Anda di halaman 1dari 22

PUSAT KESENJATAAN INFANTERI

KOMANDO SATUAN PENATARAN

BAHAN PELAJARAN
TAKTIK PERTAHANAN DI DAERAH PEMUKIMAN
TAKTIK BERTEMPUR
TA. 2010

Bandung, Februari 2010


PUSAT KESENJATAAN INFANTERI
KOMANDO SATUAN PENATARAN

TAKTIK PERTAHANAN

I. Pendahuluan

Taktik merupakan suatu ilmu dan seni menggunakan pasukan dan persenjataan
serta perlengkapannya dihadapkan pada aspek cuaca, medan dan musuh guna
menyusun dan merancang suatu perintah agar memperoleh suatu kekuatan tempur
potensial yang berguna bagi pencapaian tugas pertempuran.Dalam lingkupnya taktik
dibagi sesuai karakteristik manusia sebagai unsur utama sekaligus faktor yang dominan
sehingga agresifitas diimplementasikan pada taktik ofensif dan defensifitas atau
kemampuan bertahan diwujudkan dalam bentuk taktik pertahanan.

Satuan menyelenggarakan Operasi yang direncanakan dengan menggunakan


segala sarana dan metoda untuk mencegah, menahan, memukul dan menghancurkan
serangan musuh. Bertujuan untuk mengembangkan kondisi yang lebih menguntungkan
untuk tindakan ofensif sehingga terhindar dari kehancuran/kerugian yang tidak
diinginkan,dengan demikian dari konsep penyelenggaraan operasi maka perlu ditindak
lanjuti menjadi suatu taktik pertahanan yang langsung dapat dijabarkan kedalam
prosedur, teknik dan taktik satuan-satuan bawah.

Taktik pertahanan yang menjadi bahasan buku pedoman ini dibatasi pada lingkup
operasi di daerah urban atau pemukiman dalam rangka mengatasi insurjensi/lawan
insurjen sehingga dengan karakteristik daerah yang kompleks, unik dan multi dimensi
maka menitik beratkan pada pertahanan pangkalan, obyek vital, perimeter dan
pemukiman.

I.1. Karakteristik Daerah pemukiman/Urban


Pada umurnnya perkotaan mempunyai bentuk seperti di bawah ini :
 Daerah tempat pernukinian yang terpencar pada daerah tertentu.
 Kawasan industri.
 Daerah gedung pencakar langit.
 Pusat kota.
 Jalur daerah perdagangan atau pusat pertokoan.
2

Daerah perkotaan berbeda


berdasarkan lokasi, luas dan
sejarahnya, kota kecil misalnya
akan mempunyai gedung-gedung
yang lebih rendah dan pada yang
di kota besar. Kota kecil belum Pada umumnya kota-kota sudah
rnemiliki gedung-gedung pencakar mengalami pengembangan pada
langit, dan jika dilakukan masa dimana setiap daerah
peninjauan dan udara akan tenlihat memiliki karaktenistik yang
model daerah ini. berbeda seperti halnya daerah
industri dan daerah pemukiman
misalnya mempunyai gedung atau
bangunan-bangunan yang terpisah,
letaknya tak teratur sepanjang jalan
dan banyak terdapat daerah yang
terbuka.
Jalur-jalur daerah pertokoan merupakan deretan toko-toko yang dibangun di
sepanjang sisi jalan utama. Pada umumnya jalan-jalan tersebut mempunyai
lebar sekitar 25 meter atau lebih, tinggi. Gedung rata-rata 2 atau 3 tingkat,
biasanya pada bangunan-bangunan
lama menjadi satu dengan tempat
tinggal dan satu tingkat lebih tinggi
dan pada rumah-rumah tinggal di
sekitarnya.
Sedangkan pada bangunan-bangunan baru pada umumnya merupakan
komplek pertokoan tersendiri, terpisah dan tempat tinggal.

Lima Aspek Medan

 Medan Kritik. Medan kritik dalam suatu bangunan terdiri dan puncak
bangunan, pintu masuk, gang-gang dan tangga. Pasukan dalam menguasai
bangunan, perlu mengontrol bagian ini. Si penyerang misalnya dapat
mengisolasi pihak yang bertahan sehingga tidak dapat melarikan diri atau
3

tetap bertahan karena puncak bangunan, pintu masuk, gang tangga telah
dikuasai penyerang. Demikian pula pihak yang bertahan, dengan menguasai
bagian tersebut dapat mengamankan untuk menghindari diri dan si
penyerang, atau si penyerang sulit untuk merebut bangunan tersebut
sehingga terpaksa melewati saja. Medan kritik lainnya adalah ruangan yang
cukup besar untuk dapat menempatkan senjata tanpa tolak balik, seperti
halnya bahkan dan emperan yang mempunyai daerah yang cukup berlainan
terhadap semburan senjata tanpa tolak balik sebagai tempat kedudukan
senjata tersebut bila dibutuhkan.

 Lapang Tinjau dan Lapang Tembak. Di dalam kota, jarak peninjauan


dan lapangan tembak sangat terbatas, sama seperti adanya kabut dan asap
dalam pertempuran. Jarak tembak hanya efektif sampai 100 meter dan
mungkin kurang, tergantung pada jarak bangunan/antara bangunan.
Akibatnya pertempuran perkotaan sering terjadi dengan pertempuran jarak
dekat. Satuan-satuan Infanteri perlu dilengkapi dengan senjata lawan tank
ringan, senjata otomatis dan granat tangan. Sangat kecil kemungkinan
penggunaan Rudal lawan tank, karena pandangan dan lintasan Rudal sangat
terganggu.

 Bangunan yang ada disudut atau persiripangan jalan, biasanya


memiliki lapang tinjau. dan tembak yang baik dart pada gedung yang berada
ditengah, kecuali jika antara gedung yang satu dan yang lainnya mempunyai
jarak yang agak berjauhan.

 Bangunan yang tinggi dengat jendela yang banyak memiliki lapang


tinjau dan tembak yang baik terutama bila memiliki ruangan-ruangan yang
luas.
4

 Pada jalan-jalan yang sempit hanya memiliki ja].ur peninjauan


maupun penembakan sepanjang jalan tersebut, sedangkan lapang
tinjau dan tembak ke kiri dan kanan jalan sangat sulit, terutania pada
kompleks bangunan bertingkat.

 Pada jalan-jalan yang lebar memiliki lapang tinjau dan tembak


yang luas balk sepanjang jalur jalan maupun terhadap bangunan yang
berada di sepanjang/seberang jalan.

 Lindung Tinjau dan Lindung Tembak.

 Bangunan di daerah
pertokoan pada umumnya
telah menjadi lindung tinjau
dan lindung tembak.
5

 Bangunan dengan dinding yang tebal serta mempunyai jendela


yang sedikit dan sempit, dapat dijadikan tempat perlindungan terhadap
peninjauan maupun penembakan, sedangkan atap kurang menberikan
perlindungan taitbakan kecuali pada atap lantai cor beton yang kuat.

 Lantai dengan banyak kamar yang kecil-kecil memberikan


perlindungan yang lebih balk dan pada lantai dengan kamar-kamar
yang lebar.

 Rintangan.

 Pintu dan pintu darurat yang terdapat pada gedung-gedung


koinersial yang dikunci dan dipalang merupakan rintangan.

 Perabot dan alat lainnya juga dapat menjadi rintangan dalam


bangunan.

 Kawat duri, ranjau-ranjau dan sebagainya merupakan hambatan


dan dapat digunakan secara efektif di dalam bangunan untuk
menyalurkan musuh ke arah yang dikehendaki. Hal ini dilakukan pula
pada jaringan jalur-jalur jalan kota.

 Jalan-jalan pendekat.

 Cara terbaik menyerang bangunan adalah dan atas ke bawah,


jalan pendekat yang paling penting adalah mencari jalan yang tercepat
naik ke atas bangunan. Kalau ada jalan nenuju ke atas yang terlindung
dan tembakan dan pandangan itulah cara yang terbaik, misalnya jalan
darurat untuk kebakaran, pipa-pipa bangunan, atau bangunan yang
berdekatan. Bila tidak ada jalan semacam itu, pasukan harus
menggunakan tangga ke atas, dan membersihkan dan atas ke bawah.
pihak yang bertahan biasanya menguasai tangga yang tersedia, maka
sipenyerang harus mencari tangga lainnya.
6

 Jaringan jalur-jalur di kota biasanya digunakan sebagai jalan


pendekat, tetapi sering dipengaruhi oleh adanya gedung-gedung
sehingga memiliki ruang gerak yang sempit.

 Sistem jaringan jalanan dan lorong-lorong dibawah tanah


banyak terdapat pada beberapa daerah perkotaan yang sering
terlupakan. Jaringan jalan ini sangat penting pada gerakan-gerakan
operasi misalnya jalan kereta api bawah tanah, selokan dalam tanah,
gorong-gorong, gedung-gedung bawah tanah dan lorong-lorong untuk
keperluan lainnya.

Keuntungan Penguasaan Kota. Operasi di daerah pemukirnan dilakukan untuk


memperbesar keuntungan taktis dan strategis dan mencegah agar keuntungan tadi
tidak jatuh ketangan musuh. Acap kali pihak yang menguasai suatu kota akan
mendapatkan suatu keuntungan psikis yang cukup ampuh untuk rnenggerakkan
kegiatan operasi yang lebih besar. Di negara yang sedang berkembang,
penguasaan beberapa kota saja sudah dapat dimanfaatkan sebagai kunci untuk
menguasai sumber-sumber hidup. Oleh karena itu perang kota dibeberapa negara
dengan cepat, sebagai bentuk yang terpilih dalam keadaan darurat.

Tiga Dimensi pada Medan Bangunan Perkotaan. Disamping adanya perbedaan


benda-benda medan yang ada pada medan bangunan perkotaan dengan medan
biasa, maka yang perlu diperhatikan lagi adalah ada tiga dimensi medan pada dan
bangunan perkotaan sebagai berikut :

 Dimensi Pertama. Adalah medan dan segala benda yang ada pada
permukaan bumi seperti bangunan gedung, jalan-jalan, taman, halaman dan
lain-lain.

 Dimensi Kedua. Adalah medan atau benda-benda medan yang dapat


digunakan untuk kepentingan militer yang terletak di atas medan dimensi
pertama, seperti lantai atas dan bangunan-bangunan bertingkat, menara-
menara dan lain-lain.
7

 Dimensi Ketiga. Adalah medan atau benda-benda medan yang dapat


digunakan untuk kepentingan militer yang terletak dibawah medan dimensi
pertama, seperti lantai bawah tanah, jalan-jalan bawah tanah, lorong dan lain-
lain.

I.2. Ancaman Insurjensi.

Hakekat ancaman Insurjensi adalah kekacauan bersenjata di dalam negeri


yang dilakukan oleh kelompok insurjen, yang dapat berkembang menjadi
perlawanan tersusun. Insurjensi adalah gerakan bersifat subversif yang berusaha
dengan jalan melawan hukum, melemahkan, merobah atau merobohkan dan
mengganti ideologi, sistem atau pemerintahan yang sah dengan menggunakan
kekuatan ireguler serta dengan cara – cara yang tidak konvensisonal.

Kaum insurjen pada umumnya memantapkan diri dipedesaan, di daerah


terpencil dan sulit, dimana kekuatan pemerintah sangat lemah, pengendaliannya
sangat terbatas dan terlebih-lebih di daerah yang kemampuan militer pemerintahnya
terbatas, tetapi tidak menutup kemungkinan mereka juga bisa menyusup ke
perkotaan dan mempengaruhi masyarakat perkotaan. Di daerah seperti ini kaum
insurjen dengan propaganda mereka mampu merekrut sejumlah kekuatan yang
dapat disusun ke dalam kelompok-kelompok kecil insurjen setempat. Bersamaan
dengan itu secara diam – diam kaum insurjen mengambil alih kekuasaan teerhadap
desa-desa yang terpencil dimana mereka membangun pangkal perlawanan. Mereka
menjalankan kegiatannya melalui kepala-kepala desa yang mereka angkat, mereka
paksa atau mereka pengaruhi.
8

Melalui itu semua kaum insurjen mengoperasikan administrasi pemerintahan


mereka sejajar dengan organisasi pemerintahan yang ada. Mereka mengumpulkan
pajak secara paksa, mengatur tata tertib menurut hukum dan cara mereka, merekrut
anggota insurjen baru serta melatihnya dan lain sebagainya.

Berhadapan dengan intimidasi dan bujukan kaum insurjen biasanya penduduk


setempat memilih lebih baik bekerja sama dengan insurjen dan tutup mulut, karena
cara itu lebih aman. Kaum Insurjen acap kali memperoleh simpatisan dan tenaga
baru dari kalangan muda yang resah, yang mereka banjiri dengan propaganda baik
secara terbuka maupun tertutup. Tenaga baru itu akan menambah jumlah kaki
tangan klandestin mereka maupun pasukan insurjennya. Untuk memberikan latihan,
kepercayaan diri dan senjata kepada kelompok-kelompok baru itu, maka kelompok
insurjen memulai operasi kecil-kecilan, seperti penghadangan dan serangan
terhadap pos-pos polisi yang terpencil. Mula-mula ulah mereka hanya diduga
sebagai kegiatan kriminal biasa. Berangsur-angsur setelah terlihat adanya indikasi,
pemerintah mulai menggerakkan kekuatan Militer. Bila pasukan pemerintah
kekuatannya kecil mereka dihadang, bila kekuatannya besar mereka tidak
menemukan apa-apa.

Insurjensi bisa tumbuh menjadi semakin besar dan lebih lengkap kekuatannya
yang selanjutnya dapat beroperasi semakin jauh dari daerah pangkalan mereka,
menggunakan desa-desa yang baru mereka kuasai sebagai pangkalan sementara.
Bila pada awalnya pasukan insurjen dapat bekerja di ladangnya pada siang hari dan
beroperasi pada malam hari maka lama kelamaan kegiatan bertempur semakin
menjadi pekerjaan tetap yang menyita waktunya. Insurjen yang tadinya lokal,
berkembang menjadi regional, ada pasukan inti mereka yang direkrut dari kalangan
insurjen yang lebih trampil dari berbagai desa. Langkah ini memungkinkan
organisasi politik insurjen memadukan beberapa desa ke dalam dareah pangkal
baru yang lebih luas.

Dengan wilayah kekuasaan yang semakin luas, kaum insurjen mulai


membangun bengkel-bengkel kecil yang memproduksi dan memperbaiki senjata dan
bahan ledak, depo perbekalan yang mereka sembunyikan, rumah-rumah sakit serta
semua instalasi yang dipandang perlu untuk menjalankan suatu perjuangan yang
9

berlarut. Pada saat yang bersamaan kaum insurjen mulai dengan sungguh-
sungguh memobilisasikan penduduk untuk mendukung gerakannya.

Para penganjur propaganda mereka pada tahapan ini biasanya sudah berhasil
menemukan berbagai keresahan maupun yang mereka anggap sebagai aspirasi
penduduk seperti persediaan makanan tidak mencukupi, pemerasan dan korupsi
oleh petugas pemerintah, berbagai larangan yang mereka anggap tidak masuk di
akal, dan lain-lain.

Kaum Insurjen perlahan-lahan memenangkan dukungan penduduk dengan


cara memenuhi keluhan dan tuntutan tersebut dengan cara apapun, bahkan kalau
perlu dengan cara melanggar ketentuan maupun prinsip mereka sendiri dalam
rangka memperoleh dan memlihara dukungan itu. Dengan cara mengisolasi
penduduk sejauh mungkin dari pengaruh luar dan bekerja atas dasar dari pribadi ke
pribadi para penganjur propaganda kaum insurjen dengan perlahan-lahan semakin
mengembangkan pengaruh mereka. Kaum insurjen pada tahapan ini telah dapat
menyusun suatu dewan atau komite pimpinan yang seolah- olah dipilih dengan
dukungan penduduk. Sejalan dengan itu merka membentuk organisasi wanita,
kelompok pemuda, himpunan petani, badan hukum, serikat buruh, yang bertugas
untuk memobilisasi dukungan penduduk, melancarkan propaganda dan mengawasi
setiap orang. Setiap badan pemerintahan, partai politik, satuan militer, dan
organisasi kemasyarakatan lain disusupi oleh sel klandestin yang berfungsi sebagai
bagian dari jaring intelijen organisasi insurjen. Bila telah mencapai tahapan ini yaitu
terkonsolidasinya daerah-daerah pangkal perlawanan dan daerah belakang mereka
mulai menyusup organisasi militer untuk operasi yang lebih bercorak konvensional.

Peperangan Mobil. Bila kekuatan kaum insurjen sudah cukup kuat, segera
menyiapkan diri untuk memasuki tahap akhir dari perjuangan mereka yakni untuk
menghancurkan pasukan pemerintah dan merebut kekuasaan dengan
menyelenggarakan peperangan mobil. Penyelenggaraan peperangan mobil jelas
membutuhkan persyaratan adanya pasukan reguler yang tersusun dengan
perlengkapan konvensional. Pada tahap ini beberapa satuan insurjen regional telah
berkembang mencapai kekuatan setingkat Batalyon dan sangat berpengalaman.
Kaum Insurjen berangsur-angsur menarik pasukan ini ke daerah yang aman dan
10

terlindung, atau jika mungkin ke wilayah negara yang bersimpati. Di sini satuan
Insurjen itu disusun sebagai pasukan reguler dan biala mungkin distandarisasikan
perlengkapannya, ditingkatakan latihannya dan dibenahi organisasinya agar
mencapai persyaratan konvensional, acap kali sampai dengan kekuatan Resimen
Brigade bahkan Divisi.

Biasanya langkah ini membutuhkan bantuan dari luar secara luar baik dalam
bentuk penasehat militer maupun material. Pasukan reguler ini diberi pengalaman
sekali-sekali dengan operasi yang dipilih dengan cermat, yang bertujuan
memberikan latihan dalam operasi ukuran lebih besar secara konvensional.

Namun biasanya komando tinggi mereka akan selalu hati – hati melepaskan
satuan tersebut ke dalam pertempuran bila mereka tidak yakin akan menang.
Sebagian besar operasi kecil-kecilan yang merongrong dan sangat meletihkan
pasukan pemerintah diserahkan kepada pasukan insurjen yang biasa. Bilamana
dinilai sudah siap, pimpinan insurjensi akan melepaskan satuan yang telah tersusun
itu berangsur-angsur dan bilamana ada kesempatan yang menentukan mereka akan
dilibatkan dengan tujuan utama ialan melikuidasi kekuatan pemerintah. Mengingat
peperangan konvensional merupakan unsur yang menentukan dalam mencapai
kemenangan akhir, para insurjen makin lama akan semakin memusatkan upaya
mereka kepada peperangan mobil tersebut. Pada tahapan ini babak insurjensi
berakhir dan mereka telah siap membuka suatu babak baru yaitu pemberontakan
atau perang saudara secara luas dan semesta.
Jenis-jenis ancaman :
Ancaman kekerasan :
 Penghadangan
 Pembunuhan
 Penculikan
 Bom bunuh diri
 Ranjau
 Sabotase
 Serangan terhadap instalasi dan fasilitas pemerintah
 Pembajakan
11

Ancaman tanpa kekerasan

 Demonstrasi
 Penyangkalan dan penipuan
 Penghinaan
 Fitnah
 Infiltrasi
I.3. Pertimbangan taktis pertahanan.
Faktor Taktis yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan pertahanan
adalah sebagai berikut :
1.3.1 Inisiatif. Inisiatif sangat dituntut dalam suatu pertahanan agar
tugas pokok dapat dicapai secara optimal, apalagi bila karena keterbatasan
kemampuan yang di miliki, terpaksa tidak dapat melaksanakan operasi serangan,
sehingga operasi pertahanan haruslah menjadi operasi yang mampu dihandalkan.
Sikap Inisiatif tersebut antara lain sebagai berikut :
 Pemilihan daerah pertempuran untuk pertahanan.
 Upaya memaksa musuh untuk mengikuti rencana pertahanan.
 Mengeksploitasi kelemahan dan kesalahan musuh .

1.3.2. Offensif. Sikap ofensif dipandang perlu untuk digunakan setiap saat
dalam rangka membinasakan musuh, juga sebagai langkah mengeliminir terhadap
kejenuhan satuan terhadap pelaksanaan pertahanan yang lama, sehingga moril dan
kesiapsiagaan pasukan dapat tetap dipelihara.
12

1.3.3. Resiko. Mengendalikan suatu operasi pertahanan dalam kondisi yang


menguntungkan merupakan tujuan sekaligus ujian terberat di lapangan, resiko akan
datang setiap saat, oleh karenanya komandan satuan harus memiliki kemampuan
kepemimpinan lapangan yang baik, manggunakan segala kelebihan yang dimiliki
dan memperhitungkan segala resiko dengan teliti dan jeli serta berhemat tenaga dan
mampu mempergunakan pada saat yang menentukan tanpa ragu-ragu.

1.3.4. Kebebasan bertindak. Merupakan sikap untuk mengembangkan inisiatif bagi


para komandan bawahan dalam upaya melaksanakan pertahanan tanpa
mengabaikan tugas pokok, dengan memanfaatkan segala sarana yang ada padanya
guna memperoleh keuntungan yg optimal.

1.3.5. Penyusunan pasukan. Dalam penyusunan pasukan suatu pertahanan


perlu dipertimbangkan secara matang akan faktor TUMMPAS, keadaan udara,
nubika dan mobilitas satuan. Pasukan yang disusun secara melebar dapat
mengurangi kerawanan terhadap tembakan massal musuh, tetapi akan menghadapi
resiko lain yang perlu diperhitungkan oleh karena itu pasukan harus disusun secara
mendalam, agar :

 Menghindari front yang terlalu melebar.


 Memungkinkan lebih banyak pasukan yang dapat digunakan sebagai
cadangan.
 Menghindari gerakan melebar dihadapan musuh.
 Memudahkan deteksi dan pencegahan infiltrasi.
 Memungkinkan disposisi yang menguntungkan untuk melaksanakan
serangan.

1.3.6. Rencana pertahanan yang diintegrasikan. Rencana keseluruhan dari


pertahanan yang dikoordinasikan secara cermat dari rencana tembakan, rencana
bantuan tempur dan rencana bantuan adminisrasi.
13

1.3.7 Waktu yang tersedia. Alokasi waktu yang diberikan oleh komando
atasan, akan berpengaruh terhadap pemilihan bentuk pertahanan maupun
pembuatan perencanaan serta persiapan pertahanan. Semakin banyak waktu yang
disiapkan untuk pelaksanaan pertahanan dari komando atasan, semakin banyak
pula waktu bagi para komandan bawahan untuk penyusunan rencana pertahanan
dengan baik.

1.4. Dasar-dasar pelaksanaan pertahanan

1.5. Jenis-jenis Pertahanan di daerah pemukiman


1.5.1 Pertahanan Pangkalan
1.5.2 Pertahanan Obyek vital
1.5.3 Pertahanan Pemukiman
1.5.4 Pertahanan Perimeter

II. Perencanaan dan Persiapan

Dalam rangka menghadapi kekuatan insurjen pada front bersenjata, pasukan


lawan insurjensi dilibatkan dalam operasi tempur yang menentukan dengan
melaksanakan serangan pendadakan untuk memelihara inisiatif, melaksanakan
aksi-aksi ofensif mendalam di daerah yang dikuasai insurjen serta menghancurkan
insurjen yang telah dilokalisir. Jenis-jenis operasi taktis yang dilakukan untuk
mendukung konsep operasi tersebut meliputi gerakan menuju sasaran,
penghancuran sasaran dan gerakan meninggalkan sasaran. Penghancuran sasaran
dapat dilakukan dengan taktik dan teknik pelingkaran, penghadangan, penyergapan,
serangan terhadap perkampungan insurjen dan pengepungan. Taktik dan teknik
penghancuran tersebut dapat dilakukan secara serentak atau berturut-turut oleh
beberapa Satgas yang dibentuk untuk melaksanakan tugas-tugas taktis tersebut.
Dalam rangka menghadapi insurjensi urban, pasukan lawan insurjensi dapat diberi
tugas untuk melakukan serangan di daerah urban dengan menggunakan teknik
pertempuran jarak dekat (PJD). Apabila kekuatan insurjen yang akan dihancurkan
relatif besar, operasi penghancuran dapat dilakukan oleh pasukan lawan insurjensi
secara utuh di satu daerah penghancuran.
14

Meskipun pertahanan tidak akan memberikan kemenangan dalam operasi


lawan insurjensi, Komandan tetap perlu mempertimbangkan untuk melakukan
pertahanan, karena pada dasarnya insurjen tidak akan membiarkan pasukan lawan
insurjensi mengganggu rencana-rencana mereka. Dari banyak kasus dalam operasi
lawan insurjensi yang pernah dilakukan TNI AD, insurjen juga melakukan serangan
terhadap pos-pos TNI AD maupun menyerang penduduk. Tujuannya adalah untuk
menurunkan citra TNI AD atas ketidakmampuan memberikan perlindungan kepada
penduduk. Untuk mengurangi resiko atas serangan insurjen, maka pasukan lawan
insurjensi yang sedang dalam posisi statis harus melakukan tindakan pertahanan.

II.1. LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN

Perencanaan operasi lawan insurjensi dapat menggunakan dua model


perencanaan, yaitu model pengambilan keputusan ataumodel prosedur pimpinan
pasukan. Metode pengambilan keputusan biasanya dilakukanoleh Komandan yang
memiliki staf, sedangkan prosedur pimpinan pasukan digunakan oleh Komandan
yang tidak memiliki staf.

II.1.1. Model Pengambilan Keputusan (Biltus)

Biltus adalah model perencanaan yang meliputi langkah-langkah analisa tugas


pokok; mengembangkan, menganalisa dan membandingkan cara bertindak; memilih
cara bertindak yang paling baik; serta menyusun perintah. Apabila waktu tidak
memungkinkan untuk menyusun perencanaan secara berurutan maka
1. MENERIMA TUGAS
2. MENGANALISA TUGAS
3. MENGEMBANGKAN CB
4. MENGANALISA CB
5. MEMBANDINGKAN CB
6. MENGAMBIL KEPUTUSAN
7. MENYUSUN PERINTAH
Komandan dapat menyingkat langkah-langkah pengambilan keputusan serta
mengubah urutan tindakan dalam perencanaan.
15

Menerima Tugas. Setelah menerima tugas pokok dari komando atas, Komandan
dengan dibantu oleh perwira stafnya mengumpulkan keterangan yang diperlukan
untuk memulai penyusunan rencana operasi. Untuk itu, Wakil Komandan menyusun
rencana penggunaan waktu agar kegiatan yang akan dilakukan staf dapat lebih
terstruktur. Selanjutnya Komandan mengeluarkan Perintah peringatan kepada para
Komandan bawahan agar mereka melakukan persiapan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pokok.

Analisa Tugas Pokok. Analisa tugas pokok pada hakekatnya adalah pendefinisian
masalah taktis dan awal dari proses pemecahan masalah. Analisa tugas yang
diterima dari komando atas menjadi titik awal untuk menyiapkan kegiatan intelijen.
Pada langkah ini Komandan menganalisa tugas-tugas khusus dan tugas-tugas
terkandung sebagai penjabaran dari tugas yang diterima dari komando atas. Dalam
menganalisa tugas pokok, Komandan juga menilai kesiapan pasukan sendiri,
mengidentifikasi fakta-fakta yang penting, praanggapan serta menghitung
kemungkinan resiko. Hasil analisa tugas pokok harus mencakup unsur utama
keterangan, rencana pengintaian, tugas pokok yang dinyatakan kembali dan pokok-
pokok keinginan komandan.

Pengembangan CB. Perwira staf mulai menyusun cara bertindak untuk dianalisa
dan dibandingkan. Langkah ini dimulai dengan menganalisa kemampuan sendiri dan
membuat beberapa alternatif manuver. Untuk itu staf menyusun pasukan untuk
melaksanakan tugas-tugas taktis yang penting serta merumuskan skema manuver.
Hasil akhir dari langkah ini adalah rumusan cara bertindak dan sketsa tentang
konsep operasi untuk melaksanakan tugas pokok.

Analisis CB. Perwira staf melakukan analisa setiap cara bertindak yang telah
dirumuskan. Standar yang digunakan untuk melakukan analisa adalah petunjuk
komando atas dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam doktrin sesuai jenis operasi
yang akan dilakukan. Untuk memudahkan analisa, staf melakukan olah yudha untuk
setiap cara bertindak yang ditentukan. Dengan menggunakan metode ini, staf dapat
memperkirakan hasil akhir operasi.
16

Perbandingan CB. Perwira staf melakukan perbandingan cara bertindak yang


dipilih untuk menentukan cara bertindak terbaik guna menyelesaikan tugas pokok
pasukan lawan insurjensi dengan resiko yang seminimal mungkin. Setiap cara
bertindak dipaparkan kepada Komandan kemudian staf menyarankan cara bertindak
yang terpilih.

Pengambilan Keputusan. Komandan memilih cara bertindak terbaik, dan apabila


perlu melakukan penyempurnaan agar sesuai dengan keinginan Komandan yang
telah disampaikan. Dengan terpilihnya cara bertindak terbaik, Komandan dan staf
dapat memulai penyusunan perintah.

Penyusunan Perintah. Perwira staf menyelesaikan rencana berdasarkan


keputusan yang telah dikeluarkan Komandan dan merumuskannya dalam perintah
operasi.

II.1.2. Model Prosedur Pimpinan Pasukan


Model ini memberikan kerangka berpikir yang berurutan dan logis sehingga dapat
mencegah kepada Komandan satuan taktis kecil dari kelupaan yang dapat
menggagalkan tugas pokok. Langkah-langkah logis tersebut meliputi:
1. Mempelajari tugas.
2. Mengumpulkan keterangan.
3. Menyusun rencana sementara dan melaksanakan persiapan awal.
4. Melaksanakan pengintaian.
5. Menyempurnakan rencana.
6. Mengeluarkan perintah.
7. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan perintah.

II.2. PERSIAPAN
Pemeriksaan Awal. Setelah mengeluarkan perintah, Komandan memeriksa
kesiapan satuannya. Obyek pemeriksaan meliputi kesiapan pasukan maupun
kesiapan perlengkapan.
Pemeriksaan pasukan mencakup kesiapan fisik, moril dan keterampilan teknis.
Pemeriksaan peralatan dilakukan untuk meyakinkan bahwa setiap peralatan benar-
benar berfungsi optimal.
17

Latihan pendahuluan. Bila waktu cukup panjang, perlu dilakukan latihan


pendahuluan dalam rangka meningkatkan saling pengertian antar unsur Satgas.
Latihan pendahuluan dilakukan untuk melatih satuan dalam rangka mengantisipasi
tindakan-tindakan musuh yang dapat diperkirakan. Latihan pendahuluan diupayakan
semaksimal mungkin dilakukan di medan dengan memperhatikan faktor
kerahasiaan. Namun bila waktu sempit, latihan pendahuluan dapat dilakukan di atas
maket, bagan atau bak pasir.

Pemeriksaan akhir. Kegiatan pemeriksaan terakhir dilakukan sebelum pasukan


berangkat menuju daerah sasaran. Komandan harus meyakinkan bahwa setiap
unsur telah siap melaksanakan tugas masing-masing. Pada tahap ini, koordinasi
terakhir harus dilakukan untuk menghindari salah pengertian dalam pelaksanaan
tugas.

III. Pelaksanaan

Taktik pertahanan di daerah urban, pada dasarnya sama dengan pertahanan


biasa. Pertahanan dilaksanakan untuk mempertahankan suatu wilayah tertentu yang
memiliki nilai strategis, seperti pusat penyiaran, pusat pemerintahan dan
sebagainya. Pemilihan bentuk pertahanan mobil atau pertahanan daerah didasarkan
pada pertimbangan faktor TUMMPAS-WKh.

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan pertahanan dalam


rangka operasi lawan insurjensi di daerah urban meliputi:

 Keamanan pasukan sendiri dan keamanan penduduk di sekitar daerah


pertahanan. Keamanan dapat dicapai dengan melakukan patroli-patroli yang
intensif sehingga tidak memberikan peluang bagi insurjen untuk melakukan
aksi-aksi ofensif.

 Pertahanan harus disusun secara mendalam dengan menempatkan


kedudukan pertahanan secara berlapis. Pada lingkaran luar ditempatkan pos
tinjau/pos dengar pada medan-medan kritik. Penempatan pasukan harus
disusun sedemikian rupa agar dapat saling bantu.
18

 Susunan pertahanan harus dapat menghadapi kemungkinan aksi ofensif


insurjen dari segala arah. Hal ini menuntut penempatan kedudukan
pertahanan secara melingkar.

 Menguasai jalan-jalan pendekat yang ada di sekitar kedudukan pertahanan.


Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat gerakan dalam mengatasi serangan
insurjen.

Sebelum memasuki daerah pertahanan, pasukan harus menjamin keamanan


daerah di sekitar kedudukan pertahanan. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

 Melakukan pembersihan daerah yang akan dipertahanankan dari kehadiran


dan pengaruh insurjen. Kegiatan pembersihan dilaksanakan dengan
menggunakan teknik pembersihan sesuai dengan bentuk medan di daerah
yang akan dipertahankan.

 Setelah dipastikan bahwa daerah yang akan dipertahankan tidak dikuasai


insurjen, pasukan lawan insurjensi menempatkan pos-pos pengamanan dan
membagi daerah pertahanan menjadi beberapa sektor yang harus
dipertahankan oleh satuan bawah.

 Pasukan masuk ke daerah pertahanan dan menempati kedudukan sesuai


rencana. Selanjutnya masing-masing satuan bawah mengeluarkan patroli
pengamanan di sekitar sektor pertahanan masingmasing.

Setelah semua pasukan memasuki kedudukan pertahanan, pasukan lawan


insurjensi melakukan perkuatan medan sesuai dengan kondisi daerah yang
dipertahankan. Pertahanan di daerah urban dilakukan dengan menempatkan
pasukan di bangunan-bangunan yang ditinggalkan penduduk. Namun demikian,
apabila penduduk tidak meninggalkan daerah tersebut, pasukan ditempatkan pada
medan-medan kritik dan instalasi-instalasi vital yang ada di daerah pertahanan.
Selain melaksanakan kegiatan taktis, pasukan lawan insurjensi juga melaksanakan
pengendalian penduduk dengan teknik sebagai berikut :
19

 Mendata penduduk yang ada di daerah pertahanan.

 Memberlakukan wajib lapor bagi penduduk yang akan keluar masuk daerah

 pertahanan. Apabila perlu pasukan lawan insurjensi menyiapkan pengawalan


bagi penduduk.

 Menempatkan pos-pos pengendalian penduduk di jalan-jalan yang biasa


digunakan oleh penduduk untuk mengantisipasi kemungkinan penyusupan
insurjen ke dalam daerah yang dipertahankan pasukan lawan insurjensi.

 Memberikan penjelasan kepada penduduk bahwa pengendalian penduduk


yang dilakukan pasukan lawan insurjensi adalah untuk keamanan mereka
dari aksi-aksi yang akan dilakukan insurjen.

 Apabila daerah yang dipertahankan masih berada dibawah pengaruh


insurjen, pasukan lawan insurjensi dapat memberlakukan jam malam.

 Keberhasilan pertahanan dalam operasi lawan insurjensi di daerah urban


sangat tergantung pada dukungan penduduk di daerah pertahanan. Oleh
karena itu, setiap anggota pasukan lawan insurjensi wajib melakukan
pembinaan teritorial dengan metode komunikasi sosial dan bhakti TNI dan
pembinaan ketahanan wilayah.

 Komunikasi sosial dilakukan secara perorangan. Untuk itu, setiap anggota


pasukan lawan insurjensi harus memiliki pemahaman tentang budaya dan
adat istiadat setempat. Dalam berkomunikasi dengan penduduk, anggota
pasukan lawan insurjensi semaksimal mungkin menggunakan bahasa daerah
setempat untuk menimbulkan kebanggaan mereka.

 Kegiatan bhakti TNI dilakukan secara terkoordinasi dengan satuan teritorial


setempat, agar upaya yang dilakukan pasukan lawan insurjensi benar-benar
memberikan manfaat kepada masyarakat.
20

 Kegiatan pembinaan ketahanan wilayah dilakukan secara terbatas untuk


meningkatkan kesadaran bela negara penduduk di sekitar daerah
pertahanan.

Pelatih

Anda mungkin juga menyukai