Anda di halaman 1dari 35

PERANCANGAN BANGUNAN SERBAGUNA (MIX USED BUILDING)

YANG TERINTEGRASI DENGAN SISTEM TRANSIT UNTUK


TRANSPORTASI PUBLIK DI DAERAH JAKARTA SELATAN DENGAN
PENDEKATAN NEO VERNAKULAR

Tugas Besar diajukan untuk melengkapi persyaratan Ujian Pengendalian Mutu


Mata Kuliah Studio Perancangan Arsitektur 5

Nama : Andimas Rizki Setyawan

NPM : 201945500290

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sebagai penulis,
sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas besar ini tepat pada
waktunya.

Tugas Besar yang berjudul “PERANCANGAN BANGUNAN


SERBAGUNA (MIX USED BUILDING) YANG TERINTEGRASI DENGAN
SISTEM TRANSIT UNTUK TRANSPORTASI PUBLIK DI DAERAH
JAKARTA SELATAN DENGAN PENDEKATAN NEO VERNAKULAR”.
Proposal ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian
Pengendalian Mutu serta lulus dari mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 5
di Universitas Indraprasta PGRI. Pada kesempatan yang baik ini, izinkan penulis
untuk menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang
dengan tulus dan ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak


kekurangan, baik bentuk, isi, maupun teknik penyajiannya. Oleh sebab itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak akan penulis terima
dengan tangan terbuka serta sangat diharapkan. Semoga kehadiran tugas besar ini
memenuhi sasarannya.

Jakarta, ……………. 2023

Andimas Rizki Setyawan


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kota Jakarta adalah kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Selain itu
daerah ini juga menjadi sebuah kota besar dimana tempat berkumpulnya
masyarakat yang bekerja serta rekreasi. Pada kota Jakarta khususnya daerah
Jakarta Selatan, merupakan salah satu wilayah yang cukup banyak penggerak
perekonomian dan menjadi tempat yang paling dicari karena banyaknya tempat
untuk bersantai, berkumpul oleh teman dan keluarga, serta tempat-tempat untuk
bekerja. Daerah ini memiliki beraneka ragam kehidupan sosial. Kehidupan di
daerah ini tidak dibatasi oleh waktu, baik siang maupun malam, 1x24 jam, setiap
harinya daerah ini disibukkan oleh kegiatan ekonomi dan sosial.
Masyarakat daerah kota Jakarta Selatan sangat bergantung oleh kehidupan
yang seperti tidak ada matinya ini. Banyak toko-toko yang dibuka oleh
masyarakat daerah ini untuk memenuhi kebutuhan para pengunjung. Bukan hanya
masyarakat asli yang bergantung terhadap kesibukan di kota yang padat akan
kesibukan sosial ini, para pendatang yang dating dari daerahnya juga beberapa
bergantung oleh kesibukan di daerah ini. Baik sebagai tempat tinggal, untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi, maupun hanya sekedar berlibur memenuhi
kebutuhan emotionalnya saja.
Karena kesibukan yang dijalani di kota ini, Jakarta Selatan menjadi
memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah tingkat kepadatan penduduk
yang terus bertambah, ditambah tidak sadarnya masyarakat akan pemanfaatan
kendaraan umum menjadikan kota ini semakin padat oleh kendaraan pribadi yang
lalu-lalang baik sekedar melewatinya saja atau memang bertujuan menuju kota
Jakarta Selatan. Salah satu yang harus dilakukan adalah memperbaiki fasilitas dari
bangunan atau menambah fasilitas dari kendaraan umum tersebut.
Salah satu perbaikan yang bisa dilakukan adalah menambah sebuah
bangunan fasilitas yang berintegrasi dengan bangunan fasilitas trasportasi
terutama untuk mempermudah perpindahan pengguna trasportasi umum menuju
tempat yang dituju atau berganti transportasi umum lainnya. hal tersebut bisa
disiasati dengan pembangunan Transit-oriented development (TOD) atau sebuah
pembangunan berorientasi transit. Yaitu, sebuah bangunan yang bisa menjadi
sebuah tempat singgah untuk kemudian melanjutkan bisa perjalanan.
Pembangunan TOD bisa berada di fasilitas transportasi tersebut atau bisa juga di
daerah dekat dengan fasilitas trasportasi tersebut.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang dapat
diambil adalah sebagai berikut:
1. Tempat penghubung yang dapat menghubungkan transportasi yang
berbeda baik pribadi dengan umum, maupun umum dengan umum.
2. Tempat yang mendukung kebutuhan ekonomi dan sosial masyarakat
sekitar serta menjadi tempat yang bisa mendatangkan lebih banyak
pengunjung dari luar daerah.
3. Dibutuhkannya tempat berkumpul yang bisa mendukung kegiatan
yang ada di daerah ini. Tempat yang nyaman dan bisa menaikkan
tingkat perekonomian masyarakat sekitar.
4. Area yang penuhi bangunan tinggi memungkinkan daerah ini menjadi
daerah yang panas, maka dibutuhkannya daerah hijau yang membuat
bangunan tersebut tetap nyaman dan sejuk untuk daerah tersebut.
5. Daerah ini selalu membuat bangunan yang mencirikan daerahnya.
Maka bangunan dengan pendekatan Neo Vernakular menjadi salah
satu usulan yang bisa digunakan.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini bisa makin fokus dan makin mendalam, maka penulis
memandang bahwa permasalahan pada penelitian ini perlu di batasi variabel nya.
Oleh sebab itu penulis hanya mendalami bagaimana merancang bangunan yang
memenuhi kebutuhan dari masyarakat sekitar Jakarta Selatan. Selain itu juga
membuat sebuah bangunan yang bisa menampung berbagai macam kegiatan yang
beragam serta menjadi sarana menarik masyarakat agar lebih tertarik
menggunakan kendaraan umum.
D. Rumusan Masalah
Berdasar pada latar belakang serta identifikasi dan batasan masalah yang
sudah dibahas sebelumnya, maka dapat dirumuskan bahwa:
1. Bagaimana merancang bangunan yang bisa mengembangkan kegiatan
ekonomi dan sosial serta menjadi bangunan penghubung bagi
masyarakat?
2. Bagaimana bangunan Mix Used bisa digunakan sebagai penerapan
fungsional bangunan menggunakan pendekatan Neo Vernakular?
E. Tujuan Rancangan
1. Merancang bangunan mix-used yang terintegrasi dengan transportasi
umum sebagai bangunan transit.
2. Merancang bangunan mix-used dengan pendekatan Neo Vernakular
menyesuaikan budaya dari daerah tersebut.
3. Merancang bangunan mix-used yang dapat mewadahi kegiatan sosial
ekonomi seperti, Kegiatan jual beli, sebagai sarana hiburan, dan
tempat berkumpul, serta sebagai tempat menaikkan minat masyarakat
untuk menggunakan transportai umum.
4. Merancang bangunan dengan sirkulasi yang baik. baik sirkulasi udara,
pedestrian, kendaraan, dan lain sebagainya.
F. Manfaat Rancangan
Adapun beberapa manfaat dari perancangan bangunan kali ini. Manfaat
akan didapatkan oleh beberapa pihak, yaitu:
1. Bagi Penulis
Bagi Penulis, merancang bangunan ini menjadi penilaian kemampuan
dari penulis dalam merancang sebuah bangunan. Selain itu, perancangan ini
menjadi suatu kewajiban yang harus dipenuhi yang merupakan syarat dari
kelulusan.
2. Bagi Masyarakat
Bagi Masyarakat, perancangan kali ini untuk memberikan fasilitas
bagi masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan dari kegiatan yang
mereka jalani. Selain itu juga agar lebih banyak pendatang untuk
berkunjung dan akan meningkatkan kualitas ekonomi dari masyarakat
sekitar.
3. Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah, perancangan ini dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi dan meningkatkan kualitas infrastruktur. Selain itu, perancangan
kali ini juga dapat menjadi suatu promosi baru bagi pemerintah setempat
untuk mengenalkan daerahnya serta meningkatkan minat masyarakat untuk
bisa menggunakan fasilitas umum yang disediakan.
4. Bagi Akademisi
Bagi akademisi, perancangan ini diharapkan dapat menjadi referensi
informasi mengenai rancangan bangunan sejenis.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Landasan Teori
1. Mix Used Building
Istilah Mix Used Building merujuk pada bangunan yang dapat
mengakomodasi tiga atau lebih fungsi urban. Singkatnya mix used building
adalah bangunan multifungsi, biasanya terdiri dari apartemen, hotel, kantor,
dan pusat perbelanjaan.
Sebagai bangunan multifungsi, Mix Used Building harus mampu
mewadahi berbagai macam kegiatan dasar manusia, yaitu bekerja, tinggal,
belanja, hingga rekreasi. Mix used building harus dirancang sedemikian rupa
agar setiap fungsi dapat berjalan dengan baik dan minim gangguan.
a. Ciri Mix Used Building
1) Tiga atau Lebih Fungsi
Ciri utama Mix Used Building adalah mampu menampung
tiga fungsi atau lebih sekaligus. Fungsi terpenting adalah
memenuhi kebutuhan manusia, yaitu tempat tinggal, mencari
pekerjaan, dan hiburan. Artinya, Mix Used Building tidak hanya
menampung apartemen, tetapi juga perkantoran, area
perbelanjaan, sarana rekreasi, dan sebagainya.
2) Saling Terintegrasi
Meskipun memiliki lebih dari satu fungsi, namun masing-
masing fungsi tersebut saling bergantung dan terintegrasi, baik
secara fisik maupun fungsional di dalamnya.
3) Memiliki Fasilitas yang Lengkap
Mengingat fungsinya yang lebih dari satu, tak heran jika
fasilitas yang dimiliki gedung berkonsep mixed use ini semakin
lengkap. Sehingga, warga yang tinggal di kawasan ini memiliki
kemudahan dalam hal mobilitas yang berkurang, karena semua
kebutuhan dapat dilakukan hanya dalam satu gedung.
4) Terdapat jalur Pedestrian
Kawasan berkonsep Mix Used dilengkapi dengan jalur
pejalan kaki yang nyaman dan lebih ramah bagi pejalan kaki.
Pasalnya, semua fasilitas di kawasan itu bisa diakses tanpa
kendaraan sehingga pengembang akan memperhatikan
pembuatan jalur pejalan kaki yang nyaman.
b. Jenis Mix Used Building
Berdasar pada tipologi atau corak bangunannya, Mix used
Struktur dibedakan kedalam 4 jenis, yaitu Mix Used Mega Struktur,
Mix Used Building Tower, Mix Used Pedestrian serta Mix Used
Combination.
1) Mega Struktur
Bentuk dan ciri dari jenis yang pertama yaitu memiliki
struktur tunggal. Konsep in merupakan bangunan multifungsi
yang berstruktur tunggal. Fungsi bangunan mixed use mega
struktur disusun secara vertikal di mana setiap lantainya
memiliki fungsi yang bermacam-macam.
Bangunan tipe ini memiliki tower-tower yang menyatu
secara arsitektural dengan atrium yang berada di bawahnya.
Atrium ini berfungsi sebagai pusat perbelanjaan.
2) Building Tower
Mix Used Building Tower terdiri dari beberapa fungsi
bangunan yang disusun dalam satu podium. Kemudian fungsi-
fungsi bangunan lainnya disusun dalam menara yang berada di
atasnya. Jenis Mix Used Building Tower diterapkan pada high
rise building di mana fungsi-fungsi bangunan lainnya disusun
dalam menara yang berada di atasnya.
3) Pedestrian
Seperti namanya, Mix Used Building jenis ini memiliki
bangunan dengan beberapa fungsi yang terhubung dengan jalur
pejalan kaki. Biasanya fungsi bangunan jenis ini ditata secara
bebas dan dihubungkan dengan jembatan dan jalur lainnya.
Fungsi bangunan dalam mixed-use building pedestrian disusun
secara bebas, bisa dihubungkan oleh jalur on-ground maupun
jembatan udara.
4) Combination
Konsep Mix Used Building yang terakhir merupakan
gabungan dari ketiga bentuk di atas. Kita bisa menemukan
bangunan ini di kawasan elite di sejumlah kawasan.
c. Contoh Mix Used Building
Berikut ini contoh bangunan berkonsep Mix Used di Indonesia
yang bisa kita temukan:
1) Southgate Apartment

Gambar 2. 1 Southgate Apartment

Apartemen yang berlokasi di Jakarta Selatan ini paling


terkenal mengusung konsep mixed use building yang banyak
diminati. Dikembangkan oleh pengembang ternama, Sinarmas
Land, Southgate Residence merupakan bangunan multifungsi
karena terdiri dari beberapa kegunaan, seperti hunian, pusat
perbelanjaan, perkantoran, dan lain-lain.
2) LRT City The Premiere MTH

Gambar 2. 2 LRT City the Premiere MTH

Masih berlokasi di Jakarta Selatan tepatnya kawasan


Tebet, The Premiere MTH merupakan salah satu contoh
bangunan mixed use dengan TOD di Indonesia oleh PT. Properti
Komuter Adhi. Sesuai dengan konsep Balanced Life and
Lifestyle, kawasan hunian vertikal ini dirancang agar penghuni
dapat menikmati kenyamanan gaya hidup modern dengan
fasilitas lengkap dalam satu kawasan.
Kita juga dapat menemukan berbagai fasilitas untuk
menunjang kenyamanan penghuni, seperti fasilitas area kuliner,
taman kebahagiaan, area hijau, kolam renang, pintu masuk,
lantai podium, taman bermain, area BBQ, pusat kebugaran,
plaza, retail, supermarket, F&B, dan co-working ruang angkasa .
Mengenai akses, apartemen ini memiliki akses 0 km
menuju Stasiun KRL Cawang, 0 km menuju Stasiun BRT
Cikoko, 3 km menuju Bandara Halim Perdana Kusuma, dan 700
m menuju Tol Lingkar Dalam Jakarta.
3) The SpringLake View

Gambar 2. 3 SpringLake View

Ini adalah hunian dengan konsep Mix Used building di


kota Bekasi, Jawa Barat, yaitu The SpringLake View.
Dikembangkan oleh PT. Summarecon Agung Tbk, The
Springlake View merupakan kawasan mixed-use yang
memadukan kawasan hunian dan komersial.
Terletak di lokasi yang strategis, apartemen ini memiliki
akses yang mudah dan dekat dengan Summarecon Mall Bekasi
menggunakan terowongan underpass, Gedung Pusat Keuangan,
Sekolah BPK Penabur, dan Hotel Harris.
2. Transit-Oriented Development (TOD)
Tidak ada definisi TOD yang diterima secara universal karena
pembangunan dianggap padat, ramah pejalan kaki, dan ramah transit di kota
berukuran sedang. Beberapa penulis hanya menggunakan istilah TOD secara
longgar, mengacu pada semua bentuk "pembangunan berorientasi
transportasi", termasuk yang berorientasi pada bus dan kereta api
pembangunan serta konstruksi di sepanjang jalan bebas hambatan (Lefaver,
1997). Ulasan ini membawanya lebih sempit Secara definisi mengacu pada
pembangunan yang dekat atau berorientasi pada fasilitas angkutan massal.
Berikut ini adalah contoh definisi TOD yang ditemukan dalam
literatur:
• “Pembangunan dalam wilayah geografis tertentu di sekitar
stasiun transit dengan berbagai penggunaan lahan dan jumlah
pemilik tanah” (Salvensen, 1996)
• “Komunitas serbaguna yang mendorong orang untuk tinggal di
dekat layanan transit dan mengurangi kebutuhan mereka
ketergantungan pada mengemudi” (Still, 2002).
• “Pembangunan dengan kepadatan sedang hingga tinggi, terletak
dalam jarak berjalan kaki dari halte transit utama, umumnya
dengan campuran peluang perumahan, pekerjaan, dan belanja
yang dirancang untuk pejalan kaki tanpa mengecualikan mobil.
TOD dapat berupa konstruksi baru atau pembangunan kembali
satu kali lebih banyak bangunan yang desain dan orientasinya
memfasilitasi penggunaan transit” (California Department of
Transportasi, 2001).

Pengembangan Berorientasi Transit Tradisional dirancang agar


penghuni dapat tinggal, bekerja, berbelanja, dan rekreasi di area yang sama.

a. Tipologi
Perencana kota menggunakan tipologi TOD untuk menunjukkan
perpaduan yang diinginkan dan intensitas pembangunan yang spesifik
stasiun transit dan untuk menunjukkan bahwa tidak semua stasiun
akan dibangun dengan pola yang sama. itu membantu orang
memahami bahwa lingkungan mereka yang ada akan sedikit berubah
dan memberi sinyal kepada pengembang di mana rencana kota untuk
mendukung TOD baru yang intensif.
Tabel berikut menjelaskan tipologi TOD yang harus
diperhatikan:

Tipologi Karateristik
Pusat Kota • Pusat-pusat sipil dan budaya
• Beberapa jalur transit dan titik transfer
Lingkungan Perkotaan • Kepadatan sedang hingga tinggi
• Perluasan sistem jalan pusat kota
• Berbelanja di sepanjang jalan utama
persimpangan kunci
• Biasanya perumahan yang lebih terjangkau
• Aktivitas pejalan kaki yang tinggi
• Terkadang distrik bersejarah berdekatan
dengan pusat kota
Pinggir Kota • Peluang untuk kepadatan dan desain ulang
yang lebih tinggi
• Lebih fokus pada komuter
• Beberapa ritel dan komersial ada, namun
terbatas
Zona Transit • Sebagian besar perumahan
• Sebagian berbelanja dengan ritel atau ruang
kantor yang terbatas
Commuter Town • Berdiri bebas, dengan layanan komuter ke
pusat kota
• Area stasiun mungkin merupakan “jalan
utama” dengan retail, perkantoran, perumahan
• Mendukung layanan jam sibuk tetapi
membutuhkan lahan parkir
Pusat Pendidikan • Lingkungan pejalan kaki dan sepeda
• Membutuhkan konektivitas trotoar dan shuttle
bus untuk kegiatan siswa
• pusat, kompleks olah raga, dan perpustakaan
Pusat Daerah • Pusat perbelanjaan, dengan akses otomatis
yang luas
• Akan membutuhkan konektivitas yang hati-
hati
• Perubahan tata guna lahan kemungkinan akan
dibutuhkan
• Infill kesempatan untuk membuat area 24 jam
Tabel 2. 1 Tipologi TOD

b. Pengguna dan Tujuan


Sejumlah kemungkinan tujuan yang terkait dengan masing-
masing pengguna yang terlibat dalam proyek TOD ditunjukkan pada
Tabel 2. Banyak dari tujuan ini seperti mempertahankan tarif parkir
stasiun yang tinggi dan memaksimalkan akses pejalan kaki ke masing-
masing stasiun konflik. bahkan satu pengguna mungkin memiliki
tujuan yang tidak sesuai, atau paling tidak, yang membutuhkan
penyeimbang yang hati-hati jika ingin di perbaiki. Banyak
ketidakcocokan mencerminkan ketegangan dasar antara titik dan
simpul.

Pengguna Tujuan yang Memungkinkan


Badan Transit • Memaksimalkan keuntungan moneter atas tanah
• Maksimalkan penumpang.
• Menangkap nilai dalam jangka panjang
Pengendara • Buat/pertahankan tingkat parkir yang tinggi
• Meningkatkan layanan transit dan akses stasiun
• Tingkatkan pilihan mobilitas
• Kembangkan campuran penggunaan yang
nyaman di dekat stasiun
Masyarakat • Mempertahankan/meningkatkan nilai properti
• Minimalkan dampak lalu lintas
• Meningkatkan pilihan mobilitas dan akses ke
transit, layanan, dan pekerjaan
• Meningkatkan kelayakhunian lingkungan
• Mendorong pembangunan kembali
Pemerintahan Lokal • Memaksimalkan penerimaan pajak
• Menumbuhkan vitalitas ekonomi
• Membangun kembali lahan yang kurang
dimanfaatkan
Pemerintahan • Lindungi "kepentingan publik" dan tetapkan
batasan pada investasi yang didanai pemerintah
federal
Pengembang • Memaksimalkan laba atas investasi
• Minimalkan risiko, kompleksitas
• Memastikan nilai dalam jangka panjang
Tabel 2. 2 Pengguna dan Tujuannya

3. Arsitektur Neo Vernakular


Bangunan adalah budaya seni yang terdiri dari pengulangan sejumlah
terbatas jenis dan dalam adaptasi mereka terhadap iklim lokal, bahan, dan
adat istiadat setempat (Krier, 1970)
Neo berasal dari bahasa Yunani dan digunakan sebagai fonem yang
berarti baru. Jadi Neo Vernakular berarti bahasa daerah yang dituturkan
dengan cara baru, arsitektur Neo Vernakular merupakan aplikasi dari
arsitektur yang sudah ada, baik fisik (bentuk, konstruksi), maupun non fisik
(konsep, filosofi, dan tata ruang). Dengan tujuan melestarikan unsur-unsur
lokal yang secara empiris dibentuk oleh tradisi yang kemudian mengalami
beberapa pembaruan atau lebih menuju karya yang lebih modern atau maju
tanpa mengurangi nilai-nilai tradisional lokal.
Menurut Tjok Pradnya Putra menyatakan Pengertian Arsitektur Neo-
Vernacular berasal dari kalimat Neo yang berasal dari Bahasa Yunani dan
digunakan sebagai fonim yang berarti baru. Kata NEO atau NEW berarti
baru atau hal yang baru, sedangkan kata vernacular berasal dari kata
vernaculus (bahasa latin) yang berarti asli. Maka arsitektur neo - vernakular
dapat diartikan sebagai arsitektur asli daerah tersebut yang dibangun oleh
masyarakat setempat dengan menggunakan material lokal mempunyai unsur
adat istiadat atau budaya dan disatu padukan dengan sentuhan modern yang
mendukung nilai dari vernacular itu sendiri. (Purnomo, 2017).
Jika dilihat dari perkembangannya, arsitektur Neo-Vernakular adalah
konsep arsitektur yang lahir dari masa post-modern. Dimana bisa ditarik
kesimpulan bahwa konsep Arsitektur Neo-Vernakular adalah sebuah konsep
arsitektur yang mempertimbangkan kaidah-kaidah budaya lokal dalam
kehidupan masyarakat dan dibalut dalam suatu perpaduan bangunan yang
mengandung dua unsur yaitu unsur modern dan unsur budaya lokal
4. Transportasi Umum

