
ekonomi, ilmu sosial, budaya, politik, pendidikan, psikologi, teknologi, hukum, sejarah,
serta mengandung pesan yang bermuara pada agama islam dari urusan yang
membutuhkan logika hingga yang membutuhkan hati.
Mukti Ali pernah mengatakan,“ Barang kali tidak ada kata yang paling sulit diberi
pengertian dan definisi selain kata agama”. Pernyataan ini didasarkan pada tiga alasan
yaitu:

1. Bahwa pengalaman agama adalah soal batini, subjektif, dan sangat individualis
sifatnya.
2. Tidak ada orang yang begitu semangat dan emosional daripada orang yang
membicarakan agama. Oleh karena itu, setiap pembahasan agama selalu melibatkan
emosi yang melekat sehingga kata agama ini sulit didefinisikan.
3. Konsep agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang membrikan definisi tersebut.
Hingga saat ini, perdebatan mengenai definisi agama masih belum selesai sehingga
W. H. Clark, seorang ahli ilmu jiwa agama, sebagaimana dikutip Zakiah Daradjat,
mengatakan bahwa tidak ada yang lebih sukar daripada mencari kata-kata yang dapat
digunakan untuk membuat definisi agama.

2
2.2 Agama Dan Perkembangannya
Proses masuknya islam di wilayah Nusantara tidak lepas dari kegiatan
perdagangan. Melalui Selat Malaka para pedagang mendatangi pusat-pusat perdagangan
di Nusantara antara lain di Pulau Jawa, misalnya Jepara, Tuban, Gresik dan dari sana
mereka melanjutkan pelayaran ke Banjarmasin, Goa, Ambon, dan Ternate yang dikenal
sebagai ppusat penghasil rempah-rempah.
Melalui hubungan dagang itulah pedagang Persia, Arab, Gujarat yang telah
memeluk agama Islam dapat memperkenalkan agama dan budaya Islam kepda penduduk
Nusantara. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa masuknya agama Islam di Nusantara
berlangsung secara damai melalui hubungan perdagangan.
Ramainya jalan laut melalui Selat Malaka berarti juga melalui perairan Nusantara,
terutama Sumatera, Kalimantan, Riau. Akibatnya, melaui bentangan jalur laut tersebut,
wilayah Nusantara terlibat perdagangan Internasional. Dengan begitu, islam menyebar ke
wilayah Nusantara melalui jalan perdagangan laut dan komunitas muslim mulai
berkembang di kota-kota pelabuhan.
Proses perkembangan wilayah pengaruh Islam Nusantara dilakukan melalui
beberapa jalur, yaitu :

1. Jalur Perdagangan

Para pedagang Muslim dari Arab, Gujarat, dan Persia yang berdatangan ke
Nusantara umumnya tinggal berbulan-bulan di pusat perdagangan. Mula-mula para
pedangan hanya menyebarkan Islam pada masyarakat pelabuhan, tetapi karena
transaksi dagang masyarakat pedalaman dengan masyarakat pesisir berlangsung terus
menerus, maka lama kelamaan dakwah islamiyah dapat disampaikan hingga
masyarakat pedalaman.

2. Jalur Dakwah

Sesuai dengan ajaran agama islam, setiap muslim adalah “dai”. Para muballigh,
guru agama islam mempunyai tugas khusus menyiarkan agama islam. Keberadaan
mereka secara khusus telah mempercepat proses berkembangnya wilayah pengaruh
Islam. Di Jawa, penyiaran agama islam dilakukan oleh para wali yang disebut
Walisongo. Strategi dakwah yang mereka terapkan telah berhasil meluaskan pengaruh
islam ke Banjarmasin, Hitu, Ternate, serta Lombok. Daerah yang agak terlambat
menerima perkembangan islam yaitu Sulawesi kecuali beberapa daerah seperti Buton
dan Selayar.

3
3. Jalur Perkawinan

Semakin berkembangnya perdagangan, maka semakin banyak pula pedagang


yang dating ke Nusantara, bahkan banyak dari mereka yang menetap di berbagai
wilayah Nusantara. Daerah pemukiman mereka disebut Pekojan. Banyak di antara
mereka kemudian menikah dengan anggota masyarakan setempat. Jika wanita yang
dinikahinya berasal dari golongan elite, setidaknya akan berpengaruh dan
mendukung bagi proses dakwah islmiyah terhadap masyarakat.

4. Jalur Kesenian

Saat itu kebudayaan pra islam masih sangat kuat dan menyebabkan para mubaligh
memanfaatkan kesenian sebagai sarana syiar agama. Misalnya di Jawa menggunakan
wayang kulit, gamelan, dan sebagainya.

2.3 Kebutuhan Manusia Terhadap Agama


Agama mengambil bagian pada saat-saat yang paling penting dan pengalaman-
pengalaman hidup. Agama merayakan kelahiran, menandai pergantian jenjang masa
dewasa, mengesahkan perkawinan serta kehidupan berkeluarga, dan melapangkan jalan
dari kehidupan sekarang menuju kehidupan yang akan datang.
Islam datang ketika latar social masyarakat Arab dipenuhi kegelapan. Budaya
mereka jahiliyah, adat kebiasaannya dipenuhi angkara murka. Mereka juga berpoligami
tanpa batas, melakukan ihdad berlebihan bagi istri yang ditinggal mati suaminya, tidak
memberi harta warisan kepada kaum perempuan, dan masih banyak lagi. Inti agama yang
harus diketahui yaitu tetap berbuat baik dan menjaga diri dari yang dilarang Tuhan,
karena ia yakin bahwa ia tetap diawasi Tuhan. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa
agama sangat befungsi dan memiliki kedudukan yang strategis dalam menata kehidupan
manusia.
Sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang melatar belakangi perlunya manusia
terhadp agama, yaitu:

1. Fitrah Manusia

Di dalam al-Qur’an surah ar-Rum ayat 30 bahwa ada potensi fitrah beragama
yang terdapat pada manusia. Dalam hal ini ditegaskan bahwa insan adalah manusia
yang menerima pelajaran dari Tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya. Sebagian
mengatakan bahwa agama adalah produk rasa takut dan sebagai akibatnya terlintaslah
agama dalam kehidupan manusia. Hipotesis lainnya mengatakan bahwa agama adalah
pendambaannya kepada keadilan dan keteraturan, ketika manusia menyaksikan
banyaknya kezaliman dan ketidak adilan dalam masyarakat dan alam.

4
2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia

Menurut Quraish Shihab, bahwa pandangan al-Qur’an, nafs diciptakan Allah


dalam keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia
berbuat kebaikan dan keburukan. Dalam literatur teologi islam kita jumpai pandangan
kaum Mu’tazilah yang rasionalis, karena mendahulukan akal dalam memperkuat
argumentasinya dari pada wahyu. Namun, mereka sepakat bahwa manusia dengan
akalnya memiliki kelemahan. Dengan ini secara tidak langsung kaum Mu’tazilah
memandang bahwa manusai meemerlukan wahyu (agama).

3. Tantangan Manusia

Manusia meemerlukan agama dalam kehidupannya karena manusia menghadapi


berbagai tantangan baik yang datang dari dalam maupun luar. Tantangan dari dalam
berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan, sedangkan tantangan dari luar dapat
berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia secara sengaja berupaya
ingin mengalihkan manusia dari tuhannya. Untuk itu upaya mengatasi dan
membentengi manusia adalah dengan mengajarkan mereka agar taat menjalankan
agama.

2.4 Fungsi Agama Dalam Kehidupan


Fungsi Agama Dalam Kehidupan Agama dapat bertindak sebagai pendidik, dimana
agama mengajarkan mengenai aturan dan bimbingan agama bagi pengikutnya yang mana
mereka wajib mengikuti dan memberikan bimbingan yang seharusnya diikuti dengan efisien.
(Irawan, 2022) Selaku sistem ajaran, agama sebagai panduan untuk manusia guna
menyelesaikan berbagai macam permasalahan hidupnya seperti dalam ilmu agama, sosial,
politik, ekonomi dan budaya. Kemudian terwujud paradigma, tujuan hidup dan tingkah laku
manusia yang menuju kepada jalan Allah yang lurus.

1. Agama Dalam Kehidupan Individu

Agama dalam kehidupan individu memiliki peran yakni sebagai suatu


program. Program yang dimaksudkan disini yaitu norrma-norma yang berlaku inilah yang
nantinya akan menjadi tolak ukur manusia untuk bersikap dan berprilaku, supaya sejalan
dengan kepercayaan agama, nilai agama inilah yang nantinya akan menjadi suatu pebeda
dengan agama yang lainya. (Mulyadi, 2016) Dokrin agama dapat mengembangkan
kepribadian seseorang yang akan menimbulkan berbagai macam masalah nantinya,
masalah yang terjadi mencanggkup ruang lingkup keluarga, lingkungan, sekolah dan
masyarakat sosial. (Rohendi, 2012) Hal ini yang membuat manusia memerlukan
agama dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut:

5
a. Agama sebagai sumber nilai dalam menjaga kesusilaan.
Nilai-nilai kehidupan manusia yang ada terkandung didalam nilai agama. Nilai
tersebut lah yang menjadi acuan dan petunjuk bagi manusia. Berfikir, bersikap, dan
berprilaku adalah salah satu petunjuk agama agar sejalan yang lurus.

b. Agama sebagai sarana untuk mengatasi frustasi


Didalam kehidupan manusia memiliki keinginan fisik dan fisikis, kebutuhan fisik
yaitu makan, pakaian, sekual, kemudian kebutuhan fisikis adalah keamanan,
ketentaraman, persahabatan, penghargaan, dan kasih sayang.

c. Agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan


Setiap manusia di dalam dirinya pasti memiliki rasa ketakutan yang dimiliki, ada dua
jenis ketakutan, yaitu ketakutan tanpa objek dan ketakutan yang memiliki objek,
contohnya adalah bentuk gejala malu takut akan terjadinya kecelakaan, rasa bersalah
yang tinggi, dan bimbang dalam memutuskan sesuatu.

d. Agama sebagai sarana untuk memuaskan rasa keingintahuan


Kecerdasan kognitif dapat tercipta dengan adanya seseorang mempelajari ilmu
agama, tetapi sebaliknya jika seseorang tidak mempelajari agama maka ia tidak
mampu untuk menjelaskan dari mana ia berasal, kemudian apa tujuan mereka hidup,
mengapa manusia ada, dan kemana manusia akan kembali. Dari semua fungsi yang
telah di paparkan diatas bahwa agama didalam kehidupan bermasyarakat berf rasa
frustasi yang ada didalam dirinya, untuk bisa mengatasi perasaan takut akan sesuatu, dan
juga sebagai penyembuh rasa ingin tahu. Dimana dengan adanya agama didalam
kehidupan individu juga memiliki peranan yang sangat penting untuk bisa mengatur
dirinya sendiri.

6
2. Fungsi Agama dalam kehidupan bermasyarakat

Manusia berdasarkan sifatnya selalu menginginkan untuk beragama. Insting


akan adanya keinginan untuk beragama dan memikirkan agama, hal inilah yang
diungkapkan oleh para ahli sejarah. Jika ada manusia yang melanggar ketentuan agama
atau bahkan ingin menghapuskan ajaran agama maka mereka menentang tujuan awal ia
beragama. (Zaini, 2017) Kumpulan dari beberapa individu atau yang lebih kita kenal
dengan masyarakat yang tercipta karena adanya lapisan sosial. Menurut Kepusakaan Ilmi
Sosial terdapat 3 jenis masyarakat antara lain ialah masyarakat majemuk, masyarakat
heterogen, serta masyarakat homogen. Dalam prakteknya fungsi agama dapat kita lihat
yakni sebagai:
a. Berfungsi edukatif
Ajaran agama adalah suatu paham yang harus mereka percayai dan
harus pula dipatuhi. Menyuruh dan melarang adalah fungsi agama dari segi
hukum. Kedua hal ini memberikan tuntunan untuk penganutnya menjadi
pribadi yang baik dan menjadi awam dengan dokrin agama yang mereka
percayai.
b. Berfungsi penyelamat
Setiap manusia pasti ia membutuhkan jaminan akan dirinya untuk selamat.
Keselamatan yang dinginkan baik itu keselamatan di dunia dan juga akhirat.
Untuk menggapai hal itu para pengikutnya diberi ajaran untuk bisa mengimani
kepada tuhanya.
c. Berfungsi sebagai perdamaian
Melewati agama seseorang bisa merasakan akan adanya rasa bersalah
atau berdosa tetapi dengan adanya agama, manusia memiliki ketenangan
batiniah melalui dokrin agama. Dengan melewati berbagai cara penebusan
dosa maka ia maka rasa bersalah akan hilang.
d. Fungsi sebagai sosial kontrol
Para pengikut dokrin agama akan terkait baik selaku batin maupun
kelompok kepada tuntutan ajaran agama yang dianutnya. Ajaran agama adalah
pengawas bagi penganutnya baik secara sosial, individu, maupun kelompok.
e. Berfungsi sebagai rasa pemupuk rasa solidaritas
fungsi untuk kita mengenal nilai untuk memelihara kesusilaan, untuk
manusia bisa mengatasi Para pengikut dokrin yang sama dapat
menciptakan akan adanya perasaan sesuatu baik secara, psikologis, iman
bahkan secara kepercayaa. Dengan adanya rasa kesamaan yang tinggi maka
akan membentuk solidaritas kelompok maupun perorangan.
f. Berfungsi transformatif
Dengan adanya ajaran agama ini mampu membentuk kehidupan
seseorang atau kelompok menjadi sejalan dengan apa yang dianutnya.
Seseorang bahkan mampu untuk memulai pola hidup baru dan bisa
mengubah kepatuhanya terhadap adat dan norma yang berlaku sebelumnya.

g. Fungsi kreatif

7
Didalam agama kita diajarkan untuk bermanfaat bukan untuk dirinya
sendiri, akan tetapi lebih bagus lagi kita bermanfaat untuk hal layak umum.
Didalam agama bukan saja kita diajak kerja secara terus menerus dalam
situasi kehidupan yang sama tetapi kita dianjurkan untuk bisa melakukan
perubahan untuk menemukan hal baru.
h. Berfungsi sublimatif
Didalam agama kita bukan saja diajarkan untuk mengkuduskan segala upaya
manusia yang berasal dari akhirat tetapi juga diajarkan akan apa yang ada
dunia. Didalam norma agama segala bentuk tindakan yang dilakukan selama
tidak bersinggungan dengan norma agama dan di lakukan untuk hanya
mengharap keridhoan Allah SWT (Myadi, 2016). Dari semua fungsi yang diatas
bahwa agama didalam kehidupan bermasyarakat berfungsi untuk menjadikan
manusia yang edukatif, penyelamat, sebagai penengah, sebagai sosial
kontrol, sebagai memupuk solidaritas, transformatif, kreatif dan sublimatif.
Fungsi tersebut sangat penting dan berguna untuk bisa mengatur manusia didalam
kehidupan bermasyarakat yang harmoni dan tentram.
Al-Qurthubi memberikan pendapat bahwa seseorang yang paham
mengenai ilmu agama islam mendefinisikan ada tiga kriteria tingkatan
pengetahuan tentang agama islam yakni pengetahuan tinggi ilmu tauhid,
pengetahuan menengah mengenai dunia sains dan matematika, pengetahuan
rendah pengetahuan konkrit. Bahwa pendidikan agama harus diprioritaskan dalam
pendidikan. (Rahmadania et al., 2021)

2.5 Rasa Ingin Tahu Manusia (Human Quest For Knowledge)


Salah satu ciri khas manusia adalah sifatnya yang ingin tahu tentang segala hal.Rasa ingin
tahu ini tidak terbatas yang ada pada dirinya,juga igin tahu tentang lingkungan sekitar,bahkan
sekarang ini rasa ingin tahu berkembang ke arah dunia luar.Rasa ingin tahu ini tidak di Batasi
oleh peradaba.Semua umat manusia mempunyai rasa ingin tahu walaupun variasinya berbrda
beda.Orang yang tinggal di tempat peradaban yang masih terbelakang.Punya rasa ingin tahu
yang berbeda dibandingkan dengan orang yang tinggal di tempat yang sudah maju.
Rasa ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam sekitarnya dapat bersifat
sederhana dan juga dapat besifat kompleks.Rasa ingin tahu yang bersifat sederhana di dasari
dengan rasa ingin tahu tentang apa (ontologi),sedangkan rasa ingin tahu yang bersifat kompleks
meliputi bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi dan mengapa peristiwa ini
terjadi(epistemologi),serta untuk apa peristiwa tersebut di pelajari(aksiologi).
Ketiga landasan tadi yaitu ontologi,epistemologi dan aksiologi merupakan ciri spesifik dalam
penyusunan pengetahuan.Ketiga landasan ini saling terkait satu sama lain dan tidak dapat
dipisahkan antar satu dengan lainnya.Berbagai usaha orang untuk dapat mencapai atau
memecahkan peristiwa yang terjadi di alam atau dilingkungan sekitarnya,bila usaha tersebut
berhasil di capai,maka diperoleh apa yang kita katakana sebagai ketahuan atau pengetahuan.
Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di
alam mini dipengaruhi oleh para dewa.Karena para dewa harus di hormati dan sekaligus ditakuti
kemudian disembah.adanya perkembangan zaman,maka dalam beberapahal pola piker
tergantung pada Dewa berubah menjadi pola piker berdasarkan rasio.Kejadian alam,seperti

8
gerhana tidak lagi di anggap bulan di makan Kala Rau,tetapi merupakan kejadian alam yang di
sebabkan oleh mata
Akal mengatur data-data yang dikirim oleh indra,mengelolanya dan menyusunnya hingga
menjadi pengetahuan yang benar.Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep rasional atau
ide-ide universal.Konsep tersebut Mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal dan
merupakan abstraksi dari benda-benda konkret.Selain menghasilkan pengetahuan dari bahan-
bahan yang di kirim indra, akal juga mampu menghasilkan pengetahuan dari bahan-bahan yang
di kirim indra,akal juga mampu menghasilkan pengetahuan tanpa melalui indra,yaitu pengetahuan
yang bersifat abstrak.Seperti pengetahuan tentang hukum/aturan yang menanam jeruk selalu
berbuah jeruk.Hukum ini ada dan logis tetapi tidak empiris.
Meski rasionalisme mengkritik empirisme dengan pengalaman indranya,rasionalisme dengan
akalnya pun tidak lepas dari kritik kelemahan yang terdapat pada akal.Akal tidak dapat
mengetahui secara menyeluruh (universal) objek yang di hadapinya.Pengetahuan akal adalah
pengetahuan persial ,sebab akal hanya dapat memahami suatu objek bila dia memikirkannya dan
akal hanya memahami bagian-bagian tertentu dari objek tersebut.
Kelemahan yang dimiliki oleh empirisme dan rasionalisme di sempurnakan hingga
melahirkan teori positivisme yang dipelopori oleh August Comte (1798-1857) dan Immanuel
Kant (1724-1804).Ia telah melahirkan metode ilmiah dan telah menyumbangkan dasarnya kepada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurut paham ini indra sangat penting untuk memperoleh ilmu pengetahuan,tetapi indra
harus di pertajam dengan eksperimen yang menggunakan ukuran pasti.Misalnya Panas diukur
dengan derajat panas,berat diukur dengan timbangan dan jauh dengan meteran.

9
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
agama sangat diperlukan oleh manusia untuk pegangan hidup sehingga ilmu dapat
menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam.Doktrin agama adalah suatu
ajaran yang didasarkan pada suatu agama tertentu dengan nilai dan norma yang ada di
dalam agama tersebut.dari sudut pandang doktrin,islam adalah agama yang di
wahyukan allah,agama satu-satunya yang benar dan diterima di sisi allah sesui
dengan surat ali imran ayat 19.. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu,
dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama
kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.Secara garis besar agama memiliki
peranan yang bisa dilihat dari aspek religi kejiwaan (psikologi),kemasyarakataan dan
moral.Agama berperan sangat penting untuk mengatur senddi-sendi kehidupan
manusia dan mengarahkannya kepada kebaikan bersama.Agama dan beragam adalah
suatu kesatuan namun memiliki makna yang berbeda.Agama meruakan sebuah
ajaran kebaikan yang menuntut manusia kembali pada hakekat kemanusiaannya.

3.2 SARAN
Berdasarkan makalah diatas ,penulis mengharapkan para pembaca dapat memahami
materi tentang Manusia Dan kebutuhan Doktrin Agama.Serta dapat mengimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.Penulis juga meminta para pembaca untuk memberikan kritik
serta saran yang membangun agar penulis dapat menjadi lebih baik dalam makalah
selanjutnya.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua

10
DAFTAR PUSTAKA

Deden Sumpena. Paradikma pengembangan Masyarakat Islam. Jurnal metodelogi studi islam,
UIN sgd Bandung
Muhammaddin, M. (2013). Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. Jurnal Ilmu Agama:
Mengkaji Doktrin, Pemikiran, Dan Fenomena Agama, 14(1), 99-114.
Risaldy, R. E., & Sitorus, S. U. (2023). Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama. Adabiyah
Islamic Journal, 1(1), 36-47.
Wahid, A., Akbar, I. P., Wijanarko, J. A., Aji, W. K. P., & Hikmah, N. (2022). Manusia dan
Kebutuhan Doktrin Agama. Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam dan Pendidikan, 14(2), 77-82.

iii

Anda mungkin juga menyukai