Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AGAMA

BUDAYA AKADEMIK DAN ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA DAN ADIL

DISUSUN
OLEH:
FITRIA ADELIA H.
NIM. BT

AKADEMI KEBIDANAN BATARI TOJA


WATAMPONE
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah swt. Atas rahmat dan hidayahnya, kelompok kami akhirnya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Budaya Akademik dan Etos Kerja, Sikap
Terbuka Dan Adil”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan ilmu kebidanan.

Bone, 14 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. BUDAYA AKADEMIK..........................................................................................3
B. ETOS KERJA..........................................................................................................6
C. SIKAP TERBUKA..................................................................................................9
D. SIKAP ADIL...........................................................................................................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................................15
A. KESIMPULAN........................................................................................................15
B. SARAN....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Budaya Akademik (Academic Culture) dapat dipahami sebagai suatu totalitas
dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh
warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.
Kehidupan dan kegiatan akademik diharapkan selalu berkembang, bergerak
majubersama dinamika perubahan dan pembaharuan sesuai tuntutan zaman.
Perubahan dan pembaharuan dalam kehidupan dan kegiatan akademik menuju kondisi
yang ideal senantiasa menjadi harapan dan dambaan setiap insan yang mengabdikan
dan mengaktualisasikan diri melalui dunia pendidikan tinggi dan penelitian, terutama
mereka yang menggenggam idealisme dan gagasan tentang kemajuan. Etos berasal
dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak,karakter,
serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga
oleh kelompok bahkan masyarakat. Sikap terbuka antara lain adalah jujur, dan ini
merupakan ajaran akhlak yang penting didalam Islam. Selain itu dalam agama islam
kita diharapkan dapat berlaku adil.
Islam adalah agama yang universal, karena itu masalah-masalah yang ada
dalam masyarakat sudah barang tentu diatur di dalam ajaran Islam. Kajian tentang Al
Quran serta kandungan ajarannya tampaknya tidak akan pernah selesai dan akan
berlanjut sepanjang zaman. Keajaibannya akan senantiasa muncul kepermukaan
bagaikan mata air yang tidak pernah kering dan akan selalu menjadi inspirasi
kehidupan ummat Islam. Al Quran akan selalu hadir dalam kehidupan yang sarat
dengan berbagai persoalan hidup yang dialami oleh umat Islam. Di sinilah letak salah
satu keunikan Al Quran itu dan dari sini kita dapat memahami mengapa orang yang
mempercayainya tidak akan pernah meragukan validitas ajarannya dan
menganggapnya sebagai kebenaran mutlak dan final meski dipihak lain orang yang
meragukan dan tidak mempercayainya selalu berupaya untuk meruntuhkan kebenaran
Al Quran baik dengan cara halus atau kasar, dibungkus dengan metode ilmiah
yang mengandung distorsi atau bahkan hanya dengan hujatan, tanpa mengandung
ilmiah yang layak dalam kajian akademis.
Politik senantiasa diperlukan oleh masyarakat di negara manapun. Ia
merupakan upaya untuk memelihara urusan umat di dalam dan di luar negeri. Jika

1
memandang seseorang dalam sosoknya sebagai manusia (sifat manusiawinya),
ataupun sebagai individu yang hidup dalam komunitas tertentu, maka sebenarnya
ia bisa disebut sebagai seorang politikus. Di dalam hidupnya manusia tidak pernah
berhenti dan mengurusi urusannya sendiri, urusan orang lain yang menjadi
tanggung jawabnya, urusan bangsanya, ideologi dan pemikiran-pemikirannya.
Oleh karena itu setiap individu, kelompok, organisasi ataupun negara yang
memperhatikan urusan umat (dalam lingkup negara dan wilayah-wilayah mereka)
bisa disebut sebagai politikus. Dapat dikenali hal ini dari tabiat aktivitasnya,
kehidupan yang mereka hadapi serta tanggung jawabnya. Islam sebagai agama yang
juga dianut oleh mayoritas umat di Indonesia selain sebagai aqidah ruhiyah (yang
mengatur hubungan manusia dengan Rabb-nya), juga merupakan aqidah siyasah
(yang mengatur hubungan antara sesama manusia dan dirinya sendiri).
Oleh karena itu Islam tidak bisa dilepaskan dari aturan yang mengatur urusan
masyarakat dan negara. Islam bukanlah agama yang mengurusi ibadah mahdloh
individu saja. Berpolitik adalah hal yang sangat penting bagi kaum muslimin. Di
dalam negeri, kaum muslimin harus memperhatikan, apakah urusan umat dapat
terpelihara dengan baik oleh negara. Mulai dari penerapan hukum pemerintahan,
ekonomi, kesehatan, pendidikan, keamanan, aturan interaksi antar individu pria dan
wanita serta seluruh kepentingan umat lainnya. Berpolitik juga dpat membererat tali
pesaudaraan antar manusia serta menjalin persatuan dan kesatuan bangsa.
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin sudah representatif untuk
mewujudkan pendidikan multicultural (beragam budaya). Budaya merupakan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas lebih jauh tentang Budaya
Akademik, Etos Kerja, Sikap Terbuka dan Adil dalam pandangan Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud budaya akademik ?
2. Apa yang dimaksud etos kerja ?
3. Apa yang dimaksud sikap terbuka ?
4. Apa yang dimaksud adil ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. BUDAYA AKADEMIK
1. Pengertian Budaya Akademik
Cara hidup masyarakat ilmiah yang majemuk, multikultural yang bernaung
dalam sebuah institusi yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kebenaran ilmiah
danobjektifitas. Budaya akademik (academic culture) dapat dipahami sebagai
suatus totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan
diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan
lembaga penelitian. Kehidupan dan kegiatan akademik diharapkan selalu
berkembang, bergerakmaju bersama dinamika perubahan dan pembaharuan sesuai
tuntutan zaman. Perubahan dan pembaharuan dalam kehidupan dan kegiatan
akademik menuju kondisiyang ideal senantiasa menjadi harapan dan dambaan
setiap insan yang mengabdikandan mengaktualisasikan diri melalui dunia
pendidikan tinggi dan penelitian, terutamamereka yang menggenggam idealisme
dan gagasan tentang kemajuan. Perubahan danpembaharuan ini hanya dapat terjadi
apabila digerakkan dan didukung oleh pihak-pihak yang saling terkait, memiliki
komitmen dan rasa tanggung-jawab yang tinggiterhadap perkembangan dan
kemajuan budaya akademik. Budaya akademik sebenarnya adalah budaya
universal. Artinya, dimiliki olehsetiap orang yang melibatkan dirinya dalam
aktivitas akademik.
Budaya akademik dalam pandangan Islam adalah suatu tradisi atau
kebiasaan yang berkembang dalam dunia Islam menyangkut persoalan keilmuan.
Atau dalam bahasa yang lebih sederhana adalah tradisi ilmiah yang dikembangkan
Islam. Di antara poin-poin pentingnya adalah pertama, tentang penghargaan
Al- quran terhadap orang-orang yang berilmu, di antaranya adalah :
a. Wahyu Al-quran yang turun pada masa awal mendorong manusia untuk
memperoleh ilmu pengetahuan. Dalam ayat-ayat yang pertama kali turun
Al-'Alaq 96: l-5 tergambar dengan jelas betapa kitab suci Al-quran memberi
perhatian yang sangat serius kepada perkembangan ilmu pengetahuan.
Sehingga Allah SW'T menurunkan petunjuk pertama kali adalah terkait
dengan salah satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang dalam

3
redaksi ayat tersebut menggunakan redaksi "iqra" . Makna perintah tersebut
bukanlah hanya sebatas membaca dalam arti membaca teks, tetapi makna iqra'
adalah membaca dengan melibatkan pemikiran dan pemahaman dan itulah
kunci perkembangan ilmu pengetahuan dalam sepanjang sejarah
kemanusiaan. Dalam kontek modern sekarang makna iqra' dekat dengan
makna reading with understanding (membaca disertai dengan pemahaman).
b. Tugas Manusia sebagai khalifah Allah di Bumi akan sukses kalau memiliki
ilmu pengetahuan. Penggalan ayat 3l dari Surat Al-Baqarah yang berbunyi
"Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya",
juga mengandung arti bahwa salah satu keistimewaan manusia adalah
kemampuannya mengekspresikam apa yang terlintas dalam benaknya serta
kemampuannya menangkap bahasa sehingga ini mengantarnya mengetahui. Di
sisi lain kemampuan manusia merumuskan ide dan memberikan nama
bagi segala sesuatu merupakan langkah menuju terciptanya manusia yang
berpengetahuan dan lahirnya ilmu pengetahuan.
c. Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk menambah ilmu. Etos untuk
terus menambah ilmu pengetahuan dapat diterjemahkan bahwa yang disebut
belajar atau menuntut ilmu bukan hanya pada musim tertentu atau dalam
formalitas satuan pendidikan tertentu, melainkan sepanjang hayat masih
dikandung badan maka kewajiban untuk terus menuntut ilmu tetap melekat
dalam diri setiap muslim. Salah satu hikmahnya adalah bahwa kehidupan
terus mengalami perubahan dan perkembangan menuju kemajuan, maka
kalau seorang muslim tidak terus menambah pengetahuannya jelas akan
tertinggal oleh perkembangan zaman yang pada gilirannya tidak dapat
memberikan kontribusi bagi kehidupan. Al-quran jelas membedakan antara
orang yang berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan.
d. Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT. Secara garis besar
manusia dapat dibedakan ke dalam dua kelompok besar; pertama, orang
yang sekedar beriman dan beramal, dan yang kedua adalah orang yang
beriman dan beramal shalih serta memiliki pengetahuan. Posisi atau derajat
kelompok kedua ini lebih tinggi bukan saja karena nilai ilmu yang dimiliki,
tetapi juga amal dan usahanya untuk mengajarkan ilmu yang dimiliki
tersebut, baik melalui lisan, tulisan atau bahkan tindakan. Ilmu yang

4
dimaksud tentu saja bukan hanya ilmu agama tetapi ilmu apapun yang
rnembawa maslahat bagi kehidupan manusia.
Di samping memberikan apresiasi terhadap orang yang berilmu poin
penting lain yang dijelaskan Al-quran adalah bahwa :
a. Iman seorang muslim tidak akan kokoh kalau tidak ditopang dengan ilmu,
demikian juga dengan amal shalih.
b. Tugas kekhalifahan manusia tidak akan dapat sukses kalau tidak dilandasi
dengan ilmu.
c. Karakter seorang muslim yang berbudaya akademik adalah; orang yang
selalu mengingat Allah yang disertai dengan ikhtiar untuk selalu
menggunakan akalnya untuk memikirkan ciptaan Allah SWT. Serta selalu
berusaha menambah ilmu dengan membuka diri terhadap setiap informasi yang
baik dan kemudian memilih yang terbaik untuk dijadikan pegangan dan
diikutinya.
Budaya Akademik adalah, “Budaya yang menjadi ciri khas kehidupan
masyarakat akademik dengan menjalankan proses belajar-mengajar antara dosen
dan mahasiswa seperti menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, serta mengembangkan cara-cara berpikir kritis-analitis, rasional dan
inovatif di lingkungan akademik”.
Budaya menyelenggarakan proses belajar-mengajar antara guru dan murid,
antara pandito dan cantrik, antara kiai dan santri sudah mengakar sejak ratusan
tahun yang lalu, melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti padepokan dan
pesantren. Akan tetapi tradisi-tradisi lain seperti menyelenggarakan penelitian
adalah tradisi baru. Demikian pula, tradisi berpikir kritis-analitis, rasional dan
inovatif adalah kemewahan yang tidak terjangkau tanpa terjadinya perubahan
dan pembaharuan sikap mental dan tingkah laku yang harus terus-menerus
diinternalisasikan dan disosialisasikan dengan menggerus sikap mental
paternalistik dan ewuh-pakewuh yang berlebih-lebihan pada sebagian
masyarakat akademik yang mengidap tradisi lapuk, terutama dalam paradigma
patron-client relationship yang mendarah-daging.

5
B. ETOS KERJA
1. Pengertian Etos Kerja
Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap,
kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja
dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat . Dalam
kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi
ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok. Secara
terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas.
Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:
1. Suatu aturan umum atau cara hidup.
2. Suatu tatanan aturan perilaku.
3. Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku.
Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang
berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka
mencapai cita-cita yang positif. Akhlak atau etos dalam terminologi Prof. Dr.
Ahmad Amin adalah membiasakan kehendak.
Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia
dengan dirinya dan diluar dirinya.
Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti
watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa
kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna
mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita. Etos kerja adalah refleksi dari
sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan
cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai- nilai yang berdimensi
transenden.
Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian
dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan
makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal
yang optimal (high Performance).
Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan lahir
semangat untuk menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya
keyakinan bahwa dengan berusaha secara maksimal hasil yang akan didapat

6
tentunya maksimal pula. Dengan etos kerja tersebut jaminan keberlangsungan
usaha berdagang akan terus berjalan mengikuti waktu.
Enam Etos Kerja Menurut Islam (6 prinsip kerja seorang muslim)
a. Kerja adalah perwujudan rasa syukur atas rahmat dan nikmat Allah. QS.
Saba’(34: 13) “Bekerjalah untuk bersyukur kepada Allah, dan sedikit sekali
dari hamba-hambaku yang bersyukur”.
b. Kerja berorientasi hasil yang baik (hasanah) dunia dan akhirat. QS. Al-baqarah
(2: 202) “Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang
mereka usahakan”.
c. Kerja berdasarkan realibility (kuat fisik dan mental) dan integrity (jujur,
amanah). Perpaduan emosional, intelektual dan spritual. QS.Al-Qashash, (28:
26) “Sesungguhnya oarng yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja
ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.
d. Kerja berdasarkan semangat dan kerja keras pantang menyerah. Pekerja keras
tidak mengenal kata gagal.
e. Kerja cerdas, memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya yang ada secara
tepat (pengetahuan), terampil dan terencana, akurat.
f. Kerja Ikhlas, merupakan amal dan ibadat yang perlu dihayati, bukan sekedar
membayar kewajiban atau tanggung jawab (kesalehan individual dan komunal,
fastabiqul khairat).
Janji Allah Bagi Etos Kerja Yang Baik
a. Allah hamparkan jalan untuk menuju sukses
b. QS.Ath-Tholak, (65: 3) “Allah berikan rezki dari segala arah tanpa disangka-
sangka”.
a. Allah jamin kehidupan yang sehat sejahtera
c. QS. Al-‘Araf, (7 :95-96) “Allah ganti kesusahan dengan kesenangan, Allah
beri berkah dari langit dan dari bumi”.
a. Allah beri balasan untuk dunia dan akhirat
2. Fungsi dan Tujuan Etos Kerja
Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap
perbuatan dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja
adalah:
a. Pendorang timbulnya perbuatan.

7
b. Penggairah dalam aktivitas.
c. Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.
Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus
W.J.S Purwadaminta, kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan.
Kerja memiliki arti luas dan sempit dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk
usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non materi baik
bersifat intelektual maupun fisik, mengenai keduniaan maupun akhirat. Sedangkan
dalam arti sempit, kerja berkonotasi ekonomi yang persetujuan mendapatkan
materi. Jadi pengertian etos adalah karakter seseorang atau kelompok manusia yang
berupa kehendak atau kemauan dalam bekerja yang disertai semangat yang tinggi
untuk mewujudkan cita-cita.
Nilai kerja dalam Islam dapat diketahui dari tujuan hidup manusia yang
kebahagiaan hidup di dunia untuk akhirat, kebahagian hidup di akhirat adalah
kebahagiaan sejati, kekal untuk lebih dari kehidupan dunia, sementara
kehidupan di dunia dinyatakan sebagai permainan, perhiasan lading yang
dapat membuat lalai terhadap kehidupan di akhirat. Manusia sebelum mencapai
akhirat harus melewati dunia sebagai tempat hidup manusia untuk sebagai tempat
untuk mancari kebahagiaan di akhirat. Ahli-ahli Tasawuf mengatakan:
Untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, manusia harus mempunyai bekal di
dunia dan di manapun manusia menginginkan kebahagiaan. Manusia berbeda-
beda dalam mengukur kebahagiaan, ada yang mengukur banyaknya harta,
kedudukan, jabatan, wanita, pengetahuan dan lain-lain. Yang kenyataannya
keadaan-keadaan lahiriah tersebut tidak pernah memuaskan jiwa manusia,
bahkan justru dapat menyengsarakannya. Jadi dianjurkan di dunia tapi tidak
melupakan kehidupan akhirat.
Al Qashash 77
Pandangan Islam mengenai etos kerja, di mulai dari usaha mengangkap
sedalam- dalamnya sabda nabi yang mengatakan bahwa niali setiap bentuk
kerja itu tergantung pada niat-niat yang dipunyai pelakunya, jika tujuannya
tinggi (mencari keridhaan Allah) maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja
yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (seperti misalnya hanya bertujuan
memperoleh simpati sesama manusia belaka) maka setingkat pula nilai kerjanya.

8
C. SIKAP TERBUKA
Keterbukaan atau transparansi berasal dari kata dasar terbuka dan transparan,
yang secara harfiah berarti jernih, tembus cahaya, nyata, jelas, mudah dipahami, tidak
keliru, tidak sangsi atau tidak ada keraguan.  Dengan demikian Keterbukaan atau
transparansi adalah tindakan yang memungkinkan suatu persoalan menjadi jelas
mudah dipahami dan tidak disangsikan lagi kebenarannya.  Kaitannya dengan
penyelenggaraan pemerintahan, keterbukaan atau transparansi berarti kesediaan
pemerintah untuk senantiasa memberikan informasi faktual mengenai berbagai hal
yang berkenaan dengan proses penyelenggaraan pemerintahan.
Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran akhlak yang penting
di dalam Islam. Lawan dari jujur adalah tidak jujur. Bentuk-bentuk tidak jujur antara
lain adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sebagai bangsa, kita amat prihatin,
di satu sisi, kita (bangsa Indonesia) merupakan pemeluk Islam terbesar di dunia, dan
di sisi lain sebagai bangsa amat korup. Dengan demikian terjadi fenomena antiklimak.
Mestinya yang haq itu menghancurkan yang bathil, justru dalam tataran praktis
seolah-olah yang haq bercampur dengan yang bathil. Tampilan praktisnya, salat ya,
korupsi ya. Ini adalah cara beragama yang salah. Cara beragama yang benar harus ada
koherensi antara ajaran, keimanan terhadap ajaran, dan pelaksanaan atas ajaran. Dapat
dicontohkan di sini, firman Allah yang artinya :“ ….Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar…..”
Manusia merespon terhadap ajaran (wahyu) itu dengan iman. Setelah itu ia
mewujudkan keimanannya dengan melakukan salat dan di luar pelaksanaan salat
mencegah diri untuk berbuat keji dan munkar. Termasuk koherensi antara ajaran,
iman, dan pelaksanaan ajaran adalah jika terlanjur berbuat salah segera mengakui
kesalahan dan memohon ampunan kepada siapa ia bersalah (Allah atau sesama
manusia). Jika berbuat salah kepada Allah segera ingat kepada Allah dan bertaubat
kepada-Nya. Artinya :“ dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka….”
Jika berbuat salah kepada manusia segera meminta maaf kepadanya tidak usah
menunggu lebaran tiba. Pengakuan kesalahan baik terhadap Allah maupun kepada
selain-Nya ini merupakan sikap jujur dan terbuka. Menurut Islam sikap jujur dan
terbuka termasuk baik. Nabi bersabda:

9
Artinya: (Sesungguhnya jujur itu menggiring ke arah kebajikan dan kebajikan
itu mengarah ke surga. Sesungguhnya lelaki yang senantiasa jujur, ia ditetapkan
sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya bohong itu menggiring ke arah dusta. Dusta
itu menggiring ke neraka. sesungguhnya lelaki yang senantiasa berbuat bohong itu
akan ditetapkan sebagai pembohong. Muttafaq ‘alaih (an-Nawawi, [t.th.]:42)).
D. SIKAP ADIL
Keadilan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berasal darai kata adil yang
berarti kejujuran, kelurusan dan keikhlasan dan tidak berat sebelah, tidak memihak,
tidak sewenang-wenang.
Menurut Ensiklopedi Indonesia kata Adil berart: Tidak berat sebelah atau tidak
memihak kesalah satu pihak, Memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan
hak yang harus diperolehnya, Mengetahui hak dan kewajiban, mana yang benar dan
yang salah, jujur, tepat menurut aturan yang berlaku. Tidak pilih kasih dan pandang
siapapun, setiap orang diperlakukan sesuai hak dan kewajibannya.
Secara leksikal adil dapat diaritikan tidak berat sebelah, tidak memihak,
berpegang kepada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang (Kamus Besar,
l990 :6-7) Dari masing-masing arti dapat dicontohkan sebagai berikut:
a. Cinta kasih seorang ibu terhadap putra-putrinya tidak berat sebelah.
b. Dalam memutuskan perkara, seorang hakim tidak memihak kepada salah satu yang
bersengketa.
c. Di dalam menjalankan tugasnya sebagai hakim, Hamid selalu berpegang kepada
kebenaran.
d. Sudah sepatutnya jika akhlaqul-karimah guru diteladani oleh murid.
e. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak berbuat sewenang-wenang
terhadap yang dipimpin.
Dari masing-masing contoh ini dapat disimpulkan bahwa sikap adil amat
positif secara moral. Karena sifat yang positif, tentu sikap adil didambakan oleh
banyak orang. Dalam contoh-contoh di atas, sikap adil bersikap positif atau
menguntungkan orang lain. Adil juga dapat dartikan tingkah laku dan kekuatan jiwa
yang mendorong seseorang untuk mengendalikan amarah dan syahwat dan
menyalurkannya ke tujuan yang baik (al-Hufiy, 2000: 24). Dalam definisi ini dapat
dipahami bahwa adil adalah kondisi batiniah seseorang yang berbentuk energi. Energi
ini mendesak keluar untuk mengendalikan amarah dan kemauan-kemauan hawa nafsu

10
sehingga perbuatan yang keluar menjadi baik. Yang mestinya orang itu menuruti hawa
nafsu, karena kendali sikaprbuatannya menjadi terarah, tidak merugikan diri sendiri
dan orang lain.
Adil dapat diartikan menempatkan berbagai kekuatan batiniah secara tertib dan
seimbang. Kekuatan yang dimaksud adalah al-hikmah, asy-syaja’ah, dan al-‘iffa.al-
Hikmah berarti kecerdasan. Orang cerdas dapat membedakan antara yang benar dan
salah, baik dan buruk, haq dan batal secara tepat, tetapi belum tentu ia selalu memilih
yang benar, yang baik, dan yang haq. Asy-syaja’ah berarti berani tanpa rasa takut.
Al-‘iffah berarti suci. Ketiga sifat utama ini jika tidak seimbang menjadi tidak baik.
Orang amat cerdas atau genius tetapi kecerdasannya dapat dijadikan alat untuk
mengelabuhi orang lain karena tidak ada ‘iffah di dalam dirinya. Orang selalu berani
menangani setiap masalah yang dihadapi, tentu akan menampakkan profil preman
karena tidak ada al-hikmah dan ‘iffah di dalam dirinya. Orang cerdas dan berani lalu
digunakan untuk mengeruk kekayaan negara secara tidak syah adalah tidak baik karena
tidak ‘iffah di dalam dirinya. Orang selalu hanya memilih kesucian dalam semua
suasana secara terang-terangan tentu dapat membahayakan diri sendiri.
Jika antara al-hikmah, asy-syaja’ah, dan al-‘iffah berpadu secara seimbang
dalam diri seseorang, maka orang itu akan bersikap adil. Orang berani melakukan
sesuatu setelah ditimbang-timbang bahwa sesuatu itu baik menurut akal dan menurut
pertimbangan syariat juga baik . inilah gambaran perbuatan adil. Berarti, ia berani
berbuat karena benar. Orang tidak berani berbuat juga karena benar, adalah bersikap
adil, bukan karena takut. Dengan dimikian adil adalah puncak dari ketiga sifat utama
tersebut.
Islam memandang sikap adil amat fundamental dalam struktur ajaran. Kata adil
dan berbagai turunannya seperti : ya’dilun, i’dilu, ‘adlun, dan ta’dili diulang sebanyak
28 kali di dalam Alquran. Karena itu Allah memerintah kepada kita supaya berlaku adil
dalam semua hal. Allah berfirman yang artinya :“...Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa...”
Kata adil sinonim dengan al-qish. Kata ini dan berbagai derivasinya, umpama:
iqshitu, al-muqshitun, dan al-qashitun terulaqng sebanyak 25 kali dalam Alquran (‘Abd
al-Baqiy, [t.th.] :P690). Kadang-kadang kata adil dan kata al-qisht disebut secara
besama-sama dan satu sama lain berarti sama. Contohnya adalah firman Allah yang
artinya :“ dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang

11
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian
terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai
surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya
menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang Berlaku adil “.
Karena baik secara rasional maupun syariah bahwa sikap adil itu adalah baik
dan positif, tetapi di sisi lain kita merupakan pemeluk agama Islam terbesar dunia dan
di saat yang sama dikenal sebagai bangsa dengan aneka predikat yang tidak baik
seperti KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), maka untuk merubah citra buruk itu
salah satu cara strategis adalah membudayakan sikap adil dalam semua lapangan
kehidupan. Untuk mewujudkan sikap adil harus dilatih terus menerus secara
berkesinambungan, yang bererti pembiasaan berlaku adil. “Mulai sekarang, mulai yang
sederhana, dan mulai dari diri sendiri”, inilah komitmen untuk mulaiu pembiasaan
berlaku adil. Jika langkah awal ini dapat dilalui dengan baik, tentu mudah menjalar
kepada orang lain, apalagi kalau yang memulai komitmen itu adalah orang yang
memiliki pengaruh di masyarakat di mana ia berada karena salah satu naluri manusia
adalah meniru idola. Jika idola tidak bersikap adil, tentu para fansnya akan meniru
tidak adil pula. Dalam Islam orang yang paling pantas untuk di dudukkan sebagai idola
untuk ditiru dan diteladani adalah Rasulullah SAW. Allah berfirman Yang Artinya :“
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah”.
Selain itu ‘Aisyah, istri Rasulullah, menyebutkan bahwa akhlak beliau adalah
Al-Quran “kana khuluqulm Al-Quran” (H.R Muslim dari ‘Aisyah). Kiranya terlalu
pantas jika idola pertama seluruh umat Islam adalah Rasulullah. Hingga sekarang
Rasulullah adalah orang yang paling berpengaruh di dunia (rangking pertama) dari
seratus orang yang paling berpengaruh di dunia. Cukup banyak contoh-contoh sikap
adil yang ditampakkan oleh Rasulullah, antara lain: An-Nu’man bin Basyir
mengatakan, “Ayahku memberi sesuatu pemberian kepadaku. Lalu ibuku Amrah bin
Rawahah berkata, “Aku tidak rela sebelum engkau persaksikan hadiah itu di hadapan
Rasulullah SAW”.
Ayahku lalu menghadap Rasulullah SAW dan berkata, “Ya Rasulullah,
sesungguhnya aku telah membarikan suatu pemberian kepada anakku dari Amrah bin

12
Rawahah. Kemudian aku diperintahkannya supaya bersaksi kepada Tuan!” Rasulullah
SAW lalu berkata, “Apakah engkau juga telah memberi kepada semua anakmu
pemberian seperti ini?” An-Nu’man menjawab, “Tidak”. Beliau lalu bersabda,
“bertaqwalah kepada Allah dan berlaku adillah terhadap anak-anakmu!”
Kemudian ayahku pulang dan menarik kembali pemberiannya. Dan Ada orang
perempuan Makhdzumiyyah mencuri. Kejadian itu sangat orang-orang Quraisy.
Mereka berkata, “Siapakah yang akan membicarakan hal ini kepada Rasulullah SAW?”
Tidak ada seorangpun yang berani kecuali (kekasih wanita itu) Usman bin Zaid r.a.
Lalu ia membicarakan hal tersebut dengan Rasulullah SAW. Beliau berkata, “Apakah
kamu akan bertindak sebagai pembela dalam pelanggarana hukum Allah?” Kemudian
Rasulullah SAW berdiri serta berkhotbah. Di antara isi khotbahnya beliau bersabda,
“Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kamu adalah apabila ada
seorang dari golongan bangsawan mencuri, mereka biarkan saja, tetapi bila yang
mencuri itu dari golongan bawah (lemah), dia dijatuhi hukuman. Demi Allah andaikata
Fatimah putri Muhammad mencuri, pasti akan kupotong tangannya.”
Al-Qur''an menggunakan pengertian yang berbeda-beda bagi kata atau istilah
yang bersangkut-paut dengan keadilan. Bahkan kata yang digunakan untuk
menampilkan sisi atau wawasan keadilan juga tidak selalu berasal dari akar kata ''adl.
Kata-kata sinonim seperti qisth, hukm dan sebagainya digunakan oleh al-Qur''an dalam
pengertian keadilan. Sedangkan kata ''adil dalam berbagai bentuk konjugatifnya bisa
saja kehilangan kaitannya  yang langsung dengan sisi keadilan itu (ta''dilu, dalam arti
mempersekutukan Tuhan dan ''adl dalam arti tebusan). Kesimpulan di atas juga
diperkuat dengan pengertian dan dorongan al-Qur''an agar manusia memenuhi janji,
tugas dan amanat yang dipikulnya, melindungi yang menderita, lemah dan kekurangan,
merasakan solidaritas secara konkrit dengan sesama  warga masyarakat, jujur dalam
bersikap, dan seterusnya.
Menurut Abdul Halim Hifni, Syariat Islam menuntut kita untuk berbuat adil
dalam segala hal dan adil dengan semua orang dengan memberikan hak masing-masing
sesuai dengan haknya. Diri kita memiliki hak yang harus diberikan kepadanya.
Kerabat, tetangga memiliki hak atas diri kita demikian pula masyarakat. Memberi hak
kepada orang yang harus menerimanya adalah wajib dan tidak memberikannya adalah
satu kezaliman. Sesuai dengan firman Allah : “Dan Janganlah kebencianmu terhadap
suatu kaum mendorongmu untuk berbuat tidak adil. Bersikap adillah karena adil itu

13
lebih dekat kepada taqwa”. Adil terhadap Siapapun itu orangnya, berarti anda harus
memberikan kesempatan kepadanya untuk menyampaikan pendapatnya secara bebas
dan terbuka.

14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Budaya Akademik adalah, “Budaya yang menjadi ciri khas kehidupan
masyarakat akademik dengan menjalankan proses belajar-mengajar antara dosen dan
mahasiswa seperti menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
serta mengembangkan cara-cara berpikir kritis-analitis, rasional dan inovatif di
lingkungan akademik”.
Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap,
kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja
dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat . Dalam
kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi
ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok.
Kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia
yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi
guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita. Etos kerja adalah refleksi
dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan
cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai- nilai yang berdimensi
transenden.
Keterbukaan atau transparansi berasal dari kata dasar terbuka dan transparan,
yang secara harfiah berarti jernih, tembus cahaya, nyata, jelas, mudah dipahami, tidak
keliru, tidak sangsi atau tidak ada keraguan.  Dengan demikian Keterbukaan atau
transparansi adalah tindakan yang memungkinkan suatu persoalan menjadi jelas
mudah dipahami dan tidak disangsikan lagi kebenarannya.  Kaitannya dengan
penyelenggaraan pemerintahan, keterbukaan atau transparansi berarti kesediaan
pemerintah untuk senantiasa memberikan informasi faktual mengenai berbagai hal
yang berkenaan dengan proses penyelenggaraan pemerintahan.
Keadilan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berasal darai kata adil yang
berarti kejujuran, kelurusan dan keikhlasan dan tidak berat sebelah, tidak memihak,
tidak sewenang-wenang. Menurut Ensiklopedi Indonesia kata Adil berart: Tidak berat
sebelah atau tidak memihak kesalah satu pihak, Memberikan sesuatu kepada setiap
orang sesuai dengan hak yang harus diperolehnya, Mengetahui hak dan kewajiban,
mana yang benar dan yang salah, jujur, tepat menurut aturan yang berlaku. Tidak pilih

15
kasih dan pandang siapapun, setiap orang diperlakukan sesuai hak dan kewajibannya.
Secara leksikal adil dapat diaritikan tidak berat sebelah, tidak memihak, berpegang
kepada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang.
B. SARAN
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, begitu juga dengan
penulis. Bila dalam pembuatan Makalah ini ada kekurangan, penulis mengharapkan
kritikan dan saran dari pembaca guna penyempurnaan Makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://pdfcoffee.com/etos-kerja-sikap-terbuka-dan-keadilan-menurut-pandangan-islam-
pdf-free.html

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi7rKr
70N76AhWS43MBHRcEArEQFnoECCsQAQ&url=https%3A%2F
%2Fjukurenshita.files.wordpress.com%2F2010%2F10%2Fbudaya-akademik-etos-
kerja.pdf&usg=AOvVaw1tqotItXYa7w9qWgHxPaxy

https://www.coursehero.com/file/57664047/makalah-agamadocx/

http://fisikaituunique.blogspot.com/2014/10/contoh-makalah-budaya-akademik-etos.html

17

Anda mungkin juga menyukai