Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH GEOGRAFI

Teori Konsentris, Sektoral dan Inti Ganda

Disusun Oleh:
Iqlima Pasaribu
13
XII IPS 3

SMA Negeri 12 Depok


Tahun Ajaran 2020/2021
Teori Konsentris
Teori Konsentris adalah teori mengenai perencanaan perkotaan yang dikembangkan oleh seorang
sosiolog asal Amerika Serikat bernama Ernest Burgess berdasarkan hasil penelitiannya terhadap
kota Chicago yang dilakukan pada tahun 1925.

Hasil menunjukkan bahwa perkembangan Kota Chicago membentuk sebuah pola penggunaan
lahan yang konsentris dengan fungsi yang berbeda-beda. Teori konsentris meyakini bahwa
perkembangan kota dimulai dari pusatnya yang kemudian meluas ke wilayah yang jauh dari
pusat akibat peningkatan penduduk.

Interaksi antara penggunaan lahan dan manusia, baik dalam segi ekonomi, sosial, ataupun politik
membentuk beberapa zona konsentris. Kekurangan dari teori konsentris adalah tidak berlaku di
negara selain Amerika Serikat. Contoh kota dengan teori konsentris adalah Chicago, London,
Kalkuta, Adelaide, dan sebagian besar kota-kota di Indonesia.

Asumsi Teori Konsentris


1. Populasi dengan sosial budaya yang heterogen
2. Industri komersil menjadi basis ekonomi
3. Persaingan ruang untuk zona ekonomi dan ruang pribadi (private ownership)
4. Perluasan area dan peningkatan populasi kota
5. Transportasi dinilai mudah, cepat, dan murah di setiap zona kota
6. Pusat kota untuk pusat kegiatan ekonomi sehingga ruang di dekat pusat menjadi terbatas
dan bernilai tinggi

Susunan Ruang Kota Teori Konsentris


1. Zona Pusat Kegiatan (Central District Business)
Ciri-ciri:
a. Inti kota
b. Intensitas yang tinggi untuk kegiatan komersil dan pemerintahan (gedung perkantoran,
pertokoan, dan lain-lain)
c. Nilai harga jual atau sewa tanah tinggi
d. Populasi untuk permukiman sangat sedikit
e. Aksesibilitas mudah dan laju orang masuk/keluar jumlahnya besar setiap harinya
2. Zona Peralihan (Transition Zone)
Ciri-ciri:
a. Terikat dengan Zona Pusat Kegiatan
b. Populasi penduduknya heterogen dan tidak stabil baik di permukiman atau kegiatan
sosial ekonomi
c. Daerah dengan berpenduduk miskin
d. Kualitas lingkungan permukiman memburuk -> sering ditemukan daerah slum atau
permukiman penduduk kumuh
e. Dapat diubah menjadi komplek industri manufaktur, perhotelan, apartemen, dan lain-lain
-> untuk rencana pembangunan kota
f. Tingkat kejahatan dan penyakit tertinggi di kota

3. Zona Permukiman Kelas Proletar (Low-Class Residential atau Workingmen’s Homes)


Ciri-ciri:
a. Kondisi permukimannya lebih baik -> umumnya rumah-rumah kecil atau rumah susun
b. Populasi penduduknya merupakan para pekerja dengan berpenghasilan kecil (buruh)
c. Transportasi dapat dikatakan masih relatif mudah dan murah menuju tempat bekerja

4. Zona Kelas Menengah (Medium-Class Residential Zone)


Ciri-ciri:
a. Permukiman untuk para pekerja dengan berpenghasilan menengah
b. Kondisi permukiman lebih baik dibandingkan kelas proletar -> permukiman horizontal
ataupun permukiman vertikal (apartemen)
c. Lokasinya strategis dengan pusat perbelanjaan sudah hampir sama kondisinya dengan
yang berada di pusat kota

5. Zona Penglaju (Commuters Zone)


Ciri-ciri:
a. Memasuki daerah belakang (hinterland) -> daerah batas desa – kota
b. Penduduknya tinggal di pinggiran kota tetapi bekerjanya di kota
c. Biaya transportasi relatif tinggi menuju CBD dibandingkan dengan zona lain
d. Pendapatan penduduknya relatif tingg
Kesimpulan Teori Konsentris
1. Pusat Daerah Kegiatan atau Central Business District: Daerah yang dianggap sebagai
pusat kegiatan bisnis, tempat - tempat dan pusat pertokoan, gedung, bank dan pasar.
2. Zona industri, yang terikat dengan pusat wilayah kegiatan.
3. Zona transisi atau permukiman kelas rendah, merupakan tempat tinggal para buruh yang
menempati rumah susun.
4. Permukiman kelas menengah
5. Permukiman kelas tinggi
6. Wilayah pinggiran kota, ditandai dengan adanya penglaju
Teori Sektoral
Kritik pertama mengenai teori konsentris dilakukan oleh Hoomer Hoyt (1939). Penelitian yang
dilakukan oleh Hoyt berdasarkan akan pemetaan rata-rata nilai sewa permukiman untuk setiap
blok di setiap kota. Asumsi yang digunakan adalah adanya variasi penggunaan lahan di sekitar
pusat kota (CBD Zone), lalu berkembang dan masing-masing meluas ke zona lain.
Pengelompokkan penggunaan lahan kota menjulur seperti irisan kue tar dan sifatnya lebih bebas.

Hoyt juga mengungkapkan bahwa persaingan spasial bukan satu-satunya sumber perkembangan
kota, tetapi juga faktor kondisi geografis, rute transportasi, dan kekerabatan sosial. Kelemahan
teori ini adalah mengabaikan jenis penggunaan lahan lain selain permukiman. Contoh kota
dengan teori sektoral antara lain California, Alberta, Boston, dan Calgary.

Asumsi Teori Sektoral


1. Daerah-daerah dengan harga jual atau sewa tanah tinggi biasanya terletak di luar kota
2. Daerah-daerah dengan harga jual atau sewa tanah rendah merupakan jalur-jalur yang
memanjang dari pusat ke perbatasan kota
3. Zona pusat sebagai daerah pusat kegiatan

Susunan Ruang Kota Teori Sektoral


1. Zona I: Pusat Kota (Central District Business), meliputi perkantoran, pusat perbelanjaan,
dan lain-lain
2. Zona 2: Daerah Manufaktur, terdapat Kawasan industri ringan dan perdagangan
3. Zona 3: Permukiman Kelas Rendah, berada di dekat pusat kota dan terdapat kawasan
murbawisma (tempat tinggal kaum buruh)
4. Zona 4: Permukiman Kelas Menengah, berada agak jauh dari pusat kota atau sektor
industri dan terdapat kawasan madyawisma (tempat tinggal kaum menengah)
5. Zona 5: Permukiman Kelas Atas, terdapat kawasan adiwisma (tempat tinggal kaum atas)
Teori Inti Ganda

Teori inti ganda (bahasa Inggris: multiple nuclei model) adalah model ekologi kota yang dibuat
oleh Chauncy Harris dan Edward Ullman pada tahun 1945 dalam artikel "The Nature of Cities."
Teori ini dibuat berdasarkan fakta bahwa ada kota-kota modern yang memiliki pusat bisnis,
daerah industri dan pemukiman sendiri.

Teori ini dibuat berdasarkan gagasan bahwa orang memiliki pergerakan yang lebih besar karena
meningkatnya kepemilikan mobil. Peningkatan ini membuat terjadinya spesialisasi pusat-pusat
regional (seperti pusat bisnis, daerah industri).

Keduanya mengatakan jika karakteristik persebaran penggunaan lahan ditentukan oleh banyak
faktor yang tergolong unik seperti sejarah hingga situs – situs kota, sehingga dapat dikatakan
bahwa pembangunan zona – zona tertentu di sebuah kota tidak memiliki urutan yang teratur
seperti halnya pada teori konsentris dan sektoral. Seperti yang sudah disinggung di atas jika
pada teori inti ganda, tata ruang kota mempunyai bentuk yang kompleks, di mana pada awalnya
berpusat pada suatu titik atau terpusat.

Teori inti ganda diibaratkan seperti muncul nukelus (inti) baru berfungsi sebagai kutub
pertumbuhan. Nukleus tersebut akan terus berkembang sesuai dengan penggunaan lahan
fungsional serta membentuk struktur kota yang mempunyai sel – sel pertumbuhan. Nukleus di
sini dapat berupa perguruan tinggi, pelabuhan laut, terminal, kawasan industri, dan bandara.
Terbentuknya nukleus ini juga didasari oleh keuntungan ekonomi sehingga menjadi bahan
pertimbangan dalam penggunaan lahan. Seperti pembangunan kawasan industri biasanya tidak
akan jauh dari sarana transportasi seperti bandara, terminal atau pelabuhan.

Zona Dalam Teori Inti Ganda

1. Zona 1: Central Business District


Pada zona ini terdapat pusat kota yang berisi berbagai macam kegiatan kota. Zona 1 merupakan
pusat fasilitas transportasi dan juga spesialisasi pelayanan seperti perbankan, theater dan lain
sebagainya.
2. Zona 2: Wholesale Light Manufacturing
Keberadaan jasa angkutan dalam skala besar itu sangat dibutuhkan biasanya zona 2 ini banyak
berkelompok dan berada di sepanjang jalan kereta api atau dekat dengan Central Business
District. Zona 2 tidak berada di sekeliling zona 1 atau CBD, hanya lokasinya cukup berdekatan.
Seperti wholesale pada umumnya fungsi ini membutuhkan transportasi yang baik, banyak cukup
ruang yang memadai serta dekat dengan pasar dan tenaga kerja.

3. Zona 3: Daerah Pemukiman Kelas Rendah


Dalam membangun sebuah pemukiman harus memenuhi beberapa persyaratan khusus. Sudah
pasti timbul persaingan antara golongan yang berpenghasilan tinggi dengan golongan yang
berpenghasilan rendah dalam mendapatkan lokasi pemukiman yang nyaman. Dari persaingan
tersebut sudah tentu golongan berpenghasilan tinggi akan memperoleh lokasi yang nyaman
sedangkan golongan lain akan berada di pemukiman kurang nyaman dengan kondisi lingkungan
buruk. Zona 3 biasanya banyak berada di dekat kawasan industri seperti pabrik, jalur kerata api
dan drainase buruk.

4. Zona 4: Daerah Pemukiman Kelas Menengah


Zona 4 tentu akan berbeda dengan zona 3 dan terlihat lebih baik jika dilihat dari segi fisik serta
ketersedian fasilitas yang cukup lengkap. Dan sudah tentu masyarakat yang tinggal di zona 4
mempunyai pendapatan yang tinggi dibandingkan dengan yang berada di zona 4.

5. Zona 5: Daerah Pemukiman Kelas Tinggi


Pada zona ini lingkungan dan kondisi untuk dijadikan pemukiman merupakan tempat yang
paling baik termasuk dalam layanan fasilitas umumnya. Lingkungan alam juga mendukung
masyarakatnya untuk memperoleh kehidupan yang aman, tentram, sehat dan menyenangkan.
Yang dapat berada di zona 5 ini hanya golongan dengan penghasilan tinggi dan mampu
mempunyai rumah dan lahan. Zona 5 berada di cukup jauh dari zona 1 (Central Business
District), kawasan industri baik berat maupun ringan, tetapi dalam memenuhi seluruh kebutuhan
sehari – hari, tidak jauh dari zona 5 terdapat Business District baru dan fungsinya tidak jauh
berbeda dengan Central Business District.

6. Zona 6: Heavy Manufacturing


Zona 6 adalah tempatnya industri atau pabrik dalam skala besar. Berada di zona ini akan banyak
mengalami permasalahan pencemaran lingkungan seperti polusi udara, polusi suara, macet dan
pencemaran tanah, pencemaran air yang lain sebagainya. Bisa dikatakan jika tinggal di sekitar
zona 6 bukan pilihan yang tepat, namun sini tersedia banyak lapangan pekerjaan. Meskipun
begitu bagi kelompok yang berpenghasilan rendah banyak memilih tinggal di zona ini.

7. Zona 7: Business District Lainnya


Zona 7 hadir untuk memenuhi segala macam kenutuhan di zona 4 dan 5, tidak jarang zona ini
juga akan menarik fungsi – fungsi lain untuk masuk ke dalamnya. Tidak heran jika zona 7 akan
menjadi nukleus baru yang nantinya akan berkembang dan membentuk pola tata ruang berbeda
dan tidak akan membentuk pola tata ruang kota konsentris, dan hanya membentuk sebaran sesuai
dengan karakteristik.

8. Zona 8: Zona Tempat Tinggal Di Daerah Pinggiran


Untuk zona ini biasanya akan membentuk komunitas tersendiri pada lokasinya. Dalam hal ini
sebagian besar penduduk bekerja di pusat – pusat kota dan zona 8 hanya dijadikan tempat tinggal
saja. meskipun begitu, seiring berjalannya waktu tempat ini semakin berkembang hingga
akhirnya menarik fungsi lain seperti munculnya pusat perbelanjaan, perkantoran dan lain
sebagainya.

9. Zona 9: Zona Industri Di Daerah Pinggiran


Seperti yang terjadi pada daerah industri lainnya, transportasi menjadi persyaratan penting bagi
zona 9 ini. Meskipun berada di pinggiran, zona ini mempunyai fasilitas berupa jalur transportasi
yang memadai. Zona industri di pinggiran ini juga bukan tidak mungkin akan berkembang
menjadi pusat nukleus baru hingga akhirnya berkembang menciptakan pola – pola persebaran
keruangan tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai