Anda di halaman 1dari 19

KONSEPSI SUMBER

DAYA LAHAN
Tendra Istabanabi, M.URP
◦ Di seluruh Indonesia ada sekitar 51.4 juta hektar lahan kering, dimana sekitar 70% di
antaranya dikelola dengan berbagai tipe usahatani lahan kering (Manuwoto, 1991). Salah satu
masalah utama yang dihadapi adalah keadaan bio-fisik lahan kering yang sangat beragam dan
sebagian sudah rusak atau mempunyai potensi sangat besar untuk menjadi rusak.
◦ Menurut Sanders (1991), kunci untuk menyelesaikan konflik pengelolaan lahan dan
problematik degrad­asi sumberdaya lahan terletak pada kebijakan dan kelembagaan yang
didukung oleh pendanaan jangka panjang yang kontinyu. Kebijakan dalam konteks ini harus
mampu mempromosikan sistem pertanian yang berkelanjutan, yaitu suatu sistem pertanian
yang didukung oleh adanya insentif bagi produsen (pemilik lahan dan tenagakerja), kredit
pede­saan, kebijakan pasar/harga yang kondusif, sistem transportasi, teknologi tepat guna yang
site-spesific, serta program penelitian dan penyuluhan.
Konsepsi Umum Lahan
◦ Istilah lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi beserta segenap karakteristik-karakteristik
yang ada padanya dan penting bagi perikehidupan manusia (Christian dan Stewart, 1968). Secara lebih
rinci, istilah lahan atau land dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup
semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di
bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan
hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang; yang
kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di
masa mendatang (Brinkman dan Smyth, 1973; dan FAO, 1976). Lahan dapat dipandang sebagai suatu
sistem yang tersusun atas (i) komponen struktural yang sering disebut karakteristik lahan, dan (ii)
komponen fungsional yang sering disebut kualitas lahan. Kualitas lahan ini pada hakekatnya
merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan
dan kesesuaian lahan (FAO, 1976).
Konsepsi Umum Lahan
◦ Lahan sebagai suatu "sistem" mempunyai komponen- komponen yang terorganisir secara
spesifik dan perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran tertentu. Komponen-komponen
lahan ini dapat dipandang sebagai sumberdaya dalam hubung- annya dengan aktivitas
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
◦ Sys (1985) mengemukakan enam kelompok besar sumberdaya lahan yang paling penting bagi
pertanian, yaitu (i) iklim, (ii) relief dan formasi geologis, (iii) tanah, (iv) air, (v) vegetasi, dan
(vi) anasir artifisial (buatan).
Sistem Sumber Daya Lahan
◦ Sumberdaya lahan mencakup semua karakteristik dan proses-proses serta fenomena-fenomena lahan
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Salah satu tipe penggunaan lahan
yang penting ialah penggunaan sumberdaya lahan dalam tipe-tipe pemanfaatan lahan (land utilization
type) pertanian untuk mendapatkan hasil-hasil pertanian dan ternak (Hardjowigeno, 1985).
◦ Upaya pemanfaatan lahan pertanian pada hakekatnya ditujukan untuk mendapatkan hasil-hasil dari
komoditas pertanian. Aktivitas pengelolaan sumberdaya lahan dalam hal ini pada dasarnya merupakan
upaya penyesuaian antara kondisi lahan yang ada dengan persyaratan bagi ko- moditas pertanian
(Sitorus, 1985).
◦ Secara lebih operasional, konsepsi tentang kondisi lahan ini dapat dijabarkan dalam konsepsi kualitas
lahan yang dapat dievaluasi secara lebih kuanti­tatif dan lebih obyektif (Soemarno, 1990; Janssen, 1991).
Hubungan antara kondisi lahan dengan respon tanaman dalam upaya pengelolaan lahan akan
menentukan tingkat produktivitas lahan (Wood dan Dent, 1983).
Evaluasi Kesesuaian Lahan
◦ Kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan peng- gambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk
suatu penggunaan tertentu (Sitorus, 1985). Dalam bidang perta­nian, kesesuaian lahan dikaitkan dengan
penggunaannya untuk usaha pertanian.
◦ Suatu bagan umum untuk evaluasi lahan pertanian telah dikembangkan oleh FAO (1976). Menurut
bagan ini istilah lahan mengandung makna lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief, tanah, air,
dan vegetasi. Proses evaluasi lahan pada hakekatnya melibatkan klasifikasi interpretatif, baik yang
bersifat kualitatif maupun kuan­titatif.
◦ Penggunaan fasilitas teknologi dalam analisis kesesuaian lahan sangat diperlukan saat ini karena:
◦ Melibatkan banyak data yang meliputi berbagai unit lahan, berbagai taraf pengelolaan, jenis-jenis tanaman
pertanian dan tanaman hutan;
◦ Penilaian dilakukan secara kuantitatif untuk menyatakan tingkat kesesuaian tanaman; dan
◦ Pemodelan diperlukan untuk lebih memahami interaksi yang rumit dalam sistem pertanian (Wood dan Dent, 1983).
Pengelolaan Sumber Daya Lahan
◦ Segala macam bentuk intervensi manusia secara siklis dan permanen untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat materiil maupun spirituil yang berasal dari lahan
tercakup dalam pengertian penggunaan lahan, atau land use (Sys, 1985). Dengan peranan
ganda tersebut, maka dalam upaya pengelolaannya, sering terjadi benturan di antara sektor-
sektor pembangunan yang memerlukan lahan. Fenomena seperti ini seringkali mengakibatkan
penggunaan lahan kurang sesuai dengan kapabi litasnya. Dalam hubungannya dengan
penggunaan lahan ini, ada tiga faktor yang mem­pengaruhi nilai lahan, yaitu (i) kualitas fisik
lahan, (ii) lokasi lahan terhadap pasar hasil-hasil produksi dan pasar sarana produksinya, dan
(iii) interaksi di antara keduanya. Nilai lahan semakin besar apabila kualitas biofisiknya
semakin baik dan lokasinya semakin dekat dengan pasar (Norton, 1984).
Pengelolaan Sumber Daya Lahan
◦ Potensi sumber daya lahan kenyataannya banyak mengundang investasi dari luar daerah untuk "menggarap" lahan
secara lebih intensif. Pada akhirnya hal ini akan dapat mengakibatkan munculnya "kesenjangan" yang semakin besar
antara intensitas penggu­naan sumberdaya dengan karakteristik sumberdaya. Apabila kesenjangan ini melampaui
daya dukung sumberdaya, maka laju degradasi akan dapat melampaui batas ambang toleransinya. Sedangkan strategi
petani di daerah pegunungan untuk berjuang memper­tahankan kehidupannya biasanya bertumpu pada tiga prinsip
dasar yang spesifik, yaitu
◦ Untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, petani menge­lola sumberdaya lahannya dengan berbagai aktivitas produksi tanaman,
ternak, hortikultura dan kehutanan;
◦ Petani menghindari resiko kegagalan dan bencana melalui pengembangan metode-metode indigenous dalam mengelola
lahannya, dan
◦ Teknologi yang mudah, low input dan small scale lebih disenangi karena keterbatasan penguasaan pengeta­huan, teknologi dan
kapital (Dimyati Nangju, 1991).
◦ Davies dan Kamien (1972) mengemukakan bebera­pa macam campur tangan pemerintah untuk mengendali­kan efek
eksternalitas, yaitu: larangan, pengarahan, kegiatan percontohan, pajak atau subsidi, pengaturan (regulasi), denda
atau hukuman, dan tindakan pengamanan.
Prinsip Ekonomi dalam Penggunaan
Lahan
◦ Dalam sistem pasar bebas dapat dipahami bahwa aliran uang dari konsumer ke pemilik sumberdaya
lahan dapat dianggap sebagai suatu sistem "voting", dengan membeli barang dan jasa tertentu pada
hakekatnya konsumen menyatakan pola preferensinya untuk mengalo­kasikan penggunaan
sumberdayanya. Dalam fenomena ini peranan gaya-gaya pasar dalam menentukan bagaimana
sumberdaya lahan digunakan sangat besar.
◦ Problematik yang akan dibahas dapat diabstraksikan secara ringkas dalam bentuk pertanyaan "mengapa
sebidang lahan tertentu digunakan dengan cara yang tertentu?", atau lebih specifik lagi, "mengapa
sebidang lahan digunakan untuk produksi pertanian, dan sebidang lainnya untuk lokasi industri, dan
lainnya lagi untuk pusat perkantoran ?" Apa yang sedang kita cari adalah teori umum yang akan
menjelaskan perbedaan- perbedaan ini. Walaupun faktor sejarah, pembatasan perencanaan, dan faktor
non-ekonomi lainnya, serta mungkin motif-motif dari pengambil keputusan yang terlibat, namun ini
semua untuk melandasi gaya-gaya ekonomi sehingga kita perlu memahami suatu teori sederhana untuk
menjelaskan pola umum penggunaan lahan. Didekati dari sudut pandang ini ada dua sifat intrinsik dari
sumberdaya lahan yang pent­ing, yaitu kualitasnya dan lokasi.
Kualitas Lahan dan Lokasi Lahan
◦ Kualitas sebidang lahan hanya dapat didefinisikan secara ber­makna dalam hubungannya dengan suatu
aktivitas penggunaan tertentu. Dengan mengambil contoh penggunaan pertanian, kualitas lahan untuk
menghasilkan tanaman tergantung kepada faktor-faktor seperti iklim, topografi, tipe tanah, dan kesuburan,
semuanya ini mempegaruhi pertumbuhan tana­man dan biaya produksi serta panen. Akan tetapi, lahan yang
kuali­tasnya tinggi untuk suatu jenis tanaman, seperti jagung, mungkin akan mempunyai kualitas rendah
untuk jenis tanaman lain, seperti padi.
◦ Teori tentang penggunaan lahan semula dikembangkan oleh von Thunen pada pertengahan abad 18, seorang
Jerman. Ia mencatat hasil-hasil dari berbagai jenis tanaman dan melengkapinya dengan upaya-upaya yang
terlibat dalam pengangkutan produks ini, oleh kuda dan kereta, ke pasar. Dengan mengasumsikan sebuah
kota yang terisolir, yang dikelilingi oleh lahan yang kualitasnya sama, von Thunen berargumentasi bahwa
pola-pola konsentris penggunaan lahan akan terjadi. Lahan di dekat kota akan digunakan digunakan untuk
memproduksi tanaman yang hasilnya banyak dan voluminous, seperti kayu dan kentang, sedangkan lahan
yang jauh dari pasar akan digunakan untuk memproduksi tanaman ekonomis-tinggi, volumenya kecil, seperti
hasil-hasil peternakan.
Usahatani gandum Biaya angkutan hasil ke pasar

(a) Biaya dan pendapatan

Kentang

Pendapatan
Pendapatan
bersih total

Biaya
produksi

Daging

A B C

Pasar Jarak ------------------------->

(b). ceiling rent


Biaya-biaya transpor hasil pertanian

Rendah Tinggi
Kualitas lahan untuk gandum --------->

Kualitas lahan untuk produksi jagung.


Interaksi Kualitas Lahan dan Lokasi
Lahan Ceiling rent per hektar

◦ Walaupun ada banyak bukti adanya pola penggunaan


lahan yang konsentris, namun kemudian ada beberapa
alasan yang menyebabkan lenyapnya pola ini.
Misalnya karena kota- kota menjadi tidak terisolir, Daging

lingkaran pengaruhnya dapat saling tumpang tindih dan


Kentang
mengganggu pola. Juga karena biaya angkutan 0
Jarak X x Jarak
biasanya tergantung pada aksesibilitas lahan terhadap Pasar

jalur komunikasi yang baik, asumsi bahwa biaya


angkutan meningkat linier dengan jarak dari pasar
tampaknya kurang tepat. Akan tetapi sumber gangguan Daging
yang sangat penting berasal dari asumsi kualitas lahan Kentang

yang homogen, dan menginsafi bahwa perbedaan Daging

kualitas lahan dapat menutupi posisi lokasional. PASAR

Teori lokasi dan penggunaan lahan pertanian (Norton, 1984).


Interaksi Kualitas Lahan dan Lokasi
Lahan
◦ Setelah membahas bagaimana kualiatas lahan dapat mengimbangi kerugian yang diakibatkan oleh posisi lokasi, ini
merupakan tahapan pendek dari konsepsi normatif tentang keuntungan komparatif (com­parative advantage).
◦ Sebagai bagian dari filosofi perdagangan bebas, ide tentang keuntungan komparatif ialah bahwa setiap bidang lahan dan
sumberdaya yang berhubungan dengannya harus digunakan untuk aktivitas-aktivitas yang paling baik
memanfaatkannya.
◦ Persya­ratan dari semua yang hidup di suatu area tertentu akan barang dan jasa yang tidak dapat diproduksinya sendiri
dapat dipenuhi dengan jalan perdagangan dengan pihak-pihak yang ada di area lain, yang juga mengalokasikan
sumberdayanya untuk aktivitas yang paling sesuai. Karena potensial untuk keuntungan komperatif ternyata meningkat
kalau biaya angkutan menurun, maka tidak aneh kalau konsepsi cincin konsentris dari von Thunen telah terbukti tidak
berlaku sejak saat ini. Akan tetapi, untuk menyimpulkan dari sini bahwa lokasi meru­pakan faktor yang relatif tidak
penting dalam penggunaan lahan secara modern akan keliru karena beberapa hal. Pertama, di banyak negara di dunia,
dimana ternak menyediakan sarana angkutan yang utama, maka aksesibilitas dari desa masih tetap determinan utama
dari penggunaan lahan. Ke dua, walaupun lokasi tampaknya menjadi faktor yang relatif kurang penting yang
menentukan pengggunaan lahan pedesaan di negara-negara industri maju, namun hal ini akan tetap menjadi khusus
kalau biaya bahan bakar terus naik.
Penggunaan Lahan Industri dan Urban
◦ Dalam memilih lokasi bagi industri di kawasan tertentu, perusahaan tentunya telah menolak kawasan-kawasan alterna­tif atas dasar
beberapa kriteria, termasuk dampak lingkungannya yang potensial. Dua parame­ter ekonomi yang tampaknya penting dalam
menilai alternatif kawasan adalah biaya pengangkutan bahan mentah ke pabrik, dan biaya distribusi produk akhir ke pasar.
◦ Industri berat, seperti besi dan baja, yang memerlukan banyak bahan mentah, terutama batubara, cenderung berlokasi di dekat
sumber bahan mentah karena biaya pengangkutan bahan mentah rela­tif mahal (Gambar 1(A)). Sebaliknya, bahan mentah yang
volumenya besar (air) diperlukan untuk proses 'brewing' banyak dijumpai di berbagai tempat, biayanya relatif sama di lokasi yang
berbeda-beda. Dalam kasus ini, kalau biaya pendistribusian produk akhir menjadi dominan, maka dapat diharapkan industri bir
akan berlokasi di dekat pusat pemukiman (Gambar 2 (b)). Kemiripan antara model-model lokasi industri ini dengan model- model
industri ekstraksi adalah jelas. Akan tetapi kalau ia digunakan untuk menjelaskan pola-pola penggunaan lahan urban, tentu model
ekonomi hancur? Walaupun sudah barang tentu benar bahwa biaya angkutan bahan mentah untuk bank, toko, dan pemukiman
tampaknya kurang berpen­garuh terhadap penggunaan lahan urban, namun demikian lokasi sangat penting bagi aktivitas-aktivitas
ini dalam arti aksesibilitasnya. Untuk melukiskannya, perhatikanlah dua toko A dan B, yang identik kecuali lokasinya. Karena
toko A dekat dengan pusat kota dan oleh karena lebih aksesibel bagi banyak penduduk yang bekerja dan belanja di sana, maka ia
secara potensial mempunyai pasar yang lebih besar dari pada B. Ini berarti bahwa permintaan sesuatu barang pada tingkat harga
tertentu P, akan lebih tinggi pada toko A(QA) daripada di toko B(QB) (Gambar 2), dengan hasil bahwa pener­imaan total di toko A
akan lebih besar.
Biaya angkut setiap ton produk Harga barang

(a) Industri berat

Total biaya
angkut

Biaya angkut
bahan mentah

Permintaan di A
Biaya angkut P
produk

Bahan mentah Pasar Permintaan di B


Jarak

Biaya per volume minuman

(b) Industri minuman

Biaya total
Q Q
B A
Kuantitas barang
Biaya produksi

Biaya Gambar 2 Permintaan di dua lokasi : A dan B


distribusi

PASAR
Jarak

Gambar 1 Dua model lokasi kawasan industri


Ceiling rent

Kantor, toko

Manufakturing dan gudang

◦ Walaupun lebih mudah untuk memvisualisasikan pola-pola kon­


Pemukiman
sentris dari penggunaan lahan urban dari pada pedesaan, gangguan-
gangguan terhadap pola masih jelas. Sampai batas-batas tertentu,
hal ini mencerminkan perbedaan kualitas lahan. Akan tetapi yang
lebih penting ialah fakta bahwa lahan tidak selalu dialokasikan
untuk penggunaan yang mempunyai ceiling-rent tertinggi. Ada dua
Pusat Jarak
alasan yang melandasi hal ini. Alasan pertama berhubungan
dengan keti­dak-sempurnaan pasar, yang muncul sebagai akibat
kota

dari imobili­tas lahan; yang berarti bahwa sumberdaya lahan tidak


mudah ditrans­fer dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya.
Untuk banyak aktivitas-aktivitas urban, penggunaan lahan
Pabrik
sebenarnya tetap dan tidak dapat balik. Alasan ke dua adalah
Kantor
toko
gudang
bahwa perintah ikut campur tangan, dengan menyediakan
Pemukiman
Manufakturing sumberdaya lahan untuk aktivitas-aktivi­tas seperti taman nasional,
dan membatasi area dimana aktivitas- aktivitas tertentu dapat
gudang

Pertanian

dilakukan; misalnya, dalam menciptakan zone bebas populasi.


Ceiling-rent dan penggunaan lahan urban
Premis Penggunaan Lahan Industri dan
Urban
◦ Walaupun lebih mudah untuk memcisualisasikan pola-pola kon­sentris dari penggunaan lahan urban dari
pada pedesaan, gangguan- gangguan terhadap pola masih jelas. Sampai batas-batas tertentu, hal ini
mencerminkan perbedaan kualitas lahan. Akan tetapi yang lebih penting ialah fakta bahwa lahan tidak
selalu dialokasikan untuk penggunaan yang mempunyai ceiling-rent tertinggi. Ada dua alasan yang
melandasi hal ini. Alasan pertama berhubungan dengan keti­dak-sempurnaan pasar, yang muncul
sebagai akibat dari imobili­tas lahan; yang berarti bahwa sumberdaya lahan tidak mudah ditrans­fer dari
satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Untuk banyak aktivitas-aktivitas urban, penggunaan lahan
sebenarnya tetap dan tidak dapat balik. Alasan ke dua adalah bahwa perintah ikut campur tangan,
dengan menyediakan sumberdaya lahan untuk aktivitas-aktivi­tas seperti taman nasional, dan membatasi
area dimana aktivitas- aktivitas tertentu dapat dilakukan; misalnya, dalam menciptakan zone bebas
populasi.
Perencanaan Penggunaan Lahan
◦ Pendugaan Kebutuhan Aktivitas Potensial
◦ Menentukan Kapabilitas sumberdaya Lahan
◦ Pemaduan Kapabilitas Sumberdaya Lahan dan Kebutuhan Masya­rakat
◦ Kapabilitas aktual versus potensial
◦ Lokasi
◦ Efek Eksternalitas
Sumber
◦ Soemarno. Konsepsi Sumberdaya Lahan : Evaluasi Lahan dan Landuse Planning. ITB

Anda mungkin juga menyukai