Anda di halaman 1dari 4

Tugas Individu

Kode Mata Kuliah: PWK 18302

Dosen: IR. Zulphiniar Priyandoko, MT

TEORI LOKASI VON THUNNEN

TUGAS INI DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI MATA KULIAH

ANALISIS LOKASI DAN POLA KERUANGAN

DISUSUN OLEH:

ADINDA OKTAVIA SAEPUDIN (173060008)

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN


Teori Von Thunen: Land Use Theory
Johan Heinrich Von Thunen (1783-1850) adalah seorang ahli ekonomi pertanian
yang berasal dari Jerman dan merupakan orang pertama yang membuat model analisis
dasar dari hubungan antara pasar, produksi dan jarak (Prof. Syafrizal, 2008). Teori Von Thunen
dikenal dengan teori land use yang merupakan teori lokasi yang dicetuskan pertama kali di
Jerman dimana pada saat itu tidak ada industri, jalan raya maupun jalan kereta.
Teori lokasi Von Thunen diawali dengan analisis lokasi areal produksi
pertanianyang pada saat itu tanah dikuasai oleh raja dan para bangsawan yang
menyewakan tanahnya pada petani dan dapat dibayar dengan menggunakan hasil
pertaniannya. Von Thunen menggambarkan lokasi yang terisolasi atau terpencil dengan
iklim dan tanah yang seragam (uniform), topografi yang seragam dan datar, serta alat-alat
transportasi tradisional yang seragam yang hanya dilayani oleh kereta yang ditarik oleh hewan
atau ternak. Ada beberapa asumsi yang digunakan oleh Von Thunen yaitu:
1.Areal pertanian satu ragam (uniform) dalam atribut lingkungannya. Artinya dalam satu
lahan hanya boleh ditanami oleh satu jenis tanaman saja dan tidak boleh dicampur dengan
tanaman lainnya.
2.Hanya ada satu pasar akibat lokasi yang terisolasi (terpencil) bebas dari pengaruh pasar-
pasar kota-kota lain.
3.Transportasi sejenis dan biaya transportasi meningkat bersamaan dengan jarak terhadap
pasar. Artinya, pada jaman dahulu untuk mencapai ke pusat transportasi yang digunakan
adalah transportasi darat berupa kereta yang ditarik oleh sapi, kuda atau keledai
sehingga biaya transportasi yang dikeluarkan tinggi dan tidak sebanding dengan upah yang
didapat.
4. Semua petani bertindak rasional/ekonomis yang dimana para petani sudah
memperhitungkan besar biaya transportasi yang dikeluarkan dari lahan
pertanian/perkebunan menuju pusat. Penggunaan lahan juga memaksimumkan profit atau
keuntungan dan petani memiliki informasi yang cukup mengenai biaya produksi dan harga
pasar.
5. Pola ruang dengan bentuk wilayah yang melingkar seputar kota zona-zona konsentrik.
6. Area Isolated State : model ideal dengan karakteristik wilayah yang terisolasi (bagan bagian
atas)
7. Modified Condition: keberadaan sungai dan sub centre/pasar lainnya (bagan bagian bawah)
8. Klasifikasi zona: zona 1-6
Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin
rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa
lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan
perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi tersebut, masing-masing
jenis produksi memiliki kemampuannya untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi
kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu
berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa
diagram cincin. Perkembangan Teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota
dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota.
Namun demikian, Teori Von Thunen pada masa sekarang tidak dapat sepenuhnya
diterapkan meskipun perbedaan sewa lahan di wilayah kota dinilai lebih tinggi namun
permasalahan mengenai biaya transportasi yang terjadi pada masa itu kini sudah tidak terlalu
membebani para pelaku pertanian pada masa sekarang, karena jasa angkutan sudah sangat
jauh berkembang dibandingkan pada masa itu, sehingga area pertanian tidak harus selalu
mendekati pusat pasar atau kota.Untuk mengetahui teori lokasi yang sudah dikembangkan dapat
dilihat dari Teori Weber
1. Konsep dasar model Von Thunen adalah; membuat kurva hubungan sewa lahan dengan
jarak ke pasar.(Nugroho, 2004)
2. Sewa lahan / Land Rent adalah nilai atau harga yang dihubungkan dengan aset-aset yang
memberikan aliran produksi san jasa sepanjang lahan dipergunakan (Mills dalam
Nugroho, 2004).
3. Sehingga, sewa lahan merupakan residu (privat profit) dari perolehan-perolehan ekonomi
penggunaan lahan sesudah dikurangi biaya konstruksi dan operasi.
Daftar Pustaka

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&ved=2ahUKEwj9l6mLt6_eAh
XRe30KHfO2AAsQFjAJegQIABAC&url=http%3A%2F%2Fpwk.its.ac.id%2Fwp-
content%2Fuploads%2F2014%2F09%2FDIKTAT-ANLOK-
2012_18_12_12.pdf&usg=AOvVaw15Z1vBX61zzHBUtGNIq40l

https://caridokumen.com/download/critical-review-terhadap-jurnal-faktor-yang-mempengaruhi-harga-
lahan-di-kota-samarinda-_5a44bd30b7d7bc7b7a816895_pdf

Anda mungkin juga menyukai