Anda di halaman 1dari 5

Nama : Hilda Fazira Setyono

NIM : 21040122140164
Kelas : D

RANGKUMAN PERTEMUAN KE-2


DASAR-DASAR TEORI VON THUNEN

Teori Von Thunen: Land Use Theory


Teori Von Thunen merupakan teori dasar atau teori klasik dalam teori lokasi. Analogi yang
digunakan masih sangat sederhana yaitu terkait analisis lokasi wilayah perdesaan dengan
sistem lokasi yang sederhana.
A. Perkembangan Teori Lokasi
1. Analisis lokasi
2.
B. Model Von Thunen
Teori lokasi Von Thunen ditulis oleh Johan Heinrich Von Thunen tahun 1826. Teori ini
diawali oleh analisis lokasi areal produksi pertanian. Karyanya berjudul ‘Der Isolierte
Staat’ (The Isolated atau Negara yang Terisolasi). Von Thumen menggambarkan negeri
yang terisolasi dengan iklim dan tanah yang seragam, topografi yang seragam dan datar,
serta alat-alat transportasi yang seragam yang hanya dilayani oleh kereta yang ditarik
oleh hewan atau ternak.
Asumsi yang digunakan
1. Areal pertanian satu ragam (uniform) dalam atribut lingkungannya
2. Hanya ada satu pasar akibat lokasi yang terisolasi
3. Transportasi sejenis dan biaya transportasi meningkat bersamaan dengan jarak
terhadap pasar
4. Semua petani bertindak rasional/ekonomis, yang penggunaan lahannya untuk
memaksimumkan profit, mereka mempunyai info yang cukup mengenai biaya
produksi dan harga pasar
5. Pola ruang dengan berntuk wilayah yang melingkar seputar kota → zona-zona
konsentrik
6. Area Isolated State: model ideal dengan karakteristik wilayah yang terisolasi (bagan
bagian atas)
7. Modifed Condition: keberadaan Sungai dan sub center/pasar lainnya (bagan bagian
bawah)
8. Klasifikasi zona: zona 1-6

a. Zona 1: paling mendekati kota/pasar, diusahakan tanaman yang mudah rusak


(highly perishable), seperti sayuran dan kentang (free cash cropping)
b. Zona 2: merupakan hutan dengan hasil kayu (foresting)
c. Zona 3: menghasilkan biji-bijian seperti gandum, dengan hasil yang relatif tahan
lama dan ongkos transportasi murah
d. Zona 4: merupakan lahan garapan dan rerumputan yang ditekankan pada hasil
perahan seperti susu, mentega dan keju.
e. Zona 5: untuk pertanian yang berubah ubah, dua sampai tiga jenis tanaman
f. Zona 6: berupa lahan yang paling jauh dari pusat, digunakan untuk rerumputan
dan peternakan domba dan sapi.
C. Konsep Dasar Model Von Thunen
Konsep dasar model Von Thunen adalah membuat kurva hubungan sewa lahan dengan
jarak ke pasar.
Bila ada lebih dari satu komoditas, maka akan didapati sewa lahan yang paling optimum
untuk setiap komoditas.

Sewa lahan / Land Rent adalah nilai atau harga yang dihubungkan dengan aset-aset yang
memberikan aliran produksi san jasa sepanjang lahan dipergunakan (Mills dalam
Nugroho, 2004). Sehingga, sewa lahan merupakan residu (privat profit) dari perolehan-
perolehan ekonomi penggunaan lahan sesudah dikurangi biaya konstruksi dan operasi.
FORMULA SEWA LAHAN:
R = E (p – a) – E. f. k
Dimana:
R = Sewa Lahan
E = Produksi per unit area
p = Harga per unit komoditi
a = Biaya produksi per unit komoditi
f = Ongkos angkut per unit jarak per unit komoditi
k = Jarak terhadap pasar
D. Aplikasi Model Von Thunen
Dapat diaplikasikan pada identifikasi pola land use dan menjelaskan fenomena Urban
Sprawl

Aplikasi Urban bid-rent Curve pada land use digunakan untuk melihat sejauh mana
alokasi geografis suatu kegiatan di suatu wilayah.

1. Penjelasan urban sprawl melalui model Von Thunen


a. Prinsip penggunaan lahan: highest and best
b. Penggunaan lahan untuk pertanian dan kehutanan memiliki nilai yang lebih
rendah dibandingkan dengan penggunaan untuk perumahan, industri, komersial
→ harga komoditi dianggap stabil → kurva bid-rent relatif flat dibandingkan
dengan penggunaan lahan lainnya
c. Asumsi terjadi pertumbuhan ekonomi di wilayah perkotaan
2. Latar belakang pertumbuhan urban sprawl
Ekonomi meningkat → stimulasi pasar tenaga kerja → pengangguran lebih rendah
dan pendapatan → pekerjaan lebih baik makin banyak → perumahan baru →
permintaan lahan untuk perumahan, industri, komersial meningkat → alokasi
geografis akan permintaan lahan juga meningkat.
3. Dampak pertumbuhan
Permintaan meningkat akan lahan → suplai lahan dengan pengubahan guna lahan →
terjadi konversi lahan → peningkatan harga lahan → pergeseran bid-rent curve →
pergeseran edge of city → Urban Sprawl

Referensi:

Rini, F. P. (2014). Analisis lokasi dan keruangan. Igarss 2014, 1, 1–5.

Anda mungkin juga menyukai