OLEH LILI WINARTI, SP.MP FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN AGRIBISNIS/EKONOMI PERTANIAN UNIVERSITAS DARWAN ALI 20112
Asumsi von Thunen: Pusat kota sbg kota pemasaran, lokasi dipuast suatu wilayah homogen secara geografis. Biaya transportasi (untuk mengangkut hasil dari tempat produksi ke kota) berbanding lurus dengan jarak. Petani secara rasional cenderung memilih jenis tanaman yang menghasilkan keuntungan maksimal.
oleh petani yang berusaha untuk memperoleh keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman dan peternakannya dg permintaan yang terdapat didaerah perkotaan. e. One moda transportation f. Equidistant, biaya angkut ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dg jarak yang ditempuh(dalam bentuk segar)
Zona-zona yang konsentris yang dibentuk menggambarkan penggunaan lahan sbb: Zona kesatu yang paling mendekati kota/pasar, diusahakan tanaman yang mudah rusak (highly perishable) seperti sayuran dan kentang(free cash cropping) Zona kedua merupakan hutan dengan hasil kayu (foresting) Zona ketiga menghasilkan biji-biji seperti gandum, dg hasil yang relatif tahan lama dan ongkos transportasi murah Zona keempat merupakan lahan garapan dan rerumputan, yang ditekankan pada hasil perahan seperti susu, mentega dan keju Zona kelima untuk pertanian yang berubah-ubah, dua sampai tiga jenis tanaman Zona keenam, berupa lahan yang paling jauh dari pusat, digunakan untuk rerumputan dan peternakan domba dan sapi.
Kesimpulan penting dari pengembangan teori von Thunen adalah: (1) kecenderungan semakin menurunnya keuntungan akibat makin jauhnya lokasi produksi dari pasar, namun terdapat perbedaan laju penurunan (gradien) antar komoditas, (2) jumlah pilihan2 semakin menguntungkan yang semakin menurun dg bertambahnya bertambahnya jarak ke kota/pusat pasar.
Penerapan konsep land rent dan land use perkotaan menghadapi permasalahan karena: 1). Penggunaan lahan perkotaan terbesar untuk sektor perumahan, bukan untuk aktivitas ekonomi. 2).Kota mempunyai struktur yang sangat kompleks, tidak hanya berdimensi horisontal, tetapi juga berdimensi vertikal, sehingga land use diperkotaan cenderung bercampur baur. 3). Masih adanya kota-kota yang besar yang hanya mempunyai titik aksesibilitas tunggal terhadap pusat.
3.
4. 5. 6.
Zona Bisnis Zona transisi Zona tempat tinggal masyarakat berpendapatan rendah Zona tempat tinggal masyarakat berpendapatan menengah Zona tempat tinggal masyarakat berpendapatan tinggi Wilayah jalur batas desa dan kota.
Teori pusat lipat ganda (multiple nucleiconcept) Ket: 1. Central Business District 2. Kawasan niaga dan industri ringan 3. Kawasan tempat tinggal berkualitas rendah 4. Kawasan tempat tinggal berkualitas menengah 5. Kawasan pekerja berkualitas tinggi 6. Pusat kawasan industri berat 7. Pusat niaga/perbelanjaan pinggiran 8. Kawasan tempat tinggal sub urban 9. Kawasan industri sub urban 10. Zona komuter
2. Penduduk a. Permukaan tersebar secara merata b. Tingkat pendapatan, tingkat permintaan dan
selera terhadap barang dan jasa homogen. c. Produsen dan konsumen memiliki informasi yang sempurna dan bersikap/bertindak rasional atas informasi/pengetahuan yang diperoleh.Produsen diasumsikan berprilaku berusaha memaksimalkan keuntungan (profit). Konsumen berlaku meminimalkan biaya/pengeluaran dalam memenuhi konsumsi.
b. Asumsi lebih dari satu produsen untuk barang yang sama. Bila banyak produsen untuk barang yang sama, maka setiap produsen berusaha untuk menghitung lokasi yang tersedia dan daerah pasar yang sdh dikuasai produsen lain. Tiga kemungkinan range of good dari setiap pasar produsen yaitu: (1)range dari setiap barang saling bersinggungan pada batas terluarnya sehingga tidak terdapat kompetisi antara produsen tetapi ada konsumen yang tak terlayani.(2)terjadi tumpang tindih pada range of good dari daerah pasar sehingga terdapat kompetisi antara produsen dalam melayani konsumen yang dapat menurunkan keuntungan, dan (3)Range of good yang ideal yaitu apabila daerah pasar yang berbentuk lingkaran diubah menjadi bentuk heksagonal.