Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL ILMIAH MUATAN KRITERIA TIDAK TERUKUR TRANCIK

(Studi Kasus Taman Samarendah – Jalan Bhayangara – Jalan Kesuma Bangsa – Jalan KH. Agus
Salim – Jalan Basuki Rahmat, Kota Samarinda, Kalimantan Timur)
Grace Maharani Surira Nari (08211740000070)
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

ABSTRAK
Kota Samarinda adalah ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Sebagai ibukota provinsi,
Kota Samarinda selalu mengalami perubahan bentuk (morfologi) kota. Setiap perubahan
tersebut tentunya harus sesuai dengan ketentuan bangunan yang terdapat dalam RTBL Kota
maupun peraturan dan kebijakan terkait lainnya. Hal ini dilakukan agar perancangan kota di
Kota Samarinda dapat terencana dengan matang sehingga tidak menimbulkan masalah saat
implemen-tasinya. Untuk mengkaji morfologi kota di Kota Samarinda, maka dilakukan sebuah
analisis dengan menggunakan pendekatan dari teori Trancik.
Kata kunci : Morfologi Kota, Perancangan Kota, Samarindam Tranci

PENDAHULUAN wilayah studi yaitu Taman Samarendah, Jalan


Sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Timur, Bhayangkara, Jalan Kesuma Bangsa, Jalan KH
Kota Samarinda mengalami perkembangan Agus Salim, dan Jalan Basuki Rahmat.
kegiatan dan fungsi perkotaan, bahkan menjadi
salah satu pusat pertumbuhan ekonomi sekaligus
pusat kegiatan bagi kawasan Timur Pulau
Kalimantan. Kota Samarinda berbatasan langsung
dengan kabupaten Kutai Kartanegara yang
merupakan salah satu kabupaten yang kaya dengan
sumber daya alam dan merupakan salah satu daerah
yang sangat banyak menyumbang devisa bagi
Indonesia. Luas wilayah Kota Samarinda adalah
718 km2.
Kota Samarinda yang merupakan ibukota
provinsi tentunya tidak terlepas dengan perubahan
bentuk (morfologi) kota yang selalu terjadi seiring
berkembangnya zaman. Perubahan bentuk kota Gambar 1. Citra Satelit Wilayah Studi
yang terjadi harus didasarkan pada peraturan dan Sumber : Google Maps
kebijakan yang telah ditetapkan dan yang berlaku di
wilayah tersebut. Hal ini dilakukan agar dapat METODE PENELITIAN
meminimalisir dampak negatif atau masalah yang Metode penelitian yang digunakan yaitu
akan terjadi kedepannya. Salah satu cara untuk metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode ini
melihat masalah dan potensi yang ada dari merupakan gabungan suatu metode penelitian
morfologi kota di Kota Samarinda adalah dengan antara penelitian deskriptif dan kualitatif. Metode
menggunakan Teori Roger Trancik. Wilayah studi penelitian deskriptif kualitatif menggunakan data
yang diambil yaitu skala kawasan dengan batasan kualitatif yang kemudian akan diuraikan dan
dijelaskan secara deskriptif. Sumber data yang
digunakan yaitu dari Google Maps dan Hot Export Kepadatan massa terhadap ruang merupakan
Tools yang kemudian akan dianalisis dengan bagian penting dalam tekstur perkotaan. Terdapat 3
menggunakan software ArcGIS. tipologi kepadatan, yaitu tipologi kepadatan tinggi
(BCR>70%), kepadatan sedang (BCR 50-70%), dan
TINJAUAN PUSTAKA kepadatan rendah (BCR<50%). Selain itu terdapat 3
Teori morfologi kota menurut Roger Trancik tipologi blok massa bangunan (solid), yaitu :
(1986), sebagai salah satu tokoh perancangan kota, a. Blok tunggal, terdapat satu massa bangunan
mengemukakan bahwa terdapat 3 teori utama dalam dalam sebuah blok yang dibatasi jalan atau
perancangan kota. Tiga teori tersebut yaitu Figure elemen alamiah
Ground, Linkage, dan Place. b. Blok yang mendefinisi sisi (blok sebagai tepi),
1. Figure Ground Theory konfigurasi massa bangunan yang menjadi
Teori ini memiliki fungsi awal untuk pembatas sebuah ruang
mengidentifikasi bentuk kota (urban forms) dari c. Blok medan, konfigurasi yang terdiri dari
menganalisis hubungan antara massa bangunan kumpulan massa bangunan secara tersebar
(building mass) dan ruang-ruang terbuka kota (open secara luas.
space). Figure (mass building) adalah
wilayah/lahan yang terbangun (urban solid).
Sedangkan ground (open space) adalah
wilayah/lahan terbuka (urban void). Analisis figure
ground merupakan salah satu tools yang baik untuk
mengidentifikasi tekstur dan pola-pola tata ruang
perkotaan (urban fabric) serta mengidentifikasi Gambar 3. Tipologi Blok Massa Bangunan (solid)
masalah keteraturan massa/ruang perkotaan.
Tekstur perkotaan diklasifikasikan menjadi 3 Sedangkan secara teoritik, terdapat 6 tipologi
kelompok, yaitu : pola yang dibentuk oleh hubungan massa dan ruang,
a. Tekstur perkotaan yang bersifat homogen yang yaitu :
jelas (satu pola penataan). Konfigurasi yang a. Pola angular, adalah konfigurasi yang dibentuk
dibentuk oleh massa dan ruangnya relatif sama. oleh massa dan ruang secara menyiku.
b. Tekstur perkotaan yang bersifat heterogen (2 b. Pola aksial, adalah konfigurasi massa bangunan
atau lebih pola penataan). Konfigurasi yang dan ruang di sekitar poros keseimbangan yang
dibentuk oleh massa dan ruangnya (ukuran, tegak lurus terhadap suatu bangunan
bentuk dan kerapatan) berbeda. monumentalis.
c. Tekstur perkotaan yang bersifat tidak jelas c. Pola grid, adalah konfigurasi massa dan ruang
dengan kecenderungan menyebar. Konfigurasi yang dibentuk perpotongan jalan-jalan secara
yang dibentuk oleh massa dan ruangnya yang tegak lurus
ukuran, bentuk dan kerapatannya sangat d. Pola radial konsentris, adalah konfigurasi
heterogen sehingga sulit mendefinisikannya. massa dan ruang yang memusat.
e. Pola kurva linier, adalah konfigurasi massa
bangunan dan ruang secara linier (lurus
menerus).

Gambar 2. Klasifikasi Tekstur Perkotaan


Gambar 6. Elemen Linkage Struktural
Gambar 4. Tipologi Pola yang Dibentuk Oleh c. Elemen linkage kolektif memiliki 3 tipe bentuk
Hubungan Massa dan Ruang (Fumihiko Maki; 1964), yaitu compodition
form, mega form, dan group form.
2. Linkage Theory
Linkage Theory merupakan bentukan kota
tidak lepas dari adanya jaring-jaring sirkulasi
(network circulation). Network yang ada dapat
berupa jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka yang
berbentuk linier ataupun bentuk-bentuk yang secara Gambar 7. Elemen Linkage Kolektif
fisik menjadi penghubung antar bagian
kota/kawasan. Dalam perancangan teori jaringan ini 3. Place Theory
berguna sebagai salah satu titik acuan dalam Place Theory berkaitan dengan space terletak
mengorganisasi sistem pergerakan. Analisis linkage pada pemahaman atau pengertian terhadap budaya
ini merupakan alat yang baik untuk memperhatikan dan karakteristik manusia terhadap ruang fisik.
dan menegaskan hubungan-hubungan dan gerak Space adalah void yang hidup dan mempunyai suatu
aktivitas pada sebuah ruang perkotaan. Namun keterkaitan secara fisik. Space ini akan menjadi
kelemahan analisis teori ini adalah kurang adanya place apabila diberikan makna kontekstual dari
perhatian dalam mendefinisikan ruang perkotaan muatan budaya atau potensi muatan lokalnya.
secara spasial dan kontekstual. Terdapat 3 ‘Place’ merupakan ‘ruang’ (space) yang memiliki
pendekatan linkage perkotaan, yaitu visual, suatu ciri khas, kekhasan, keunikan tertentu dan
structural, dan kolektif. memiliki karakter, memiliki ‘arti’ kekuatan,
a. Elemen linkage visual terdiri dari garis, keunggulan terhadap lingkungan alami dan budaya
koridor, sisi, sumbu, dan irama. setempat. (Locus Solus dalam Genius Loci, Nobert
Schultz, 1980).

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


1. Figure Ground Theory
Analisis figure ground berfungsi untuk
mengidentifikasi tekstur dan pola-pola tata ruang
perkotaan (urban fabric) serta mengidentifikasi
masalah keteraturan massa/ruang perkotaan.
Gambar 5. Elemen Linkage Visual
b. Elemen linkage structural terdiri dari tambahan,
sambungan, dan tembusan.
aktivitas pada sebuah ruang perkotaan. Linkage
visual di wilayah studi sebagian besar terdiri dari
garis dan koridor. Sedangkan untuk linkage
kolektif, wilayah studi berbentuk tipe
compodition/compositional forn. Linkage yang
berupa jalan dapat dilihat cukup kurang beraturan
yang salah satu penyebabnya adalah kondisi
geografis di wilayah studi. Dengan melihat kondisi
lahan terbuka yang cukup banyak, masih ada
potensi untuk merubah susunan jalan agar terlihat
lebih teratur.
3. Place Theory
Menurut Roger Trancik, place adalah sebuah
space yang memiliki makna kontekstual dari
Gambar 8. Analisa Urban Solid (Putih) dan Urban
muatan budaya atau potensi muatan lokalnya.
Void (Abu-Abu) serta Analisa Linkage (jalan
berwarna ungu) di Wilayah Studi
Sumber : Penulis, 2019
Dapat dilihat dari gambar diatas bahwa lahan
terbuka (urban void) yang terdapat di wilayah studi
cenderung masih banyak/luas walaupun masih
didominasi oleh lahan yang terbangun (urban
solid). Adanya lahan terbuka yang masih luas, hal
ini berpotensi untuk didirikan bangunan lain atau
masih memungkinkan untuk dilakukan
pembangunan di wilayah studi. Lahan terbangun di
wilayah studi didominasi oleh sektor komersil serta
kantor pemerintahan (pelayanan) dan bangunan
Gambar 9. Analisa Place Theory di Wilayah Studi
umum (fasilitas umum). Tekstur perkotaan bersifat
Sumber : Penulis, 2019
heterogen dengan tipologi kepadatan sedang (BCR
50-70 %). Tipologi blok massa bangunan (solid) Dapat dilihat persil berwarna hijau yang
didominasi oleh blok tunggal dan blok medan. Lalu ditandai bentuk bintang yang menandai bahwa itu
untuk tipologi pola yang dibentuk oleh hubungan merupakan place di wilayah studi. Tempat yang
massa dan ruang (unit perkotaan) di wilayah studi ditandai itu adalah sebuah taman yang bernama
yaitu pola kurva linier. Jika dilihat secara “Taman Samarendah”. Taman ini berpotensi
keseluruhan dari persil bangunan, wilayah studi sebagai tempat wisata dan juga tempat untuk
tergolong teratur. Namun di bagian utara terlihat berolahraga (tersedianya jogging track). Taman
persil bangunan yang tidak teratur. Hal ini Samarendah merupakan space yang menjadi place
disebabkan oleh kondisi geografis wilayah studi karena memiliki makna, khususnya dalam nama
yang sedikit berbukit. taman tersebut yaitu “Samarendah”. “Samarendah”
merupakan awal mula dari nama Kota Samarinda.
2. Linkage Theory
Arti dari kata Samarendah memiliki banyak variasi,
Teori ini berfungsi untuk memperhatikan dan
yakni :
menegaskan hubungan-hubungan dan gerak
a. Berdasarkan persamaan ukuran tinggi b. Berdasarkan persamaan ukuran tinggi
rumah-rumah rakit/terapung penduduk Sungai Mahakam dengan daratan di
Bugis Wajo di Samarinda Seberang yang tepiannya yang sama-sama rendah.
tidak ada yang lebih tinggi antara satu c. Berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu
dengan yang lain sehingga disebut “Sama- Samarendo yang artinya selamat sejahtera.
Rendah”, yang juga bermakna tatanan d. Berdasarkan cerita rakyat bahwa nama
kemasyarakatan yang egaliter. Samarinda berasal dari bahasa Melayu
yaitu dari kata “samar” dan “indah”.

Gambar 10. Awal Mula Taman Samarendah


Sumber : Google

Gambar 11. Taman Samarendah Saat Ini (Malam Hari)


Sumber : Google
KESIMPULAN namun masih bisa diubah karena masih memiliki
Berdasarkan hasil analisa menggunakan teori lahan terbuka yang banyak. Selain itu untuk place
Trancik, Kota Samarinda masih memiliki lahan di wilayah studi terdapat di Taman Samarendah.
terbuka yang cukup banyak. Masih tersedianya
lahan terbuka berpotensi untuk dilakukannya DAFTAR PUSTAKA
pembangunan baru. Dapat dilihat bahwa persil Prabawasari, V.W. 2015. Teori Perancangan
atau bangunan di wilayah studi sebagian besar Kota : Figure Ground Theory. PPT
menyebar dan ada juga yang berdekatan. Linkage Akademik Bahan Kuliah Perancangan
di wilayah studi terlihat sedikit tidak beraturan, Kota. Universitas Gunadarma.
Prabawasari, V.W. 2015. Teori Perancangan Wulanningrum, Sintia Dewi. 2014. Elemen-
Kota : Linkage Theory. PPT Akademik Elemen Pembenruk Kota yang
Bahan Kuliah Perancangan Kota. Berpengaruh Terhadap Citra Kota (Studi
Universitas Gunadarma. Kasus : Kota Lama Semarang). Semarang :
Prabawasari, V.W. 2015. Teori Perancangan Universitas Diponegoro
Kota : Place Theory. PPT Akademik Bahan Sejarah Samarinda, Website Pemerintah Kota
Kuliah Perancangan Kota. Universitas Samarinda
Gunadarma. (https://www.samarindakota.go.id)

Anda mungkin juga menyukai