Anda di halaman 1dari 6

Teori Von Thunen

Menurut Tarigan (2006) teori lokasi merupakan ilmu yang menyelidiki lokasi secara
geografis sumber-sumber potensial serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap
keberadaan berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial.

Miles (1999) memaparkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan lokasi, antara
lain :

1. Zoning (peruntukan lahan)


2. Fisik (physical features)
3. Utilitas
4. Transportasi
5. Parkir
6. Dampak lingkungan (sosial dan alam)
7. Pelayanan publik
8. Penerimaan/respon masyarakat (termasuk perubahan perilaku)
9. Permintaan dan penawaran (pertumbuhan penduduk, penyerapan tenaga kerja, dan
distribusi pendapatan).

Teori lokasi menurut Johan Hienrich von Thunen dalam Der Isolierte Staat (negara yang
terisolasi) pada tahun 1826 atau awal abad 19 adalah bahwa pada dasarnya penggunaan lahan
dapat dibagi dalam beberapa penggunaan. Von Thunen menggambarkan wilayah yang terisolasi
dengan iklim dan tanah yang seragam, topografi yang seragam dan datar, serta alat-alat
transportasi yang seragam.

Menurut Von Thunen dalam Sjafrizal (2014), faktor pemilihan lokasi yang dipengaruhi
oleh jarak, harga sewa lahan dan kemampuan membayar sewa lahan turut andil dalam memberi
kontribusi dalam pengambilan keputusan seseorang untuk berlokasi di suatu wilayah yang
memberi kontribusi tersendiri bagi terbentuknya konsentrasi perkotaan.

Inti dari teori Von Thunen adalah teori lokasi pertanian yang menitikberatkan pada 2 hal
utama tentang pola keruangan pertanian yaitu : Jarak lokasi pertanian ke pasar Sifat produk
pertanian (keawetan, harga, beban angkut).
Uraian penggunaan lahan pada zonasi lokasi menurut Von Thunen ada 6, yaitu :

1. Zona pertama merupakan kawasan lokasi wilayah yang dekat dengan pasar.
2. Zona kedua merupakan hutan.
3. Zona ketiga menghasilkan tanaman gandum.
4. Zona keempat sebagai lokasi garapan dan rerumputan yang menghasilkan susu,
mentega, dan keju.
5. Zona kelima merupakan kawasan pertanian dengan dua atau tiga jenis tanaman.
6. Zona keenam merupakan rerumputan yang digunakan sebagai peternakan sapi dan
domba.

Menurut Von Thunen, banyak faktor yang mempengaruhi keputusan penggunaan lahan
pertanian di suatu wilayah, yaitu :

1. Faktor Fisik, meliputi :


a. Iklim dapat berupa penghujan atau kemarau.
b. Topografi yaitu bentuk relief wilayah berupa daerah batuan atau dataran rendah.
c. Tanah mencakup kesuburan tanah, sifat fisik tanah, dan zat hara yang terkandung
dalam tanah.
d. Potensi air yang dapat dimanfaatkan.
2. Faktor Manusia, meliputi :
a. Faktor budaya dan sejarah
 Tenaga kerja yang memiliki ketermpilan dan kemampuan teknologi
pertanian.
 Jumlah tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan.
 Kondisi teknologi transportasi yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan pertanian.
b. Faktor ekonomi
 Modal yang dimiliki mencakup modal uang, lokasi, dan gedung.
 Penawaran produksi pertanian.
 Permintaan besarnya produk pertanian oleh konsumen atau pasar.
 Harga produksi dari hasil pertanian.
c. Faktor politik
 Partisipasi petani dalam praktik pertanian dan kebijakan pemerintah dalam
pembangunan sektor pertanian mencakup harga, pajak, impor, dan lain
sebagainnya.
 Larangan untuk menanam satu jenis tanaman.
 Pembatasan dalam perdagangan, misalnya jumlah kuota yang disepakati.
 Bantuan pemerintah berupa modal, bibit, pupuk, dan sebagainya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan pertanian secara ekonomi sebagai


berikut :

1. Kebijakan pemerintah mencakup bantuan atau subsidi dan kebijakan harga.


2. Pola pemasaran meliputi sistem pemasaran, baik input produksi maupun output
produksi yang akan berpengaruh terhadap biaya produksi.
3. Unsur fisik daerah mencakup kondisi fisik wilayah yang bergelombang akan
mempengaruhi biaya produksi dan penggunaan lahan pertanian.
4. Faktor budaya dan sejarah.
5. Tingkah laku petani dalam memanfaatkan lahan pertanian.
6. Kesempatan mendapatkan modal, lahan, bibit, dan sebagainya.

Model Von Thunen dapat dihubungkan dengan menjelaskan urban bid-rent Curve
(distance decay function). Model tersebut digunakan sebagai basis analisis bagi masa kini. Model
ini juga menjelaskan fenomena Urban Sprawl yang secara prinsip digunakan untuk penggunaan
lahan tertinggi dan terbaik. Penggunaan lahan yang dianalisis dalam fenomena ini adalah
penggunaan lahan untuk perumahan, industri, dan komersial yang memiliki harga stabil
dibandingkan penggunaan lahan lainnya. Fenomena Urban Sprawl menjadi latar belakang
kenaikan ekonomi dengan melihat penggunaa lahan sesuai kondisi geografis. Dampak yang
ditimbulkan dari permintaan lahan dan harga yang meningkat adalah pergeseran pertumbuhan
sewa atau bid rent curve dan pergeseran ukuran kota atau edge of city.
Kelebihan Teori Von Thunen, yaitu :

1. Merupakan model keseimbangan yang sifatnya parsial, tidak memuat interelasi antara
variabel yang telah di khususkan, perhitungan akan susah dilakukan bila terjadi
perubahan di masa mendatang.
2. Tidak memperhatikan faktor non ekonomis yang mempengaruhi produksi.
3. Tidak memperhitungkan perbedaan luas perusahaan pertanian atau luas pasaran yang
tak menghasilkan ekonomi berskala produksi atau pasaran yang bersangkutan
sehingga dapat merusak zona tata guna lahan.

Kelemahan Teori Von Thunen, yaitu :

1. Keterkaitannya pada waktu.

2. Keterkaitannya pada wilayah karena :

a. Kemajuan di bidang transportasi telah menghemat banyak waktu dan uang


(mengurangi resiko busuk komoditi).

b. Adanya berbagai bentuk pengawetan, memungkinkan pengiriman jarak jauh


tanpa resiko busuk.

c. Negara industri mampu membentuk kelompok produksi sehingga tidak


terpengaruh pada kota.

d. Antara produksi dan konsumsi telah terbentuk usaha bersama menyangkut


pemasaran (tidak selalu memanfaatkan jasa kota dalam pemasarannya).

3. Faktor yang bisa mempengaruhi komposisi keruangan selain biaya transport adalah :

a. Prasarana jalan yang baik dan kemudahan akses ke pasar kota menjadi faktor
penentu komposisi keruangan.

b. Mekanisme pasar yang terbuka hingga menimbulkan terjadinya supply


dandemand, memungkinkan terjadinya economic landscape sebagai faktor penting
mempengaruhi komposisi keruangan.
c. Adanya lokasi alternatif juga bisa berpengaruh pada komposisi keruangan.

d. Skala produksi: biaya/unit vs jumlah produk; localisation economies


danurbanisation economies.

e. Lingkungan bisnis: kebijakan pemerintah, lokasi pesaing, dsb.

f. Faktor Kesejarahan

Teori Von Thunen masih relevan dengan kondisi sekarang ini dapat dicontohkan
yaitu seperti kelangkaan persediaan sumber daya lahan di daerah perkotaan memicu
berlakunya hukum ekonomi supply and demand semakin langka barang di satu pihak
semakin meningkat permintaan di pihak lain akibatnya harga melambung. Demikian
yang terjadi terhadap lahan yang ada di daerah perkotaan, dimana nilai sewa atau beli
lahan yang letaknya dipusat kegiatan, semakin dekat ke pusat semakin tinggi nilai sewa
atau beli lahan tersebut. Kelangkaan lahan di kota-kota besar seperti untuk pertokoan
misalnya, banyak sekali toko – toko yang terletak di pusat kota biaya sewa atau beli
tanahnya lebih mahal dari biaya sewa atau beli rumah yang jauh dari pusat perkotaan,
bahkan harganya selalau naik, mengikuti perkembangan yang terjadi dari tahun
ketahunnya. Ini mengindikasikan bahwa teori Von Thunen tentang alokasi lahan untuk
kegiatan pertanian juga berlaku di daerah perkotaan. Selain itu teori Von Thunen juga
masih berlaku untuk wilayah pertanian yang jauh dari kota dimana akses prasarana jalan
yang kurang mendukung dan pasar masih bersifat tradisional. Ini banyak terjadi di
wilayah perdesaan daerah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi dimana wilayah
pertanian sangat terisolir sehingga teori sewa lokasi Von Thunen ini masih sangat
relevan.

Teori lokasi Von Thunen dapat diaplikasikan di Indonesia mengingat wilayah


Indonesia yang agraris. Masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di wilayah desa
bermata pencaharian sebagai petani. Adapun masyarakat yang tinggal di wilayah kota
berorientasi pada sektor industri. Wilayah di Indonesia yang dapat diterapkan
berdasarkan Teori Von Thunen yaitu di Sebatik. Hal ini dapat dilihat pada kondisi
wilayah di Sebatik yang sesuai dengan kondisi yang dilihat oleh von Thunen dengan
asumsi-asumsinya. Penggunaan lahan di Pulau sebatik didominasi oleh wilayah
pertanian berupa pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan dan tambak.
Hasil produksi pertanian di Sebatik dipasarkan ke Tawau Malaysia, sehingga dapat
dikatakan bahwa Kota Tawau merupaka central market Pulau Sebatik. Dengan begitu
untuk memperoleh keuntungan yang maksimal, petani harus mempertimbangkan
keawetan, harga, dan beban angkutan untuk mendistribusikan hasil produksinya. Sewa
lahan di Pulau sebatik ditentukan dengan jarak dengan pusat kota dan aksesbilitas
seperti model modified conditions Teori von Thunen dimana terdapat sungai sebagai
aksesibilitas. Semakin dekat dengan pusat kota dan jalur transportasi, sewa lahan akan
semakin tinggi dan semakin jauh dari pusat kota dan aksesbilitas, sewa lahan semakin
rendah. Penggunaan lahan pertanian di Sebatik ditentukan berdasarkan jarak dari
Tawau, Malaysia dan keberadaan aksesibilitasnya. Penggunaan lahan untuk
persawahan, ladang dan perkebunan berada di daerah yang memiliki aksesibilitas tinggi
sehinga memudahkan dalam pendistribusian hasil produksi. Semakin dekat dengan
aksesibilitas, petani tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi yang besar. Keawetan
hasil produksi juga dapat terjaga sehingga petani dapat memperoleh keuntungan
maksimal dari hasil produksinya.

SUMBER

Ikhsan, Fahrudi Ahwan. 2019. Geografi Ekonomi. Yogyakarta : Ombak

Rahayu, Andita Rizki. 2014.” (Analisa Lokasi dan Keruangan) Implikasi Teori
von Thunen pada Pulau Sebatik Kawasan Perbatasan Kalimantan Timur – Malaysia”.
https://www.academia.edu/8488273/_Analisa_Lokasi_dan_Keruangan_Implikasi_Teori_
von_Thunen_pada_Pulau_Sebatik_Kawasan_Perbatasan_Kalimantan_Timur_-_Malaysia

Sjafrizal. 2014. Ekonomi Wilayah Dan Perkotaan. Jakarta: Rajawali Press

Tarigan, R. 2006. Perencanaan Pengembangan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai