Anda di halaman 1dari 5

Tugas Individu :1

Tanggal Penyerahan : 2 November 2018

Definisi Teori Von Thunen


(Tugas ini disusun guna melengkapi mata kuliah Anlok & Poker)

Oleh :

Desthio Andrawinata Hidayat 173060045

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

2018
Von Thunen (1783-1850) adalah seorah ahli ekonomi, filsafat, matematik,
dan tuan tanah dari Jerman. Sebagian besar isi bukunya tersebut berasal dari
pengamatannya selama 10 tahun. Isi buku The Isolated State ditulis dalam
kaitannya dengan pertanian, ekonomi nasional, upah, tigkat bunga, dan land rent.

Teori Von Thunen berusaha menghubungkan antara konsep ekonomi


dengan lokasi spasial, sehingga meskipun teorinya sudah lama, tetapi masih
berguna hingga sekarang. Ketika belajar pertanian pada Herr Staudinger’s
Institute di Flottback-Hamburg, dia menciptakan konsep Isolated State. Prinsip-
prinsip isolated state banyak digunakan dalam pemecahan permasalahan pertanian
dan ekonomi politik.

1. Hipotesis dan Asumsi Model Von Thunen

Von Thunen mengasumsikan suatu negara yang terisolasi dengan satu


pusat kota dengan tipe permukiman perdesaan, sehingga tidak ada pengaruh
dari luar negara. Di dalam deskripsi konsepnya, Von Thunen membayangkan
suatu kota yang berada di pusat dataran yang subur, yang dipotong oleh
sungai.

Permasalahan yang ingin dipecahkan oleh Von Thunen adalah pola


tanam dan penggunaan lahan seperti apa yang akan terjadi pada kondisi ini?
Dan bagaimana sistem pertanian pada distrik yang berbeda dipengaruhi oleh
jarak dari kota? Diasumsikan bahwa pertanian diatur secara rasional.

Dari hipotesis dan permasalahan yang digambarkan di atas, maka


dalam menusun model Von Thunen, secara garis besar asumsi-asumsi yang
dibuat adalah sebagai berikut:

 Ousat kota sebagai kota pemasaran, lokasi di pusat suatu wilayah


homogen secara geografis. Bagian pusat dilukiskan sebagai pusat
pemukiman, pusat industri yang sekaligus merupakan pusat pasar.
 Biaya transportasi (untuk mengangkut hasil dari tempat produksi ke kota)
berbanding lurus dengan jarak. Setiap petani di kawasan sekeliling kota
akan menjual kelebihan hasil pertaniannya ke kota tersebut, dan biaya
biaya transportasi ditanggung sendiri.
 Petani secara rasional cenderung memilih jenis tanaman yang
menghasilkan keuntungan maksimal.
2. Pola Penggunaan Lahan dari Von Thunen
Di sekitar kota akan ditanam produk-produk yang kuat hubungannya
dengan nilai, dan karena biaya transportasinya mahal, sehingga distrik di
sekitaranya yang berlokasi lebih jauh tidak dapat menyuplainya. Semakin
jauh dari kota, lahan akan secara progresif memproduksi barang dengan biaya
transportasi murah dibandingkan dengan nilainya. Dengan alasan tersebut,
terbentuk lingkaran-lingkaran konsentrik di sekeliling kota, dengan produk
pertanian utama tertentu. Setiap lingkaran produk pertanian, sistem
pertaniannya akan berubah, dan pada berbagai lingkaran akan ditemukan
sistem pertanian yang berbeda.

Gambar tersebut dibagi menjadi dua bagian, bagian A, yaitu


setengah lingkaran diatas yang merupakan zona-zona konsentris yang
memenuhi asumsi-asumsi ideal, sedangkan setengah lingkaran di bawah
(bagian B) yang merupakan zona-zona nyata dimana terdapat sungai yang
memotong bentang lahan pertanian, dan terdapat sebuah kota kecil yang
memiliki wilayah pasaran sendiri. Zona-zona konsentris yang dibentuknya
menggambarkan penggunaan lahan sebagai berikut:
 Zona kesatu yang paling mendekati kota/pasar, diusahakan tanaman yang
mudah rusak seperti sayuran dan kentang. Jenis-jenis hasil pertanian
tersebut membutuhkan tenaga kerja intensif dan biaya transportasi tinggi.
 Zona kedua merupakan hutan dengan hasil kayu.
 Zona ketiga menghasilkan biji-bijian seperti gandum, dengan hasil yang
relatif tahan lama dan ongkos transportasi murah.
 Zona keempat merupakan lahan garapan dan rerumputan, yang ditekankan
pada hasil perahan seperti susu, mentega, dan keju.
 Zona kelima untuk pertanian yang berubah-rubah, dua sampai tiga jenis
tanaman.
 Zona keenam berupa lahan yang paling jauh dari pusat, digunakan untuk
rerumputan dan peternakan domba dan sapi.

Meskipun model Von Thunen dibangun pada abad ke-19 dengan kondisi
yang disesuaikan pada zamannya, tetapi pada abad ke-20 model tersebut masih
digunakan/diterapkan pada beberapa daerah di dunia.

Konsep Von Thunen pada dasarnya menjelaskan bahwa penggunaan lahan


sangat ditentukan oleh biaya angkut produk yang diusahakan yang pada akhirnya
menentukan sewa ekonomi tanah.

Kesempulan penting yang dapat diambil dari pengembangan teori Von


Thunen adalah:

1. Kecenderungan semakin menurunnya keuntungan akibat makin jauhnya


lokasi produksi dari pasar, namun terdapat perbedaan laju penurunun
antarkomoditas.
2. Jumlah pilihan-pilihan menguntungkan yang semakin menurun dengan
bertambahnya jarak ke kota/pusat pasar.
DAFTAR PUSTAKA

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah(2009), Ernan Rustiadi,


Sunsun Saefulhakim, Dyah R. Panuja. Crestpent Press dan Yayasan
Obor Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai