Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah susun sewa atau akrab di sebut rusunawa adalah hunian warga

yang bersusun berlantai vertikal keatas dengan system blok atau kamar yang

di lengkapi beberapa fasilitas , rusunawa sebagai sistem perumahan vertikal

yang bisa mengatasi bebagai masalah kota.

Dalam rangka peningkatan daya guna dan hasil guna tanah bagi

pembangunan perumahan dan pemukiman serta mengefektifkan penggunaan

tanah terutama di daerah-daerah berpenduduk padat, maka perlu dilakukan

penataan atas tanah sehingga pemanfaatannya betul-betul dapat dirasakan oleh

masyarakat banyak.

Rumah susun atau disingkat Rusun, kerap dikonotasikan sebagai

apartement dengan versi sederhana , walaupun sebenarnya apartement

bertingkat sendiri bisa dikategorikan sebagai rumah susun. Rusun menjadi

jawaban atas terbatasnya lahan untuk pemukiman di daerah perkotaan. Karena

mahalnya harga tanah di kota besar maka masyarakat terpaksa membeli rumah

di luar kota. Hal ini adalah pemborosan.Pemborosan terjadi pada :pemborosan

waktu,pemborosan biaya,pemborosan lingkungan (karena pencemaran),dan

pemborosan sosial (karena tersitanya waktu untuk bersosialisasi).

Pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif pemecahan

masalah kebutuhan perumahan dan pemukiman terutama di daerah perkotaan

yang jumlah penduduknya terus meningkat, karena dengan pembangunan

1
rumah susun dapat mengurangi penggunaan tanah, ruang terbuka lebih lega

dan sebagai salah satu cara peremajaan kota bagi daerah kumuh.

Konsep pembangunan rumah susun telah diimplementasikan tidak hanya

dalam bentuk rumah susun hunian saja tetapi juga rumah susun bukan hunian

(perkantoran,perdagangan dll) dan rumah susun mixed use (hunian dan bukan

hunian yang merupakan satu kesatuan) hal ini di karenakan

hunian massal memerlukan berbagai prasyarat penting, yaitu lokasi dengan

akses yang cukup bagus diantaranya lebar / kelas jalan, ketersediaan

transportasi umum/massal yang sudah berjalan serta keberadaan sistem

infrastruktur kota yang memadai atau mudah dikembangkan. Disini jelas

terlihat fungsi-fungsi yang dapat dicampurkan ke dalam kompleks hunian

rusunawa adalah yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari, antara lain

perbelanjaan (pasar / mini market), pelayanan umum (pos,

telpon/wartel/warnet, ATM, klinik kesehatan, dll), akomodasi sehari-hari

(warung makan / restoran, food court, salon, voucher pulsa, dll) serta

akomodasi khusus (ruang sebaguna, ruang pertemuan, rekreasi, dll).

Sedangkan fungsi komersial lain (bersifat kebutuhan sekunder) akan tumbuh

dengan sendirinya seiring pertumbuhan hunian yang ada. Keuntungan yang

diperoleh pada awalnya adalah investasi infrastruktur yang lebih murah

apabila dibuat secara terpadu. Penyediaan sarana parkir dapat digunakan

secara bergantian karena pola kegiatan yang berbeda waktu. (sumber :

didiharyadi.wordpress.com)

Keterbatasan lahan adalah masalah yang sering di hadapi masyarakat

kota ,sering pertumbuhan penduduk yang pesat setiap tahunnya, dengan begitu

2
solusi yang baik dan efisien dalam pemanfaatan lahan sebagai rumah tinggal,

maka rusunawa atau rumah susun sewa sebagai solusinya , lahan yang di

perlukan tidak terlalu luas karena bangunannya vertikal dengan jumlah lantai

10 dengan di lengkapi beberapa fasilitas umum yang di gunakan oleh

masyarakat rusunawa, rusunawa juga adalah solusi terbaik bagi masyarakat

kota yang berekonomi menengah ke bawah.

Dengan demikian berdasarkan teori di atas maka rumah susun sewa ini

adalah solusi yang baik untuk mengatasi keterbatasan lahan ,dan mengatasi

berbagai masalah kota termasuk global warming dengan memberikan konsep

green arsitektur pada desain, dan memenuhi segala kebutuhan masyarakat

banyak .

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menyediakan lokasi atau lahan yang sesuai dengan

perkembangan lingkungan kota?


2. Bagaimana mendesain bangunan rumah susun sewa yang bisa memenuhi

semua kebutuhan masyarakat dengan efisien?

3. Bagaimana Meningkatkan kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat,

terutama golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang menjamin

kepastian hukum dalam pemanfaatannya.?

4. Bagaimana mengatasi dampak global warming dengan konsep desain

green arsitektur

C. Tujuan

3
1. Untuk mendapatkan acuan dalam menentukan Lokasi atau lahan yang baik

dan bermanfaat bagi lingkungan Kota !


2. Untuk mendapatkan acuan dalam menentukan Lokasi atau lahan yang baik

dan bermanfaat bagi lingkungan Kota !

3. Untuk Meningkatkan kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat,

terutama golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang menjamin

kepastian hokum dalam pemanfaatannya!

4. Untuk mengatasi dampak global warming dengan konsep desain green

arsitektur !

D. Pengertian Judul

Rumah susun sewa adalah sebuah pemukiman vertikal yang terdiri

beberapa kamar yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat kota.

E. Sistematika Penulisan

Uraian penulisan adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Merupakan Pendahuluan yang mengemukakan latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan dan sasaran pembahasan,

lingkup pembahasan dan sistematika pembahasan.

Bab II : Tinjauan Umum

4
Merupakan tinjauan umum rumah susun berkonsep green
arsitektur : pengertian, tujuan dan sasaran pengadaannya, serta
kegiatan yang berlangsung di dalamnya.

Bab III :Tinjauan Khusus

Pembahasan terkait rumah susun dan konsep green arsitektur

mengenai tinjauan non fisik dan analisa perwujudan fisik pada

perancangan taman kota sigap bencana alam.

Bab IV : Merupakan kesimpulan dari pembahasan sebelumnya.

Bab V :Merupakan acuan perancangan yang meliputi acuan makro dan


mikro sebagai acuan perancangan rumah susun.

5
(sumber : www.didiharyadi.wordpress.com)

BAB II

KEBUTUHAN RUANG

A. Kebutuhan ruang

Jumlah Penumpang waktu sibuk (PWS) tergantung besarnya jumlah


penumpang tahunan bandar udara dan bervariasi untuk tiap bandar udara, namun
untuk memudahkan perhitungan guna keperluan verifikasi di gunakan jumlah
penumpang waktu sibuk sebagai berikut yang diambil dari hasil studi oleh JICA.

Jumlah penumpang transfer dianggap sebesar 20% dari jumlah penumpang


waktu sibuk. Jumlah penumpang waktu sibuk digunakan dalam rumus-rumus
perhitungan didasarkan pada ketentuan dalam SKEP 347/XII/99, kecuali bila
disebutkan lain.

Perlu diketahui bahwa hasil dari perhitungan disini merupakan kebutuhan


minimal sesuai hasil perhitungan dari rumus-rumus yang ada. Untuk masalah
mengenai bentuk ruangan tidak dibahas disini karena bentuk ruangan dalam
sangat terkait dengan design terminal (lay out arsitek).

Persyaratan teknis pengoprasian fasilitas sisi darat

6
Jumlah penumpang waktu sibuk :

Penumpang Waktu Sibuk (orang) Jumlah Penumpang Transfer


(orang
50 (terminal kecil) 10 10

101 500 (terminal sedang 11 20


501 1500 (terminal menengah) 21 100

501 1500 (terminal besar) 101 300

Catatan : Penumpang waktu sibuk > 1500 memperhitungkan persyaratan yang


lebih khusus.

1. Kerb.

Lebar kerb keberangkatan untuk jumlah penumpang waktu sibuk di bawah


100 orang adalah 5 m dan 10 m untuk jumlah penumpang waktu sibuk diatas
100 orang. Secara umum panjang kerb keberangkatan adalah panjang bagian
depan yang bersisian dengan jalan dari bangunan terminal tersebut.

Tabel 1.1.

Lebar kerb standar :

Penumpang Lebar kerb minimal Panjang


waktu sibuk (m) (m)
(orang)

100 5 Sepanjang
100 10
Bangunan
Terminal

2. Hall keberangkatan.

Hall keberangkatan harus cukup luas untuk menampung penumpang datang


pada waktu sibuk sebelum mereka masuk menuju ke check-in area.

7
Tabel 2.1

Hasil perhitungan luas hall keberangkatan :

A = 0,75 { a ( 1 + f ) + b } + 10

A = Luas hall keberangkatan (m2)


A = jumlah penumpang berangkat pada waktu sibuk
b = jumlah penumpang transfer
f = jumlah pengantar/penumpang (2 orang)

Berikut perhitungan luas hall keberangkatan Bandara H.Aroeppala

A= 0,75 [501 ( 1 +2 ) +167 ] + 10

= 0,75 [501 (3)+167]+10

= 1145 M2

Tabel 2.2

Besar Terminal Luas Hall Keberangkatan


(m2)
Kecil 132
Sedang 13 265
Menengah 265 1320
Besar 1321 3960

3. Security gate.

Jumlah gate disesuaikan dengan banyaknya pintu masuk menuju area steril.
Jenis yang digunakan dapat berupa walk through metal detector, hand held metal
detector serta baggage x-ray machine. Minimal tersedia masing-masing satu unit
dan minimal 3 orang petugas untuk pengoperasian satu gate dengan ketiga item
tersebut.

Tabel 3.1

Hasil perhitungan kebutuhan security gate

8
Besar Terminal Jumlah Security Gate (unit)

Kecil 1
Sedang 1
Menengah 2-4
Besar 5

4. Ruang tunggu keberangkatan.

Ruang tunggu keberangkatan harus cukup untuk menampung penumpang


waktu sibuk selama menunggu waktu check-in, dan selama penumpang
menunggu saat boarding setelah check in.

Pada ruang tunggu dapat disediakan fasilitas komersial bagi penumpang untuk
berbelanja selama waktu menunggu

A.= C- ( U .1+U
30
.K
M )+10
2

A= Luas ruang tunggu keberangkatan


C= jumlah penumpang datang pada waktu sibuk
U= Rata-rata waktu menunggu terlama (60 menit)
i= Proporsi penumpang menunggu terlama (0,6)
v= Rata-rata waktu menunggu tercepat (20 menit)
k= Proporsi penumpang menunggu tercepat (0,4)

Berikut perhitungan luas ruang tunggu keberangkatan Bandara


H.Aroeppala

A.= 501- ( 60.0,6+20.0,4


30
M ) +10
2

=741 m2

9
Tabel 4.1

Hasil perhitungan luas ruang tunggu

Besar Terminal Jumlah Luas Ruang Tunggu

Kecil 75
Sedang 75 147
Menengah 147 734

Besar 734 2200

5. Check - in area.

Check-in area harus cukup untuk menampung penumpang waktu sibuk


selama mengantri untuk check-in.

A = 0,25 ( a + b ) m2 (+10%)

A = Luas area check-in(m2)


a = jumlah penumpang berangkat pada waktu
sibuk
b = jumlah penumpang transfer

Berikut perhitungan luas ruang check-in area Bandara H.Aroeppala

A = 0,25 ( a + b ) m2 (+10%)

=0,25(501+167) m2(+10)

=177M2

Tabel 5.1

Hasil perhitungan luas check-in area

10
Besar Terminal Jumlah Luas Check-in Area

Kecil 16
Sedang 16 33

Menengah 34 165
Besar 166 495

6. Check - in counter.

Meja check-in counter harus dirancang dengan untuk dapat menampung


segala peralatan yang dibutuhkan untuk check-in (komputer,printer,dll) dan
memungkinkan gerakan petugas yang efisien.

N.= ( a+b
60 )
t 1 counter(+10 )

N = jumlah meja
a = jumlah penumpang berangkat pada waktu sibuk
b = jumlah penumpang transfer (20%)
t1= waktu pemrosesan check-inper-penumpang
(2menit/penumpang)

Berikut perhitungan jumlah meja check-in counter Bandara H.Aroeppala

N.= ( 501+167
60 )
2 (+10 )
N=

( Luas Meja N )=Luas=0,72 33=23,76 m2 ,

=11,1 2+10%

=32,2 =33 buah meja

Tabel 6.1

Hasil perhitungan jumlah check-in counter

11
Besar Terminal Jumlah Check-in Counter
Kecil 3
Sedang 3-5
Menengah 5-22
Besar 22-66
Luas ruang chek in counter

N= ( Luas Meja N )= 0,72 33+ 23,76 m 2 ,

7. Timbang bagasi.

Jumlah timbangan sesuai dengan banyaknya jumlah check-in counter.


Timbangan di letakkan menyatu dengan check-in counter. Menggunakan
timbangan mekanikal maupun digital. Deviasi timbangan 2,5 %.

8. Fasilitas custom imigration quarantine.

Pemeriksaan passport diperlukan untuk terminal penumpang keberangkatan


internasional/luar negeri serta pemeriksaan orang-orang yang masuk dalam
daftar cekal dari imigrasi.

( a+b ) t 2
N= (+10 )
60

N = jumlah gate passport control


a = jumlah penumpang berangkat pada waktu sibuk
b = jumlah penumpang transfer
t2 = waktu pelayanan counter (0,5 menit / penumpang)

Berikut perhitungan jumlah gate passport control Bandara H.Aroeppala

12
( 501+167 ) 0,5
N= (+10 )
60

( 334 )
= 60 (+ 10 )

=16 buah meja

Tabel 8.1

Hasil perhitungan jumlah meja pemeriksaan

Besar Terminal Jumlah Meja Pemeriksa

Kecil 1

Sedang 1-2

Menengah 2-6

Besar 6-17

9. People mover system.

Penggunaan PMS sangat tergantung dari ukuran terminal kedatangan. Bila


jarak dari ruang tunggu keberangkatan menuju gate cukup jauh (lebih dari 300
m) maka dapat disediakan ban berjalan untuk penumpang (people mover
system). Biasanya people mover system digunakan untuk bandar udara yang
tergolong sibuk dengan jumlah penumpang waktu sibuk 500 orang keatas. Atau
bila dari terminal menuju apron cukup jauh harus disediakan transporter (bis
penumpang) untuk jenis terminal berbentuk satelit. (Airport Terminal Reference
Manual 1.6.11)

10. Rambu (Sign).

a. Rambu harus dipasang yang mudah dilihat oleh penumpang.

13
b. Papan informasi/rambu harus mempunyai jarak pandang yang memadai
untuk diiihat dari jarak yang cukup jauh

c. Bentuk huruf dan warna rambu yang digunakan juga harus memudahkan
pembacaan dan penglihatan.

d. Warna untuk tiap rambu yang sejenis harus seragam :

1) Hijau untuk informasi penunjuk arah jalan : arah ke terminal

keberangkatan, terminal kedatangan.

2) Biru untuk penanda tempat pada indoor : toilet, telepon umum,

restauran.

3) Kuning untuk penanda tempat outdoor : papan nama terminal

keberangkatan.

e. Penggunaan simbol dalam rambu menggunakan simbol-simbol yang sudah


umum dipakai dan mudah dipahami.

Lebih jauh mengenai pedoman mengenai rambu/marka petunjuk bangunan


terminal dapat mengacu pada Standar Rambu Rambu Terminal Bandar
Udara (SKEP atau SKEP DIRJEN HUBUD yang terbaru mengenai rambu).

11. Tempat duduk.

Kebutuhan tempat duduk diperkirakan sebesar 1/3 penumpang pada waktu


sibuk.

N = 1/3 x a

N = jumlah tempat duduk dibutuhkan

a = jumlah penumpang waktu sibuk

Berikut perhitungan kebutuhan tempat duduk Bandara H.Aroeppala

14
1
501
N= 3

=167 buah kursi

Tabel 11.1.

Hasil perhitungan jumlah tempat duduk

Besar Terminal Jumlah Tempat Duduk


Kecil 19
Sedang 20-37
Menengah 38-184
Besar 185-550

12. Fasilitas umum.

Untuk toilet, diasumsikan bahwa 20% dari penumpang waktu sibuk


menggunakan fasilitas toilet. Kebutuhan ruang per orang ~ 1 m2 ,Penempatan
toilet pada ruang tunggu, hall keberangkatan, hall kedatangan. Untuk toilet para
penyandang cacat besar pintu mempertimbangkan lebar kursi roda. Toilet untuk
usia lanjut perlu dipasangi railing di dinding yang memudahkan para lansia
berpegangan.

A = P x 0,2 x 1m2 + 10 %

N = jumlah toilet
a = jumlah penumpang waktu sibuk

Berikut perhitungan kebutuhan toilet pada terminal Bandara H.Aroeppala

A = P x 0,2 x 1m2 + 10 %

= 501 x0,2 x 1+10 = 110 Toilet

Jadi, Kebutuhan toilet pria keseluruhan di asumsikan :

Jumlah Total Toilet 60%=.

=110 x 60% = 66 toilet

15
Kebutuhan toilet wanita keseluruhan di asumsikan :

Jumlah Total Toilet 40%=.

=110 x 40% = 44 toilet

Tabel 12.1
Hasil perhitungan luas toilet
Besar Terminal Luas Toilet (m2)
Kecil 7
Sedang 7-14
Menengah 15-66
Besar 66-198
a.Westafel

1 westafel melayani 45 orang

Jumlah pengguna waktu sibuk 501 orang

Kebutuhan westafel 501 : 45 = 11 buah

Untuk westafel pria = 11 X 60 % = 6,6

= 7 buah

Untuk westafel wanita = 11 X 40 % = 4,4

= 5 buah

Kebutuhan tiap lantai = 11 : 2 = 5,5

= 6 buah.

b.Urinoir

1 urinoir melayani 40 orang

Jumlah pengguna waktu sibuk 501 orang

Kebutuhan westafel 501 : 40 = 12,5 buah

16
Untuk urinoir = 12,5 X 60 % = 7,5

= 8 buah

.Jadi kebutuhan urinoir untuk toilet pria adalah 8 buah

13. Penerangan ruangan terminal.

Penerangan buatan untuk masing masing bagian pada terminal penumpang


dapat dilihat dalam standar berikut.

a. Standar penerangan ruangan terminal


Jenis ruang intensitas penyinaran

1). Public concourse 100 150 lux

2).Check-in 200 250 lux

3). Consession 200 250 lux

4). Ruang kantor 250 300 lux

5). Ruang kontrol 200 250 lux

6). Kounter penerbangan 150 200 lux

7). Koridor 75 100 lux

8). Hall keberangkatan 200 250 lux

9). CIP 200 250 lux

10). Area bagasi 250 300 lux

11). Bea cukai 200 250 lux

12). Imigrasi 200 250 lux

13). Karantina 200 250 lux

14). Toilet 100 150 lux

17
14. Pengkondisian udara.

Udara dalam ruang terminal menggunakan sistem pengkondisian udara

(AC) untuk kenyamanan penumpang.

No. Parameter AC Nilai

a. Suhu udara maksimal (o C) 27

b. Kelembaban maksimal (%) 55

15. Lift dan eskalator.

Untuk bandar udara yang mempuyai ruangan lebih dari 1 lantai

16. Gudang.

Untuk gudang kantor dan operasional bandar udara (bukan gudang kargo).
Sebagai tempat penyimpanan peralatan perawatan dan perbaikan gedung atau
yang berkaitan dengan operasional gedung di dalam lingkungan bandar udara.

Luas gudang diambil 20-30 m2 untuk tiap 1000 m2 gedung terminal. Bila jarak
antar terminal jauh, maka gudang di buat untuk melayani tiap-tiap terminal

Tabel 16.1

Standar luas gudang peralatan/perawatan terminal

Jenis ruangan Luas ruangan (m2)


Gudang peralatan/perawatan 20 30 per 1.000 m2 terminal
terminal
a. Baggage conveyor belt.

Tergantung dari jenis dan jumlah seat pesawat udara yang dapat dilayani
pada satu waktu.

Idealnya satu baggage claim tidak melayani 2 pesawat udara pada saat yang
bersamaan.

b. Baggage claim area.

18
A = 0,9 c + 10%

A = Luas baggageclaim area (m2)


c = jumlah penumpang datang pada waktu sibuk

Berikut perhitungan luas ruang baggage claim area Bandara


H.Aroeppala

A = 0,9 c + 10%

=0,9x 501 x1 +10

= 460.9 m2

Tabel 16.2

Hasil Perhitungan luas baggage claim area

Terminal Luas BaggageClaimArea (m2)


Kecil 50
Sedang 51 99
Menengah 100 495
Besar 496 1485

c. Fasilitas custom imigration quarantine.

Meja pemeriksaan paspor di layani oleh petugas imigrasi yang


memeriksa keaslian paspor dan maksud tujuan kedatangan penumpang, serta
apakah penumpang termasuk daftar notice dari kepolisian / interpol, serta
pemeriksaan barang berbahaya/terlarang yang di bawa penumpang dan
barang terkena bea masuk

a+ b

N = t 2(+10 )
60

N = jumlah gate passport control


a = jumlah penumpang berangkat pada waktu sibuk

19
b = jumlah penumpang transfer
t2 = waktu pelayanan counter (0,5 menit / penumpang)

Berikut perhitungan jumlah gate passport quarantine Bandara


H.Aroeppala

a+ b

N = t 2(+10 )
60

501+167

= X 0,5(+10 )
60

= 15,56 = 16 buah

Tabel 16.3

Hasil perhitungan jumlah meja pemeriksaan

Besar Terminal Jumlah Meja Pemeriksa


Kecil 1
Sedang 1-2
Menengah 2-6
Besar 6-17
d. Hall kedatangan.

Hall kedatangan harus cukup luas untuk menampung penumpang serta


penjemput penumpang pada waktu sibuk. Area ini dapat pula mempunyai
fasilitas komersial.

A = 0,375 (b+c+2.c.f) + 10%

A= Luas area hall keberangkatan (m2)


b= jumlah penumpang transfer
c= jumlah penumpang datang pada waktu sibuk
f= jumlah pengunjung per penumpang (2 orang)

20
Berikut perhitungan luas Hall Kedatangan Bandara H.Aroeppala

A = 0,375 (167+501+2.501.2) + 10%

= 2522 m2

Tabel 16.4

Hasil perhitungan luas hall kedatangan

Terminal Luas Hall Kedatangan (m2)

Kecil 108
Sedang 109 215
Menengah 216 1073
Besar 1074 3218
e. Kerb kedatangan.

Lebar kerb kedatangan sama seperti pada terminal keberangkatan dan


panjang kerb sepanjang sisi luar bangunan terminal kedatangan yang
bersisian dengan jalan umum.

Tabel 16.5

Hasil perhitungan lebar kerb

Penumpang Lebar Kerb Minimal Panjang


Waktu Sibuk (m) (m
(orang)

100 5 Sepanjang
100 10
Bangunan Terminal

f. Rambu (Sign).

Rambu / graphic sign pada terminal kedatangan pada intinya sama


dengan pada terminal keberangkatan, yang membedakan hanya isi
informasinya (mengenai kedatangan)

21
g . Fasilitas umum/toilet.

Fasilitas umum / toilet pada terminal kedatangan mempunyai acuan yang


sama seperti pada bangunan terminal keberangkatan

h. Penerangan ruang terminal.

Standar penerangan ruangan pada terminal kedatangan mempunyai acuan


yang sama seperti pada bangunan terminal keberangkatan

Tabel 16.6

Standar penerangan ruangan terminal

No Jenis Ruang Intensitas Penyinaran


.
1. Public concourse 100 150 lux
2. Check-in 200 250 lux
3. Consession 200 250 lux
4. Ruang kantor 250 300 lux
5. Ruang kontrol 200 250 lux
6. Kounter penerbangan 150 200 lux
7. Koridor 75 100 lux
8. Hall keberangkatan 200 250 lux
9. CIP 200 250 lux

10. Area bagasi 250 300 lux


11. . Bea cukai 200 250 lux

12. Imigrasi 200 250 lux

13. Karantina 200 250 lux

14. Toilet 100 150 lux


i. Pengkondisian udara.

Standar pengkondisian udara dalam ruangan pada terminal kedatangan


mempunyai acuan yang sama seperti pada bangunan terminal keberangkatan.

22
Tabel 16.7

Standar parameter sistem pengaturan udara

Parameter AC Nilai
Suhu udara maksimal(o C) 27
Kelembaban maksimal (%) 55

j. Lift dan eskalator.

Untuk bandar udara yang mempuyai ruangan lebih dari 1 lantai

Tabel 16.8

Standar parameter lift dan eskalator

No. Jenis Ruang Jenis Ruang


1 Total handling capacity (%) 15
2 Waktu tunggu (detik) < 40
3 Kebutuhan ruang (m2/orang) 0,8
5 Lebar tangga minimal (m 0,8
6 Kecepatan minimal (m/detik) 0,5

7 Sudut tangga ( o) 25

k. Gudang.

Untuk gudang kantor dan operasional bandar udara (bukan gudang


kargo). Sebagai tempat penyimpanan peralatan perawatan dan perbaikan
gedung atau yang berkaitan dengan operasional gedung di dalam lingkungan
bandar udara. Luas gudang diambil 20-30 m2 untuk tiap 1000 m2 gedung
terminal. Bila jarak antar terminal jauh, maka gudang di buat untuk melayani
tiap-tiap terminal

Tabel 16.9

Standar luas gudang peralatan/perawatan terminal

Jenis ruangan Luas ruangan (m2)

23
Gudang peralatan/perawatan 20 30 per 1.000 m2 terminal
terminal
17.Elemen penunjang operasional terminal.

a . Sistem plumbing.

