NPM : 201945500290
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sebagai penulis,
sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas besar ini tepat pada
waktunya.
A. Latar Belakang
Kota Jakarta adalah kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Selain itu
daerah ini juga menjadi sebuah kota besar dimana tempat berkumpulnya
masyarakat yang bekerja serta rekreasi. Pada kota Jakarta khususnya daerah
Jakarta Selatan, merupakan salah satu wilayah yang cukup banyak penggerak
perekonomian dan menjadi tempat yang paling dicari karena banyaknya tempat
untuk bersantai, berkumpul oleh teman dan keluarga, serta tempat-tempat untuk
bekerja. Daerah ini memiliki beraneka ragam kehidupan sosial. Kehidupan di
daerah ini tidak dibatasi oleh waktu, baik siang maupun malam, 1x24 jam, setiap
harinya daerah ini disibukkan oleh kegiatan ekonomi dan sosial.
Masyarakat daerah kota Jakarta Selatan sangat bergantung oleh kehidupan
yang seperti tidak ada matinya ini. Banyak toko-toko yang dibuka oleh
masyarakat daerah ini untuk memenuhi kebutuhan para pengunjung. Bukan hanya
masyarakat asli yang bergantung terhadap kesibukan di kota yang padat akan
kesibukan sosial ini, para pendatang yang dating dari daerahnya juga beberapa
bergantung oleh kesibukan di daerah ini. Baik sebagai tempat tinggal, untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi, maupun hanya sekedar berlibur memenuhi
kebutuhan emotionalnya saja.
Karena kesibukan yang dijalani di kota ini, Jakarta Selatan menjadi
memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah tingkat kepadatan penduduk
yang terus bertambah, ditambah tidak sadarnya masyarakat akan pemanfaatan
kendaraan umum menjadikan kota ini semakin padat oleh kendaraan pribadi yang
lalu-lalang baik sekedar melewatinya saja atau memang bertujuan menuju kota
Jakarta Selatan. Salah satu yang harus dilakukan adalah memperbaiki fasilitas dari
bangunan atau menambah fasilitas dari kendaraan umum tersebut.
Salah satu perbaikan yang bisa dilakukan adalah menambah sebuah
bangunan fasilitas yang berintegrasi dengan bangunan fasilitas trasportasi
terutama untuk mempermudah perpindahan pengguna trasportasi umum menuju
tempat yang dituju atau berganti transportasi umum lainnya. hal tersebut bisa
disiasati dengan pembangunan Transit-oriented development (TOD) atau sebuah
pembangunan berorientasi transit. Yaitu, sebuah bangunan yang bisa menjadi
sebuah tempat singgah untuk kemudian melanjutkan bisa perjalanan.
Pembangunan TOD bisa berada di fasilitas transportasi tersebut atau bisa juga di
daerah dekat dengan fasilitas trasportasi tersebut.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang dapat
diambil adalah sebagai berikut:
1. Tempat penghubung yang dapat menghubungkan transportasi yang
berbeda baik pribadi dengan umum, maupun umum dengan umum.
2. Tempat yang mendukung kebutuhan ekonomi dan sosial masyarakat
sekitar serta menjadi tempat yang bisa mendatangkan lebih banyak
pengunjung dari luar daerah.
3. Dibutuhkannya tempat berkumpul yang bisa mendukung kegiatan
yang ada di daerah ini. Tempat yang nyaman dan bisa menaikkan
tingkat perekonomian masyarakat sekitar.
4. Area yang penuhi bangunan tinggi memungkinkan daerah ini menjadi
daerah yang panas, maka dibutuhkannya daerah hijau yang membuat
bangunan tersebut tetap nyaman dan sejuk untuk daerah tersebut.
5. Daerah ini selalu membuat bangunan yang mencirikan daerahnya.
Maka bangunan dengan pendekatan Neo Vernakular menjadi salah
satu usulan yang bisa digunakan.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini bisa makin fokus dan makin mendalam, maka penulis
memandang bahwa permasalahan pada penelitian ini perlu di batasi variabel nya.
Oleh sebab itu penulis hanya mendalami bagaimana merancang bangunan yang
memenuhi kebutuhan dari masyarakat sekitar Jakarta Selatan. Selain itu juga
membuat sebuah bangunan yang bisa menampung berbagai macam kegiatan yang
beragam serta menjadi sarana menarik masyarakat agar lebih tertarik
menggunakan kendaraan umum.
D. Rumusan Masalah
Berdasar pada latar belakang serta identifikasi dan batasan masalah yang
sudah dibahas sebelumnya, maka dapat dirumuskan bahwa:
1. Bagaimana merancang bangunan yang bisa mengembangkan kegiatan
ekonomi dan sosial serta menjadi bangunan penghubung bagi
masyarakat?
2. Bagaimana bangunan Mix Used bisa digunakan sebagai penerapan
fungsional bangunan menggunakan pendekatan Neo Vernakular?
E. Tujuan Rancangan
1. Merancang bangunan mix-used yang terintegrasi dengan transportasi
umum sebagai bangunan transit.
2. Merancang bangunan mix-used dengan pendekatan Neo Vernakular
menyesuaikan budaya dari daerah tersebut.
3. Merancang bangunan mix-used yang dapat mewadahi kegiatan sosial
ekonomi seperti, Kegiatan jual beli, sebagai sarana hiburan, dan
tempat berkumpul, serta sebagai tempat menaikkan minat masyarakat
untuk menggunakan transportai umum.
4. Merancang bangunan dengan sirkulasi yang baik. baik sirkulasi udara,
pedestrian, kendaraan, dan lain sebagainya.
F. Manfaat Rancangan
Adapun beberapa manfaat dari perancangan bangunan kali ini. Manfaat
akan didapatkan oleh beberapa pihak, yaitu:
1. Bagi Penulis
Bagi Penulis, merancang bangunan ini menjadi penilaian kemampuan
dari penulis dalam merancang sebuah bangunan. Selain itu, perancangan ini
menjadi suatu kewajiban yang harus dipenuhi yang merupakan syarat dari
kelulusan.
2. Bagi Masyarakat
Bagi Masyarakat, perancangan kali ini untuk memberikan fasilitas
bagi masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan dari kegiatan yang
mereka jalani. Selain itu juga agar lebih banyak pendatang untuk
berkunjung dan akan meningkatkan kualitas ekonomi dari masyarakat
sekitar.
3. Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah, perancangan ini dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi dan meningkatkan kualitas infrastruktur. Selain itu, perancangan
kali ini juga dapat menjadi suatu promosi baru bagi pemerintah setempat
untuk mengenalkan daerahnya serta meningkatkan minat masyarakat untuk
bisa menggunakan fasilitas umum yang disediakan.
4. Bagi Akademisi
Bagi akademisi, perancangan ini diharapkan dapat menjadi referensi
informasi mengenai rancangan bangunan sejenis.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Landasan Teori
1. Mix Used Building
Istilah Mix Used Building merujuk pada bangunan yang dapat
mengakomodasi tiga atau lebih fungsi urban. Singkatnya mix used building
adalah bangunan multifungsi, biasanya terdiri dari apartemen, hotel, kantor,
dan pusat perbelanjaan.
Sebagai bangunan multifungsi, Mix Used Building harus mampu
mewadahi berbagai macam kegiatan dasar manusia, yaitu bekerja, tinggal,
belanja, hingga rekreasi. Mix used building harus dirancang sedemikian rupa
agar setiap fungsi dapat berjalan dengan baik dan minim gangguan.
a. Ciri Mix Used Building
1) Tiga atau Lebih Fungsi
Ciri utama Mix Used Building adalah mampu menampung
tiga fungsi atau lebih sekaligus. Fungsi terpenting adalah
memenuhi kebutuhan manusia, yaitu tempat tinggal, mencari
pekerjaan, dan hiburan. Artinya, Mix Used Building tidak hanya
menampung apartemen, tetapi juga perkantoran, area
perbelanjaan, sarana rekreasi, dan sebagainya.
2) Saling Terintegrasi
Meskipun memiliki lebih dari satu fungsi, namun masing-
masing fungsi tersebut saling bergantung dan terintegrasi, baik
secara fisik maupun fungsional di dalamnya.
3) Memiliki Fasilitas yang Lengkap
Mengingat fungsinya yang lebih dari satu, tak heran jika
fasilitas yang dimiliki gedung berkonsep mixed use ini semakin
lengkap. Sehingga, warga yang tinggal di kawasan ini memiliki
kemudahan dalam hal mobilitas yang berkurang, karena semua
kebutuhan dapat dilakukan hanya dalam satu gedung.
4) Terdapat jalur Pedestrian
Kawasan berkonsep Mix Used dilengkapi dengan jalur
pejalan kaki yang nyaman dan lebih ramah bagi pejalan kaki.
Pasalnya, semua fasilitas di kawasan itu bisa diakses tanpa
kendaraan sehingga pengembang akan memperhatikan
pembuatan jalur pejalan kaki yang nyaman.
b. Jenis Mix Used Building
Berdasar pada tipologi atau corak bangunannya, Mix used
Struktur dibedakan kedalam 4 jenis, yaitu Mix Used Mega Struktur,
Mix Used Building Tower, Mix Used Pedestrian serta Mix Used
Combination.
1) Mega Struktur
Bentuk dan ciri dari jenis yang pertama yaitu memiliki
struktur tunggal. Konsep in merupakan bangunan multifungsi
yang berstruktur tunggal. Fungsi bangunan mixed use mega
struktur disusun secara vertikal di mana setiap lantainya
memiliki fungsi yang bermacam-macam.
Bangunan tipe ini memiliki tower-tower yang menyatu
secara arsitektural dengan atrium yang berada di bawahnya.
Atrium ini berfungsi sebagai pusat perbelanjaan.
2) Building Tower
Mix Used Building Tower terdiri dari beberapa fungsi
bangunan yang disusun dalam satu podium. Kemudian fungsi-
fungsi bangunan lainnya disusun dalam menara yang berada di
atasnya. Jenis Mix Used Building Tower diterapkan pada high
rise building di mana fungsi-fungsi bangunan lainnya disusun
dalam menara yang berada di atasnya.
3) Pedestrian
Seperti namanya, Mix Used Building jenis ini memiliki
bangunan dengan beberapa fungsi yang terhubung dengan jalur
pejalan kaki. Biasanya fungsi bangunan jenis ini ditata secara
bebas dan dihubungkan dengan jembatan dan jalur lainnya.
Fungsi bangunan dalam mixed-use building pedestrian disusun
secara bebas, bisa dihubungkan oleh jalur on-ground maupun
jembatan udara.
4) Combination
Konsep Mix Used Building yang terakhir merupakan
gabungan dari ketiga bentuk di atas. Kita bisa menemukan
bangunan ini di kawasan elite di sejumlah kawasan.
c. Contoh Mix Used Building
Berikut ini contoh bangunan berkonsep Mix Used di Indonesia
yang bisa kita temukan:
1) Southgate Apartment
a. Tipologi
Perencana kota menggunakan tipologi TOD untuk menunjukkan
perpaduan yang diinginkan dan intensitas pembangunan yang spesifik
stasiun transit dan untuk menunjukkan bahwa tidak semua stasiun
akan dibangun dengan pola yang sama. itu membantu orang
memahami bahwa lingkungan mereka yang ada akan sedikit berubah
dan memberi sinyal kepada pengembang di mana rencana kota untuk
mendukung TOD baru yang intensif.
Tabel berikut menjelaskan tipologi TOD yang harus
diperhatikan:
Tipologi Karateristik
Pusat Kota • Pusat-pusat sipil dan budaya
• Beberapa jalur transit dan titik transfer
Lingkungan Perkotaan • Kepadatan sedang hingga tinggi
• Perluasan sistem jalan pusat kota
• Berbelanja di sepanjang jalan utama
persimpangan kunci
• Biasanya perumahan yang lebih terjangkau
• Aktivitas pejalan kaki yang tinggi
• Terkadang distrik bersejarah berdekatan
dengan pusat kota
Pinggir Kota • Peluang untuk kepadatan dan desain ulang
yang lebih tinggi
• Lebih fokus pada komuter
• Beberapa ritel dan komersial ada, namun
terbatas
Zona Transit • Sebagian besar perumahan
• Sebagian berbelanja dengan ritel atau ruang
kantor yang terbatas
Commuter Town • Berdiri bebas, dengan layanan komuter ke
pusat kota
• Area stasiun mungkin merupakan “jalan
utama” dengan retail, perkantoran, perumahan
• Mendukung layanan jam sibuk tetapi
membutuhkan lahan parkir
Pusat Pendidikan • Lingkungan pejalan kaki dan sepeda
• Membutuhkan konektivitas trotoar dan shuttle
bus untuk kegiatan siswa
• pusat, kompleks olah raga, dan perpustakaan
Pusat Daerah • Pusat perbelanjaan, dengan akses otomatis
yang luas
• Akan membutuhkan konektivitas yang hati-
hati
• Perubahan tata guna lahan kemungkinan akan
dibutuhkan
• Infill kesempatan untuk membuat area 24 jam
Tabel 2. 1 Tipologi TOD
2) MRT
3) LRT
5) Ojek Online
Selain 4 Transportasi umum yang sudah dijelaskan, ada 1
lagi transportasi umum yang sering digunakan. Yaitu, Ojek
Online. Ojek online merupakan salah satu angkutan umum di
Jakarta yang menggunakan teknologi internet untuk
menghubungkan pelanggan dengan mitra pengemudi
B. Kerangka Berfikir
Rumusan Masalah
Tujuan
Konsep
Perancangan
Konsep Dasar
Konsep Tapak
Konsep Ruang
Konsep Bentuk
Konsep Utilitas
Konsep Struktur
Desain
A. Lokasi Site
Lokasi objek rancangan kali ini terletak pada Kawasan Jakarta Selatan, DKI
Jakarta, tepatnya pad Jl. R. A. Kartini dekat dengan Stasiun MRT Fatmawati. Site
ini memiliki Batasan wilayah pada bagian utara yaitu Jl. R. A. Kartini dan Stasiun
MRT Fatmawati, Selatan yaitu lahan kosong, Barat ada Gedung BPJS
Ketenagakerjaan dan Stasiun MRT Fatmawati, timur ada SPBU Pertamina. Site
ini memiliki luas 5214 m2 dengan KDB 55% dan KLB 6,48. Adapun alasan
memilih site ini adalah:
• Lokasi proyek yang relatif sangat strategis karena bisa dijangkau dari
berbagai penjuru kota, selain itu merupakan pintu masuk dari jalan
provinsi
• Lokasi yang relatif bisa teratur dalam sirkulasi kendaraan karena 50%
tepian site berbatasan dengan jalan raya.
1. Analisis Makro
KDB : 55%
KTB : 60
KDH : 20
2. Analisis Mikro
Gambar 3. 2 Analisa Site A. Analisa Angin dan Cahaya Matahari, B. Zoning, C. Vegetasi
dan Sirkulasi
3. Analisis SWOT
a. Strengh
Site yang saya pilih memiliki banyak keuntungan, salah satunya
rancangan kali ini akan dekat dengan moda transportasi umum, serta
karena berada di pusat suatu daerah maka bangunan ini dipastikan
akan banyak pengunjung.
b. Weakness
Walaupun dekat dengan moda transportasi umum. Tetapi karena
banyak masyarakat yang lebih memilih menggunakan kendaraan
pribadi dibandingkan kendaraan umum. Ini menjadikan daerah sekitar
menjadi daerah yang rawan akan macet.
c. Oppurtunity
Dengan dibuatnya bangunan ini akan menjadi bangunan
serbaguna yang dapat digunakan oleh berbagai macam kegiatan baik
sosial maupun ekonomi. Maka peluang yang didapatkan dari
bangunan ini sangatlah banyak
d. Treath
Satu-satunya ancaman yang akan dihadapi adalah masyarakat
yang masih tidak ingin menggunakan transportasi umum. Ini
menjadikan rancangan yang dibangun menjadi sia-sia.
B. Tema Rancangan
Tema dari rancangan yang akan dibuat dalam bangunan kali ini adalah
dengan menggunakan tema yang berkaitan dengan budaya daerah Jakarta Selatan.
Masyarakat daerah Jakarta selatan juga dikenal dengan suku Betawi. Suku Betawi
memiliki budaya-budaya yang menjadi ciri dari suku tersebut, beberapa
diantaranya yaitu Rumah Kebaya, Ondel-ondel, dan Gambang Kromong.
Gambar 3. 3 Rumah Kebaya-Rumah Adat Betawi
Ada 3 jenis rumah adat Betawi yaitu Rumah Kebaya, Rumah Joglo dan
Rumah Gudang. Namun yang resmi terdaftar sebagai rumah adat Betawi di DKI
Jakarta adalah Rumah Kebaya. Disebut Rumah Kebaya karena bentuk atapnya
menyerupai pelana yang dilipat dan jika dilihat dari samping lipatannya terlihat
seperti lipatan kebaya. Pada adat Jakarta, ciri khas rumah ini adalah teras luas
yang berguna untuk menyambut tamu dan sebagai tempat bersantai keluarga.
Bahkan dulu orang membuat sumur di depan rumah dan kuburan di samping
rumah.
Gambar 3. 4 Ornamen Gigi Balang yang Terdapat pada Rumah Adat Betawi
Rumah adat Betawi yang terbuat dari kayu memiliki ornament khas yang
memberikan sisi keestetikan pada bangunan. Ornament hiasan Gigi Balang
menghiasi bagian ujung atap atau lisping rumah adat dari Betawi tersebut. Motif
dari Gigi Balang antara lain Wajik, Wajik susun dua, Potongan waru, dan Kuntum
Melati. Makna yang terkandung dari ornament Gigi Balang adalah pertahanan
yang kuat dalam hidup yang jadi falsafah hidup orang Betawi.
Tema rancangan yang bisa di ambil dari Rumah adat tersebut adalah bagian
Atap yang menjadi suatu ciri dari rumah adat tersebut. Selain itu ornament juga
akan ditambahkan pada beberapa bagian pada rancangan bangunan ini.
Tema yang diambil pada kesenian diatas adalah bahan yang digunakan pada
ornament pada bangunan menggunakan bahan yang terbuat dari kayu. Selain itu
susunan atap juga menyesuaikan dari bentuk susunan dari alat musik Gambang.
Bahan lainnya yang digunakan juga adalah Perunggu atau Kuningan yang
digunakan pada bahan pembuatan Kromong.
Gambar 3. 7 Ondel-Ondel
Ondel-ondel adalah patung raksasa yang dijadikan ikon kota Jakarta. Ondel-
ondel ini biasanya muncul berpasangan, ada yang laki-laki dan perempuan.
Bagaimana membedakannya, Pria mengenakan topeng merah dengan kumis dan
cambang, serta pakaian berwarna gelap. sedangkan Wanita memakai topeng putih
dengan lipstik merah dan mengenakan pakaian berwarna cerah. Namun keduanya
dihiasi dengan Kembang Kelapa yang merupakan hiasan kepala khas melayu.
Ondel-ondel ini terbuat dari rangka bambu, sehingga bisa dibawa dengan
orang di dalamnya. Bagi sebagian orang, Pengembara bisa mengintimidasi, tetapi
mereka sering berada di garis depan prosesi. Ondel-ondel pada zaman dahulu
digunakan untuk mengusir bala dan menjaga desa. Biasanya ia diarak saat ada
wabah (wabah) yang melanda desa, slametan, hajatan besar (Cap Go Meh, dll)
atau sedekah bumi setelah panen raya.
C. Studi Preseden
• “Ondel-Ondel” https://id.wikipedia.org/wiki/Ondel-ondel