Anda di halaman 1dari 101

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu gedung dikatakan berhasil apabila dibangun tidak hanya untuk dinikmati
keindahannya saja akan tetapi dilengkapi juga dengan fasilitas yang menunjang
kenyamanan dan keamanan penghuninya. Utilitas bangunan gedung merupakan suatu
kelengkapan konstruksi bangunan yang ditujukan untuk mendukung aktifitas penghuni
di dalamnya hingga penghuni dapat merasa nyaman dan aman. Maka dari itu utilitas
merupakan bagian penting dalam suatu pembangunan selain dari keindahan dan
kekuatan bangunan itu.
Dalam dunia arsitektur bangunan, utilitas berarti hal-hal yang
menyebabkan bangunan dapat digunakan atau berfungsi sebagaimana mestinya. Utilitas
pada mata kuliah SKSB 4 semester ini adalah utilitas pada bangunan berlantai banyak
atau (multi stories building).
Salah satu contohnya yaitu Apartemen Candiland Semarang. Bangunan
berlantai banyak adalah bangunan yang mempunyai jumlah lantai lebihdari tiga dan
menghendaki fasilitas dan utilitas diatas standar bangunan sederhana. Perbedaan antara
bangunan sederhana dan bangunan berlantai banyak adalah:
 Bangunan sederhana masih menggunakan kaidah-kaidah struktur dan
konstruksikonvensional, misalnya bentang gording kayu maksimal #,$
meter, serta sistem utilitasmasih sederhana.
 Bangunan berlantai banyak sudah memakai komponen struktur dan utilitas
non-konvensional, misal bentang gording Baja % meter, memakai
elevator, lift dan lainsebagainya
Ciri khas bangunan berlantai banyak adalah :
 Sistem struktur advanced, yaitu komponen dan dimensinya non-
konvensional.
 Sistem utilitas advanced, yaitu dalam hal ini banyak bersifat mekanis dan
artificial (buatan), misalnya AC.
 Utilitas yang menghubungkan antar lantai pada pada umumnya diletakkan
pada core bangunan gedung.

1
 Memerlukan ruang kontrol pada tiap lantai pada setiap jenis utilitas yang
ada danmemerlukan pengaturan secara khusus.
Jenis utilitas pada bangunan berlantai banyak:
 Jaringan air Bersih dan air kotor
 Transportasi dalam Bangunan (tangga, elevator, escalator, conveyor, dll)
 Jaringan AC (HVAC)
 Jaringan 1istrik dan Penangkal Petir (Lightning Protection)
 Fire protection dan Telekomunikas
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana system konstruksi dan struktur pada Candiland Apartement and
Hotel Semarang?
1.2.2 Bagaimana system jaringan utilitas pada bangunan Candiland Apartement
and Hotel Semarang?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi sistem plumbing pada apartemen Candilan Semarang.
2. Mengidentifikasi jaringan air bersih pada apartemen Candiland Semarang.
3. Mengetahui jaringan air kotor, dan sampah pada apartemen Candiland
Semarang.
4. Mengetahui perancangan Lift dan Escalator pada apartemen Candiland
Semarang.
5. Mengetahui perancangan tangga darurat/kebakaran pada apartemen Candilan
Semarang.
6. Mengidentifikasi Sistem AC sentral pada apartemen Candilan Semarang.
7. Mengetahui sistem Penanggulangan bahaya kebakaran pada apartemen
Candiland Semarang.
8. Mengetahui sistem Penangkal petir pada apartemen Candiland Semarang.
1.4 Metode Penelitian
Untuk penulisan laporan ini menggunakan metode deskriptif yang berdasarkan
informasi yang dikumpulkan dengan cara:
1. Pengamatan langsung di bangunan apartemen Candiland Semarang.
2. Wawancara dengan pihak apartemen Candiland Semarang.

2
3. Pengamatan pada tiap-tiap sistem utilitas pada bangunan apartemen Candiland
Semarang.
4. Studi literatur dengan membaca dan mencari sumber atau situs yang
berkenaan dengan struktur konstruksi dan sistem utilitas gedung berlantai
banyak
1.5 Sistematika Penulisan
Pada laporan ini, bab I berisi penduhuluan dengan sub bab latar belakang, tujuan
dan manfaat, rumusan masalah, metode pembahasan, dan sistematika penulisan.
Kemudian pada bab II, berisi kajian teori yang digunakan sebagai pedoman dalam
pembuatan laporan ini. Pada bab III, berisi gambaran obyek pengamatan yang
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam sub bab perumusan masalah.
Pada bab IV, berisi penutup yang didalamnya terdapat sub bab simpulandan saran.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Sistem Struktur High Rise Building


Sistem struktur dari suatu bangunan merupakan kumpulan dan kombinasi
berbagai elemen struktur yang dihubungkan dan disusun secara teratur, baik secara
discrete maupun menerus yang membentuk suatu totalitas kesatuan struktur.

4
2.1.1 Sistem Pondasi Bangunan Tinggi
Dalam Arsitektur dan Konstruksi bangunan, pondasi adalah elemen struktur
yang menghubungkan bangunan dengan tanah dan memindahkan beban dari
struktur ke tanah. Umumnya ukuran, jumlah serta dimensi pondasi sangat
ditentukan oleh karakteristik daya dukung suatu lapisan tanah pada lokasi dimana
bangunan itu didirikan. Hal ini tentunya dapat dilihat dan dianalisis melalui hasil
penyelidikan tanah (investigation of soil) yang umumnya dilakukan baik berupa
uji CPT (Cone Penetration Test) atau lazimnya disebut sondir maupun dengan uji
SPT (Standard Penetreation Test) yang tentunya menjadi bahan laporan untuk
dianalisis oleh seorang insinyur struktur dalam merencanakan dan mendesain
detail suatu unit bangunan bawah (Sub structure) yang outputnya berupa jumlah
titik pondasi, ukuran penampang pondasi, kedalaman suatu pondasi serta
dimensi pilecap/poer yang kemudian dikombinasikan dengan reaksi terhadap
beban bangunan atas (upper sttucture) yang akan direncanakan bekerja pada
keseluruan unit struktur bangunan.
a. Persyaratan perencanaan pondasi
Dengan memperhatikan faktor-faktor dalam pemilihan tipe pondasi
terdapat juga Syarat-syarat umum dari pondasi yaitu :
1) Kedalaman harus memadai untuk menghindarkan pergerakan tanah
lateral dari bawah pondasi khususnya untuk pondasi telapak dan
pondasi rakit.
2) Kedalaman harus berada dibawah daerah perubahan volume musiman
yang disebabkan oleh pembekuan, pencairan dan pertumbuhan
tanaman.

5
3) Sistem harus aman terhadap penggulingan, rotasi, penggelinciran atau
pergeseran tanah.
4) Sistem harus aman terhadap korosi atau kerusakan yang disebabkan
oleh bahan berbahaya yang terdapat didalam tanah.
5) Sistem harus mampu beradaptasi terhadap beberapa perubahan
geometri konstruksi atau lapangan selama proses pelaksanaan perlu
dilakukan.
6) Metode pemasangan harus seekonomis mungkin.
7) Pergerakan tanah keseluruhan dan pergerakan diferensial harus dapat
ditolerir dan elemen pondasi dan elemen bangunan atas.
8) Pondasi dan konstruksinya harus memenuhi syarat standar untuk
perlindungan lingkungan.
b. Pemilihan pondasi berdasar daya dukung tanah
Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di
bawah permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi dangkal.
(misal: pondasi jalur, pondasi telapak atau pondasi strauss). Bila tanah keras
terletak pada kedalaman sekitar 10 meter atau lebih di bawah permukaan
tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang minipile, pondasi sumuran
atau pondasi bored pile.Bila tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter
atau lebih di bawah permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi
tiang pancang atau pondasi bored pile.
Standar daya dukung tanah menurut Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung tahun 1983 adalah :
1) Tanah keras (lebih dari 5 kg/cm2).
2) Tanah sedang (2-5 kg/cm2)
3) Tanah lunak (0,5-2 g/cm2)
4) Tanah amat lunak (0-0,5 kg/cm2)
Kriteria daya dukung tanah tersebut dapat ditentukan melalui
pengujian secara sederhana. Misal pada tanah berukuran 1 cm x 1 cm yang
diberi beban 5 kg tidak akan mengalami penurunan atau amblas maka tanah
tersebut digolongkan tanah keras.
c. Jenis-jenis pondasi
Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah
disekitar bangunan, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak

6
tanah padat yang mendukung pondasi. Jika terletak pada tanah miring lebih
dari 10%, maka pondasi bangunan tersebut harus dibuat rata atau dibentuk
tangga dengan bagian bawah dan atas rata. Jenis pondasi dibagi menjadi 2,
yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.
1) Pondasi dangkal
Pondasi jenis ini merupakan jenis pondasi yang umumnya
difungsikan untuk bangunan yang memiliki beban yang tidak terlalu
besar misalnya untuk rumah sederhana, perumahan, ruko sederhana,
dan gedung yang tidak memiliki beban yang terlalu signifikan, tetapi
ada pula jenis pondasi dangkal yang berfungsi untuk mendukung
struktur gedung dengan beban yang besar. Pondasi dangkal umumnya
memiliki kedalaman bervariasi antara ± 1-2m di dalam tanah.
Beberapa jenis pondasi dangkal antara lain pondasi batu kali, pondasi
telapak (foot plat),dan pondasi plat beton lajur.
2) Pondasi dalam
Pondasi dalam merupakan pondasi yang digunakan untuk jenis
bangunan dengan beban yang cukup besar khusunya untuk struktur
bangunan dengan massa dan beban rencana yang relatif besar
misalnya untuk gedung bertingkat/high rise building, bangunan
bentang lebar, jembatan, bendungan, dermaga, pabrik dsb. Pondasi
dalam biasanya memiliki kedalaman yang relatif dalam sampai
mencapai tanah keras (bed rock soil) dengan nilai N- SPT > 50 atau
CPT> 150 Kg/cm2. Pondasi dalam pada dasarnya memiliki daya
dukung berupa daya dukung ujung (PointBearing) yang terletak pada
ujung pondasi tiang dan daya dukung kulit (Friction/Skin
Bearing) terhadap tanah sepanjang selimut pondasi pile.Pondasi ini
juga dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar
(jarak antar kolom 6m) dan bangunan bertingkat. Yang termasuk
didalam pondasi ini antara lain pondasi tiang pancang, (beton, besi,
pipa baja), pondasi sumuran, pondasi borpile dan lain-lain yang akan
dijabarkan sebagai berikut :
a) Pondasi Bored Pile (Caisson)
Pondasi bored pile adalah pondasi yang kedalamannya
lebih dari 2 meter. Digunakan untuk pondasi bangunan –

7
bangunan tinggi. Sebelum memasang bore pile, permukaan
tanah dibor terlebih dahulu dengan menggunakan mesin bor.
Hingga menemukan daya dukung tanah yang sangat kuat untuk
menopang pondasi. Setelah dibor dilanjutkan dengan
pemasangancasing. Pemasangan casing diperlukan agar tanah
tidak jatuh ke dalam lubang yang sudah di bor. Setelah
pemasangan casing selesai dilanjutkan dengan memasukan
tulangan besi, kemudian dicor dengan beton. Pondasi ini
berdiameter 20 Cm keatas. Dan biasanya pondasi ini terdiri dari
2 atau lebih yang diatasnya terdapat pile cap.

Pondasi Bored Pile

b) Pondasi Tiang Pancang


Pada dasarnya sama dengan bore pile, hanya saja yang
membedakan bahan dasarnya. Tiang pancang menggunakan
beton jadi yang langsung ditancapkan langsung ketanah dengan
menggunakan mesin pemancang. Karena ujung tiang pancang
lancip menyerupai paku, oleh karena itu tiang pancang tidak
memerlukan proses pengeboran. Pondasi tiang pancang
dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan
kondisi daya dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air
tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam. Bahan
untuk pondasi tiang pancang adalah : bambu, kayu besi/ kayu
ulin, baja, dan beton bertulang

8 Pondasi Tiang Pancang


c) Pondasi Piers (dinding diafragma)
Pondasi piers adalah pondasi untuk meneruskan beban
berat struktural yang dibuat dengan cara melakukan penggalian
dalam, kemudian struktur pondasi pier dipasangkan kedalam
galian tersebut. Satu keuntungan pondasipier adalah
bahwa pondasi jenis ini lebih murah dibandingkan dengan
membangun pondasi dengan jenis pondasi menerus, hanya
kerugian yang dialami adalah jika lempengan pondasi yang
sudah dibuat mengalami kekurangan ukuran maka kekuatan
jenis pondasi tidak menjadi normal.
Pondasi pier standar dapat dibuat dari beton bertulang
pre cast. Karena itu, aturan perencanaan pondasi pier terhadap
balok beton diafragman adalah mengikuti setiap ukuran
ketinggian pondasi yang direncanakan. Pondasi pier dapat
divisualisasikan sebagai bentuk tabel , struktur adalah sistem
kolom vertikal yang terbuat dari beton bertulang ditempatkan di
bawah bangunan yang ditanamkan dibawah tanah yang sudah
digali. Lempengan beton diafragma ini mentransfer beban
bangunan terhadap tanah.
Balok dibangun di atas dinding diafragma vertikal
(pondasi pier) yang menahan dinding rumah atau struktur.
Banyak rumah didukung sepenuhnya dengan jenis pondasi ini,
dimana beton yang dipasang juga berguna sebagai dinding
pada ruang bawah tanah, dimana ruang tersebut digunakan
sebagai gudang penyimpanan atau taman. Beton pondasi pier
biasanya dibuat dalam bentuk pre cast dalam berbagai ukuran
dan bentuk, dimana sering dijumpai dalam bentuk persegi
memanjang dengan ketinggian sesuai dengan ukuran
kedalaman yang diperlukan. Tapi beton dapat juga
dibuat dalam bentuk bulatan. Setelah beton bertulang cukup
kering kemudian di masukkan ke dalam tanah yang sudah
digali dan disusun secara bersambungan. Setelah tersusun
dengan baik kemudian baru dilanjutkan dengan konstruksi
diatasnya.

9
Pondasi Piers

d) Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara
pondasi dangkal dan pondasi tiang. Pondasi sumuran sangat
tepat digunakan pada tanah kurang baik dan lapisan tanah
kerasnya berada pada kedalaman lebih dari 3m. Diameter
sumuran biasanya antara 0.80 - 1.00 m dan ada kemungkinan
dalam satu bangunan diameternya berbeda-beda, ini
dikarenakan masing-masing kolom berbeda bebannya.
Disebut pondasi Sumuran, karena dalam pengerjaannya
membuat lubang-lubang berbentuk sumur. Lobang ini digali
hingga mencapai tanah keras atau stabil. Sumur-sumur ini
diberi buis beton dengan ketebalan kurang lebih 10 cm dengan
pembesian. Dasar dari sumur dicor dengan ketebalan 40 cm
sampai 1,00 m, diatas coran tersebut disusun batu kali sampai
dibawah 1,00 m buis beton teratas. Ruang kosong paling atas
dicor kembali dan diberi angker besi, yang gunanya untuk
mengikat plat beton diatasnya. Plat beton ini mirip dengan
pondasi plat setempat, yang fungsinya untuk mengikat antar
kolom yang disatukan olehsloof beton.

10
Pondasi Sumuran

2.1.2 Sistem Struktur Bracing High Rise Building (Core Structure)


Sistem pengekang menjamin stabilitas lateral dari keseluruhan kinerja rangka.
Sistem ini bisa berupa rangka triangulasi, dinding geser atau core, atau rangka
dengan sambungan kaku. Umumnya bracing / pengekang pada gedung
ditempatkan untuk mengakomodasi ruang lift dan tangga. Efesiensi bangunan
dalam menahan gaya lateral bergantung pada lokasi dan tipe sistem bracing yang
digunakan untuk mengantikan dinding geser dan core di sekelilimg shaft lift dan
tangga.
Berikut ini adalah jenis-jenis system struktur inti bangunan.
a. Sistem Struktur Dinding Pendukung Sejajar (Parallel Bearing Walls).
Sistem ini terdiri dari unsure bidang vetikal yang di perkuat dengan
berat dinding itu sendiri, sehingga mampu menahan gaya aksial lateral secara
efisien. Sistem struktur dinding sejajar ini digunakan pada bangunan-
bangunan apartemen yang tidak membutuhkan ruang bebas yang luas dan
sistem-sistem mekanisnya tidak memerlukan struktur inti.

11
b. Sistem Struktur Inti Dan Dinding Pendukung (Core And Bearing Walls)
Sistem ini berupa bidang vertikal yang membentuk dinding luar dan
mengelilingi sebuah struktur inti. Hal ini memungkinkan ruang interior
terbuka yang bergantung pada kemampuan bentangan dari struktur lantai.
Sistem ini memuatsistem-sistem transportasi mekanisme vertical serta
menambah kekakuan bangunan.

c. Sistem Struktur Boks Berdiri Sendiri (Self Supporting Boxes)


Sistem ini merupakan unit tiga dimensi prefabrikasi yang menyerupai
bangunan dinding pendukung yang diletakan di suatu tempat dan di gabung
dengan unit lainnya. Sebagai contoh boks-bok sini di tumpuk seperti bata
dengan pola “English Bond” sehingga tersusun seperti balok dinding
berselang-seling.

d. Sistem Struktur Plat Terkantilever (Cantilever Slab)


Pemikulan plat lantai dari sebuah inti pusat akan memungkinkan ruang
bebas kolom yang batas kekuatan platnya adalah batas besar ukuran bangunan.
Sistem ini memerlukan banyak besi, terutama apabila proyeksi pelat sangat
12
besar.Kekakuan plat dapat di tingkatkan dengan menggunakan teknik-teknik
pratekan.

e. Sistem Struktur Plat Rata (Flat Slab)


Sistem ini terdiri dari bidang horizontal yang umumnya adalah plat
lantai beton tebal dan rata yang bertumpu pada kolom. Apabila tidak terdapat
penebalan plat pada bagian atas kolom, maka system ini di katakana sistem
plat rata. Pada kedua system ini tidak terdapat balok yang dalam (deep beam)
sehingga tinggi lantai bisa minimum.

f. Sistem Struktur Interspasial (Interspasial)


Sistem struktur rangka tinggi selantai yang terkantilever diterapkan
pada setiap lantai antara untuk memungkinkan ruang fleksibel di dalamdan di
atas rangka. Ruangan yang berada di dalam lantai rangka di atasnya dapat di
gunakan sebagai wadah untuk kegiatan aktivitaslainya.

g. Sistem Struktur Gantung (Suspension)

13
Sistem ini dapat memungkinkan penggunaan beban secara efisien
dengan menggunakan penggantungan sebagai pengganti kolom untuk
memikul beban lantai. Kekuatan unsur tekan pada sistem ini harus dikurangi
sebab adanya bahaya tekuk, berbeda dengan unsure tarik yang dapat
mendayagunakan kemampuan secara maksimal. Kabel-kabel ini dapat
meneruskan beban gravitasi kerangka di bagian atas yang terkantilever dari
inti pusat.

h. Sistem Struktur Rangka Selang-Seling (Staggered Truss)


Rangka tinggi yang selantai disusun sedemikian rupa sehinga pada
setiap lantai bangunan dapat menumpangkan beban di bagian atas suatu
rangka begitupun di bagian bawah rangka di atasnya. Selain memikul beban
vertikal, susunan rangka ini akan mengurangi tuntutan kebutuhan ikatan angin
dengan cara mengarahkan beban angin kedasar bangunan melalui struktur
balok-balok dan plat lantai.

i. Sistem Struktur Rangka Kaku (Rigid Frame)


Sistem struktur ini terdiri dari kolom dan balok yang bekerja saling
mengikat satu dengan yang lainnya. Kolom sebagai unsure vertikal yang
bertugas menerima beban dan gaya, sedangkan balok sebagai unsur horizontal
media pembagi beban dan gaya. Sistem ini biasanya berbentuk pola grid
persegi, organisasi grid serupa juga di gunakan untuk bidang horizontal yang
terdiri atas balok dan gelagar. Dengan keterpaduan rangka spasial yang

14
bergantung pada kekuatan kolom dan balok, maka tinggi lantai kelantai dan
jarak antara kolom menjadi penentu pertimbangan rancangan.

j. Sistem Struktur Rangka Kaku dan Inti (Rigid Frame and Core)
Rangka kaku akan bereaksi terhadap beban lateral. Terutama melalui
lentur balok dan kolom. Perilaku demikian berakibat ayunan (drift) lateral
yang besar sehingga pada bangunan dengan ketinggian tertentu. Akan tetapi
apabila di lengkapi dengan struktur inti, maka ketahanan lateral bangunan
akan sangat meningkat karena interaksi inti dan rangka. Sistem inti ini memuat
sistem-sistem mekanisme dan transportasi vertikal.

k. Sistem Struktu Rrangka Trussed (Trussed Frame)


Sistem ini terdiri dari gabungan rangka kaku (atau bersendi) dengan
rangka geser vertikal yang mampu memberikan peningkatan kekuatan dan
kekakuan struktur. Rancangan system struktur dapat berdasarkan pada
penggunaan rangka untuk menahan beban gravitasi dan rangka vertical untuk
beban angin yang serupa dengan rangka kaku dan inti.

15
l. Sistem Struktur Rangka Belt-Trussed dan Inti (Belt-Trussed Frame and Core)
Sistem struktur belt-trussed bekerja mengikat kolom fasade ke inti
bangunan sehingga meniadakan aksi terpisah rangka dan inti pengakuan inid
inamai “cap trussing” apabila berada pada bagian atas bangunan, dan dinamai
“belt-trussed” apabila berada di bagian bawahnya.

m. Sistem Struktur Tabung dalam Tabung (Tube In Tube)


Dalam struktur ini, kolom dan balok eksterior di tempatkan sedemikian
rapat sehingga fasade menyerupai dinding yang diberi pelubangan (untuk
jendela). Seluruh bangunan berlaku sebagai tabung kosong yang terkantilever
darit anah. Inti interior (tabung) dapat meningkatkan kekakuan bangunan
dengan cara ikut memikul beban bersama kolom-kolom fasade tersebut.

n. Sistem Struktur Kumpulan Tabung (Bundled Tube)


Sistem struktur ini dapat di gambarkan sebagai suatu kumpulan
tabung-tabung terpisah yang membantuk tabung multi-use. Pada system ini
kekakuan akan bertambah. Sistem ini dapat memungkinkan bangunan
mencapai bentuk yang paling tinggi dan daerah lantai yang sangat luas.

16
2.2 Sistem Utilitas High Rise Building

2.2.1 Instalasi Plumbing (Sistem Perpipaan)


Sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung dapat dijelaskan
sebagai berikut :“Air kotor yang dibuang malalui alat -alat saniter, dialirkan
melalui pipa pembuangan air kotor ke tempat pengolahan air kotor (septic tank
atau unit pengolahan air kotor melalui riool kota)”. Pada umumnya air kotor
mengalir secara gravitasi, penggunaan pompa hanya untuk memompa air kotor
dari bak penampung air kotor yang berlokasi di bagian bawah bangunan
(basement ) ke unit pengolahan air kotor.
Sarana pengaliran air kotor pada umumnya berupa perpipaan. Bahan pipa
yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Tidak mudah bocor
 Tahan terhadap asam

17
 Tahan terhadap cuaca
Untuk pipa yang diletakan di luar bangunan gedung seperti nama-nama
perpipaan yang ada dalam sistem plambing air kotor diantaranya adalah :
 Pipa cabang mendatar
 Pipa tegak
 Saluran pembuangan gedung
 Pipa ven

Fungsi dari pipa-pipa tersebut adalah :


 Pipa cabang mendatar : adalah pipa pembuangan mendatar yang
menghubungkan pipa pembuangan alat plambing dengan pipa tegak
air buangan. Berfungsi untuk mengalirkan air kotor dari alat plambing
ke pipa tegak air kotor. Dalam sistem plambing air kotor, sistem
pembuangan harus mampu mengalirkan air buangan dengan cepat,
dan biasanya air buangan mengandung bagian-bagian padat. Oleh
karena itu pipa pembuangan cabang mendatar harus mempunyai
ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan
jenis air buangan yang harus dialirkan. Pada umumnya kemiringan
pipa pembuangan cabang mendatar sebesar 2%.
 Pipa tegak : adalah pipa pembuangan air kotor yang menghubungkan
pipa cabang mendatar dengan pipa saluran pembuangan gedung.
 Saluran pembuangan gedung :adalah bagian jaringan pipa terendah
dari sistem pembuangan air kotor yang menerima air kotor dari
seluruh jaringan pipa air kotor, dan menyalurkannya ke tempat
pengolahan air kotor. Kemiringan saluran pembuangan gedung
sebesar (0,50 – 4) %.
 Pipa ven :adalah pipa yang dipasang untuk sirkulasi udara ke seluruh
bagian sistem pembuangan air kotor, dan mencegah terjadinya kerja
sifon dan tekanan balik pada perangkap. Garis tengah pipa air kotor
pada umumnya lebih besar dari garis tengah pipa air minum, untuk
garis tengah air kotor yang terkacil adalah 2 inci, bila tidak
mengangkutn faeses. Untuk pipa yang bersal dari 1(satu) kloset (wc),
diameter pipa terkecil adalah 3 inci. Oleh karena itu pemasangan pipa

18
air kotor tidak dapat ditanam didalam dinding, tetapi harus diluar
dinding, agar tidak terlihat perlu ditutup oleh penutup yang serasi
dengan kondisi dinding yang bersangkutan. Bisa juga pipa mendatar
diletakan pada lokasi antara lantai atas dengan plafon. Dan pipa tegak
diletakan pada shaf.
Perlengkapan (assessoris) pipa air kotor diantaranya adalah sebagai berikut :
Soket, belokan (elbow), reducer, tee, dop,Cleanout(CO) atau lubang pembersih.
Fungsi dari perlengkapan tersebut adalah sebagai berikut :
 Soket , berfungsi untuk menyambung 2(dua) pipa yang lurus.
 Belokan (elbow),berfungsi untuk menyambung 2(dua) pipa yang
berubah arah (belok). Dalam sistem pembuangan air kotor, karena
yang terangkut dalam pengaliran air adalah benda kasar (faeses), maka
belokan tidak boleh terlalu tajam, oleh karena itu untuk belokan
dipergunakan elbow , bukan knie seperti air minum.
 Reducer. Pada sistem pengaliran air kotor sebenarnya tidak dikenal
reducer, tetapi pembesaran pipa, dimana fungsinya untuk
menyambung pipa kecil dengan pipa yang lebih besar. Reducer yang
dipergunakan juga dari typelong radius reducer
 Tee, berfungsi untuk menyambung 3 (tiga) buah pipa menjadi satu.
Dalam sistem pembuangan air kotor, karena yang terangkut dalam
pengaliran air adalah benda kasar (faeses), maka pertemuan pipa tidak
boleh terlalu tajam, oleh karena itu untuk sambungan ini dipergunakan
“Tee Y” , bukan tee seperti air minum.
 Dop, berfungsi untuk menutup ujung pipa.
 Lubang pembersih (cleanout ), berfungsi untuk pemeliharaan pipa

2.2.2 Air Bersih dan Air Panas Sistem Jaringan Air Bersih
Sumber Air Bersih

Jaringan Transmisi

Penyimpanan Jaringan Distribusi Pemakaian

19
 Sumber air bersih
Air bersih dapat diperoleh dari berbagai sumber, yaitu:
1. Air tanah
a. Air tanah dangkal (unconfined aquifer)
b. Air tanah dalam (confined aquifer)
2. Air hujan
3. Air permukaan
Dapat berasal dari sungai, danau, waduk, telaga dan sebagainya.
 Sistem distribusi air bersih
1. Up-feed system
Dalam sistem ini pipa distribusi langsung dari tangki bawah tanah
(ground tank) dengan pompa langsung disambungkan dengan pipa utama
penyediaan air bersih pada bangunan, dalam hal ini menggunakan
sepenuhnya kemampuan pompa. Karena terbatasnya tekanan dalam pipa
dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama tersbut, sistem ini
terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan gedunggedung kecil yang
rendah.

e
2. Down-feed system
Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu di tangki bawah
(ground tank), kemudian dipompakan ke tangki atas (upper tank) yang
biasanya dipasang di atas atap atau di lantai tertinggi bangunan. Dari sini
air didistribusikan ke seluruh bangunan.

20
2.2.3 Sistem Air Kotor
Air kotor adalah air bekas pakai yang sudah tidak memenuhi syarat kesehatan
lagi dan dibuang agar tidak menimbun wabah penyakit. Air kotor juga dibedakan
menjadi beberapa jenis sesuai dengan penangananya seperti air hujan, air bekas
cucian, limbah padat, limbah cair, limbah berlemak dll. Khusus untuk air hujan,
digunakan penanganan tersendiri dengan water harvesting menggunakan sumur
resapan air hujan atau bisa juga langsung dialirkan ke riol kota. Air kotor dari bak
mandi dan wastafel biasanya dapat langsung disalurkan ke riol kota, namun yang
dari dapur seharusnya masuk ke resapan, karena mengandung endapan dan lemak.
a. Sistem Pembuangan Air Bekas
Air bekas yang dimaksud adalah air bekas cucian, air bekas cucian
pakaian, kendaraan, cucian peralatan masakan dan beberapa macam
cucian lainnya. Untuk pipa pembuangan dapat digunakan pipa PVC;
untuk pipa-pipa vertical dan pembuangan horizontal digunakan pipa
PVC atau pipa beton dengan diameter yang diperhitungkan ukurannya.
Mengingat panjang PVC 400 cm, maka system pemipaan pembuangan
air bekas, baik vertical maupun horizontal diusahakan setiap 400 cm
dibuat sambungan/dihubungkan dengan pipa-pipa lain. Untuk pipa
vertical, diusahakahubungan meggunakan sambungan dengan sudut
lebih kecil dari 90 derajat sehingga tidak terjadi air balik. Untuk
sambungan-sambungan horizontal, juga dapat digunakan sambungan
bersudut lebih dari 90 derajat atau menggunakan bak-bak kontrol.
Pembuangan air bekas ini dapat dialirkan ke saluran lingkungan atau
saluran kota praja.

21
b. Sistem Pembuangan Air Limbah

Air limbah adalah air bekas buangan yag bercampur kotoran. Air
bekas/air limbah ini tidak diperbolehkan dibuang sembarang/dibuang ke
seluruh lingkungan, tetapi harus ditampung ke dalam bak penampungan
Saluran air limbah di tanah/di dasar bangunan dialirkan pada
jaraksependek mungkin dan tidak diperbolehkan membuat belokan-
belokan tegak lurus, dialirkan dengan kemiringan 0,5-1% ke dalam bak
penampungan yang disebut septic tank. Bak penampungan air limbah
tidak diperbolehkan bercampur dengan air bekas buangan apalagi yang
mengandung sabun.
c. Air Limbah Khusus

Air limbah khusus harus ditampunng di tempat tertentu, dengan


treatment tersendiri, lalu dapat dibuang bersama-sama dengan air bekas
biasa. Sebagai contoh, air limbah khusus/air buangan yang mengandung
lemak, sedangkan lemak tidak dapat hancur/menyatu dengan air bekas
buangan. Oleh karena itu, perlu diadakan treatment terlebih dahulu. Alat
ini disebut grease trap atau perangkap lemak.

22
d. System pembuangan air hujan

Air hujan adalah air dari awan yang jatuh di permukaan tanah. Air
tersebut dialirkan ke saluran-saluran tertentu. Mengingat air yang jatuh
tidak sama dialami oleh setiap bangunan, tergantung dari letak dan
kondisi banguna berada, maka untuk penyalurannya diperlukan pipa-
pipa plumbing tersendiri yang dihitung dan diukur dari atap yang
menerima air hujan tersebut.
2.2.4 Sistem Instalasi plumbing Air Panas
Air panas adalah air bersih yang dipanaskan dengan alat tertentu dan
digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu. Sistem air panas ini dapat
dipasang pada bangunan perumahan, perkantoran, restoran, hotel, apartemen,
penginapan, rumah sakit dan bangunan umum. Pada daerah yang beriklim sejuk
atau dingin air panas dibutuhkan, oleh karena itu system plambing air panas ini
menggunakan pipa besi tuang atau tembaga yang dibalut dengan benang-benang
asbes sebagai isolator supaya panasnya tidak terbuang.
Untuk memanaskan air, pipa-pipa air dingin yang menuju ke titik air harus
melewati alat-alat pemanas dengan system yang berbeda-beda. Alat pemanas yang
sering digunakan adalah:
a. Pemanas air dengan gas

23
Dalam alat ini, air mengalir sesaat, dan melewati pipa-pipa yag
dipanaskan. Sistem Penyediaaan Air Panas Ke Pancuran Mandi Dengan
Pemanas Air Gas pemanas air dari gas memerlukan tekanan minimum
antara 0,25-0,7 kg/cm, sedangkan tekanan maksimum 3,0-4,0 kg/cm
(yang diizinkan).
b. Pemanas air listrik

Pemanas air jenis ini menggunakan energi listrik untuk memanaskan


airnya. Pemanas air energi listrik ini juga terbagi dua jenis, yang
menggunakan tangki (storage) atau yang tidak menggunakan tangki
(tankless).
c. Pemanas air energi surya

System pemanas energi surya meggunakan tabung penyimpan dan


letaknya harus dipasang di atas atap bagunan untuk mendapatkan panas
matahari. Air panas dipanaskan oleh matahari digunakan dalam banyak
cara. Desain ini cocok untuk
2.3 Sistem Transportasi Vertikal
2.3.1 Tangga
Tangga merupakan alat tranportasi dalam gedung yang paling konvensional.
Dalam merencanakan tangga terdapat beberapa unsur yang paling penting dan

24
patut dicermati, yakni kenyamanan, keamanan dan keindahan. Aman dalam hal ini
tangga yang direncanakan dibuat dengan konstruksi yang kokoh sehingga mampu
menampung beban manusia saat menapaki tangga. Disebut nyaman apabila, tangga
mudah dilalui dan tidak membuat orang mudah lelah maupun bosan saat
menapakinya. Tangga selain aman dan nyaman, semestinya dibuat mendukung
tampilan ruang secara keseluruhan, baik itu proposi ukuran maupun dimensi tangga
terhadap sebuah ruang. Tangga adalah jalur bergerigi (mempuyai trap–trap) yang
menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya, sehingga berfungsi sebagai
jalan untuk naik dan turun antar lantai tingkat.

a. Syarat – syarat peletakan tangga :


1) Letak tangga harus dibuat mudah dilihat dan dicari oleh orang
yang akan menggunakannya.
2) Ruang tangga sebaiknya terpisah dengan ruang lain, agar orang
yang naik turun tangga tidak mengganggu aktifitas penghuni
yang lain.
3) Apabila tangga ditujukan sebagai jalan darurat, pada
perencanaannya harus diletakan dekat pintu keluar, agar bila
terjadi bencana, penghuni lantai atas dapat turun langsung
menuju halaman luar.
b. Enam Pendukung sistem struktur tangga:
1) Pondasi tangga
Sebagai dasar tumpuan (landasan) agar tidak mengalami
penurunan atau pergeseran. Maka, di bagian pangkal tangga
bawah harus diberi pondasi. Pondasi tangga dapat berupa
pasangan batu kali, beton bertulang ataupun kombinasi kedua

25
bahan tesebut. Pada lantai bertingkat, di bawah pangkal tangga
harus diberi balok anak sebagai pengaku plat, agar lantai tidak
menahan beban tepusat yang besar.
2) Ibu tangga
Ibu tangga merupakan bagian konstruksi pokok yang berfungsi
mendukung anak tangga. Ibu tangga dapat merupakan
konstruksi yang menjadi satu dengan rangka bangunanya, tetapi
boleh juga dibuat terpisah, tergantung cara mana yang dianggap
paling menguntungkan.
3) Anak tangga
Anak tangga adalah bagian dari tangga yang berfungsi untuk
bertumpunya telapak kaki. Anak tangga dipasang secara
teratur, agar aman dilalui oleh pengguna. Bentuk dan lebar
serta selisih tinggi masing- masing anak tangga harus dibuat
sama. Anak tangga dapat dibuat secara terus menerus
bersambungan dari bawah sampai atas. Bila menghendaki
variasi bentuk lain, anak tangga dapat juga dibuat secara
terpisah dengan bentuk sesuai selera.
4) Pagar tangga
Pagar tangga adalah pelindung di samping sisi tangga untuk
melindungi pemakai agar tidak terpeleset jatuh atau untuk
pegangan saat menaiki tanggatersebut. Pada sisi tangga yang
berbatasan langsung dengan tembok tidak perlu memasang
pagar tangga, tapi disisi lain yang bebas harus diberi pagar.
Bentuk pagar tangga dapat dibuat dengan berbagai motif, yang
paling sederhana cukup dibuat dari papan yang dipakukan pada
tiang- tiang yang ditanam pada anak tangga. Apabila
menghendaki bentuk yang artistic, bisa digunakan kayu yang
diukir atau batang baja kecil yang dibentuk berbagai bentuk.
5) Pegangan Tangga
Pegangan tangga adalah batang yang dipasang sepanjang anak
tangga sebagai tempat bertumpunya tangan bagi orang yang
naik turun tangga agar merasa aman. Bentuk dan ukuran
pegangan dibuat agar terasa enak dan pas oleh genggaman

26
telapak tangan. Bentuk yang umum dibuat adalah bulat atau
oval dengan diameter 4-5 cm, bila dipakai bentuk persegi
ukurannya adalah 4x6 cm. Pegangan tangga dipasang bertumpu
pada tiang-tiang pagar tangga. Untuk menahan dorongan orang
pada pegangan tangga, maka tiang- tiang ini harus ditanam kuat
pada anak tangga atau ibu tangga, agar tidak mudah roboh ke
samping. Pada sisi yang berbatasan dengan dinding, pegangan
tangga dapat bertumpu pada begel yang ditanam pada dinding.
Sela bebas antara pegangan tangga dengan dinding minimal 4
cm, agar tangan tidak sampai bergesekan dengan dinding.
Tinggi pegangan tangga dibuat 80 cm diukur dari permukaan
anak tangga.
6) Bordes
Bordes adalah plat datar diantara anak- anak tangga, berguna
sebagai tempat untuk beristirahat sejenak ketika melakukan
aktifitas naik turun tangga. Dari segi kenyamanan, aturan baku
pembuatan tangga, setiap ketinggian maksimum 12 anak tangga
( setinggi 1,5 – 2 m) harus dibuat bordes (landing). Bordes
dapat dipasang pada tangga lurus yang terlalu panjang atau
pada sudut sebagai tempat peralihan arah tangga yang berbelok.
Bordes dapat dibuat lebih dari satu, apabila arah berbelok
tangga lebih dari dua kali. Lebar bordes ideal untuk bangunan
rumah tinggal, 80- 100 cm, sementara untuk bangunan umum
120-200 cm.

2.3.2 Tangga Berjalan (Eskalator)


Selain tangga permanent, banyak juga yang menggunakan tangga yang
digerakan oleh mesin, disebut, Tangga gerak/ tangga berjalan (Eskalator).
Eskalator merupakan suatu alat angkut yang menitikberatkan pada pengangkutan
orang dari lantai bawah kea rah miring lantai diatasnya. Eskalator bergerak naik
atau turun untuk membawa penumpang tanpa harus melangkah. Harga dan biaya
operasional escalator ini cukup mahal, sehingga hanya efektif diaplikasikan pada
bangunan komersil.

27
Eskalator hanya dapat bergerak satu arah saja, naik atau turun. Apabila
menghendaki kedua arah, eskalator dapat dipasangkan secara pararel, satu untuk
naik dan satu untuk turun. Sangat berbahaya bila orang melangkah ke arah
berlawanan dengan arah gerakan tangga ini, karena mudah tergelincir. Umumnya
Eskalator dipasang dengan kemiringan >10 atau sesuai standart perbandingan
antara datar dan ketinggian 30° – 35°. Panjang Eskalator disesuaikan dengan
kebutuhan; lebar untuk 1 orang 60cm. dan untuk 2 orang 100cm – 120cm.
Menurut peraturan yang diterapkan di Inggris, sudut ketinggian dieskalator dibatasi
hingga 30°, apabila tangga tidak lebih dari 6 M dan kecepatan 0,5 m/dtk. Dalam
keadaan tertentu sudut tersebut tidak boleh lebih dari 30º . Menurut standar Inggris
(BS), lebar tangga max 1050 cm dan minimal 600cm. Struktur Eskalator terdiri
atas kerangka baja yang ditumpu dibagian bordes atas maupun bawah. Jika
Eskalator ditempatkan pada kompartement anti kebakaran, maka perlu dilengkapi
dengan pelindung yang dapat menutup sendiri. Umumnya Eskalator tidak dipakai
sebagai tempat untuk menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran.
2.3.3 Conveyor
Conveyor adalah satu alat angkut untuk orang ataupun barang dalam arah
mendatar (horizontal). Conveyor hampir mirip dengan Eskalator, hanya saja
dipasang dalam keadaan datar ataupun miring pada derajat <10°. Alat ini berupa
suatu plat tempat ijakan yang terpotong- potong dan dihubungkan satu sama lain
dengan rantai dan dinding sebagai alat pegangan. Jarak jangkauan alat ini
tergantung dari kebutuhan dengan lebar untuk dua orang.

28
2.3.4 Elevator ( Lift )
Elevator sering disebut lift adalah kereta alat angkut untuk mengangkut orang
atau barang dalam suatu gedung tinggi. Lift dapat dipasang pada bangunan –
bangunan yang tingginya lebih dari 4 lantai karena kemampuan orang untuk naik
turun menjalankan tugas atau keperluannya dalam bangunan tersebut hanya
mampu dilakukan sampai 4 lantai. Lift – lift dipasang dalam bangunan, karena
sifatnya umum harus mengacu pada peraturan – peraturan daerah. Untuk
menentukan kriteria perancangan lift penumpang, yang menjadi pokok perhatian
antara lain tipe dan fungsi bangunan, banyaknya lantai, luas tiap lantai, dan
intervalnya. Selain itu perlu juga dibedakan kapasitas (car/kg), jumlah muatan dan
kecepatan. Makin tinggi bangunannya, makin tinggi pula kecepatanya. Kapasitas,
jumlah muatan dan kecepatan untuk masing – masing lift berbeda, tergantung
pabrik pembuatnya.

a. Pembagian lift menurut fungsinya:


1) Lift penumpang ( passenger elevator ), digunakan untuk
mengangkut manusia.

29
2) Lift barang ( fright elevator ), digunakan untuk mengangkut
barang.
3) Lift uang/ makanan (dump waiters).
4) Lift pemadam kebakaran, seringkali lift ini juga difungsikan
untuk mengangkut barang.
b. System penggerak dalam elevator berbeda – beda, antara lain :
1) System gearless, yaitu mesin di atas , untuk lift kantor,
pertokoan, hotel, apertemen, rumah akit, dsb.
2) System hydrolic, yaitu mesin di bawah, terbatas untuk
bangunan dengan 3 – 4 lantai. Sering digunakan untuk lift
makanan dan uang.
c. Komponen Lift (Rumah Lift)
Rumah lift dapat dibagi menjadi tiga bagian:
1) Lift pit
Tempat pemberhentian akhir yang paling bawah, berupa buffer
sangkar dan buffer beban pengimbang. Karena letaknya paling
bawah, lift pit harus dibuat dari dinding yang tidak rembes air.
Ukuran luas dan kedalaman tergantung dari ukuran kereta dan
kedalamannya dipengaruhi oleh kecepatan lift dan tingginya
bangunan.
2) Ruang luncur (Hoistway)
Tempat meluncurnya sangkar atau kereta lift, tempat pintu –
pintu masuk ke kereta lift, tempat meluncurnya beban
pengimbang (counter weight), dan tempat meletakan rel – rel
peluncur dari kereta lift dan beban pengimbang. Ruang luncur
terbuat dari dinding beton atau bata dengan rangka – rangka
tertentu, kecuali untuk lift pemadam kebakaran. Ukuran ruang
luncur tergantung dari ukuran kereta lift dan dapat diberi
bukaan – bukaan untuk pintu lift. Pintu lift ini sangat
mempengaruhi harga lift, mengingat jumlah pintu lift
tergantung dari kebutuhan. Setiap pintu lift diberi tombol –
tombol untuk tempat pemberhentian kereta lift dan didalamnya
juga terdapat tombol – tombol yang berhubungan dengan pintu
di luar.

30
3) Ruang mesin
Tempat meletakan mesin/motor traksi lift, dan tempat panel
control (mengatur jalannya kereta). Ruangan ini dilengkapi
pengatur udara yaitu exhauster atau alat pendingin, yang
berfungsi mengatur suhu ruangan agar tidak terlalu panas
sehingga tidak mempengaruhi kerja panel – panel mesin.
2.4 Sistem Pencegahan Kebakaran
2.4.1 Fire Detector
Detector pemadam kebakaran adalah suatu alat yang berfungsi mendeteksi
secara dini kebakaran, agar kebakaran yang terjadi tidak berkembang menjadi
lebih besar. Dengan terdeteksinya cikal bakal kebakaran, maka intervensi untuk
mematikan api dapat segera dilakukan. Sehingga dapat meminimalisasi kerugian
sejak awal. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka detector pemadam kebakaran
dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:

1) ROR (Rate of Rise) Heat Detector


Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR adalah
yang paling banyak digunakan saat ini, karena selain ekonomis juga
aplikasinya luas. Area deteksi sensor bisa mencapai 50m2 untuk
ketinggian plafon 4m. Sedangkan untukplafon lebih tinggi, area
deteksinya berkurang menjadi 30m2. Ketinggian pemasangan max.
hendaknya tidak melebihi 8m. ROR banyak digunakan karena detector ini
bekerja berdasarkan kenaikan temperatur secara cepat di satu ruangan
kendati masih berupa hembusan panas. Umumnya pada titik 55oC – 63oC
sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell kebakaran. Dengan
begitu bahaya kebakaran (diharapkan) tidak sempat meluas ke area lain.
ROR sangat ideal untuk ruangan kantor, kamar hotel, rumah sakit, ruang
server, ruang arsip, gudang pabrik dan lainnya. Prinsip kerja ROR

31
sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak saat
mendeteksi panas. Karena tidak memerlukan tegangan (supply), maka
bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah. Dua kabelnya
dimasukkan ke terminal Zone-Com pada panel alarm. Jika dipasang pada
panel Fire Alarm, maka terminalnya adalah L dan LC. Kedua kabelnya
boleh terpasang terbalik, sebab tidak memiliki plus-minus. Sedangkan
sifatkontaknya adalah NO (Normally Open).
2) Fixed Temperature Detector
Fixed Temperature detector termasuk juga ke dalam Heat Detector.
Berbeda dengan ROR, maka Fixed Temperature detector baru mendeteksi
pada derajat panas yang langsung tinggi. Oleh karena itu cocok
ditempatkan pada area yang lingkungannya memang sudah agak-agak
“panas”, seperti: ruang genset, basement, dapur-dapur foodcourt, gudang
beratap asbes, bengkel las dan sejenisnya. Alasannya, jika pada area itu
dipasang ROR, maka akan rentan terhadap False Alarm (Alarm Palsu),
sebab hembusan panasnya saja sudah bisa menyebabkan ROR
mendeteksi. Area efektif detektor jenis ini adalah 30m2 (pada ketinggian
plafon 4m) atau 15m2 (untuk ketinggian plafon antara 4 – 8m). Seperti
halnya ROR, kabel yang diperlukan untuk detector ini cuma 2, yaitu L
dan LC, boleh terbalik dan bisa dipasang langsung pada panel alarm
rumah merk apa saja. Sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).
3) Smoke Detector
Smoke detector adalah alat yang berfungsi mendeteksi asap. Ketika
detector mendeteksi asap maka detektor akan segera mengirimkan sinyal
sehingga fire alarm berbunyi. Smoke detektor sendiri memiliki dua type
kerja. Pertama, Photoelectric / optical yaitu mendeteksi asap
menggunakan sensor cahaya. cahaya (infra red) diarahkan ke sensor
photoelectric, apabila ada asap maka cahaya tidak sepenuhnya diterima
sensor photoelectric. kejadian ini ditangkap sebagai sinyal yang kemudian
diteruskan ke fire alarm. Dari pengalaman lapangan diketahui kelemahan
dari detektor ini adalah sering kali menimbulkan false alarm yang
diakibatkan oleh debu. Kedua, Ionization yaitu detektor model ini
menggunakan metode ionization chamber. kelemahan dari detektor ini

32
adalah setelah habis umur pakainya, detektor dikategorikan limbah
radioaktif, karena didalam detektor ini terdapat ameresium.
4) Flame Detector
Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi sinar
ultraviolet yang ditimbulkan oleh nyala api. Tetapi detector ini tidak
bereaksi pada lampu ruangan, infra merah atau sumber cahaya lain yang
tidak ada hubungannya dengan nyala api (flame). Flame detector
memiliki tiga jenis type yaitu sensor optik, ionisasi dan thermocouple.
5) Gas Detector
Sesuai dengan namanya detector ini mendeteksi kebocoran gas yang
kerap terjadi di rumah tinggal. Alat ini bisa mendeteksi dua jenis gas,
yaitu LPG (Liquefied Petroleum Gas) dan LNG (Liquefied Natural Gas).
Dari dua jenis gas tersebut, Elpiji-lah yang paling banyak digunakan di
bangunan. Perbedaan LPG dengan LNG adalah: Elpiji lebih berat
daripada udara, sehingga apabila bocor, gas akan turun mendekati lantai
(tidak terbang ke udara). Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara,
sehingga jika terjadi kebocoran, maka gasnya akan terbang ke udara.
Perbedaan sifat gas inilah yang menentukan posisi detector. Untuk LPG,
maka letak detector adalah di bawah, yaitu sekitar 30 cm dari lantai
dengan arah detector menghadap ke atas. Hal ini dimaksudkan agar saat
bocor, gas elpiji yang turun akan masuk ke dalam ruang detector sehingga
dapat terdeteksi. Jarak antara detector dengan sumber kebocoran tidak
melebihi dari 4m. Untuk LNG, maka pemasangan detectornya adalah
tinggi di atas lantai, tepatnya 30cm di bawah plafon dengan posisi
detector menghadap ke bawah. Sesuai dengan sifatnya, maka saat bocor
gas ini akan naik ke udara sehingga bisa terdeteksi. Jarak dengan sumber
kebocoran hendaknya tidak melebihi 8m.
2.4.2 Alarm Kebakaran
Alarm Kebakaran (Fire Alarm System) adalah Sebuah sistem alarm kebakaran
otomatis dirancang untuk mendeteksi keberadaan yang tidak diinginkan dari api
dengan memonitor perubahan lingkungan yang terkait dengan pembakaran.
Secara umum, sistem alarm kebakaran diklasifikasikan sebagai baik secara
otomatis ditekan, ditekan secara manual, atau keduanya. Sistem alarm kebakaran
otomatis dimaksudkan untuk memberitahukan kepada penghuni bangunan untuk

33
mengevakuasi jika terjadi kebakaran atau darurat lainnya, melaporkan peristiwa
tersebut ke lokasi off-tempat dalam rangka untuk memanggil layanan darurat,
dan menyiapkan struktur dan sistem yang terkait untuk mengontrol penyebaran
api dan asap. Fire Alarm dikenal memiliki 2 (dua) sistem, yaitu:
1) Sistem Konvensional
Sistem Konvensional menggunakan kabel isi dua untuk hubungan
antar detector ke detector dan ke Panel. Kabel yang dipakai umumnya
kabel listrik NYM 2x1.5mm atau NYMHY 2x1.5mm yang ditarik di
dalam pipa conduit semisal EGA atau Clipsal. Pada instalasi yang cukup
kritis kerap dipakai kabel tahan api (FRC=Fire Resistance Cable) dengan
ukuran 2x1.5mm, terutama untuk kabel-kabel yang menuju ke Panel dan
sumber listrik 220V. Oleh karena memakai kabel isi dua, maka instalasi
ini disebut dengan 2-Wire Type.Selain itu dikenal pula tipe 3-Wire dan 4-
Wire.

2) Sistem Addressable
Sistem Addressable kebanyakan digunakan untuk instalasi Fire Alarm
di gedung bertingkat, semisal hotel, perkantoran, mall dan sejenisnya.
Perbedaan paling mendasar dengan sistem konvensional adalah dalam hal
Address (Alamat). Pada sistem ini setiap detector memiliki alamat
sendiri-sendiri untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik
kebakaran sudah diketahui dengan pasti, karena panel bisa
menginformasikan deteksi berasal dari detector yang mana. Sedangkan
sistem konvensional hanya menginformasikan deteksi berasal dari Zone
atau Loop, tanpa bisa memastikan detector mana yang mendeteksi, sebab
1 Loop atau Zone bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detector, bahkan terkadang
lebih.

34
2.4.3 Alat Penanganan
1) Automatic Sprinkler System (ASS)
Sprinkler adalah suatu alat pemancar air untuk pemadaman
kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflector pada ujung
mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar kesemua arah secara
merata . Sistem sprinkler harus dirancang untuk memadamkan
kebakaran atau sekurang-kurangnya mampu mempertahankan
kebakaran untuk tetap tidak berkembang sekurang-kurangnya 30 menit
sejak kepala sprinkler pecah. Rancangan harus memperhatikan
klasifikasi bahaya, interaksi dengan sistem pengendalian asap dan
sebagainya (Menurut 12 Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran
Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, Peraturan Menteri Pekerja
Umum No. 26/PRT/M/2008 : 9). Dalam perencanaan sprinkler harus
dipertimbangkan penyediaan air, pompa tekan, pipa peningkatan berupa
riser, selain itu juga harus diperhatikan letak dan arah pancaran, jumlah
dan radius sprinkler.

2) APAR (Alat Pemadam Api Ringan)


Alat pemadam api ringan berfungsi sebagai alat pemadaman awal
pada peristiwa kebakaran yang masih kecil. Meskipun suatu bangunan

35
sudah tersedia sistem proteksi kebakaran namun pemyediaan alat
pemadam api ringan tetap penting. Selain peralatan pemadam kebakaran
yang menggunakan air, penyediaan tabung pemdam api juga sangat
diperlukan untuk membantu melakukan pemadaman. Alat pemadam api
yang bisa digunakan dalam pemadaman berupa tabung yang isinya
mencakup air, halon, karbondioksida, busa (foam), dan powder dry
chemical.

3) Hydrant
Hydrant pemadam kebakaran adalah sebuah alat atau terminal
penghubung untukbantuan darurat saat terjadi kebakaran. Hydrant
merupakan koneksi berupa alat yang terdapat di atas tanah yang
menyediakan akses pasokan air untuk tujuan memadamkan kebakaran.
Pada umumnya, hydrant memiliki satu atau lebih connector selang
kebakaran. Jka suplai air bertekanan, maka hydrant juga dilengkapi
dengan katup untuk mengatur aliran air. Dalam rangka menyediakan air
yang cukup untuk pemadaman kebakaran, hydrant dianjurkan dapat
memberikan debit air minimum 250 galon per menit (945 liter per
menit).

2.5 Sistem Pembuangan Sampah


Pada bangunan high rise building diperlukan adanya shaft untuk sampah agar
pembuangannya mudah. Krtika kita di lantai atas tidak perlu turun untuk membuang
36
sampah. Cukup buang sampah melalui shaft sampah yang berakhir pada penampungan
sampah sementara di lantai dasar untuk selanjutnya diangkut mobil sampah kota.
Sistem utilitas pembuangan sampah, sama halnya dengan sistem pendistribusian air
bersih untuk keperluan kebutuhan air dalam gedung bertingkat. Untuk bangunan
gedung bertingkat seperti apartemen maupun hotel sering juga dilengkapi dengan
pembuatan utilitas berupa waste shaft - trash chute yaitu instalasi berupa pembuangan
sampah dengan sistem cerobong/pipa vertikal yang dibuang secara gravitasi di setiap
lantai bangunan bertingkat berupa sampah yang tidak mudah terurai seperti sampah
konsumsi sehari-hari berupa plastik, sisa makanan, kertas dsb dan ditampung di lantai
dasar bangunan berupa bak penampungan dan kemudian didistribusikan ke truk-truk
pembuangan sampah.

2.6 Sistem Penangkal Petir


Pengamanan bangunan bertingkat dari bahaya sambaran petir perlu dilakukan
dengan memasang suatu alat penangkal petir pada puncak bangunan tersebut.
Penangkal petir ini harus dipasang pada bangunan-bangunan yang tinggi, minimal
bangunan 2 lantai, terutama yang paling tinggi di antara sekitarnya. Penangkal petir
tipe Franklin adalah penangkal petir yang sederhana karena menggunakan jalur kabel
tunggal untuk mengalirkan aliran listrik dari ujung penangkal petir menuju grounding.
Cara pemasangan penangkal petir tipe franklin sebagai berikut : batang yang runcing
dari bahan copper spit dipasang paling atas dan dihubungkan dengan batang tembaga
menuju elektroda yang ditanahkan, kemudian batang yang ditanahkan dibuat bak
kontrol untuk memudahkan pemeriksaan dan pengetesan.

37
2.7 Sistem Telepon
Perancangan telepon pada gedung harus mempertimbangkan kepada
perencanaan sistem komunikasi antara ruangan (intercom) dan perencanaan sistem
komunikasi luar. Perancangan ini juga harus memperhatikan system pengaturan
pemasangan kabel dalam bangunan sedemikian rupa sehingga tidak menggangu
estetika pada bangunan serta untuk memudahkan dalam perawatan. Perencanaan arus
lemah telepon, sistem telepon harus menggunakan system hubungan seperti saluran
untuk daya pembangkit komputer, yaitu aliran di dalam lantai (floor duct).

2.8 Sistem CCTV dan Security


CCTV adalah surveillance camera system atau kamera pengawas, yang terdiri
dari kamera dan system DVR (Digital Video Recording) . CCTV adalah perangkat
yang digunakan untuk mengawasi dan merekam segala bentuk aktifitas dalam suatu
area / lokasi . CCTV dapat digunakan sebagai security alarm / alarm pengaman
disebuah area / lokasi. Manfaat / kegunaan CCTV adalah konsumen dapat memantau

38
dan merekam segala bentuk aktifitas yang terjadi pada area / lokasi konsumen dari
jarak jauh dari mana saja , tanpa batasan jarak. Dengan menggunakan CCTV
konsumen juga dapat memantau dan merekam segala bentuk aktifitas yang terjadi dari
luar area / lokasi konsumen dengan menggunakan PDA , laptop, atau PC secara real
time dari mana saja. Rekam dan simpan hasil monitoring secara otomatis kedalam hard
copy baik hasil rekaman selama full 24 jam atau hasil rekaman motion detect merekam
hanya jika ada gerakan yag terjadi pada daerah yang dipantau.
Dapat berfungsi sebagai alarm, yang akan membunyikan suara sirene pada
computer anda atau mendial no telp / HP anda secara otomatis pada saat ada kejadian
yang tidak dikehendaki jadi bukan hanya sebagai alat pantau untuk mengawasi saja,
CCTV ini sekaligus berfungsi ganda memproteksi dan melindungi asset serta tempat
anda dari ancaman kejahatan. Dengan mengkombinasi fungsi –fungsi motion detect,
alarm dial, serta inrecording,maka anda tidak harus terus menerus mengawasi camera
cctv anda. Semua hasil monitor akan tersimpan di computer dan jika ada kejadian yang
tidak di kehendaki anda akan dihubungi secara otomatis pada saat itu juga. Pada saat
ini hampir semua kamera CCTV sudah berwarna, beberapa model dan bentuk CCTV :
1. Standart Camera
Standard camera adalah kamera cctv standar yang berbentuk box, yang
semua bisa di ganti dan disesuaikan dengan kebutuhan, lensa bisa di ganti, infra
merah bisa di pasang atau tidak, dan bisa diberi rumah atau casing atau housing
jika terletak di luar ruangan. Penggunaaan kamera standar ini tidak lagi banyak,
karena bersifat teknis sekali dan cenderung mahal ketika pengguna
membutuhkan spesifikasi lengkap. Ini juga disebabkan karena semakin
banyaknya produsen yang sudah menciptakan kamera yang sudah memiliki
spesifikasi lengkap dan model yang lebih kompak dengan harga yang lebih
murah.

2. Dome Camera
Sesuai dengan namanya, dome yang bisa diartikan kubah, dome camera
berbentuk kubah dan sangat cocok dengan nilai estetika ketika di pasang. Dome
camera idealnya banyak dipasang untuk di lokasi yang terlindung dari cuaca dan
tidak kena matahari langsung.

39
3. Bullet Camera
Bullet Camera memang berbentuk seperti peluru yang bulat panjang,
bullet camera idealnya terletak untuk penggunaan luar ruangan, karena
umumnya bullet camera memiliki fasilitas tahan cuaca bahkan ada yang tahan
cipratan air / splash proof, sehingga bisa dipasang dilokasi yang terkena hujan
langsung, tetapi tidak tahan rendam, atau di dalam air.

4. Speed Dome Camera


Speed Dome camera adalah camera yang memiliki fitur Pan/Tilt/Zoom,
speed dome camera bisa di zoom, di putar dan di arahkan menggunakan
joystick, sehingga pengguna bisa secara detail melihat objek yang akan
dipantau.

2.9 Sistem Perlistrikan


Kebutuhan tenaga listrik pada suatu gedung harus disesuaikan dengan keadaan
produktivitas gedung itu sendiri, yang paling penting adalah kontinuitas dan keandalan
yang tinggi dalam pelayanannya. Mengingat bahwa tenaga listrik sangat penting dalam
sebuah gedung, maka sumber tenaga listrik ini harus dijaga dari adanya berbagai
macam gangguan. Adapun suplai daya listrik dapat diperoleh dari:
1) Suplai jaringan dari PLN.
Untuk menyalurkan tenaga listrik ke konsumen, PLN membangun
gardu distribusi di pusat-pusat beban. Di gardu distribusi ini terjadi
penurunan tegangan dari tegangan transmisi ketegangan menengah
distribusi. Dalam ketentuan pelanggan atau konsumen itu harus memiliki
gardu distribusi sendiri.

40
2) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD/GENSET).
Untuk menjaga kemungkinan terjadi pemutusan aliran listrik dari
PLN, maka suatu gedung menyediakan pembangkit listrik sendiri sebagai
back-up, biasanya digunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD/GENSET). Namun ada juga suatu gedung/industri yang tidak
mempergunakan suplai daya dari PLN, tapi hanya tergantung pada
Pembangkit Lisrik Tenaga Diesel (PLTD/GENSET). Pembangkit Lisrik
Tenaga Diesel (PLTD/GENSET) lebih cocok digunakan untuk back-up
dibandingkan dengan jenis pembangkit listrik lain, seperti pembangkit
listrik tenaga uap, gas dan sebagainya karena pemeliharaannya dan
perawatannya lebih mudah dibandingkan pembangkit listrik lainnya.

Mesin Diesel termasuk mesin dengan pembakaran dalam atau


disebut motor bakar ditinjau dari cara memperoleh energi thermalnya.
Untuk membangkitkan listrik sebuah mesin diesel menggunakan generator
dengan sistem penggerak tenaga diesel atau yang biasa dikenal dengan
sebutan Genset (Generator Set) (Herman, 2013). Ada 2 komponen utama
pada Genset, yaitu:

41
 Prime Mover atau penggerak mula, dalam hal ini mesin
diesel/engine.
 Generator

2.10 Sistem Pembersih Bangunan


Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan
gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu layak fungsi
(preventive maintenance). Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki
dan/atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau
prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap layak fungsi (currative maintenance).
Tabel Pekerjaan Pemeliharaan/Perlengkapan yang Diperlukan

42
Jenis- jenis peralatan untuk mendukung proses pembersihan & perawatan gedung :

Gondola Tangga

Steger Alat Kebersihan

2.11 Sistem Pengudaraan/Penghawaan


Sistem Pengudaraan/Penghawaan adalah masuk dan keluarnya udara sebagai
fungsi menetralkan suhu dalam ruangan. untuk memenuhi persyaratan kesehatan yaitu
menyuplai kulaitas udara yang baik ke dalam ruangan, dengan cara perputaran udara.
Hal ini guna mencapai kondisi sejuk dalam ruang sehingga tercapainya kenyamanan
thermal. Sistem Pengudaraan/Penghawaan pada bangunan tinggi umumnya dilakukan
dengan pengkondisiaan/tata udara untuk mendapatkan udara yang memadai sesuai
dengan kebutuhan manusia dan peralatannya. Pemilihan sistem penghawaan udara yang
tepat tidak hanya memberikan kenyamanan tetepi juga mampu memberikan efisiensi
energi, sumber daya dan produktivitas. Ada dua jenis sistem penghawaan, yaitu
penghawaan alami dan penghawaan buatan. Penghawaan alami terkait dengan suplai
udara segar menggantikan udara kotor di dalam ruang, sedangkan penghawaan buatan
terkait dengan sistem yang menyediakan pendinginan, pengontrolan kelembaban, dan
penyaringan serta pemurnian udara (Pile, 2003:461). Selain itu, penghawaan buatan
juga mengatur pancaran temperatur di sekitar permukaan elemen-elemen ruang dan
pergerakan udara (Ching, 1987:281).
Untuk mencapai kenyamanan, kesehatan, dan kesegaran hidup dalam rumah
tinggal atau bangunan bertingkat, khususnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada
daerah yang beriklim tropis dengan udaranya yang panas dan kelembaban udaranya

43
yang tinggi, maka diperlukan usaha untuk mendapatkan udara segar dari aliran udara
alam maupun aliran udara buatan. Perencangan pengudaraan atau penghawaan adalah
perencanaan untuk mendapatkan aliran udara yang tepatuntuk ruangan serta
pengontrolannya.

2.12 Sistem Penerangan/Pencahayaan


Pada perencanaan penerangan dan pencahayaan gedung dimaksudkan agar
bangunan tersebut mendapat pencahayaan dan penerangan yang baik pada siang hari
maupun pada malam hari. Dewasa ini pemanfaatan pencahayaan digunakan sumber
alami dan telah diatur berdasarkan SNI 03–2396–2001 tentang “Tatacara perancangan
sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung”. Selain itu dalam perencanaan
penerangan atau pencahayaan juga mempertimbangkan tentang standar pencahayaan
buatan yang diatur pada SNI 03-6575-2001 tentang “Tata cara perancangan sistem
pencahayaan buatan pada bangunan gedung”. Sistem pencahayaan dalam ruang dapat
dibagi menjadi dua bagian besar berdasarkan sumber energi yang digunakan, yaitu
sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Kedua sistem ini memiliki
karakteristik yang berbeda, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
2.13 Sistem Tata Surya
Jaringan tata suara pada bangunan biasanya digabungkan dengan sistem
keamanan, sistem tanda bahaya, dan sistem pengaturan waktu terpusat. Sistem tata
suara biasanya diintegrasikan dengan sistem tanda bahaya, sehingga bila terjadi kondisi
darurat (kebakaran), sistem tanda bahaya mendapatkan prioritas sinyal dari sistem tata
suara untuk membunyikan tanda bahaya (sirine) atau program panduan evakuasi ke
seluruh bangunan. Sistem tata suara untuk daerah lobby, koridor, area parkir, dan ruang
44
administrasi selain digunakan untuk panduan evakuasi, digunakan pula untuk
pemanggilan atau untuk keperluan program musik.

Speaker Selector Switch

2.14 Teknologi Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Bertingkat Banyak (Highrise


Building)
Bangunan adalah suatu lingkungan buatan atau lingkungan binaan yang dibuat
oleh manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti sebagai
tempat istirahat, berkumpul bersama keluarga, tempat rekreasi dan juga sebagai tempat
mencari nafkah. Berkaitan dengan bangunan sebagai lingkungan buatan, maka untuk
mempercepat proses pembuatan suatu bangunan dibutuhkan suatu cara/metoda yang
disebut dengan metoda konstruksi. Metoda konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan
pelaksanaan konstruksi yang mengikuti prosedur serta telah dirancang sesuai dengan
pengetahuan ataus tandar yang telah diuji cobakan. Cara atau metoda tersebut tidak
terlepas dari penggunaan teknologi sebagai pendukung dan mempercepat proses
pembuatan suatu bangunan, agar kegiatan pembangunan dapat berjalan sebagai mana
mestinya sesuai dengan yang diharapkan dan lebih ekonomis dalam biaya pemakain
bahan, misalnya bahan bangunan yang umum dipakai pada struktur bangunan gedung
adalah beton dan baja, kemajuan teknologi pada proses pembuatan baja dan beton
berdampak pada peningkatan kekuatan kedua bahan ini yaitu beton dan baja seperti
pembuatan kabel baja bermutu tinggi yang selanjutnya digunakan dalam peningkatan
teknologi beton pratekan yang lebih ekonomis.

45
Berkaitan dengan bangunan sebagai lingkungan buatan, teknologi dibutuhkan
agar berbagai kegiatan pembangunan dapat berjalan secara efisien dan efektif. Juga
dengan teknologi akan didapat produk yang lebih berkualitas atau lebih sesuai dengan
kebutuhan pemakai bangunan dan lebih ekonomis dalam biaya, pemakaian bahan, dan
sebagainya. Sebelum tahun 1965 untuk gedung dengan berbagai ketinggian digunakan
sistem struktur baja (stell rigid frame), namun pada tahun 1965 Fahzur Khan melakukan
inovasi teknologi dibidang desain gedung-gedung pencakar langit (sky scrapper )
dengan melakukan sistem struktur yang berbeda untuk berbagai ketinggian gedung
dapat terjadi penghematan penggunaan baja dari 60 lbs/ft2 (gedung Manhatan Building
New York 60 lantai) menjadi hanya 30 lbs /ft2 (gedung John Hancock Centre Chicago
–100 lantai).
Dalam inovasi teknologi pelaksanaan pembangunan adalah aspek metoda
konstruksi yaitu adalah rangkaian kegiatan dan urutan kegiatan membangun yang
dipadukan dengan persyaratan kontrak (gambar, spesifikasi, jadwal penyelesaian),
ketersediaan tenaga kerja dan kondisi lingkungan yang dipilih (seperti cuaca, kondisi
tanah, dan lain-lain). Metoda konstruksi merupakan suatu aspek inovasi teknologi yang
dibutuhkan/disyaratkan oleh persyaratan kontrak. Metoda konstruksi yang dipilih harus
disesuaikan dengan berbagai kondisi lingkungan proyek. Metoda konstruksi
dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya.
Misal untuk menguraikan metoda konstruksi pada pembuatan pondasi di casting
yard (tempat fabrikasi) sampai dengan pemasangan pondasi, perlu dipertimbangkan
seluruh aspek kegiatan sejak dipersiapkan sampai dengan pemasangannya, antara lain:
1. Kegiatan ditempat pembuatan (fabrikasi)
 penyiapan lahan
 penyiapan peralatan
 penyiapan pembuatannya
 penyiapan pengangkutannya
2. Kegiatan transportasi
 Penyiapan alat transportasi
 Penyiapan dari alat tranportasi ke lokasi pelaksanaan
3. Kegiatan di lokasi pelaksanaan
 Penyiapan tempat
 Penyiapan peralatan untuk pemasangan/ penurunan

46
 Penyiapan pengawasan pelaksanaandan seterusnya
Berbagai perkembangan teknologi konstruksi antara lain :
1. Teknologi Bahan
Bahan bangunan yang umum diapakai pada struktur bangunan gedung
adalah beton dan baja, kemajuan teknologi pada proses pembuatan
bajadan beton berdampak pada peningkatan kekuatan bahan beton dan
baja. Misal contoh pembuatan kabel baja bermutu tinggi, yang
selanjutnya digunakan dalam peningkatan teknologi beton pratekan yang
lebih ekonomis.
2. Teknologi Desain
Dengan adanya perangkat komputer yang makin canggih berdampak
pada metode desain yang lebih cepat dan bervariasi, sehingga dapat
membuat berbagai alternatif desain yang lebih baik dalam waktu yang
singkat, demikian pula dalam bahan-bahan miniatur tahap perancangan
arsitektural, lebih dapat memuaskan pengguna rancangan dengan
berbagai variasi warna dan bentuk rancangan.
3. Metoda Konstruksi
Dengan adanya bahan-bahan baru yang lebih baik, dan kemajuan
teknologi dalam peralatan lebih sempurna, menyebabkan jadwal dan
biaya pelaksanaan dapat lebih memenuhi persyaratan kontrak. Bangunan
terdiri dari berbagai komponen yang fungsi yang berbeda dan saling
melengkapi. Klasifikasi komponen bangunan dapat didasarkan pada:
 Bahan bangunan yang digunakan: beton, baja, kayu, dan
sebagainya.
 Pembentuk ruang, lantai, atap, plafond, dinding, jendela, dan
sebagainya.
 Keahlian yang diterapkan komponen arsitektur, mekanikal,
elekterikal, dan sebagainya
Metoda konstruksi dalam bangunan gedung dibagi dua bagian,yaitu:
1. Metoda Bottom-up
Metoda ini sering digunakan pada bangunan gedung berlantai banyak
yaitu metoda konstruksi pekerjaan proyek konstruksi yang dimulai dari
bawah ke atas dimulai dari pondasi, basement dan lantai berikutnya,

47
contohnya pekerjaan pondasi sampai keatas yaitu pekerjaan lantaisampai
pekerjaan atap.
Urutan kegiatan pelaksanaan membangun dengan metoda Bottom-Up
adalah,
Tahap 1: pekerjaan persiapan pengaturan arus transportasi.
Tahap 2: penggalian tanah.
Tahap 3: pembuatan pondasi.
Tahap 4: pembuatan dinding penahan tanah.
Tahap 5: pembuatan kolom diteruskan pembuatan lantai dan balok lantai
diatas kolom tersebut secara berulang hingga lantai ke atas sampai atap.
2. Metoda Top-Down
Biasanya metoda ini digunakan pada proyek konstruksi yang
mempunyai ruang bebas yang terbatas akibat adanya bangunan gedung
yang telah ada dilokasi pembangunan dalam hal ini rentannya galian
basement terhadap bahaya longsor apabila dilaksanakan dengan metoda
Bottom-up.
Urutan kegiatan pelaksanaan membangun dengan metoda Top-Down
adalah,
Tahap1: melaksanakan pembongkaran dan pemindahan pondasi lama
yang ada dilokasi proyek dan dilakukan persiapan permukaan tanah pada
ketinggian yang diinginkan, kemudian dibuat dinding penahan tanah
sementara.
Tahap 2: dinding diafragma dibangun pada lokasi basement yang
direncanakan, pondasi mulai dikerjakan dan diikuti dengan pemasangan
kolom.
Tahap 3 :pembuatan ke dinding diafragma yang telah dibuat dan diisi
sebagai pengganti dinding penahan tanah sementara yang telah dicabut
kembali
Tahap 4 : penggalian tanah untuk membangun kolom-kolom dimana
lantai dicetak pada tanah bersamaan dengan detail drainase yang
diperlukan.

48
BAB III

HASIL PEMBAASAN

3.1 Tentang “Candiland Apartement and Hotel Semarang”

Alamat: Jl. Diponegoro, Tegalsari, Kec. Candisari, Kota Semarang, Jawa Tengah
50251, Indonesia.
Nomor Telepon: (024) 86453000
Email : https://landlordhotel.com/
Info Harga Kamar & Reservasi, website: https://landlordhotel.com/
Floors : 3 x 17 Floors + 3 Basements
Developer : PT Megatama Putra
Di sekitar Candiland Apartement and Hotel Semarang:
- 1,6 km dari Entertainment Plaza
- 2 km dari Simpang Lima.
- 2,2 km dari Akademi Kepolisian
- 2,3 km dari Mal Ciputra Semarang.
- 2,6 km dari Java Supermall
- 3,2 km dari Tugu Muda
- 8 km dari Bandara Internasional Ahmad Yani, akomodasi.

49
Candiland merupakan apartemen serta hotel yang dikembangkan oleh PT
Megatama Putra. Dengan lokasi alamat Candiland di Jalan Diponegoro No 24 & 38
Siranda Semarang. Berada di ) yang terletak di jantung kota Semarang dan daerah

50
elite dengan perbukitan yang indah, berdiri di atas lahan ± 1 ha dan tinggi 17 lantai
serta akses nya yang cukup dekat untuk akses ke pusat kota seperti kantor Gubernur,
Polda, Perhutani, Telkom, Kampus Undip atau juga rumah sakit. Beberapa jenis
ukuran ditawarkan seperti apartemen 2 bedrooom, 1 bed room, dan juga type studio
dengan view perbukitan atau kota. Dilengkapi dengan kolam renang, jogging track
dan taman kota, apartemen Candiland ini juga dipadukan dengan hotel dari Accor
Group yakni Ibis Styles Hotel.
Memiliki fasilitas berupa:
Fasilitas Umum Fasilitas utama
 Function room (Meeting  kamar bebas-rokok
rooms)  Restoran dan bar/lounge
 Cafe  Kolam renang outdoor
 Sky Garden  Pusat kebugaran

 Sky Pool Bar  Resepsionis 24 jam

 Luxury Sky Fitness Center  AC

 Spa and Sauna  Brankas di resepsionis

 Executivem Lobby and Bar  Layanan laundry

Lounge
 Playground and Barbeque
Area
 Jogging Track

51
a) Interior Kamar Apartement

b) Tipe Kamar Apartement

52
3.2 Sistem Struktur dan Kosntruksi “Candiland Apartement and Hotel Semarang”
3.2.1 Sistem Pondasi “Candiland Apartement and Hotel Semarang”
Sistem pondasi yang digunakan pada gedung “Candiland Apartement
and Hotel Semarang”yaitu dengan menggunakan pondasiBored Pile, Pondasi
bored pile adalah jenis pondasi dalam dengan desain berbentuk tabung yang
berfungsi meneruskan beban bangunan ke lapisan tanah keras. Pondasi ini
digunakan jika level tanah dipermukaan atas tidak cukup untuk menahan
beban bangunan secara keseluruhan, sehingga diperlukan daya dukung
tambahan. Pondasi boredpile ini biasa digunakan dalam pembangunan
bangunan highrise building dan juga digunakan pada bangunan Candiland
Apartement dan Hotel Semarang dikarenakan jenis tanah berupa tanah keras
dan pada bangunan Candiland Apartement dan Hotel Semarang merupakan
bangunan highrise building dan supaya dapat menopang jumlah lantai yang
ada dibangunan Candiland Apartement dan Hotel Semarang yang berjumlah
14 lantai. Fungsinya hampir sama dengan pondasi dalam lainya layaknya
pondasi tiang pancang. Perbedaanya hanya terletak pada cara pengerjaanya.
Pengerjaan pondasi bored pile ini dimulai dengan melubangi tanah dahulu
sampai kedalaman yang diperlukan, lalu tahap pemasangan tulangan besi yang
dilanjutkan dengan pengecoran beton untuk pengurugannya

53
Gambar Potongan Tower C Candiland

54
Gambar Detail Pondasi Bore Pile - Gambar isometric Bored Pile

Gambar Metode Pemasangan Pondasi Bore Pile

55
Gambar Asbuilt Denah Pondasi Tower C Candiland

56
Gambar Asbuilt Denah Borepile Tower C Candiland

57
Gambar Asbuilt Potongan dan Detail Borepile Tower C Candiland

58
Gambar Asbuilt Detail Borepile Tower C Candiland

59
3.2.2 Sistem Kolom, Balok, dan Plat Lantai Candiland Apartment dan Hotel
Semarang

Pada suatu bangunan kolom balok dan plat lantai merupakan suatu unsur yang
sangat penting dalam suatu bangunan, begitu pula yang ada pada bangunan Candiland
Apartement dan Hotel Semarang. Pada bangunan Candiland Apartement dan Hotel ini
memiliki menggunakan modul struktur 6m x 7m dengan penggunaan kolom struktur
dengan ukuran 60cm x 30cm. Selain terdapat kolom struktur bangunan Candiland
Apartement dan Hotel ini juga menggunakan kolom praktis dalam memenuhi
kebutuhan ruang yang ada di bangunan Candiland Apartement dan Hotel. Untuk
mengikat kolom struktur tersebut digunakan balok induk dengan ukuran 30cm x 60cm
yang mengikat maupun menghubungkan antara kolom yang satu dengan kolom yang
lainnya sehingga dapat memperkuat struktur bangunan star hotel tersebut.Selain
menggunakan balok induk di bangunan Candiland Apartement dan Hotel juga
menggunakan balok anak anak untuk memperkuat struktur dari bangunan tersebut.
Pada bangunan Candiland Apartement dan Hotel semarang terdapat 14 lantai dengan
masing - masing plat lantai memiliki ketebalan 12cm dan tinggi tiap plafonnya yaitu
3m tiap lantai.

60
Gambar Asbuild Potongan Tower C Candiland

61
Gambar Asbuild Denah Kolom Lantai Tower C Candiland

62
Gambar Asbuild Denah Penulangan Balok Lantai Tower C Candiland

63
Gambar Asbuild Denah Balok & Plat Lantai Tower C Candiland

64
3.2.3 Sistem Core Bangunan “Candiland Apartment dan Hotel Semarang”

Core bangunan pada Candiland Apartement dan Hotel Semarang terdapat pada
tengah bangunan dan dipinggir bangunan yang juga sebagai tempat untuk jalur
transportasi vertikal yaitu lift dan tangga. Hanya terdapat satu core dengan ukuran yang
cukup besar.Selain untuk transportasi, core pada bangunan tersebut juga digunakan
sebagai tempat untuk letak utilitas dari lantai atas sampai basement bangunan. Di lantai
paling atas dari core itu sendiri terdapat mesin penarik dari lift utama untuk bangunan.
Tujuan peletakan core ditengah-tengah dan dipinggir dari bangunan yag memiliki jumlah
lantai yang paling tinggi di Semarang ialah untuk menyeimbangkan bangunan tersebut
dari gaya-gaya luar yang bekerja, seperti kekuatan angin, gerakan tanah dan juga gaya-
gaya luar yang bekerja pada bangunan yang lain. Kelemahan dari peletakan core yang
berada di tengah bangunan ialah untuk gaya-gaya luar bangunan yang terdapat pada
sudut-sudut bangunan tidak dapat tereduksi dengan baik, sehingga banyak struktur-
struktur bangunan pada sudut yang retak-retak akibat gaya tersebut.

65
Gambar Potongan Tower C Candiland

66
67
Gambar Denah Core dan Shearwall Tower C Candiland

3.2.4 Sistem Dinding Geser (Shear Wall) “Candiland Apartment dan Hotel
Semarang”

Shear wall pada gedung terdapat pada tengah bangunan yang disebut dengan
core dan juga pada bagian sisi bangunan. Pada core bangunan difungsikan untuk
tempat lift dan utilitas bangunan, sedangkan pada sisi bangunan memiliki fungsi
utama untuk membantu mereduksi gaya luar bangunan yang bekerja pada bangunan.
Shear wall tersebut terbuat dari dinding beton yang memiliki lebar seperti pada sisi
pendek core banguan. Dengan adanya shear wall, core bangunan akan terbantu untuk

68
mempertahankan kekokohan bangunan dari serangan gaya-gaya luar, sehingga
dengan bangunan yang sangat tinggi pun tidak akan terjadi kemiringan yang dapat
mengakibatkan bangunan akan runtuh.

69
Gambar Denah Core dan Shearwall Tower C Candiland

3.2.5 Sistem Basemen dan Dilatasi “Candiland Apartement and Hotel Semarang”

3.2.5.1 Basemen

Pada gedung ini terdapat dua lantai basemen yang pada lantai 1 digunakan
untuk tempat parkir.Untuk basemen lantai 2 difungsikan sebagai tempat tangki-tangki
air bersih dan air kotor juga terdapat tempat pengolahan limbah (STP).Selain itu juga
terdapat ruang panel pada bagian selatan basement, serta ruang pengontrol dari
pengolohan limbah.

70
71
Gambar Asbuild Denah Kolom Basemen Tower C Candiland

3.3 Sistem Jaringan Utilitas “Candiland Apartement and Hotel Semarang”


3.3.1 Sistem Distribusi Air Bersih “Candiland Apartement and Hotel Semarang”
Untuk sistem distribusi air bersih bangunan Tower Gedung C apartemen
Candiland Semarang kebutuhan air bersih menggunakan sumber air bersih dari
PDAM dan artesis(sumur tanah).Untuk distribusi air bersih dari PDAM dibatasi dan
sudah diatur sekian meter kubik secara otomatis, bangunan Tower Gedung C
apartemen Candiland Semarang juga memiliki artesis(sumur tanah) untuk memenuhi
kebutuhan air bersih. Sumber air bersih yang disuplai dari PDAM maupun sumur
tanah selanjutnya akan ditampung ke dalam reservoir atau tanki, reservoir atau tanki
bisa diletakkan di bawah bangunan, diatas bangunan, ataupun keduanya. Untuk
reservoir atau tanki paad bangunan Tower Gedung C Apartement Candiland
Semarang ini memiliki reservoir di dalam tanah (Ground Reservoir) sebanyak 2 buah
dan juga reservoir di atas bangunan(Roof tank). Sistem distribusi air bersih pada
bangunan Tower Gedung C Apartement Candiland Semarang menggunakan sistem
down feed yaitu air yang ditampung di ground reservoir dipompakan ke roof tank
diatas Gedung kemudian disalurkan ke seluruh Gedung secara gravitasi. Untuk
didapatkannya tekanan air yang merata ke seluruh bangunan Tower Gedung C
Apartement Candiland Semarang digunakan booster pump untuk mengatur
penyaluran tekanan air bersih dari roof tank ke seluruh bangunan memiliki tekanan
yang sama dan merata.

72
3.3.2 Sistem Pembuangan dan Penelolaan Air Kotor “Candiland Apartement
and Hotel Semarang”
Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan:
a. Sistem pembuangan air kotor.
Adalah system pembuangan untuk air buangan yang berasal dari kloset,
urinal, bidet, dan air buangan yang mengandung kotoran manusia dari alat
plambing lainnya ( black water).
b. Sistem pembuangan air bekas.
Adalah system pembuangan untuk air buangan yang berasal dari bathtub,
wastafel, sink dapur dan lainnya ( grey water ). Untuk suatu daerah yang tidak
tersedia riol umum yang dapat menampung air bekas, maka dapat di
gabungkan ke instalasi air kotor terlebih dahulu
c. Sistem pembuangan air hujan.
Sistem pembuangan air hujan harus merupakan system terpisah dari system
pembuangan air kotor maupun air bekas, karena bila di campurkan sering
terjadi penyumbatan pada saluran dan air hujan akan mengalir balik masuk ke
alat plambing yang terendah.
d. Sistem air buangan khusus.
Sistem pembuangan air yang mengandung gas, racun, lemak, limbah pabrik,
limbah rumah sakit, pemotongan hewan dan lainnya yang bersifat khusus.

Klasifikasi berdasarkan cara pengaliran :


a. Sistem gravitasi.
Air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah
b. Sistem bertekanan.
Sistem yang menggunakan alat ( pompa ) karena saluran umum letaknya lebih
tinggi dari letak alat plambing, sehingga air buangan di kumpulkan terlebih
dahulu dalam suatu bakpenampungan, kemudian di pompakan keluar ke roil
umum. Sistem ini mahal, tetapi biasa di gunakan pada bangunan yang
mempunyai alat – alat plambing di basement pada bangunan tinggi /
bertingkat

73
 Sistem Pembuangan Air Buangan dibedakan berdasarkan cara
pembuangannya :
a. Sistem pembuangan air campuran, yaitu sistem pembuangan dimana air kotor
dan air bekas dialirkan kedalam satu saluran / pipa.
b. Sistem pembuangan air terpisah, yaitu sistem pembuangan dimana air kotor
dan air bekas masing-masing dialirkan secara terpisah atau menggunakan pipa
yang berlainan.

 Sistem Pembuangan Air Buangan dibedakan berdasarkan


perletakannya:
a. Sistem pembuangan gedung, yaitu sistem pembuangan yang berada didalam
gedung.
b. Sistem pembuangan luar, yaitu sistem yang berada diluar gedung, disebut
juga riol gedung. Sebelum air buangan dari peralatan saniter maupun dari
buangan dapur dibuang ke saluran umum / kota maka harus dilakukan
pengolahan terlebih dahulu dengan Sewage Treatment Plant ( STP ),
sehingga memenuhi ambang baku yang dipersyaratkan.

 Peralatan Utama & Fungsi


1. Pompa Submersible, berfungsi untuk menaikan level air kotor pada daerah
level terendah ke instalasi pengolah yang levelnya lebih tinggi.
2. Sewage Treatment Plant ( STP ) STP berfungsi sebagai pengolah air buangan
sehingga memenuhi persyaratan sebagai air buangan rumah tangga (
domestic waste ), yaitu dengan ketentuan : a. Kandungan zat tersuspensi rata-
rata dalam waktu 24 jam adalah 20 mg / liter. b. Kebutuhan biologi untuk
oksigen ( BOD ) rata-rata dalam waktu 24 jam adalah 20 mg / liter dengan
kapasitas maksimum yang diperbolehkan s/d 30 mg / liter.
Beberapa jenis STP yang umum dipakai :

a. Extended Aeration Activated Sludge Process, terdiri dari beberapa


bagian, Yaitu : - Equalizing tank - Aeration biozone - Primary settling
tank - Chlorination tank - Effluent tank
b. Rotating Biological Contactor (RBC). Terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
- Primary clarifier tank - Rotor disk - Final clarifier - Chlorination system

74
- Sludge disposal - Effluent tank c. Bio Activator, Merupakan kombinasi
antara Extended Aeration Activated Sludge Process dengan Rotating
Biological Contactor.

Biological Contractor

3.3.3 Sistem Transportasi Vertikal “Candiland Apartement and Hotel Semarang”


Pada bangunan Tower C Apartement Candiland Semarang sistem transportasi
vertikal bangunan menggunakan lift dan tangga. Terdapat 3 buah lift dan 3 lokasi
peletakan tangga untuk akses vertikal bangunan Tower C Apartement Candiland
Semarang, 3 buah lift terdiri dari 2 lift untuk pengunjung bangunan dan 1 lift untuk
kegiatan servis. Untuk tangga pada bangunan Tower C terdiri dari 3 titik lokasi
peletakan dan dibedakan menjadi 3 tipe, salah satu dari 3 tipe tangga bangunan
memiliki akses sampai ke lantai 11(rooftop) bangunan sebagai tangga servis dan
evakuasi, sedangkan 2 tipe tangga lainnya hanya memiliki akses sampai ke lantai
10(lantai unit tipikal teratas).
Lift yang digunakan pada bangunan ini adalah Traction Elevator. Traction
elevator merupakan lift yang sistem penggeraknya menggunaan motor listrik, bekerja
dengan mengangkat kereta dengan menggunakan tali baja atau wire rope yang
dihubungkan pada puli yang berada di motor listrik dan juga yang berada di atas
kereta penumpang. Komponen utama elevator terdiri dari dua bagian, yaitu: ruang
mesin (machine room) dan ruang luncur (hoistway). Sistem kerjanya berupa kereta
yang di naik turunkan oleh motor penggerak (gearless elevator), dengan mengunakan
tali baja, melalui ruang luncur (hoistway) di dalam bangunan yang di khususkan
untuk elevator yaitu berupa shaf yang panjang

75
76
Gambar Asbuild Lokasi Tangga Tipe A Tower C Candiland

Tangga tipe A merupakan tangga servis sekaligus evakuasi, tangga ini


menjangkau akses dari lantai SB2(Semi Basement 2) sampai ke lantai 11(rooftop).
Pada bangunan Tower C Apartement Candiland ini hanya ada satu tangga yang
memiliki akses penuh sampai ke rooftop.

77
Gambar lokasi tangga tipe B Tower C Candiland

Tangga tipe B merupakan tangga bangunan Tower C Apartement Candiland


dengan jangkauan dari lantai dasar(Ground Floor) bangunan sampai ke lantai
10(lantai unit tipikal teratas). Tangga tipe B tidak memiliki akses ke lantai Semi
Basement 1(SB1) maupun Semi Basement 2(SB2).

78
Gambar lokasi Tangga Tipe C Tower C Candiland

Tangga tipe C merupakan sistem transportasi vertikal bangunan Tower C


Apartement Candiland Semarang.Tangga tipe C ini memiliki jangkauan akses dari
lantai Semi Basement 1(SB1) sampai dengan lantai 10(lantai unit tipikal teratas).
Memiliki jangkauan vertikal maksimal sama seperti tangga tipe B sampai dengan

79
lantai 10, namun memiliki jangkauan ke lantai dibawah sampai ke Semi Basement
1(SB1).

Gambar Asbuild Potongan Tangga Type A Tower C Candiland

80
Gambar Asbuild Tangga Type B - Gambar Asbuild Tangga Type C

81
3.3.4 Sistem Pemadaman dan Pengelolaan Bahaya Kebakaran
“Candiland Apartement and Hotel Semarang”
Sistem penanggulangan kebakaran dapat dilakukan dengan cara melengkapi bangunan
tersebut dengan alat-alat yang dapat membantu mencegah kebakarandan mengurangi
membesarnya api. Pada Candiland Apartment layaknya seperti bangunan tinggi
lain diperlukan alat-alat yang dapat mencegah kebakaran pada sebuah bangunan,
seperti harus tersedianya alat pemadam api ringan
(APAR), Alarm Detector, Sprinkler, Fire Hose Reel dan Hydrant Pillar. Pada
Candiland Apartment kami menemukan beberapa alat pemadam kebakaran seperti
Alarm Detector, APAR, Fire Hose Reel dan Hydrant Pillar.

Sistem kerja sistem damkar pada Candiland Apartment terdapat beberapa


tahapan. Seperti Alarm Detector yang mampu mendeteksi bahaya kebakaran yang
ada di gedung Candiland Apartment yang terdiri dari detector heat (panas), smoke
detector (asap), fire decetror (api). Saat Alarm detector mendeteksi adanya
kebakaran, ia akan mengirim sinyal ke warning system berupa alarm dan sirine
tanda kebakaran. Setelah itu penanganan dapat dilakukan dengan menggunakan
alat alat pemadam kebakaran seperti yang sudah dijelaskan diatas. Para penghuni
bangunan akan digiring untuk menggunakan jalur evakuasi Jalur evakuasi penting
dalam kondisi seperti ini tulisan jalur evakuasi diletakkkan ditempat yang
strategis, adanya tangga darurat yang menghubungkan langsung ke luar
bangunan, tangga darurat pada bangunan berada dibagian sudut bangunan.

82
Alat Pemadam Api Ringan

Smoke Detector

Skema Sistem Penanggulangan Kebakaran


83
3.3.5 Sistem Pembuangan Sampah“Candiland Apartement and Hotel Semarang”
Pada Candiland Apartment digunakan sistem Waste Shaft - Trash
Chute yakni berupa pembuangan sampah dengan sistem cerobong/pipa vertikal
yang dibuang secara gravitasi di setiap lantai bangunan bertingkat berupa sampah
yang tidak mudah terurai seperti sampah konsumsi sehari-hari berupa plastik,
sisah makanan, kertas dsb dan ditampung di lantai dasar bangunan berupa bak
penampungan dan kemudian didistribusikan ke truk-truk pembuangan
sampah. Jadi pengguna membuang sampah tidak perlu turun cukup dibuang
melalui Waste shaft sampah yang ada di tiap lantainya.Pada Candiland Apartment
akhiran Waste shaft sampah ada di basement dan terdapat bak penampung
sementara yang terpisah antara sampah organik dan unorganik. Sampah di bak
penampungan sementara akan diangkut mobil sampah secara berkala sesuai
jadwal pengambilan sampah untuk dibuang ke TPA kota.

3.3.6 Sistem Penangkal Petir “Candiland Apartement and Hotel Semarang”


Pengamanan bangunan bertingkat dari bahaya sambaran petir perlu
dilakukan dengan memasang suatu alat penangkal petir pada puncak bangunan
tersebut.Penangkal petir ini harus dipasang pada bangunan-bangunan yang
tinggi, minimal bangunan 2 lantai, terutama yang paling tinggi di antara
sekitarnya.Candiland Apartment memiliki alat penangkal petir dengan sistem
elektrostatis yang merupakan alat penangkal petir modern dengan menggunakan
sistem ESE (Early Streamer Emision).Cara kerja dari penangkal petir sistem
elektrostatis yakni dengan aktif melepaskan ion dalam jumlah besar ke lapisan
udara sebelum terjadi sambaran petir. Pelepasan ion ke lapisan udara secara
otomatis akan membuat sebuah jalan untuk menuntun petir agar selalu memilih

84
ujung terminal penangkal petir elektrostatis ini dari pada area sekitarnya. Dengan
system ESE ini akan meningkatkan area perlindungan yang lebih luas dari pada
system penangkal konvensional.

3.3.7 Sistem Telekomunikasi “Candiland Apartement and Hotel Semarang”


Perancangan telepon pada Apartemen Candiland mempertimbangkan
perencanaan sistem komunikasi antara ruangan (intercom) dan perencanaan sistem
komunikasi luar.Yaitu telekomunikasi terpusat.Perancangan ini memperhatikan
system pengaturan pemasangan kabel dalam bangunan sedemikian rupa sehingga
tidak menggangu estetika pada bangunan serta untuk memudahkan dalam
perawatan.Perencanaan arus lemah telepon, sistem telepon menggunakan system
hubungan seperti saluran untuk daya pembangkit komputer, yaitu aliran di dalam
lantai (floor duct).Dengan system komunikasi yang terpusat dan satu arah ini
memudahkan komunikasi antar lantai dan ke luar. Untuk pekerja maintenancenya
(teknisi) serta petugas keamanan menggunakan HT. Indoor Coverage Solution
(IBC) / In-Building Solution merupakan suatu sistem yang diterapkan dalam
gedung yang terintegrasi dan mendukung sistem luar gedung (makrosel dan
mikrosel outdoor) dalam memenuhi layanan seluler dan wireless. Perencanaan sel
IBC meliputi perencanaan area cakupan sesuai dengan komitmen area, kapasitas
trafik & kualitas sinyal sesuai kebutuhan yang diharapkan. Prinsip kerja sistem
ini secara sederhana adalah memanfaatkan sistem distribusi antena indoor untuk
mendistribusikan sinyal dari BTS/Repeater, sehingga semua sisi bangunan dapat
terjangkau sinyal dengan baik. Secara sederhana, sebuah
sistem IBC terdiri atas dua bagian yaitu: yang pertama adalah sumber
sinyal: RBS(Radio Base Staation) atau Repeater. Dan yang kedua adalah
Distributed Antenna System: yang berupa Passive Distribution Mode, Active
Distribution Mode, Optical Fiber Distribution Mode, Leaky Cable Distribution
Mode.
3.3.8 Sistem Keamanan (Security) “Candiland Apartement and Hotel Semarang”
Untuk menjamin kenyamanan dan keamana, Candiland Apartment juga
dilengkapi dengan sistem keamanan 24 jam yang juga dilengkapi dengan adanya
kamera CCTV, metal detector di bagian pintu masuk, dan petugas
keamanan.CCTV diletakkan di area public saja karena peruntukan bangunan
untuk apartemen dan hotel.Pengendalian CCTV terpusat dan ruangan.Terdapat

85
juga ruang keamanan atau pos jaga untuk petugas keamanan. Dan juga terdapat
satpam yang berjaga 24 jam di looby depan Apartement dan gerbang masuk
kawasan Candiland Apartement and Hotel.

3.3.9 Sistem Pembersihan Bangunan “Candiland Apartement and Hotel


Semarang”
Sistem pemeliharaan dan perawatan bangunan merupakan mekanisme
kegiatan yang harus dikembangkan oleh pengelola dalam memanfaatkan
bangunan. Sistem didukung oleh beberapa aspek sebagai berikut:
a) Pola pemeliharaan dan perawatan
b) Organisasi pelaksana pemeliharaan dan perawatan
c) Ruang lingkup pemeliharaan dan perawatan
d) Pembiayaan bagi pemeliharaan dan perawatan
Pemeliharaan adalah langkah preventif yaitu tindakan pada bangunan yang
dilakukan secara rutin dan dapat pula pada selang waktu tertentu dengan beberapa
kriteria yang ditentukan sebelumnya. Pemeliharaan terbagi menjadi:
 Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan
secara terus-menerus, baik bersifat harian/mingguan/bulanan, beberapa contoh
kegiatan pemeliharaan rutin diantaranya
 Pembersihan lantai ruangan; kusen dan jendela, atap plafond dan dinding.
 Pembersihan kloset, bak mandi, lantai dan dinding toilet, bak laboratorium dll.
 Pembersihan talang air dan saluran air kotor.
 Pembersihan saluran selokan sekolah.
Pemeliharaan berkala merupakan langkah tindakan pada bangunan
menurut periodisasi yang telah ditetapkan sebelumnya, beberapa contoh kegiatan
diantaranya:
 Perbaikan dan Pengecatan dinding.
 Perbaikan dan pengecatan kusen pintu dan jendela.
 Penggantian genting atau penutup atap lainnya.
 Service dan penambahan gas freon pada unit AC
Kegiatan-kegiatan diatas dilakukan oleh petugas cleaning service pihak
Apartemen.
Untuk maintenance pembersihan bagian luar bangunan Apartemen
Candiland dari segi pembersihan gedung, Candiland dilengkapi dengan sebuah

86
gondola. Rel atau jalan gondola berada di lantai teratas gedung. Gondola
digunakan untuk membersihkan debu pada dinding dan kaca bangunan,
sehingga warnanya tetap terjaga dan terawat.Serta melakukan perbaikan kecil
yang timbul di luar gedung.Pembersihannya dilakukan berkala sekita 1 bulan
sekali.

3.3.10 Sistem Elektrikal “Candiland Apartement and Hotel Semarang”


Sistem elektrikal bangunan Candiland Semarang menggunakan sumber daya
utama atau sumber tegangan listrik dari gedung menggunakan sumber dari PLN.
Gedung juga menyediakan sumber tegangan cadangan (emergency) jika terjadi
pemadamam atau PLN mati, yaitu menggunakan Genset (generator set). Genset di
pergunakan pada saat ada gangguan atau pemadaman dari PLN, dan umumnya
telah diset sedemikian rupa sehingga ketika PLN mati, maka dengan otomatis
tegangan disuplay dari genset yang telah di set secara otomatis, dengan interval
waktu hitungan detik.
Tegangan yang dibutuhkan oleh gedung adalah tegangan rendah.Sedang (untuk
daya yang lebih besar) tegangan yang masuk dari PLN adalah tegangan menengah
(20ribu volt).Sehingga diperlukan peralatan pengubahan dari tegangan menengah
ke tegangan rendah. Aliran tegangan menengah diubah menjadi tegangan rendah
melalui trafo, yang kemudian didistribusikan melalui panel distribusi utama
tegangan rendah atau LVMDP (Low voltage distribution panel) . Dari panel
tegangan rendah ini kemudian disitribusikan ke panel sub distribusi (atau disebut
jua dengan panel MDP (main distrubution paanel) atau ada juga yang menyebut
panel SDP (sub distribution panel) dan seterusnya ke panel peralatan hingga outlet
pemakai (stop kontak, lampu dan lain-lain). Panel dalam sistem instalasi di
gedung biasanya panel terdiri dari 2 macam, yaitu panel tegangan menengah yang
biasanya di sebut dengan panel MV (medium voltage) atau yang sering disebut
juga dengan nama panel cubicle dan panel tegangan rendah. Panel tegangan
menengah (panel MV (Medium Voltage) atau sering disebut juga panel cubicle
ada yang disediaan oleh PLN, dan biasanya menjadi tanggung jawab PLN, yang
disebut dengan cubicle PLN, yang menghubungkan jaringan tegangan menengah
PLN dengan cubice gedung. Panel ini terdiri dari 3 macam, yaitu cubicle
incoming, metering dan cubicle outgoing.Panel MV yang lainnya biasanya disebut

87
dengan cubicle pelanggan, yang menghubungan dari panel MV (cubicle PLN)
dengan Trafo.
Panel Genset , Dalam suatu gedung untuk mengkover sumber daya dari
PLN jika mati, maka disediakan sumber daya lain dari Genset. Untuk memasuki
didtribusi tegangan renndah ke gedung, maka daya dari genset kemudian dialirkan
melauli panel Genset., yang secara otomatis akan menghidupan genset jika PLN
mati. Panel Genset dilengkapi dengan A.M.F - A.T.S , singkatan dari Automatic
Main Failure - Automatic start and stop Genset. Fungsi Dari A.M.F(Automatic
Main Failure) Adalah s ecara Automatic Menghidupkan (Start) Genset ketika
suplai Listrik dari PLN Gagal / Padam. sedangkan Fungsi dari A.T.S (Automatic
Transfer Switch) Adalah secara Automatic Membuka Suplay listrik dari genset
dan menutup suplay listrik dari PLN dan sebaliknya membuka suplay listrik dari
PLN dan Menutup suplay listrik dari genset secara Automatic ketika Suplay
listrik dari PLN kembali.
Panel tegangan rendah terdiri dari panel utama yang disebut dengan LVMDP
(Low voltage distribution panel), sub panel dan kemudian ke panel-panel PP,
Panel AC dan lain-lain.

3.3.11 Sistem Penghawaan “Candiland Apartement and Hotel Semarang”


Gedung candiland menggunakan AC sebagai sistem pendingin ruangan,
gedung ini menggunakan AC produk Daikin VRV3(variable refrigment volume)
sebagai sistem pendingin ruangan. Komponen utama VRV3 terdiri dari FCU/
indoor (fan coil Unit) dan Outdoor Unit. Gedung candiland terdapat 2 kapasitas
outdoor yaitu 16 pk dan 18 pk yang semuanya berada di roof tower dan roof
annex. Kelebihan instalasi pipa refrigerant VRV3 yaitu dapat digunakan Sumber
pencahayaan buatan pada bangunan candilland semarang menggunakan cahaya
lampu yang di gunakan pada sore dan malam hari, penggunaan lampu yang selalu
aktif biasanya digunakan pada area-area yang gelap seperti lorong pada unit
gedung. Lampu yang di gunakan sesaui dengan fungsi masing masing ruang.

88
3.3.12. Sistem Tata Suara “Candiland Apartement and Hotel Semarang”
Sistem tata suara untuk area lobby, koridor, area parkir, dan ruang
administrasi selain digunakan untuk panduan evakuasi, digunakan pula untuk
pemanggilan atau untuk keperluan program musik. Sistem tata suara diatur di
satu tempat, yaitu di ruang kontrol yang terletak di lantai basement 1. Diruang ini
terdapat paging microphone yang berfungsi sebagai alat pemberitahuan atau
informasi pada saat kondisi darurat , memanggil karyawan / sopir, dan
menyampaikan informasi / pengumuman bagi seluruh karyawan. Sistem ini
diawali dari sumber suara, kemudian langsung disalurkan kembali melalui
mikrophon dan diolah dalam amplifier lalu disebarkan secara merata melalui
speaker yang berada di masing-masing ruangan dan koridor-koridor.Sistem
kerjanya, suara dibunyikan terhadap paging mikrophon, lalu suara tersebut diolah
didalam mixer yang terhubung dengan panel. Kemudian suara diolah kembali di
dalam power amplifier yang terdapat di setiap lantai dan disebarkan ke
speaker.Untuk mengatur kerasnya suara yang keluar melalui speaker, terdapat
volume control.

89
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dalam kegiatan observasi yang membahas tentang
Sistem Struktur dan Sistem Utilitas pada High Rise Building Apartemen Candiland
Semarang adalah :
1) Sistem struktur dan konstruksi pada Candiland Apartement and Hotel Semarang
a. Sistem Pondasi
Sistem pondasi yang digunakan pada gedung “Candiland
Apartement and Hotel Semarang”yaitu dengan menggunakan
pondasiBored Pile, Pondasi bored pile adalah jenis pondasi dalam dengan
desain berbentuk tabung yang berfungsi meneruskan beban bangunan ke
lapisan tanah keras.
b. Sistem Kolom, Balok, dan Plat Lantai
Pada suatu bangunan kolom balok dan plat lantai merupakan suatu
unsur yang sangat penting dalam suatu bangunan, begitu pula yang ada
pada bangunan Candiland Apartement dan Hotel Semarang. Pada
bangunan Candiland Apartement dan Hotel ini memiliki modul struktur
6m x 7m dengan penggunaan kolom struktur dengan ukuran 60cm x
30cm. Selain terdapat kolom struktur bangunan Candiland Apartement
dan Hotel ini juga menggunakan kolom praktis dalam memenuhi
kebutuhan ruang yang ada di bangunan Candiland Apartement dan Hotel.
Untuk mengikat kolom struktur tersebut digunakan balok induk dengan
ukuran 30cm x 60cm yang mengikat maupun menghubungkan antara
kolom yang satu dengan kolom yang lainnya sehingga dapat memperkuat
struktur bangunan.
c. Sistem Core Bangunan
Core bangunan pada Candiland Apartement dan Hotel Semarang
terdapat pada tengah bangunan dan dipinggir bangunan yang juga sebagai
tempat untuk jalur transportasi vertikal yaitu lift dan tangga. Hanya
terdapat satu core dengan ukuran yang cukup besar.Selain untuk

90
transportasi, core pada bangunan tersebut juga digunakan sebagai tempat
untuk letak utilitas dari lantai atas sampai basement bangunan.
d. Sistem Dinding Geser (Shear Wall)
Shear wall pada gedung terdapat pada tengah bangunan yang
disebut dengan core dan juga pada bagian sisi bangunan. Pada core
bangunan difungsikan untuk tempat lift dan utilitas bangunan, sedangkan
pada sisi bangunan memiliki fungsi utama untuk membantu mereduksi
gaya luar bangunan yang bekerja pada bangunan. Shear wall tersebut
terbuat dari dinding beton yang memiliki lebar seperti pada sisi pendek
core banguan.
e. Sistem Basemen dan Dilatasi
Pada gedung ini terdapat dua lantai basemen yang pada lantai 1
digunakan untuk tempat parkir.Untuk basemen lantai 2 difungsikan
sebagai tempat tangki-tangki air bersih dan air kotor juga terdapat tempat
pengolahan limbah (STP). Selain itu juga terdapat ruang panel pada
bagian selatan basement, serta ruang pengontrol dari pengolohan limbah.
2) Siistem jaringan utilitas pada Candiland Apartement and Hotel Semarang
a. Sistem Distribusi Air Bersih
Untuk sistem distribusi air bersih bangunan Tower Gedung C
apartemen Candiland Semarang kebutuhan air bersih menggunakan
sumber air bersih dari PDAM dan artesis (sumur tanah).
b. Sistem Pembuangan dan Pengelolaan Air Kotor
Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan:
 Sistem pembuangan air kotor adalah system pembuangan untuk
air buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan
yang mengandung kotoran manusia dari alat plambing lainnya
(black water).
 Sistem pembuangan air bekas adalah system pembuangan untuk
air buangan yang berasal dari bathtub, wastafel, sink dapur dan
lainnya ( grey water ).
 Sistem pembuangan air hujan, sistem pembuangan air hujan harus
merupakan sistem terpisah dari sistem pembuangan air kotor

91
maupun air bekas, karena bila di campurkan sering terjadi
penyumbatan pada saluran.
 Sistem air buangan khusus, sistem pembuangan air yang
mengandung gas, racun, lemak, limbah pabrik, limbah rumah
sakit, pemotongan hewan dan lainnya yang bersifat khusus.
c. Sistem Transportasi Vertikal
Pada bangunan Tower C Apartement Candiland Semarang sistem
transportasi vertikal bangunan menggunakan lift dan tangga. Terdapat 3
buah lift dan 3 lokasi peletakan tangga untuk akses vertikal bangunan
Tower C Apartement Candiland Semarang.
d. Sistem Pemadaman dan Pengelolaan Bahaya Kebakaran
Sistem kerja sistem damkar pada Candiland Apartment terdapat
beberapa tahapan. Seperti Alarm Detector yang mampu mendeteksi
bahaya kebakaran yang ada di gedung Candiland Apartment yang terdiri
dari detector heat (panas), smoke detector (asap), fire decetror (api).
e. Sistem Pembuangan Sampah
Pada Candiland Apartment digunakan sistem Waste Shaft - Trash
Chute yakni i berupa pembuangan sampah dengan sistem cerobong/pipa
vertikal yang dibuang secara gravitasi di setiap lantai bangunan
bertingkat.
f. Sistem Penangkal Petir
Candiland Apartment memiliki alat penangkal petir dengan sistem
elektrostatis yang merupakan alat penangkal petir modern dengan
menggunakan sistem ESE (Early Streamer Emision).Cara kerja dari
penangkal petir sistem elektrostatis yakni dengan aktif melepaskan ion
dalam jumlah besar ke lapisan udara sebelum terjadi sambaran petir.
g. Sistem Keamanan (Security)
Untuk menjamin kenyamanan dan keamanan, Candiland
Apartment juga dilengkapi dengan sistem keamanan 24 jam yang juga
dilengkapi dengan adanya kamera CCTV, metal detector di bagian pintu
masuk, dan petugas keamanan.
h. Sistem Telekomunikasi

92
Perancangan telepon pada Apartemen Candiland
mempertimbangkan perencanaan sistem komunikasi antara ruangan
(intercom) dan perencanaan sistem komunikasi luar.
i. Sistem Pembersihan Bangunan
Untuk maintenance pembersihan bagian luar bangunan Apartemen
Candiland dari segi pembersihan gedung, Candiland dilengkapi dengan
sebuah gondola. Rel atau jalan gondola berada di lantai teratas gedung.
j. Sistem Elektrikal
Sistem elektrikal bangunan Candiland Semarang menggunakan
sumber daya utama atau sumber tegangan listrik dari gedung
menggunakan sumber dari PLN. Gedung juga menyediakan sumber
tegangan cadangan (emergency) jika terjadi pemadamam atau PLN mati,
yaitu menggunakan Genset (generator set).
k. Sistem Penghawaan
Gedung candiland menggunakan AC sebagai sistem pendingin
ruangan, gedung ini menggunakan AC produk Daikin VRV3(variable
refrigment volume) sebagai sistem pendingin ruangan.
l. Sistem Tata Suara
Jaringan tata suara pada bangunan digabungkan dengan sistem
keamanan, sistem tanda bahaya, dan sistem pengaturan waktu
terpusat.Sistem tata suara diintegrasikan sistem tanda bahaya, sehingga
bila terjadi kondisi darurat (kebakaran), sistem tanda bahaya
mendapatkan prioritas sinyal (signal) dari system tata suara untuk
membunyikan tanda bahaya (sirine) atau program panduan evakuasi ke
seluruh bangunan.

4.2 Saran
Hasil observasi ini diharapkan dapat dijadikan referensi serta bermanfaat bagi
pihak akademisi, praktisi, dan umum. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

93
LAMPIRAN

Gambar Potongan Tower C Candiland

Gambar Asbuilt Denah Pondasi Tower C Candiland

94
Gambar Asbuilt Denah Borepile Tower C Candiland

Gambar Asbuilt Potongan dan Detail Borepile Tower C Candiland

95
Gambar Asbuilt Detail Borepile Tower C Candiland

Gambar Asbuild Potongan Tower C Candiland

96
Gambar Asbuild Denah Kolom Lantai Tower C Candiland

Gambar Asbuild Denah Penulangan Balok Lantai Tower C Candiland

97
Gambar Asbuild Denah Balok & Plat Lantai Tower C Candiland

Gambar Potongan Tower C Candiland

98
Gambar Denah Core dan Shearwall Tower C Candiland

Gambar Asbuild Denah Kolom Basemen Tower C Candiland

99
100
Gambar Asbuild Potongan Tangga Type A Tower C Candiland

Gambar Asbuild Tangga Type B - Gambar Asbuild Tangga Type C

101

Anda mungkin juga menyukai