1). Kebutuhan air bersih :

a). Kebutuhan air untuk penumpang = 20 l/hari.

b). Kebutuhan air untuk karyawan bandar udara = 100


l/karyawan/hari

c). Jumlah karyawan = 1/200 x jumlah penumpang tahunan

d). Kebutuhan air untuk hangar 500 1000 l / pesawat udara masuk

hanggar / hari

e). kebocoran 20%.

Untuk bandar udara tanpa hanggar :

A = 1,2 x {(20 x P ) + (100 x 1/200 x P) } ltr/hari + 10 %

Untuk bandar udara dengan hanggar :

B = A + 1,2 (5 ~ 10) x 1000 x pesawat udara masuk hanggar


ltr/hari + 10 %

A = Kebutuhan air (L)

1,2 = Pemakaian + kebocoran 20%

P = Jumlah penumpang tahunan

Jumlah penumpang tahunan kebutuhan air (103 l/hari) (juta


orang) tanpa hanggar dengan hangar .

2).Kebutuhan air untuk rumah dinas :

a).Kebutuhan air = 150 l/hari/orang

24
b).1 rumah berisi 6 orang

c). Kebocoran distribusi 20%

C = 1,2 x 6 x 150 = 1080 liter / hari

Kapasitas bak air = Jumlah rumah X 1080 liter (m3) + 10 %

b. Garbarata.

Mulai digunakan untuk bandar udara dengan jumlah penumpang sibuk


500 orang keatas dan pesawat udara yang dilayani adalah pesawat udara
berbadan lebar.

Jumlah garbarata yang digunakan disesuaikan dengan lalu lintas pesawat


udara pada jam sibuk. Jumlah minimal untuk tiap pesawat udara yang
membutuhkan garbarata untuk loading/unloading penumpang adalah 1 buah .

c. Peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara passanger


loading :

1). Mobil tangga.

2). Transporter. Jumlah mobil tangga dan transporter minimal tersedia


masing-masing 1 buah untuk melayani 1 pesawat udara pada jam
sibuk

d. Peralatan pemantau lalu lintas orang, barang, kendaraan di dalam

1).Terminal / apron / land side.

Peralatan pemantau lalu lintas orang, barang, kendaraandi dalam


terminal / apron / land side :

a). integrated security system

b). closed circuit television (CCTV)

Peralatan CCTV digunakan secara integrated untuk memantau seluruh


operasional dan keamanan bandar udara.

25
Asumsi penggunaan kamera CCTV akan dapat mengcover ruang seluas
30m2. Kamera ditempatkan pada setiap ruangan pada terminal
sedemikan agar dapat meliputi seluruh ruangan atau tempat-tempat
strategis atau tempat yang dimana banyak orang yang melewati atau
menggunakan ruangan tersebut, seperti jalan masuk, ruangan check-in,
dll.

2). Parkir pesawat dan gedung penunjang lainnya

Untuk parkir pesawat udara kargo, tergantung dari jenis pesawat


udara kargo terbesar yang dilayani, ,jumlah kargo pertahun, luas yang
dibutuhkan sama seperti pada parkir pesawat udara penumpang,
tergantung dari jenis pesawat udara kargonya. Untuk ilustrasi kebutuhan
parkir pesawat udara digunakan MD11 dan B-747 sebagai pesawat udara
kargo yang paling banyak digunakan sekarang.

Jenis pesawat udara lebar dibutuhkan (L)kedalaman bangunan(P) luas


area

> Medium Jet 90 m 100 m 9.000 m2

Small Jet 55 m 70 m 3.850 m2

Propeller 50 m 60 m 3.000 m2

Sumber : Seminar on Airport Engineering. JICA, 1999

e. Kantor administrasi.

Untuk segala keperluan administrasi yang berkaitan dengan kargo.


Luas disesuaikan dengan kebutuhan ruang kantor. Diasumsikan luas
bangunan kantor administrasi 10% dari total luas terminal kargo sudah
mencukupi untuk kebutuhan ruang-ruang kantor. Bentuk terminal kargo
yang diambil sebagai acuan adalah terminal kargo tanpa jalur GSE.

f. Gedung operasi.

g. Gedung PKP-PK.

26
Kebutuhan bangunan untuk kendaraan PKP-PK sesuai dengan
kebutuhan kendaraan minimal yang diatur dalam kelompok fasilitas PKP-
PK. Luas bangunan memperhitungkan jumlah kendaraan RIV minimum
dan kendaraan tambahan berupa ambulance. Tinggi garasi/tempat parkir
memperhitungkan tinggi kendaraan dan tinggi alat penyemprot, diambil
tinggi minimal 5 m. tempat parkir / garasi PKP-PK berupa ruang terbuka
tanpa kolom pada tengah ruangan atau penempatan kolom yang seminimal
mungkin pada tengah ruangan.

Dilengkapi bak air dengan volume sesuai yang disyaratkan

h.Menara kontrol.

1). Letak menara kontrol sedekat mungkin dengan titik tengah bandar
udara dimana pesawat udara melakukan pergerakan.

2). Tidak ada obstacle untuk melihat seluruh pergerakan pesawat udara di
bandar udara.

3). Ketinggian dinding kabin 1,5 m dari lantai kabin.

4). Tinggi menara kontrol tidak boleh terlalu tinggi sehingga menjadi

obstacle bagi operasi penerbangan di bandar udara tersebut.

5). Kaca menara kontrol menggunakan kaca yang non-reflektif (rayban).

i. Stasiun meteorologi.

1). Lokasi harus mempunyai pandangan jelas ke bandar udara

2). Aksesibilitas tinggi (mudah dicapai)

3). Apabila bandar udara mempunyai dua landasan maka letak stasiun

berada di antara kedua landasan.

j. Gedung NDB.

1). Luas gedung : 24, 48, 96 m2 .

27
2). Tidak boleh ada struktur metal pada radius =

300 m dari titik tengah .

3). Lahan NDB, yang melebihi ketinggian 3o dari titik tengah dasar
antena NDB.

4). Lahan NDB harus rata dan berdrainase baik.

5). Luas tapak minimal untuk areal NDB adalah 100x100 m

k. Gedung VOR.

1). Luas lahan : 200 x 200 m

2). Sampai dengan radius 600 m, bangunan dan benda tumbuh lainnya di
batasi besar dan tingginya sampai maksimum 1o .

3). Tidak boleh ada jaringan tegangan tinggi pada jarak tangensial
minimal 2.000 m.

l. Gedung DME.

Ditempatkan pada lokasi yang sama dengan VOR atau bisa digabung
menjadi satu.

Kebutuhan ruang untuk DME / VOR

1). Ruang peralatan;

2). Ruang genset / ruang battery;

3). Ruang kerja / kantor;

4). Ruang penunjang: gudang, toilet.

g. Gedung teknisk penunjang.

1). Power House.

2). Stasiun Bahan Bakar (DPPU).

28
3). Bangunan Umum.

h. Jalan dan tempat parkir kendaraan.

1). Jalan.

Jalan pada bandar udara menggunakan konstruksi perkerasan lentur.

2). Tempat parkir.

Sedekat mungkin dengan terminal / kawasan yang dilayani. Daya


tampung di hitung dari jumlah penumpang waktu sibuk

A = Exf
I = Ax h

E = jumlah penumpang jam sibuk


F= jumlah kendaraan per penumpang (0,8)
A= jumlah kendaraan yang parkir
I = luas lahan parkir
h = kebutuhan lahan parkir / kendaraan (35 m2)

Hasil perhitungan luas tempat parkir bandara H.Aroeppala

A = 501 x 0,8 = 400,8 Buah kendaraan

2
I = 400,8 x 35 m2 = 14000 m

Tabel 17.1

Hasil perhitungan luas area parkir

Penumpang waktu A = Ex0,8 I I=Ax35m2


sibuk (E)
50 40 1400
51-100 41-80 1.435 - 2.800
101-505 81-400 2.835 - 14.000

29
501-1500 401-1200 17.535 - 42.000

Peralatan pemeliharaan fasilitas sisi darat (berdasarkan KM 44. tahun


2002).

No. Kelompok A Kelompok B Kelompok C

a).Mekanikal

b).Elektrikal

c).Non Mekanikal / Elektrikal

BAB III

ANALISA STRUKTUR

A. Super struktur

1. Strukur shell

30
Pada dasarnya shell diambil dari beberapa bentuk yang ada dialam seperti
kulit telur, tempurung buah kelapa, cangkang kepiting, cangkang keong, dan
sebagainya (Curt Siegel).
Shell adalah bentuk struktural tiga dimensional yang kaku dan tipis yang
mempunyai permukaan lengkung. Shell harus didirikan dari material yang dapat
dilengkungkan seperti beton bertulang, kayu, logam, bata, batu, atau plastik.

Cara yang baik untuk mempelajari perilaku permukaan shell yang dibebani
adalah dengan memandangnya sebagai analogi dari membran, yaitu elemen
permukaan yang sedemikian tipisnya hingga hanya gaya tarik yang timbul
padanya. Membran yang memikul beban tegak lurus dari permukaannya akan
berdeformasi secara tiga dimensional disertai adanya gaya tarik pada permukaan
membran. Yang terpenting adalah adanya dua kumpulan gaya internal pada
permukaan membran yang mempunyai arah saling tegak lurusHal yang juga
penting adalah adanya tegangan geser tangensial pada permukaan membran
yang juga berfungsi memikul beban.

Pada shell, gaya-gaya dalam bidang yang berarah mereditional diakibatkan


oleh beban penuh. Pada shell, tekanan yang diberikan oleh gaya-gaya melingkar
tidak menyebabkan timbulnya momen lentur dalam arah meredional. Dengan
demikian cangkang dapat memikul variasi beban cukup dengan tegangan-
tegangan bidang.

