Pusat kota sbg kota pemasaran, lokasi dipuast suatu wilayah homogen
secara geografis.
Biaya transportasi (untuk mengangkut hasil dari tempat produksi ke kota)
berbanding lurus dengan jarak.
Petani secara rasional cenderung memilih jenis tanaman yang
menghasilkan keuntungan maksimal.
D. Model Von
pertanian:
Thunen
mengeluarkan
asumsi
mengenai
tanah
1. Tipe pemukimam adalah padat di pusat wilayah (pusat pasar) dan makin
kurang padat apabila menjauh dari pusat wilayah.
2. Seluruh wilayah model memiliki iklim, tanah, dan topografi yang seragam.
3. Fasilitas pengangkutan adalah primitif (sesuai pada zamannya) dan relatif
seragam. Ongkos ditentukan oleh berat barrang yang dibawa.
4.
Kecuali perbedaan jarak ke pasar, semua faktor alamiah yang
mempengarruhi panggunaan tanah adalah seragam dan konstan.
Meskipun model von Thunen dibangun pada abad ke-19 dengan kondisi
yang disesuaikan pada zamannya (seperti jenis alat transportasi masih kereta
kuda misalnya), tetapi pada abad ke-20 model tersebut masih
digunakan/diterapkan pada beberapa daerah di dunia, termasuk untuk
fenomena Kepulauan Fiji (dengan kota Suva sebagai sentral pusat pemasaran
dan kota pelabuhan).
Konsep von Thunen pada dasarnya menjelaskan bahwa penggunaan lahan
sangat ditentukan oleh biaya angkut produk yang diusahakan yang pada
akhirnya menentukan sewa ekonomi tanah (land rent). Namun kecenderungan
saat ini adalah pusat kota umumnya didominasi oleh kegiatan perdagangan
dan jasa, sedikit ke arah luar diisi oleh kegiatan industry kejaninan (home
industry) bercampur engan perumahan sedang/kumuh. Perumahan elite justru
mengambil lokasi lebih kea rah luar lagi (mengutamakan kenyamanan).
Industry besar umunya berada di luar kota karena banyak pemerintah kota
yang melamar industry besar dan yang berpolusi mengambil lokasi dalam
kota.
Perkembangan dari teori von Thunen selain harga tanah yang tinggi di
pusat kota dan makin menurun bila makin menjauh dari pust kota (akses
keluar kota), juga adalah harga tanah tinggi pada jalan-jalan utama (akses ke
luar kota) dan makin rendah bila menjauh dari jalan utama. Makij tinggi kelas
jalan utama itu, makin mahal sewa tanah disekitarnya. Jadi, bentuk
gambarnya adalah seperti kerucut (segitiga) jarring laba-laba, di mana puncak
kerucut itu adalah pusat kota. Namun perlu dicatat bahwa aka nada kantongkantong lokasi yang menyimpang dari ketentuan di atas karena adanya faktor
khusus selain faktor keamanan, kenyamanan, dan telah adanyya konsentrasi
tertentu di lokasi tersebut. Untuk lahan pertanian perlu diingat teori Ricardo
yang mengatakan bahwa sewa tanah terkait dengan kesuburan tanah
tersebut. Namun pandangan Ricardo ini pun tetap terikat pada jarak/akses
lahan pertanian itu terhadap pusat kota (wilayah pemasarannya).