Transportasi umum adalah kendaraan atau moda transportasi yang


digunakan untuk mengangkut orang atau barang dari satu tempat ke tempat
lain dengan membayar biaya (Warpani, 2002). Transportasi dalam hal ini
transportasi umum memegang peranan penting dalam menggerakkan
perekonomian, sehingga pengelolaan dan penataan angkutan umum di suatu
daerah harus disempurnakan guna mendukung perkembangan dan
pertumbuhan daerah tersebut.

a. Peranan Transportasi Umum


Secara umum, kota yang tumbuh cepat adalah kota dengan
sistem transportasi yang berkembang dengan baik. Sejarah
perkembangan banyak kota besar di dunia membuktikan peran utama
transportasi dalam perkembangannya (Walpani, 2002). Transportasi
umum penumpang memiliki peran dalam pergerakan manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Peran transportasi umum lainnya adalah
pengembangan wilayah, pengaturan lalu lintas, dan konservasi energi.
Salah satu ciri Transportasi Umum adalah dapat mengangkut
orang dalam jumlah besar dan rutenya tetap, juga terkait dengan
peraturan lalu lintas. Banyak orang menggunakan transportasi umum.
Selain itu, semakin sedikit kendaraan yang melintasi jalan tersebut,
sehingga arus lalu lintas relatif lancar (Warpani, 2002). Oleh karena
itu, untuk menciptakan transportasi yang nyaman diperlukan
pengelolaan transportasi umum yang baik agar masyarakat dapat
beralih menggunakan transportasi umum.
b. Jenis Transportasi Umum
Transportasi umum sebagai sarana transportasi terbagi menjadi
tiga jenis berdasarkan pada medium tempat transportasi tersebut
bergerak. Antara lain:
1) Udara
Angkutan ini adalah sarana transportasi yang bergerak di
udara, pesawat sebagai contohnya. Angkutan ini memiliki
kelebihan dari segi kecepatan sehingga cocok digunakan untuk
perjalanan jarak jauh karena waktu tempuh yang relatif singkat.
2) Air
Angkutan ini adalah sarana transportasi yang bergerak di
air, kapal feri dan kapal tongkang sebagai contohnya. Hanya
sedikit angkutan air yang digunakan untuk mengangkut
penumpang dalam jarak jauh karena kecepatannya yang lambat
kecuali untuk rekreasi. Angkutan air ini lebih sering digunakan
sebagai angkutan barang karena dapat menampung dan
memindahkan barang dalam jumlah besar dengan biaya yang
lebih rendah daripada angkutan udara untuk pengiriman barang
antar benua.
3) Darat
Angkutan ini adalah sarana transportasi yang bergerak di
darat dengan menggunakan jalan atau rel sebagai tempat untuk
bergerak, bus dan kereta api adalah contoh dari angkutan darat.
Sebagai sarana transportasi di suatu wilayah perkotaan,
penggunaan angkutan berbasis jalan lebih banyak digunakan
daripada angkutan berbasis rel karena angkutan jalan dapat
memenuhi dan menjangkau kebutuhan pergerakan masyarakat
sampai ke daerah pelosok kota yang tidak dapat dijangkau oleh
angkutan rel.
c. Transportasi Umum di Jakarta Selatan
Selama ini, Jakarta perlu meningkatkan penggunaan transportasi
umum. Pasalnya, sebagian besar warga Jakarta masih lebih memilih
menggunakan kendaraan sendiri ketimbang transportasi umum.
Pasalnya, transportasi umum dinilai belum mampu memberikan
kenyamanan yang dibutuhkan.
Namun, situasi ini bisa berubah karena berbagai sistem
transportasi umum di Jakarta menjadi lebih aman dan nyaman.
Buktinya, pada tahun 2022, Jakarta memiliki 1 juta orang yang
menggunakan transportasi umum. Angka ini jauh di atas tahun
sebelumnya yang hanya sekitar 350.000.
Berikut jenis transportasi umu yang terdapat pada Kota Jakarta
khususnya Jakarta Selatan:
1) Trans Jakarta

Tabel 2. 3 Bus Trans Jakarta

Mulai beroperasi pada 15 Januari 2004, Bus Trans Jakarta


kini menjadi transportasi umum yang nyaman, cepat, dan
terjangkau di Jakarta. Bus Trans Jakarta beroperasi lebih cepat
dibandingkan bus kota lainnya karena angkutan umum ini
memiliki jalur dan halte khusus.
Bus Trans Jakarta memiliki rute sangat luas yang bisa
menjangkau hampir seluruh penjuru Jakarta, di antaranya:
Koridor Halte Keberangkatan Halte Tujuan
1 Blok M Kota
2 Pulogadung Harmoni Central
3 Terminal Kalideres Pasar Baru
4 Pulogadung 2 Dukuh Atas 2
5 Kampung Melayu Ancol
6 Ragunan Dukuh Atas 2
7 Kampung Rambutan Kampung Melayu
8 Lebak Bulus Harmoni Central
9 Pinang Ranti Pluit
10 PGC 2 Tanjung Priok
11 Wali Kota Jakarta Kampung Melayu
timur
12 Penjaringan Tanjung Priok
13 Ciledug Blok M
Tabel 2. 4 Rute Bus Trans Jakarta

2) MRT

Gambar 2. 4 Mass Rapid Transit (MRT)

Mass Rapid Transit (MRT) resmi beroperasi di Jakarta


pada 24 Maret 2019 setelah melalui proses perencanaan dan
persiapan yang panjang sekitar 25 tahun. Proyek infrastruktur ini
bertujuan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas yang luar
biasa di Jakarta. Salah satu keunggulan utama MRT adalah
kecepatan. MRT hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit
untuk menempuh jarak 16 kilometer.
Untuk tarif, MRT mematok harga yang bervariasi
tergantung stasiun tujuan. Serta untuk rute MRT dapat dilihat
dari gambar dibawah:
Gambar 2. 5 Rute MRT

3) LRT

Gambar 2. 6 LRT (Light Rail Transit)

LRT (Light Rail Transit) didedikasikan sebagai


transportasi umum menuju era ramah lingkungan. Memiliki bodi
yang cukup ramping dengan kapasitas 257 penumpang, LRT
dapat melaju dengan kecepatan 50 km/per jam hingga kecepatan
maksimal 90 km/per jam. Di Jakarta, LRT Jakarta beroperasi
sejak 2019, sedangkan LRT Jabodetabek direncanakan mulai
aktif Juni 2023.
LRT Jakarta memiliki panjang lintasan hingga 5,8 km.
Awalnya, pembangunan LRT Jakarta ditujukan untuk
mendukung Asian Games 2018. Rute tersebut meliputi:
• Pegangsaan Dua
• Mal Kelapa Gading
• Jalan Boulevard Raya Kelapa Gading
• Kayu Putih Raya (Pulomas)
• Kayu Putih Raya ( Equestrian)
• Velodrome Rawamangun
Sementara itu, LRT Jabodebek bertujuan mengurangi
kemacetan di wilayah Jabodebek. Rutenya mencakup:
• Cawang > Cibubur melewati Taman Mini > Kp Rambutan
> Ciracas > Cibubur
• Cawang > Dukuh Atas melewati Cawang > Ciliwung >
Cikoko > Kuningan > Rasuna Said > Karet > Setiabudi >
Dukuh Atas
• Cawang > Bekasi Timur melewati Halim > Cikunir >
Bekasi Barat > Bekasi Timur
4) KRL

Gambar 2. 7 KRL Commuter Line

KRL (kereta) jalur komuter Jakarta pertama kali


dioperasikan pada tahun 1925. Pelayanan KRL terus
ditingkatkan. Diawali dengan larangan penumpang naik di atas
atap kereta, pedagang kaki lima dan pengamen juga dilarang
menaiki gerbong.
Layanan yang dioperasikan oleh PT Kereta Commuter
Indonesia, anak perusahaan PT KAI, ini menjadi salah satu
solusi kemacetan di Ibu Kota. KRL menawarkan waktu tempuh
yang jauh lebih singkat dibandingkan transportasi umum
lainnya. Juga, biaya transportasi umum ini tergolong murah.

Rute yang dilalui oleh KRL Commuter Line dapat dilihat


dari gambar berikut

Gambar 2. 8 Rute KRL Commuter Line

5) Ojek Online
Selain 4 Transportasi umum yang sudah dijelaskan, ada 1
lagi transportasi umum yang sering digunakan. Yaitu, Ojek
Online. Ojek online merupakan salah satu angkutan umum di
Jakarta yang menggunakan teknologi internet untuk
menghubungkan pelanggan dengan mitra pengemudi
B. Kerangka Berfikir

Issue Ide Gagasan Potensi

Rumusan Masalah

Tujuan

Data Premier Pengumpulan Data Data sekunder


Observasi Study literatur
Dokumentasi Study Banding
Analisis

Analisis Fungsi Analisis bentuk tapak Analisis hujan


Analisis Ruang Analisis batas tapak Analisis akses dan
Analisis Aktivitas Analisis matahari sirkulasi
Analisis Pengguna Analisis angin Analisis struktur
Analisis view Analisis utilitas
Analisis kebisingan Analisis vegetasi

Konsep
Perancangan
Konsep Dasar
Konsep Tapak
Konsep Ruang
Konsep Bentuk
Konsep Utilitas
Konsep Struktur

Desain

Diagram 2. 1 Kerangka Berfikir


BAB III
METODE PERANCANGAN

A. Lokasi Site

Lokasi objek rancangan kali ini terletak pada Kawasan Jakarta Selatan, DKI
Jakarta, tepatnya pad Jl. R. A. Kartini dekat dengan Stasiun MRT Fatmawati. Site
ini memiliki Batasan wilayah pada bagian utara yaitu Jl. R. A. Kartini dan Stasiun
MRT Fatmawati, Selatan yaitu lahan kosong, Barat ada Gedung BPJS
Ketenagakerjaan dan Stasiun MRT Fatmawati, timur ada SPBU Pertamina. Site
ini memiliki luas 5214 m2 dengan KDB 55% dan KLB 6,48. Adapun alasan
memilih site ini adalah:

• Lokasi proyek yang relatif sangat strategis karena bisa dijangkau dari
berbagai penjuru kota, selain itu merupakan pintu masuk dari jalan
provinsi
• Lokasi yang relatif bisa teratur dalam sirkulasi kendaraan karena 50%
tepian site berbatasan dengan jalan raya.

Berikut hasil analisis dari site yang saya pilih.

1. Analisis Makro

Gambar 3. 1 Analisa Site A. Indonesia, B. DKI Jakarta, C. Jakarta Selatan, D. Lokasi


Site, E. Contour
Lahan yang berada pada simpang jalan R.A. Kartini ini memiliki luas
5214 m2 data yang ditampilkan pada peraturan pemerintah adalah sebagai
berikut

Zona : Zona Perdagangan dan Jasa

Kode Sub Zona : K-1

Sub Zona : Perdagangan dan Jasa Skala Kota

KDB : 55%

KLB : berdasarkan tingkat performa LP

KTB : 60

KDH : 20

Dengan data diatas bisa mendapatkan perhitungan sebagai berikut:

Luas Dasar Gd : 2867,70 m2

Luas Lantai Gd : 35663,76 m2

Jumlah Lantai : 12 Lantai

Lahan Hijau : 1042,80 m2

2. Analisis Mikro

Gambar 3. 2 Analisa Site A. Analisa Angin dan Cahaya Matahari, B. Zoning, C. Vegetasi
dan Sirkulasi
3. Analisis SWOT
a. Strengh
Site yang saya pilih memiliki banyak keuntungan, salah satunya
rancangan kali ini akan dekat dengan moda transportasi umum, serta
karena berada di pusat suatu daerah maka bangunan ini dipastikan
akan banyak pengunjung.
b. Weakness
Walaupun dekat dengan moda transportasi umum. Tetapi karena
banyak masyarakat yang lebih memilih menggunakan kendaraan
pribadi dibandingkan kendaraan umum. Ini menjadikan daerah sekitar
menjadi daerah yang rawan akan macet.
c. Oppurtunity
Dengan dibuatnya bangunan ini akan menjadi bangunan
serbaguna yang dapat digunakan oleh berbagai macam kegiatan baik
sosial maupun ekonomi. Maka peluang yang didapatkan dari
bangunan ini sangatlah banyak
d. Treath
Satu-satunya ancaman yang akan dihadapi adalah masyarakat
yang masih tidak ingin menggunakan transportasi umum. Ini
menjadikan rancangan yang dibangun menjadi sia-sia.

B. Tema Rancangan
Tema dari rancangan yang akan dibuat dalam bangunan kali ini adalah
dengan menggunakan tema yang berkaitan dengan budaya daerah Jakarta Selatan.
Masyarakat daerah Jakarta selatan juga dikenal dengan suku Betawi. Suku Betawi
memiliki budaya-budaya yang menjadi ciri dari suku tersebut, beberapa
diantaranya yaitu Rumah Kebaya, Ondel-ondel, dan Gambang Kromong.
Gambar 3. 3 Rumah Kebaya-Rumah Adat Betawi

Ada 3 jenis rumah adat Betawi yaitu Rumah Kebaya, Rumah Joglo dan
Rumah Gudang. Namun yang resmi terdaftar sebagai rumah adat Betawi di DKI
Jakarta adalah Rumah Kebaya. Disebut Rumah Kebaya karena bentuk atapnya
menyerupai pelana yang dilipat dan jika dilihat dari samping lipatannya terlihat
seperti lipatan kebaya. Pada adat Jakarta, ciri khas rumah ini adalah teras luas
yang berguna untuk menyambut tamu dan sebagai tempat bersantai keluarga.
Bahkan dulu orang membuat sumur di depan rumah dan kuburan di samping
rumah.

Gambar 3. 4 Ornamen Gigi Balang yang Terdapat pada Rumah Adat Betawi

Rumah adat Betawi yang terbuat dari kayu memiliki ornament khas yang
memberikan sisi keestetikan pada bangunan. Ornament hiasan Gigi Balang
menghiasi bagian ujung atap atau lisping rumah adat dari Betawi tersebut. Motif
dari Gigi Balang antara lain Wajik, Wajik susun dua, Potongan waru, dan Kuntum
Melati. Makna yang terkandung dari ornament Gigi Balang adalah pertahanan
yang kuat dalam hidup yang jadi falsafah hidup orang Betawi.
Tema rancangan yang bisa di ambil dari Rumah adat tersebut adalah bagian
Atap yang menjadi suatu ciri dari rumah adat tersebut. Selain itu ornament juga
akan ditambahkan pada beberapa bagian pada rancangan bangunan ini.

Gambar 3. 5 Alat Musik Khas Betawi-Gambang Kromong

Gambang Kromong adalah seni musik tradisional Betawi dengan perpaduan


alat musik gamelan dan Tionghoa. Nama Gambang Kromong sendiri diambil dari
nama dua alat musik Gambang dan Kromung. Adat di Jakarta ini identik dengan
alat musik yang terbuat dari kayu khusus yang terlihat istimewa saat dimainkan.

Gambar 3. 6 Macam Alat Musik pada Kesenian Gambang Kromong

Gambang biasanya memiliki hingga 18 buah ukuran yang berbeda untuk


membuat nada yang berbeda. Sedangkan Kromong merupakan alat musik yang
terbuat dari perunggu. Kromong juga merupakan alat musik yang dimainkan
dengan cara dipukul dan setiap pensil juga memiliki nada yang berbeda.

Tema yang diambil pada kesenian diatas adalah bahan yang digunakan pada
ornament pada bangunan menggunakan bahan yang terbuat dari kayu. Selain itu
susunan atap juga menyesuaikan dari bentuk susunan dari alat musik Gambang.
Bahan lainnya yang digunakan juga adalah Perunggu atau Kuningan yang
digunakan pada bahan pembuatan Kromong.

Gambar 3. 7 Ondel-Ondel

Ondel-ondel adalah patung raksasa yang dijadikan ikon kota Jakarta. Ondel-
ondel ini biasanya muncul berpasangan, ada yang laki-laki dan perempuan.
Bagaimana membedakannya, Pria mengenakan topeng merah dengan kumis dan
cambang, serta pakaian berwarna gelap. sedangkan Wanita memakai topeng putih
dengan lipstik merah dan mengenakan pakaian berwarna cerah. Namun keduanya
dihiasi dengan Kembang Kelapa yang merupakan hiasan kepala khas melayu.

Ondel-ondel ini terbuat dari rangka bambu, sehingga bisa dibawa dengan
orang di dalamnya. Bagi sebagian orang, Pengembara bisa mengintimidasi, tetapi
mereka sering berada di garis depan prosesi. Ondel-ondel pada zaman dahulu
digunakan untuk mengusir bala dan menjaga desa. Biasanya ia diarak saat ada
wabah (wabah) yang melanda desa, slametan, hajatan besar (Cap Go Meh, dll)
atau sedekah bumi setelah panen raya.

Dari ondel-ondel penulis mengambil konsep dari perbedaan antara laki-laki


dan perempuan, ini untuk membedakan zonasi dari bangunan yang akan
dirancang. Selain itu Kembang Kepala juga menjadi salah satu bentuk yang bisa
diimplementasikan kedalam Kawasan dengan menggunakan vegetasi yang
berbentuk mirip dengan bentuk tersebut seperti pohon Pisang Kipas.
Gambar 3. 8 Pohon Pisang Kipas

C. Studi Preseden

D. Metode Pendekatan Perancangan


Metode yang akan digunakan dalam perancangan ini adalah mengumpulkan
sebanyak mungkin sumber budaya lokal yang berkaitan dengan perancangan
bangunan masyarakat adat, kemudian dengan harapan kesan modern keunikan
masyarakat setempat tidak terkuras dari desain dan desain bangunan.
1. Pengumpulan Informasi dan Data Literatur
Pada studi literatur ini, penulis berusaha untuk mencari informasi dari
berbagai media, baik internet, jurnal, buku serta penelitian-penelitian
dengan judul serupa, yang terdiri dari:
a. Teori Arsitektur Neo Vernakular
b. Teori Transit-Orientation Development (TOD) siri, serta
fungsinya
c. Teori Mix Used building, Ciri, Jenis, serta Contoh bangunannya
d. Tinjauan terhadap transportasi umum serta sirkulasinya
e. Tinjauan terhadap budaya yang dapat diimplementasikan
terhadap bangunan

2. Analisis Pendekatan dan Konsep Perencanaan Perancangan


Pada tahapan ini Analisa dilakukan dengan metode Deskriptif, yaitu
penguraian data beserta gambar yang memiliki standar SNI, lalu akan
dikelompokkan berdasarkan fungsional, performasi, dan arsitektural.
Analisis Program Fungsional bertujuan untuk mengidentifikasi
penggunaan, antara lain Pengguna, Kegiatan Pengguna, Kegiatan Pengelola,
Kegiatan Pengunjung, Jumlah Pengunjung, dll.
Analisis program peformasi menerjemahkan secara sistematik
kebutuhan calon pengguna, calon pengujung lalu hubungannya dengan
sirkulasi dan syarat dalam pemilihan site, persyaratan kebutuhan ruang,
besaran ruang, program ruang, dll.
Analisis arsitektural merupakan tahapan menggabungkan hasil
identifikasi dari dua analisis sebelumnya (fungsional dan kinerja). Pada
proses ini akan dianalisa masalah massa, ruang, tampilan, site management,
utilitas, dan struktur bangunan yang mengintegrasikan tuntutan kebutuhan
pengguna dengan kebutuhan yang ada.
Konsep bentuk bangunan akan menyesuaikan dengan Tema
Rancangan yang sudah dijelaskan. Dengan konsep Neo Vernakular,
menjadikan bangunan ini akan mencocokan diri mengikuti daerahnya. Agar
tetap seirama bangunan ini akan menggabungkan antara konsep yang sudah
dibuat dengan konsep bangunan yang ada disekitar.
BAB IV
KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN
DAFTAR PUSTAKA

• “Apa Itu Mixed Use Building?” https://www.pinhome.id/kamus-istilah-


properti/mixed-use-
building/#Contoh_Mixed_Use_Building_di_Indonesianbsp

• “Mixed-use Building – Definisi, Jenis, Ciri dan Kelebihannya”


https://www.99.co/id/panduan/mixed-use-building/

• “Toward Mixed-Use Communities by Transit-oriented development (TOD)


in the United States” (Hanieh Shamskooshki, Urban and Regional Planning
M.A., Faculty of Architecture and Urban Planning, Sh.Beheshti University,
Tehran, Iran, Hanieh.Shams@yahoo.com)

• “Transportasi Umum (Definisi, Jenis, dan Kegunaan)”


http://eprints.itenas.ac.id/454/5/05%20Bab%202%20222015090.pdf

• Warpani, P. Suwardjoko. (2002). “Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan. Bandung : Penerbit ITB.”

• “5 Transportasi Umum di Jakarta yang Selalu Jadi Andalan”


https://blog.cove.id/transportasi-umum-di-jakarta/

• “10 Budaya Jakarta yang Wajib Diperkenalkan pada Anak”


https://www.orami.co.id/magazine/budaya-jakarta
• "Mengenal Rumah Kebaya, Rumah Adat Betawi, Ornamen, dan
Keunikannya"
https://regional.kompas.com/read/2021/12/28/211252178/mengenal-rumah-
kebaya-rumah-adat-betawi-ornamen-dan-keunikannya?page=all.

• “Apa dan Bagaimana Peralatan Musik Gambang Kromong-Ali


Gufron(BPNB Jabar” http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/apa-
dan-bagaimana-peralatan-musik-gambang-kromong/

• “Ondel-Ondel” https://id.wikipedia.org/wiki/Ondel-ondel

Anda mungkin juga menyukai