Variasi pola beban yang ada, bagaimanapun, harus merupakan transisi


perlahan (perubahan halus dari kondisi beban penuh kekondisi sebagian agar

31
momen lentur tidak timbul). Pada pelengkung, beban seperti ini dapat
menimbulkan lentur yang besar, sedangkan pada cangkang lentur dengan cepat
dihilangkan dengan aksi melingkar. Cangkang adalah struktur yang unik.
Cangkang dapat bekerja secara funicular untuk banyak jenis beban yang berbeda
meskipun bentuknya tidak benar-benar funicular.

a.Struktur shell di alam

Organisme yang hidup secara konstan merubah dan menyesuaikan


dengan tekanan eksternal yang baru; mereka bertransformasi dalam waktu
dan ruang. Respon formal mereka selalu menarik perhatian desainer dan
sumber konstan untuk penemuan baru, walaupun mereka tidak pernah secara
tuntas mengetahui kakuatan dan prinsip yang membentuk organisme.

b.Persyaratan struktur shell

Suatu struktur shell harus mempunyai tiga syarat, yaitu sebagai berikut:
1). Harus memiliki bentuk lengkung, tunggal, maupun ganda (single or
double curved)
2). harus tipis terhadap permukaan atau bentangannya

3). harus dibuat dari bahan yang keras, kuat, ulet dan tahan terhadap tarikan
dan tekanan.

c.Klasifikasi permukaan (Surface)

Untuk memprediksikan perlakuan struktur membran sebaik kemungkinan


konstruksinya, tidak hanya saja yang harus kita tahu, tetapi juga fisik
alamiah dari permukaan dan karakteristik perlakuan yang lain. Kurva
merupakan properti fundamental dari permukaan. Sebuah permukaan dapat

32
didefinisikan oleh banyak kurva berbeda, oleh karena itu beberapa
lengkungan (curvature) khusus harus diidentifikasi: lengkung utama,
lengkung Gaussian, dan lengkung tengah. Lengkungan ini memberi
karakteristik permukaan sebagai sistem lengkung tunggal atau ganda, dimana
permukaan lengkung ganda secara lebih jauh dibagi menjadi permukaan
synclastik dan anticlastic.
Sesuai dengan terjadinya bentuk shell, maka shell digolongkan dalam tiga
macam:

1). Rotasional surface

Adalah bidang yang diperoleh bilamana suatu garis lengkung yang


datar diputar terhadap suatu sumbu. Shell dengan permukaan rotasional
dapat dibagi tiga yaitu Spherical Surface, Eliptical Surface, Parabolic
Surface.

Gambar:Rotasional surface./ sumber :https://www.google.com

2). Ruled surface,

Adalah bidang yang diperoleh bilamana ujung-ujung suatu garis


lurus digeser pada dua bidang sejajar. Shell dengan permukaan
transasional dibagi dua yaitu cylindrical surface dan elliptic paraboloid.

cylindrical surface eliptic paraboloid

33
Gambar:Ruled surface/sumber :https://www.google.com

3). Translational surface

Aadalah bidang yang diperoleh jika suatu garis lengkung yang datar
digeser sejajar diri sendiri terhadap garis lengkung yang datar lainnya.
Shell dengan permukaan ruled ada dua macam, yaitu Hyperbolic
Paraboloid dan Conoid.

Gambar:Hyperbolic Paraboloid Conoid. /sumber


:https://www.google.com

4). Single curved shell

Shell dengan single curvature yang arah lengkungannya dalam satu arah
serta permukaannya tidak diputar/digeser, dan dibentuk oleh konus yang
sama.
Single curved dibentuk oleh:

34
1. Konus

2. Silinder,Contoh : Lengkung Barrel.

5). Double curved shell

Yaitu shell dengan double curvature yang arah lengkungannya dalam dua
arah. Terdiri dari 2 macam:

1. Double Curved Shells yang arah lengkungnya ke satu arah (Synclastic


shells)
Contoh: Spherical Dome Shell

2. Double Curved Shells yang arah lengkungnya ke arah yang berbeda


(Anticlastic)
Contoh : Conoid

Gambar:Doubel curved shell. /sumber :https://www.google.com

35
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Mendapatkan desain untuk pengembangan bandara perintis H.Aroeppala


Kab/Kep. Selayar menjadi bandara standar menengah atau domestic .

2.Mendapatkan desain bandara yang mampu mengkomodasi kebutuhan


Kab./Kep.Selayar sebagai Kota penghasil minyak dan gas .

B.Saran

Berdasarkan hasil desain kami, maka kami menyarankan sebagai berikut :

1.Mengembangkan desain bandara modern dengan tetap memperhatikan


kearifan lokal.

2.Mengembangkan desain bandara perintis sebagai bandara domestic dan


internasional ,dengan memperhatikan kebutuhan daerah untuk masa yang
akan datang.

36
3.Mengefisienkan penggunaan lahan dengan tetap memperhatikan dampak
lingkungan sekitar

DAFTAR PUSTAKA

Departement Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan


Udara.PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN
UDARA .Tentang Persyaratan Teknis Pengoprasian Fasilitas Teknik Bandar
Udara .NOMOR : SKEP/77/VI/2005

Heinz Frik,ILMU KONSTRUKSI STRUKTUR BANGUNAN:Cara


membangun kerangka gedung,Canisius,Jogjakarta,2007

Drs.Maryono,KONSTRUKSI BANGUNAN,Buku ajar jrusan sipil fakultas


teknik Unnes,Semarang,2007

Pers:

http://rizalarchie.blogspot.co.id/2014/04/struktur-cangkang-shell-
structure.html

https://www.google.com/search?q=struktur+cangkang+pada+atap

37
LAMPIRAN

Struktur Shell (Cangkang)

38
39

Anda mungkin juga menyukai