BAHAN PELAJARAN
TAKTIK PERTAHANAN DI DAERAH PEMUKIMAN
TAKTIK BERTEMPUR
TA. 2010
TAKTIK PERTAHANAN
I. Pendahuluan
Taktik merupakan suatu ilmu dan seni menggunakan pasukan dan persenjataan
serta perlengkapannya dihadapkan pada aspek cuaca, medan dan musuh guna
menyusun dan merancang suatu perintah agar memperoleh suatu kekuatan tempur
potensial yang berguna bagi pencapaian tugas pertempuran.Dalam lingkupnya taktik
dibagi sesuai karakteristik manusia sebagai unsur utama sekaligus faktor yang dominan
sehingga agresifitas diimplementasikan pada taktik ofensif dan defensifitas atau
kemampuan bertahan diwujudkan dalam bentuk taktik pertahanan.
Taktik pertahanan yang menjadi bahasan buku pedoman ini dibatasi pada lingkup
operasi di daerah urban atau pemukiman dalam rangka mengatasi insurjensi/lawan
insurjen sehingga dengan karakteristik daerah yang kompleks, unik dan multi dimensi
maka menitik beratkan pada pertahanan pangkalan, obyek vital, perimeter dan
pemukiman.
Medan Kritik. Medan kritik dalam suatu bangunan terdiri dan puncak
bangunan, pintu masuk, gang-gang dan tangga. Pasukan dalam menguasai
bangunan, perlu mengontrol bagian ini. Si penyerang misalnya dapat
mengisolasi pihak yang bertahan sehingga tidak dapat melarikan diri atau
3
tetap bertahan karena puncak bangunan, pintu masuk, gang tangga telah
dikuasai penyerang. Demikian pula pihak yang bertahan, dengan menguasai
bagian tersebut dapat mengamankan untuk menghindari diri dan si
penyerang, atau si penyerang sulit untuk merebut bangunan tersebut
sehingga terpaksa melewati saja. Medan kritik lainnya adalah ruangan yang
cukup besar untuk dapat menempatkan senjata tanpa tolak balik, seperti
halnya bahkan dan emperan yang mempunyai daerah yang cukup berlainan
terhadap semburan senjata tanpa tolak balik sebagai tempat kedudukan
senjata tersebut bila dibutuhkan.
Bangunan di daerah
pertokoan pada umumnya
telah menjadi lindung tinjau
dan lindung tembak.
5
Rintangan.
Jalan-jalan pendekat.
Dimensi Pertama. Adalah medan dan segala benda yang ada pada
permukaan bumi seperti bangunan gedung, jalan-jalan, taman, halaman dan
lain-lain.
Insurjensi bisa tumbuh menjadi semakin besar dan lebih lengkap kekuatannya
yang selanjutnya dapat beroperasi semakin jauh dari daerah pangkalan mereka,
menggunakan desa-desa yang baru mereka kuasai sebagai pangkalan sementara.
Bila pada awalnya pasukan insurjen dapat bekerja di ladangnya pada siang hari dan
beroperasi pada malam hari maka lama kelamaan kegiatan bertempur semakin
menjadi pekerjaan tetap yang menyita waktunya. Insurjen yang tadinya lokal,
berkembang menjadi regional, ada pasukan inti mereka yang direkrut dari kalangan
insurjen yang lebih trampil dari berbagai desa. Langkah ini memungkinkan
organisasi politik insurjen memadukan beberapa desa ke dalam dareah pangkal
baru yang lebih luas.
berlarut. Pada saat yang bersamaan kaum insurjen mulai dengan sungguh-
sungguh memobilisasikan penduduk untuk mendukung gerakannya.
Para penganjur propaganda mereka pada tahapan ini biasanya sudah berhasil
menemukan berbagai keresahan maupun yang mereka anggap sebagai aspirasi
penduduk seperti persediaan makanan tidak mencukupi, pemerasan dan korupsi
oleh petugas pemerintah, berbagai larangan yang mereka anggap tidak masuk di
akal, dan lain-lain.
Peperangan Mobil. Bila kekuatan kaum insurjen sudah cukup kuat, segera
menyiapkan diri untuk memasuki tahap akhir dari perjuangan mereka yakni untuk
menghancurkan pasukan pemerintah dan merebut kekuasaan dengan
menyelenggarakan peperangan mobil. Penyelenggaraan peperangan mobil jelas
membutuhkan persyaratan adanya pasukan reguler yang tersusun dengan
perlengkapan konvensional. Pada tahap ini beberapa satuan insurjen regional telah
berkembang mencapai kekuatan setingkat Batalyon dan sangat berpengalaman.
Kaum Insurjen berangsur-angsur menarik pasukan ini ke daerah yang aman dan
10
terlindung, atau jika mungkin ke wilayah negara yang bersimpati. Di sini satuan
Insurjen itu disusun sebagai pasukan reguler dan biala mungkin distandarisasikan
perlengkapannya, ditingkatakan latihannya dan dibenahi organisasinya agar
mencapai persyaratan konvensional, acap kali sampai dengan kekuatan Resimen
Brigade bahkan Divisi.
Biasanya langkah ini membutuhkan bantuan dari luar secara luar baik dalam
bentuk penasehat militer maupun material. Pasukan reguler ini diberi pengalaman
sekali-sekali dengan operasi yang dipilih dengan cermat, yang bertujuan
memberikan latihan dalam operasi ukuran lebih besar secara konvensional.
Namun biasanya komando tinggi mereka akan selalu hati – hati melepaskan
satuan tersebut ke dalam pertempuran bila mereka tidak yakin akan menang.
Sebagian besar operasi kecil-kecilan yang merongrong dan sangat meletihkan
pasukan pemerintah diserahkan kepada pasukan insurjen yang biasa. Bilamana
dinilai sudah siap, pimpinan insurjensi akan melepaskan satuan yang telah tersusun
itu berangsur-angsur dan bilamana ada kesempatan yang menentukan mereka akan
dilibatkan dengan tujuan utama ialan melikuidasi kekuatan pemerintah. Mengingat
peperangan konvensional merupakan unsur yang menentukan dalam mencapai
kemenangan akhir, para insurjen makin lama akan semakin memusatkan upaya
mereka kepada peperangan mobil tersebut. Pada tahapan ini babak insurjensi
berakhir dan mereka telah siap membuka suatu babak baru yaitu pemberontakan
atau perang saudara secara luas dan semesta.
Jenis-jenis ancaman :
Ancaman kekerasan :
Penghadangan
Pembunuhan
Penculikan
Bom bunuh diri
Ranjau
Sabotase
Serangan terhadap instalasi dan fasilitas pemerintah
Pembajakan
11
Demonstrasi
Penyangkalan dan penipuan
Penghinaan
Fitnah
Infiltrasi
I.3. Pertimbangan taktis pertahanan.
Faktor Taktis yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan pertahanan
adalah sebagai berikut :
1.3.1 Inisiatif. Inisiatif sangat dituntut dalam suatu pertahanan agar
tugas pokok dapat dicapai secara optimal, apalagi bila karena keterbatasan
kemampuan yang di miliki, terpaksa tidak dapat melaksanakan operasi serangan,
sehingga operasi pertahanan haruslah menjadi operasi yang mampu dihandalkan.
Sikap Inisiatif tersebut antara lain sebagai berikut :
Pemilihan daerah pertempuran untuk pertahanan.
Upaya memaksa musuh untuk mengikuti rencana pertahanan.
Mengeksploitasi kelemahan dan kesalahan musuh .
1.3.2. Offensif. Sikap ofensif dipandang perlu untuk digunakan setiap saat
dalam rangka membinasakan musuh, juga sebagai langkah mengeliminir terhadap
kejenuhan satuan terhadap pelaksanaan pertahanan yang lama, sehingga moril dan
kesiapsiagaan pasukan dapat tetap dipelihara.
12
1.3.7 Waktu yang tersedia. Alokasi waktu yang diberikan oleh komando
atasan, akan berpengaruh terhadap pemilihan bentuk pertahanan maupun
pembuatan perencanaan serta persiapan pertahanan. Semakin banyak waktu yang
disiapkan untuk pelaksanaan pertahanan dari komando atasan, semakin banyak
pula waktu bagi para komandan bawahan untuk penyusunan rencana pertahanan
dengan baik.
Menerima Tugas. Setelah menerima tugas pokok dari komando atas, Komandan
dengan dibantu oleh perwira stafnya mengumpulkan keterangan yang diperlukan
untuk memulai penyusunan rencana operasi. Untuk itu, Wakil Komandan menyusun
rencana penggunaan waktu agar kegiatan yang akan dilakukan staf dapat lebih
terstruktur. Selanjutnya Komandan mengeluarkan Perintah peringatan kepada para
Komandan bawahan agar mereka melakukan persiapan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pokok.
Analisa Tugas Pokok. Analisa tugas pokok pada hakekatnya adalah pendefinisian
masalah taktis dan awal dari proses pemecahan masalah. Analisa tugas yang
diterima dari komando atas menjadi titik awal untuk menyiapkan kegiatan intelijen.
Pada langkah ini Komandan menganalisa tugas-tugas khusus dan tugas-tugas
terkandung sebagai penjabaran dari tugas yang diterima dari komando atas. Dalam
menganalisa tugas pokok, Komandan juga menilai kesiapan pasukan sendiri,
mengidentifikasi fakta-fakta yang penting, praanggapan serta menghitung
kemungkinan resiko. Hasil analisa tugas pokok harus mencakup unsur utama
keterangan, rencana pengintaian, tugas pokok yang dinyatakan kembali dan pokok-
pokok keinginan komandan.
Pengembangan CB. Perwira staf mulai menyusun cara bertindak untuk dianalisa
dan dibandingkan. Langkah ini dimulai dengan menganalisa kemampuan sendiri dan
membuat beberapa alternatif manuver. Untuk itu staf menyusun pasukan untuk
melaksanakan tugas-tugas taktis yang penting serta merumuskan skema manuver.
Hasil akhir dari langkah ini adalah rumusan cara bertindak dan sketsa tentang
konsep operasi untuk melaksanakan tugas pokok.
Analisis CB. Perwira staf melakukan analisa setiap cara bertindak yang telah
dirumuskan. Standar yang digunakan untuk melakukan analisa adalah petunjuk
komando atas dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam doktrin sesuai jenis operasi
yang akan dilakukan. Untuk memudahkan analisa, staf melakukan olah yudha untuk
setiap cara bertindak yang ditentukan. Dengan menggunakan metode ini, staf dapat
memperkirakan hasil akhir operasi.
16
II.2. PERSIAPAN
Pemeriksaan Awal. Setelah mengeluarkan perintah, Komandan memeriksa
kesiapan satuannya. Obyek pemeriksaan meliputi kesiapan pasukan maupun
kesiapan perlengkapan.
Pemeriksaan pasukan mencakup kesiapan fisik, moril dan keterampilan teknis.
Pemeriksaan peralatan dilakukan untuk meyakinkan bahwa setiap peralatan benar-
benar berfungsi optimal.
17
III. Pelaksanaan
Memberlakukan wajib lapor bagi penduduk yang akan keluar masuk daerah
Pelatih