Anda di halaman 1dari 16

Teori Perencanaan dan

Pengembangan Wilayah

Dosen MATA KULIAH : Dr. DASMIN SIDU.,SP.,M.Si

NAMA : RIAT SARNU


STAMBUK : G2F120043
PROGRAM STUDI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH (PPW.A)
PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO
1. TEORI TEORI
LOKASI VON THUNEN 2. TEORI KONSENTRIS

1. TEORI LOKASI VON THUNEN

Johan Heinrich Von Thunen (1783-1850) adalah seorang warga negara


Jerman yang merupakan ahli ekonomi pertanian yang mengeluarkan teorinya
dalam buku “Der Isolirte Staat”. Von Thunen mengembangkan teori ini
berdasarkan pengamatan di sekitar tempat tinggalnya. Menurutnya pertanian
merupakan komoditi yang cukup besar di perkotaan. Dalam teori ini ia
memperhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tersebut
termasuk variabel keawetan, berat, dan harga dari berbagai komoditas
pertanian. Ia menggambarkan bahwa jenis penggunaan tanah yang ada di suatu
daerah dipengaruhi perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas ke pasar
terdekat.
 Pada zaman itu banyak area pertanian yang terletak di wilayah
yang tidak strategis. Petani yang berada di lokasi jauh dari pusat
pasar atau kota, harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk
menjual hasil panennya. Padahal di zaman tersebut alat
transportasi yang digunakan untuk mengangkut hasil pertanian
masih berupa gerobak yang ditarik oleh sapi, kuda atau keledai.
Biaya transportasi yang dikerahkan tidak sebanding dengan upah
yang di dapat. Hal ini menunjukkan betapa mahalnya kota
sebagai pusat pasar. Dari hasil studi inilah Von Thunen
mengeluarkan teori lokasi pertanian.
 Teori lokasi pertanian yang menitipberatkan pada 2 hal utama
tentang pola keruangan pertanian yaitu:
1. Jarak lokasi pertanian kepasar
2. Sifat produk pertanian (keawetan, harga, beban angkut)
Asumsi Teori Von Thunen :

Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan
daerah pedalamanya yang merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan
pokok yang merupakan komoditi pertanian (Isolated Stated).

Daerah perkotaan hanya menjual kelebihan produksi daerah pedalaman, tidak


menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain (Single Market).

Daerah pedalaman hanya menjual kelebihan produksinya ke perkotaan, tidak ke


daerah lain (Single Destination).

Daerah pedalaman atau kota mempunyai ciri yang sama (homogen) dengan kondisi
geografis kota itu sendiri dan cocok untuk tanaman dan peternakan dataran
menengah.

Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk memperoleh


keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman dan
peternakannya dengan permintaan yang terdapat di daerah perkotaan (Maximum
Oriented).
Pada waktu itu hanya ada angkutan berupa gerobak yang dihela oleh kuda
(One Moda Transportation).

Biaya transportasi berbanding lurus dengan jarak yang ditempuh. Semua biaya
transportasi ditanggung oleh petani. Petani mengangkut semua hasil dalam
bentuk segar.  (Equidistant).
KELEBIHAN
TEORI LOKASI VON THUNEN

 Menjadi acuan penting dalam pengembangan Wilayah terutama dalam menentukan berbagai
kegiatan perekonomian.
 Dapat menentukan berbagai Kawasan ( Zoning )

KELEMAHAN
 Kemajuan transportasi dapat menghemat banyak waktu dan biaya.
 Ada beberapa daerah yang tidak hanya memiliki 1 merket center saja, tetapi juga 2 market center.
 Adanya berbagai bentuk pengawetan, sehingga mencegah resiko busuk pada pengiriman jarak jauh.
 Kondisi topografis setiap daerah berbeda-beda, sehingga hasil pertanian yang akan dihasilkanpun akan
berbeda.
 Negara industri mampu membentuk kelompok produksi sehingga tidak terpengaruh pada kota.
 Antara produksi dan konsumsi telah terbentuk usaha bersama menyangkut pemasarannya.
 Keterkaitan teori dengan perencanaan wilayah

Teori Lokasi Von Thunen Eratkaitanya Dengan Perencanan Wilayah, Dimana


Untuk Menempatkan Suatu Objek Pada Lokasi Yang Tepat Dengan
Mempertimbangkan Aspek Efisiensi Tenaga Manusia Dan Ekonomi.

Saran dari pada Teori Lokasi Von Thunen itu sendiri tidak dapat sepenuhnya
diterapkan saat ini. Di zaman modern seperti sekarang, jasa angkutan telah
menjamur dan berlomba-lomba menawarkan harga murah. Masalah biaya
angkut dirasa sudah tidak membebani pelaku produksi yang berasal dari daerah
desa. Akan tetapi, perbedaan sewa lahan tetap tinggi di wilayah kota. Oleh
Karena itu pemerintah harus lebih memperhatikan kondisi masyarakat ataupun
wilayah dimasing-masing daerah.
2. TEORI KONSENTRIS

 Teori Konsentris Ernnest W. Burgess melakukan penelitian dikota


Chicago pada tahun (1923) hasil menunjukan bahwa perkembangan
kota Chicago membentuk sebuah pola penggunaan lahan yang
konsentris dengan fungsi yang berbeda-beda. Kota dianggap
sebagai suatu obyek studi dimana di dalamnya terdapat masyarakat
manusia yang sangat komplek, mengalami proses interelasi
antarmanusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Hasil dari
hubungan itu mengakibatkan terciptanya pola keteraturan dari
penggunaan lahan. Interaksi antara penggunaan lahan dan manusia
baik dalam segi ekonomi, sosial, ataupun politik membentuk
beberapa zona konsentris. . Dari hal ini, kemudian menyebabkan
Burgess terkenal dengan teori konsentrisnnya (Concentric Theory).
BUNYI TEORI KONSENTRIS YAITU PEMBANGUNAN KOTA HARUS TERPUSAT YANG PEMANFAATANNYA DIBAGI
BERDASARKAN ZONA-ZONA PERUNTUKKANNYA.

 SEJARAH TEORI KONSENTRIS, BURGEEN MELIHAT POLA PENGGUNAAN LAHAN


DIKOTA CHICAGO BERBEDA-BEDA.
 ADAPUN CONTOH WILAYAH KONSENTRIS UNTUK SULAWESI TENGGARA
ANATARA LAIN :
 1. UNAAHA
 2. ANDOLO
 3. KOLAKA UTARA
1. Populasi dengan 2. Industri
sosial budaya yang komersil
heterogen menjadi basis
ekonomi

6. Pusat kota untuk


pusat kegiatan 3. Persaingan
ekonomi sehingga ASUMSI TEORI KONSENTRIS ruang untuk zona
ruang di dekat pusat ekonomi dan ruang
menjadi terbatas pribadi (private
dan bernilai tinggi. ownership)

5. Transportasi
4. Perluasan
dinilai mudah,
area dan
cepat, dan
peningkatan
murah di setiap
populasi kota
zona kota
GAMBAR SUSUNAN TEORI
KONSENTRIS

KETERANGAN :
1. Zona satu daerah pusat kegiatan
2. Zona peralihan (zona
perdagangan beralih
kepemukiman)
3. Zona Permukiman Kelas Proletar
keterangan 4. Zona Kelas Menengah (Medium-
Class Residential Zone)
5. Zona Penglaju (Commuters
Zone).

Sumber gambar : Andrews,1981


Susunan Ruang Kota Teori Konsentris

1. Zona Pusat Kegiatan (Central District


Business)

Inti kota Intensitas yang


tinggi untuk kegiatan Nilai harga jual atau Aksesibilitas omudah
komersil dan sewah dan laju rang
pemerintahan (gedung
tanah tinggi,Populas
perkantoran, pertokoan, masuk/keluar
dan lain-lain) i untuk permukiman
sangat sedikit, jumlahnya besar setiap
harinya
Terikat dengan Zona Pusat Kegiatan

Populasi penduduknya heterogen dan tidak stabil


baik di permukiman atau kegiatan sosial ekonomi

Zona Peralihan Daerah dengan berpenduduk miskin,


(Transition Zone)

Kualitas lingkungan permukiman memburuk


sering ditemukan daerah slum atau permukiman
penduduk kumuh

Dapat diubah menjadi komplek


industri manufaktur
 3. Zona Permukiman Kelas Proletar
Ciri-ciri: Kondisi permukimannya lebih baik -> umumnya rumah-rumah kecil atau
rumah susun, Populasi penduduknya merupakan para pekerja dengan
berpenghasilan kecil (buruh),Transportasi dapat dikatakan masih relatif mudah dan
murah menuju tempat bekerja
4. Zona Kelas Menengah (Medium-Class Residential Zone)
Ciri-ciri: Permukiman untuk para pekerja dengan berpenghasilan menengah Kondisi
permukiman lebih baik dibandingkan kelas proletar permukiman horizontal ataupun
permukiman vertikal (apartemen) Lokasinya strategis dengan pusat perbelanjaan
sudah hampir sama kondisinya dengan yang berada di pusat kota.
5. Zona Penglaju (Commuters Zone)
Ciri-ciri: Memasuki daerah belakang (hinterland) daerah batas desa – kota,
Penduduknya tinggal di pinggiran kota tetapi bekerjanya di kota, Biaya transportasi
relatif tinggi menuju CBD dibandingkan dengan zona lain, Pendapatan
penduduknya relatif tinggi.
 KELEMAHAN TEORI KONSENTRIS :
 1. Tidak bisa dipakai/berlaku disemua negara
 2. Tidak adanya regulasi yang mengikat

 KELEBIHAN TEORI KONSENTRIS :


 1. Bisa Berinteraksi antara penggunaan lahan dengan manusia baik dalam segi ekonomi, sosial dan
politiknya
 2. Penataan kota lebih jelas
 3. Pelayanan publiknya efisien
 4. Keindahan kota lebih baik
 5. Perkembangan Kota akan terlihat

 Keterkaitan Teori Konsentris dengan Perkembangan Kota adalah bahwa perkembangan kota dimulai
dari pusatnya yang kemudian meluas kewilayah yang jauh dari pusat akibat peningkatan penduduk.
 Saran Teori konsentris, dimodofikasi dengan memperhatikan kembali masing-masing wilayah
sehingga teori ini berlaku kesemua negara.
Lebih dan Kurangnya MOHON DIMAAFKAN….
Sekian & Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai